Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

ANALISA KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA

Nama : FEBRIYANA HANIFAH


Kelas : XI MIPA 6
No Absen : 10
NISN : 0063741750

SMA NEGERI 2 DEPOK

Senin, 01 Agustus 2022


TUGAS KEDUA BAB 1
➢ Analisalah dari contoh kasus pelanggaran HAM yang sudah kalian cari!

1. PEMBANTAIAN G30SPKI ( 1965 – 1966 )

• Pelanggaran HAM

Dalam kasus pembantaian G30SPKI, pembantaian ini merupakan kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia. Jenis HAM dalam pembantaian ini merupakan kasus pelanggaran HAM Berat. Disebutkan
sebagai pelanggaran HAM berat karena dalam pembantaian G30SPKI ini para pelaku melakukan
Tindakan kejahatan dengan pola antara lain, pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran, atau
pemindahann penduduk secara paksa, penyiksaan, pemerkosaan, penganiayaan, dan penghilangan orang
secara paksa.

• Faktor Penyebab

Terdapat beberapa faktor penyebab dari adanya pembantaian G30SPKI ini, anatara lain :

1. Adanya perbedaan ideologi Nasionalisme, Agama, Komunisme (NASAKOM)


2. Pelaku yang tidak menyetujui akan adanya dasar negara pancasila
3. Ketidakharmonisan hubungan anggota TNI dengan anggota PKI
4. Beredar isu kudeta presiden Soekarno
5. Pelaku yang ingin mengubah bentuk Indonesia menjadi Negara Repbulik Indonesia Soviet
Selain faktor – faktor diatas, Gerakan pembantaian G30SPKI ini termasuk ke dalam faktor internal
yaitu faktor yang dorongannya berasal dari diri sendiri. Diantaranya, sikap egois atau mementingkan diri
sendiri, rendahnya kesadaran HAM, serta adanya sikap tidak toleran.

• Akibat

Sudah hampir 57 tahun, kasus pembantaian massal tersebut berlalu dan sudah lama pula tidak ada
kebenaran yang diungkapkan mengenai kasus ini. Pembersihan komunis yang dilakukan saat itu bukan
hanya membunuh manusia dengan golok, celurit, atau senjata api, namun juga dengan cara-cara
penahanan di pulau terluar dan diasingkan dengan kurangnya bahan makanan untuk bertahan hidup.

Beberapa dari tahanan mati karena kekurangan bahan makanan, dan karena penyakit yang diderita.
Sampai akhirnya dibebaskan mereka tetap menjadi tahanan rumah dan bahkan 'tahanan negara' dimana
mereka eks-tapol 65-66 tidak dapat leluasa bergerak sebab dicap sebagai komunis.

Bahkan setelahnya dampak birokrasi juga dilakukan oleh pemerintah dengan mendiskriminasi
orang-orang yang diduga dan dituduh pernah bergabung dengan PKI yang telah menjadi organisasi dan
partai terlarang, juga dengan ideologi komunisnya yang diharamkan ada di Indonesia sampai hari ini.

Diskriminasi yang dilakukan dengan melarang keturunan darah PKI untuk berkarir di beberapa
profesi, salah satunya larangan menjadi pegawai negeri sipil. Hal ini juga masuk kedalam pelanggaran
HAM sebab, merebut kebebasan sesorang dalam memilih kehidupannya.

• Bentuk Upaya Penegakan

Bentuk upaya Pemerintah Bersama Komnas HAM ialah Komnas HAM akan terus berupaya dalam
menyelesaikan kasus pelanggaran HAM yang berat masa lalu termasuk peristiwa 1965-1966.
Penyelidikan ini sesuai mandat Komnas HAM dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM supaya tidak terjadi lagi adanya pembantaian yang bisa saja di awali oleh cucu -
cucu dari salah satu anggota PKI.

Sesuai Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 yang disahkan untuk memberikan ruang bagi
pengusutan kasus-kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu, serta Komnas HAM berwenang
melakukan penyelidikan. Tetapi terdapat kesulitan untuk terpenuhinya standar pembuktian
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM.

Dengan demikian, lanjutnya, guna menyelesaikannya, diarahkan melalui cara-cara non yudisial,
seperti mempertimbangkan kepentingan nasional dan semangat kebangsaan yang membutuhkan
kebersamaan dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Dikatakan, penyelesaian
dengan cara non yudisial dilakukan dengan mempertimbangkan frasa, yakni, pertama, tidak ada
nuansa salah-menyalahkan. Kedua, tidak lagi menyulut kebencian atau dendam. Ketiga, sikap atau
keputusan pemerintah dibenarkan oleh hukum dan dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan ekses
negatif yang berkepanjangan. Keempat, tergambar kesungguhan pemerintah untuk menyelesaikan
tragedi tersebut dengan sungguh-sungguh. Kelima, ajakan pemerintah untuk menjadikan peristiwa
tersebut sebagai pembelajaran bagi Bangsa Indonesia agar di masa kini dan masa depan peristiwa
semacam itu tidak terulang lagi.

