Anda di halaman 1dari 4

Esai Penggunaan Bahasa di Media Sosial

Disusun Oleh:
Laras Wahyu Triananda
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Kesehatan Masyarakat
102111133115

Kelas Bahasa Indonesia B-2.4 Tahun Ajaran


2021/2022
Universitas Airlangga
BAHASA DALAM MEDIA SOSIAL

LARAS WAHYU TRIANANDA/102111133115

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sebagai makhluk sosial, interaksi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia. Ada
banyak sekali jenis interaksi secara langsung maupun yang tidak langsung. Dalam interaksi
tersebut penggunaan bahasa tidak dapat dihindarkan. Mulai dari bahasa Indonesia, bahasa
Inggris, bahasa daerah, hingga bahasa asing lainnya. Dilansir dari berita yang berasal laman
Kementrian Komunikasi dan Informasi RI dengan judul Warganet Meningkat, Indonesia Perlu
Tingkatkan Nilai Budaya di Internet diketahui bahwa pengguna internet meningkat 11% dari
tahun sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan di masa pandemi sebagian besar kegiatan
dilaksanakan secara online atau dalam jaringan. Mulai dari bekerja dari rumah untuk beberapa
sektor hingga kegiatan belajar mengajar. Dalam waktu ini penggunaan media sosial oleh
berbagai kalangan juga meningkat.

Media sosial adalah sebuah media dalam jaringan yang digunakan satu sama lain
dimana penggunanya bisa dengan muda berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, dan menciptakan
isi jejaring sosial. Di Indonesia terdapat lima aplikasi media sosial yang paling sering
digunakan. Secara berurutan terdapat YouTube, WhatsApp, Instagram, Facebook, dan Twitter.
Dalam penggunaanya, media sosial rata-rata diakses selama 9 jam setiap harinya. Media sosial
seperti YouTube dan Instagram memiliki fitur komentar sehingga public dapat dengan leluasa
menyampaikan pendapat. Lalu WhatsApp yang menjadi media bertukar pesan paling populer
di antara media sosial bertukar pesan lainnya karena fiturnya yang sederhana seperti SMS.

Penggunaan bahasa yang secara tidak langsung terus berkembang di media sosial.
Karena mudahnya menjangkau bagian lain dari dunia, penggunaan bahasa asing di media sosial
juga meningkat. Sebagai contoh, pada Instagram saya dapat dengan muda menjangkau aktor
barat. Jika ingin memberikan pujian atau komentar terhadap film, saya sering kali
menggunakan bahasa Inggris dengan tujuan aktor tersebut paham dengan maksud saya. Contoh
lainnya mungkin tidak hanya saya yang melakukan. Budaya Korea yang saat ini sedang
menyebar ke seluruh dunia melalui drama Korea dan lagu-lagunya, membuat saya dan sebagian
pengguna sosial lainnya mempelajari bahasa Korea agar dapat berkomunikasi dengan aktor
atau aktris Korea.

Perkembangan bahasa Indonesia dalam penggunaan media sosial juga banyak berubah.
Muncul berbagai kata baru dalam bahasa Indonesia untuk penggunaan media sosial seperti
komentar di YouTube maupun Instagram. Ketika mencari bahan untuk menyusun esai ini
sendiri, saya menemukan banyak arti dari bahasa yang biasanya digunakan untuk berkomentar
di media sosial yang sebelumnya tidak saya ketahui. Seperti kata bingit dan binggow yang
memiliki arti sama yaitu banget atau sangat. Contoh penggunaan kalimatnya, “Aku setuju
binggow si kalau film kemarin kece.” yang dapat diartikan, “Aku sangat setuju jika film
kemarin keren.”

Selain penggunaan kata-kata baru yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia,
penyingkatan kata dan menyusun kata secara terbalik juga kerap kali muncul dalam
penggunaan media sosial. Sepeti kata mupeng merupakan singkatan dari muka pengen yang
berarti raut wajah menunjukan rasa ingin memiliki sesuatu. Dalam penggunaannya dapat saya
berikan contoh seperti, “Ih, lucu deh tasnya. Liat Si Ardi jadi mupeng.” atau dapat diartikan,
“Tasnya lucu. Lihat Ardi jadi ingin punya.” Untuk penggunaan kata yang disusun terbalik ada
beberapa contoh, seperti ngab yang merupakan penyusunan terbalik dari kata bang. Bang
sendiri merupaka kata sebutan untuk kakak laki-laki yang biasa digunakan oleh orang Medan.
Juga kata woles merupakan penyusunan terbalik dari kata selow yang diambil dari bahasa
Inggris slow.

Selama saya menggunakan media sosial khususnya Instagram sejak SMP kelas 2, ada
banyak sekali salah penggunaan bahasa. Seperti penggunaan di untuk kata depan dan imbuhan
kata. Saya pernah menemukan kalimat, “Pembelajan disekolah berjalan lancar.” atau, “Saat ini
buku tersebut di perjualbelikan.” yang tentunya penggunaannya salah. Ketika bersosial media
saya juga sering kali menyingkat kata untuk mengurangi waktu mengetik. Penggunaan bahasa
Indonesia dalam bersosial media yang sering kali keliru ini saya takutkan dapat berimbas dalam
penggunaan bahasa di kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam penyusunan tugas serta
pekerjaan. Saya sendiri selalu berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia yang benar
dalam bersosial media dan kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hal tersebut, saya sering
kali mengecek penggunaan kata baku dalam penyusunan tugas pada PUEBI, penggunaan tanda
baca, dan lain sebagainya .
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Pratiwi. 2021. Warganet Meningkat, Indonesia Perlu Tingkatkan Nilai Budaya di
Internet [dalam jaringan]. https://aptika.kominfo.go.id/2021/09/warganet-meningkat-
indonesia-perlu-tingkatkan-nilai-budaya-di-internet/ (diakses tanggal 10 Oktober 2021

Wikipedia. 2021. Media Sosial [dalam jaringan]. https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial


(diakses tanggal 10 Oktober 2021)

Kompas.com. 2021. Berapa Lama Orang Indonesia Akses Internet dan Medsos Setiap Hari?
[dalam jaringan]. https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/11320087/berapa-lama-
orang-indonesia-akses-internet-dan-medsos-setiap-hari-?page=all (diakses tanggal 11
Oktober 2021)

Susanti, Elvi. 2016. Glosarium Kosakata Bahasa Indonesia dalam Ragam Media Sosial
[dalam jaringan].
https://web.archive.org/web/20180519231933id_/http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/d
ialektika/article/viewFile/5188/pdf (diakses tanggal 11 Oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai