Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa selalu kami panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dekubitus” Dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III. Makalah ini di harapkan mampu memberikan manfaat dan
kegunaan bagi pembaca terutama dalam proses pembelajaran serta untuk
menambah wawasan pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dekubitus.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun memohon
kritik dan saran dari semua pembaca sebagai bahan koreksi untuk kami. Kami
harap terjadi peningkatan dalam penyusunan makalah di waktu yang akan datang.

Jakarta, 30 September 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II Tinjauan Teoritis......................................................................................3
A. Pengertian......................................................................................................3
B. Etiologi..........................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis.........................................................................................4
D. Patofisiologi..................................................................................................4
E. Pemeriksaan Penunjang................................................................................5
F. Farmakologi..................................................................................................6
G. Terapi Diit.....................................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................8
A. Identitas Pasien.............................................................................................8
B. Riwayat Kesehatan........................................................................................8
C. Pengkajian Pemenuhan Aktivitas..................................................................9
D. Pemeriksaan Fisik.........................................................................................9
E. Pemeriksaan Head To Toe............................................................................9
F. Analisa Data................................................................................................10
G. Diagnosa Keperawatan...............................................................................12
H. Intervensi Keperawatan...............................................................................13
BAB IV PENUTUP..............................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal
akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan
tidak sembuh dengan urutan dan waktu yang tidak biasa. Selanjutnya,
gangguan ini terjadi pada individu yang berbeda di atas kursi atau di atas
tempat tidur, sering kali pada inkontinensia, malnutrisi, ataupun individu yang
mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat
kesadaran (Potter, 2005).
Ulkus kaki diabetik adalah luka yang dialami oleh penderita diabetes pada
area kaki dengan kondisi luka mulai dari luka superficial, nekrosis kulit,
sampai luka dengan ketebalan penuh (full thickness), yang dapat meluas
kejaringan lain seperti tendon, tulang dan persendian, jika ulkus dibiarkan
tanpa penatalaksanaan yang baik akan mengakibatkan infeksi atau gangrene.
Ulkus kaki diabetik disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kadar
glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol, neuropati perifer atau penyakit
arteri perifer. Ulkus kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi utama
yang paling merugikan dan paling serius dari diabetes melitus, 10% sampai
25% dari pasien diabetes berkembang menjadi ulkus kaki diabetik dalam
hidup mereka (Fernando, Crowther, Pappas, Lazzarini, & Cunningham, 2014)
Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi luka dekubitus bervariasi, tetapi
secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di tatanan perawatan akut
(acute care), 15-25% di tatanan perawatan jangka panjang (longterm care),
dan 7-12% di tatanan perawatan rumah (home care) (Mukti, 2005). Prevalensi
terjadinya luka dekubitus di Amerika Serikat cukup tinggi. Hasil penelitian di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa 2%-40% dari pasien yang dirawat di
rumah sakit terkena dekubitus (Mukti, 2005).
Prevalensi ulkus dekubitus pada dirumah sakit sekitar 17-25% dan 2 dari 3
klien yang berusia 60 tahun atau lebih akan mengalami ulkus dekubitus.
Diantara klien dengan kelainan neurologi, angka kejadian ulkus dekubitus

1
2

setiap tahun sekitar 5-8% dan ulkus dekubitus dinyatakan sebagai 7-8%
penyebab kematian pada paraplegia (Revis, 2008).
Dekubitus terjadi karena terjepitnya pembuluh darah antara tulang
penderita dan papanan tempat tidurnya. Akibat terjepitnya pembuluh darah
tersebut maka jaringan yang terdapat pada daerah itu tidak bias memperoleh
makanan dan oksigen, akibatnya jaringan tersebut mengalami kematian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya luka dekubitus ialah gaya
gesek, friksi, kelembaban, nutrisiburuk, anemia, kekeksia, obesitas, gangguan
jaringan perifer, dan usia (Potter, 2005). Sedangkan dampak dari dekubitus
dari segi fisik ialah kulit tidak utuh lagi, merusak penampilan dan dari segi
psikologis yang terjadi pada penderi tadi antaranya pasien akan merasa minder
atau malu jika berhubungan dengan orang lain. Pencegahan dekubitus pada
pasien diantaranya hygiene dan perawatan kulit, pengaturan posisi alas
pendukung, perawat harus menjaga kulit klien tetap bersih dan kering.
Dari dekubitus juga bisa menimbulkan nyeri yang sangat dan
ketidaknyamanan bagi pasien. Oleh karena itu keluarga sebagai orang terdekat
yang merawat pasien dengan dekubitus perlu mengetahui pengetahuan tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan dekubitus agar keluarga itu sendiri
dapat mencegah terjadinya dekubitus. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
dibutuhkan sosialisasi dan penyuluhan dari tenaga kesehatan dalam upaya
untuk meningktakan pengetahuan keluarga pasien tentang luka dekubitus
sehingga dapat menekan angka luka dekubitus pada pasien.
B. Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pengertian, etiologi.
tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, pengobatan, terapi
dan asuhan keperawatan pada pasien dekubitus.
BAB II
Tinjauan Teoritis