Ada dua langkah yang diambil oleh pemerintah untuk menumpas pemberontakan PKI 1965.
Pertama adalah pelarangan surat kabar komunis seperti Patriot, Bintang Merah, dan Revolusioner.
Kedua adalah melalui operasi militer.

2. PEMBUNUHAN MARSINAH (1993)

• Pelanggaran HAM

Dalam kasus pembunuhan Marsinah, ini merupakan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia. Jenis
HAM dalam pembantaian ini merupakan kasus pelanggaran HAM Berat. Disebutkan sebagai HAM berat
karena dalam pembunuhan Marsinah memunculkan pelanggaran HAM berat yakni pasal 9 UU No 26
Tahun 2000 yakni unsur kejahatan manusia dan juga mengandung unsur pelanggaran hak asasi manusia.
Dasar hukum yang dilanggar pada sila ke-2 yaitu “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Didalamnya
terdapat tindak kejahatan seperti pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, penyiksaan. Dan penganiayaan
terhadap seseorang atau kelompok yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin yang telah diakui universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional.

• Faktor Penyebab

Terdapat beberapa faktor penyebab dari adanya pembunuhan Marsinah, antara lain :
1. Telah terjadi krisis moral di Indonesia
Krisis moral jauh lebih berbahaya dari krisis lainnya. Krisis moral dapat melumpuhkan
segala aspek atau sendi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Salah satu penyebabnya
adalah kurangnya penerapan ideologi Pancasila. Sebenarnya bangsa Indonesia memliki ideology
yang luhur yaitu Pancasila. Akan tetapi, seringkali ideologi ini tidak dijalankan secara murni dan
konsekuen sehingga yang terjadi adalah kekacauan. Selain itu, krisis moral ini juga disebabkan
oleh masih rendahnya kesadaran akan rasa kemanusiaan di dalam masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia masih belum memahami benar bahwa manusia hidup bersama dengan
manusia lainnya, oleh karena itu, manusia harus dapat juga menghargai dan menghormati manusia
lainnya. Hal ini dapat diterapkan dengan tidak berlaku seenaknya, apalagi sampai melanggar hak
asasi manusia lainnya.

2. Aparat hukum yang berlaku bertindak sewenang-wenang.


Di dalam masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini tidak
hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang
terdapat di dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah kekuasaan di dalam perusahaan.

Para pengusaha yang tidak memperdulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar hak asasi
manusia. Oleh karena itu, dapat kita lihat bahwa setiap elemen di dalam masyarakat yang memiliki
kekuasaan cenderung menyalahgunakan kekuasaannya tersebut. Kekuasaan-kekuasaan yang
mereka miliki seharusnya dibatasi sehingga tetap menghormati hak orang lain dan tidak
melanggarnya. Kurang adanya penegakan hukum yang benar Seperti yang kita ketahui bahwa
penegakan hukum di Indonesia belum dapat berjalan dengan benar. Masih banyak para penegak
hukum yang bersikap tidak adil. Hal ini dikarenakan menerima suap sudah menjadi budaya bangsa
kita. Penegak hukum yang bersikap tidak adil akan membuat masyarakat pun bertindak sewenang-
wenang. Mereka yang mempunyai cukup uang, tidak lagi takut untuk berbuat salah. Hal ini
seharusnya dapat diberantas karena ini merupakan masalah yang besar. Pemerintah harus bisa
bertindak tegas dalam menyelesaikan masalah ini. Pelanggar HAM seharusnya diberi hukuman
yang tegas.

3. Kesenjangan sosial yang tinggi.


Kesenjangan sosial juga menjadi salah satu faktor pelanggaran HAM. Orang yang kaya
tentu memiliki kekuasaan yang besar, sedangkan orang yang kurang mampu menjadi semakin
tidak berdaya. Mereka harus dapat menerima semua yang diberikan dari pihak penguasa
dikarenakan ketidakberdayaan mereka. Hal ini tentu saja memicu terjadinya pelanggaran HAM.
Penguasa dapat bertindak sewenang-wenang tanpa harus memperdulikan masyarakatnya.Ketiga
faktor penyebab terjdinya pelanggaran hak asasi manusia dalam kasus Marsinah, yakni pembagian
kekuasan yang tidak berimbang, masyarakat yang belum berdaya, serta masih kuatnya budaya
feodal dan paternalistik dalam masyarakat kita. Ketiga faktor tersebut, pada giliranya,
memunculakan praktek praktek penyalahgunaan kekuasaanKekuasaan disini tidak melulu
menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk bentuk kekuasan lain yang ada didalam
masyarakat, termasuk kekuasan didalam perusahaan. Para pengusaha yang tidak memperdulikan
hak-hak buruhnya jelas melanggar hak asasi manusia, pendek kata, tiap elemen di dalam
masyarakat kita, bila memiliki kekuasaan, cederung untuk menyalah gunakannya.

4. Masalah ekonomi
Marsinah mewakili pekerja buruh lainnya menuntut
kenaikan gaji. Solusi yang ditawarkan adalah jalur hukum, dengan
membentuk tim pencari fakta khusus.

• Akibat

Akibat dari adanya pembunuhan Marsinah, menunjukkan hasil


visum et repertum bahwa adanya luka robek tak teratur sepanjang 3 cm
dalam tubuh Marsinah. Luka itu menjalar mulai dari dinding kiri lubang
kemaluan (labium minora) sampai ke dalam rongga perut. Di dalam
tubuhnya ditemukan serpihan tulang dan tulang panggul bagian depan
hancur. Selain itu, selaput dara Marsinah robek. Kandung kencing dan
usus bagian bawahnya memar. Rongga perutnya mengalami pendarahan
kurang lebih satu liter.

Setelah dimakamkan, tubuh Marsinah diotopsi kembali. Visum kedua dilakukan tim dokter dari
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Menurut hasil visum, tulang panggul bagian depan hancur. Tulang
kemaluan kiri patah berkeping-keping. Tulang kemaluan kanan patah. Tulang usus kanan patah
sampai terpisah. Tulang selangkangan kanan patah seluruhnya. Labia minora kiri robek dan ada
serpihan tulang. Ada luka di bagian dalam alat kelamin

kini buruh – buruh di Indonesia pun mulai mengikuti jejak Marsinah. Mulai dari cara pemikiran
dan juga cara berdemo di lapangan. Dalam putusan MK dan pengadilan, nama Marsinah kerap disebut.
Misalnya dalam putusan 100/PUU-X/2012, Margarito Kamis menjelaskan bagaimana Marsinah
menjadi tolak ukur bahwa buruh harus dilindungi.

Perjuangan buruh saat ini hanya catatan kaki bagi perjuangan Marsinah. Sisanya, kita yang
berhura-hura di bawah bayang-bayang romantisme keheroikan Marsinah. Hingga kini kita belum
terlalu peduli apakah ada serikat buruh dalam perusahaan. Kita belum serius memahami bahwa serikat
adalah tempat saling berbagi kekuatan dan menumbuhkan kepekaan terhadap masalah rekan terdekat.

Diam-diam, hingga kini, represi tetap menjadi alat bagi siapa saja yang berkuasa. Masalah buruh
tak pernah jauh dari 12 tuntutan yang dicanangkan Marsinah dan kawan-kawan. Kita hidup di sebuah
negara dengan warisan tingkah yang brutal.

• Bentuk Upaya Penegakan

Pembunuhan atas kasus buruh Marsinah tidak hanya menjadi perhatian media dalam negeri,
melainkan banyak disorot oleh media internasional. Perhatian masyarakat internasional tersebut terjadi
karena dianggap dalam kasus pembunuhan Marsinah ini bukan hanya kasus HAM yang ringan saja.
Citra buruk Indonesia mengenai perburuhan yang telah melekat dikarenakan regulasi pemerintah kini
malah semakin mendapat kecaman akibat mutu kesejahteraan buruh yang belum dinilai baik ditambah
lagi dengan munculnya kasus pembunuhan Marsinah. Hingga pada akhirnya dari beberapa organisasi
buruh internasional terdapat satu organisasi yaitu Federasi Buruh Amerika Serikat yang menuntut
pemerintahannya agar mencoret negara Indonesia dari daftar yang memperoleh pelayanan bebas pajak
komoditi.

Peran Pemerintah dalam upaya penegakan terhadap kasus pembunuhan Marsinah ini ialah dengan
adanya UU TPKS. Perempuan Mahardika menilai seharusnya dengan spirit Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) kasus-kasus pelanggaran HAM
seperti kasus Marsinah dan pemerkosaan Mei 1998 bisa diselesaikan dan di cegah dengan UU Nomor
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM namun spiritnya tetap UU TPKS.

UU TPKS menjadi harapan baru karena akhirnya Indonesia memiliki regulasi yang benar-benar
mengatur pencegahan, penanganan, dan perlindungan korban kasus kekerasan seksual.

Serta dengan adanya Komnas HAM dan Lembaga perlindungan Wanita maka, jika kita sebagai
perempuan mendapatkan perilaku pelecehan, pelanggaran HAM segera menghubungi Lembaga –
Lembaga tersebut supaya masalah tersebut dapat di urus lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://tirto.id/pembunuhan-buruh-marsinah-dan-riwayat-kekejian-aparat-orde-
baru-cJSB
2. https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2020/10/6/1587/menyoal-
pelanggaran-ham-yang-berat-peristiwa-1965-1966.html

Anda mungkin juga menyukai