A. Pengertian
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan
pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan
sirkulasi darah setempat. (Rendy & TH, 2012)
Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang
disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang
menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka
waktu yang lama. Kompressi jaringan akan menyebabkan gangguan pada
suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini
dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan
akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel. (Rendy & TH, 2012)
Luka tekan (pressure urcer) atau dekubitus merupakan masalah serius
yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti
pasien stroke, injury tulang belakang atau penyakit degenerative. Istilah
dekubitus sebenarnya kurang tepat dipakai untuk menggambarkan luka tekan
karena asal kata dekubitus adalah decumbere yang artinya berbaring. Ini
diartikan bahwa luka tekan hanya berkembang pada pasien yang dalam
keadaan berbaring. Padahal sebenarnya luka tekan tidak hanya berkembang
pada pasien yang berbaring, tapi juga dapat terjadi pada pasien yang
menggunakan kursi roda atau prostesi. Oleh karena itu istilah dekubitus
sekarng ini jarang digunakan literature untuk menggambarkan istilah luka
tekan. (Rendy & TH, 2012)
B. Etiologi
1. Faktor intrinsic
Penuaan (regenerasi sel lemak), sejumlah penyakit yang menimbulkan
seperti DM, status gizi, under weight, atau kebalikannya over weight,
anemia, hipoalbumenia, penyakit-penyakit neurologic dan penyakit-
penyakit yang merusak pembuluh darah, keadaan hitrasi/cairan tubuh.
4

2. Faktor ekstrinsik
Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau
peralatan medic yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap
tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan posisi yang
kurang.
C. Manifestasi Klinis
1. Stadium Satu
a. Adanya perubahan pada kulit yang dapat diobservasi. Apabila
dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu
tanda sebagai berikut: perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau
lebih hangat)
b. Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lemak)
c. Perubahan sensasi(gatal atau nyeri)
d. Paa orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai
kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka
akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.
2. Stadium Dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya. Cirinya adalah lukanya superfical, abrasi, melepuh, atau
membentuk lubang yang dangkal.
3. Stadium Tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atu nekrosis
dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia, luka
terlihat seperti lubang yang dalam.
4. Stadium Empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang
yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium lV dari luka
tekan
D. Patofisiologi
Immobil/ terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring
(lebih dari 2 jam), tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan
5

daerah tumit mencapai 30-45 mmHg ( normal: tekanan daerah pada kapiler
terkisar antara 16 mmHg- 33 mmHg ), iskemik, nokrosis jaringan kulit.
Selain faktor tegangan, ada faktor lain yaitu : faktor teregangnya kulit
misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi dengan
setengah berbaring.
Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan
alas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh
lainnya.
Perubahan patologi ditempat ulkus dekubitus disebabkan karena
terlipatnya pembuluh darah, terutama pembuluh darah arteri dan kapiler
didaerah yang terkena ulkus dekubitus. Jika aliran darah terhambat, maka sel-
sel tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil metabolisme
tertumpuk sehingga sulit diangkut. Akhirnya sel mati, kulit pecah dan
terjadilah lubang yang dangkal dan luka. Jika tekanan berkurang, maka
iskemik segera diikuti oleh hyperemia, yaitu mengalirnya darah dalam jumlah
banyak didaerah tersebut, kemudian daerah itu akan terlihat merah dan terasa
hangat karena terjadi hyperemia yang merupakan mekanisme untuk
mengimbangi, dimana daerah menyuplai daerah itu untuk memberi zat
makanan dan menyingkirkan sampah hasil metabolisme.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur dan analisis urin
Kultur ini dibutuhkan pada keadaan inkontinensia untuk melihat apakah
ada masalah pada ginjal atau infeksi saluran kencing, terutama pada
trauma medulaspinalis.
2. Kultur ginjal
Pemeriksaan ini perlu pada keadaan inkontinensia alfi untuk melihat
leokosit dan toksin closteridium difficle ketika terjadi
pseudomembrannous colitus.
3. Biopsi
Penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan
pengobatan yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronis untuk melihat
apakah terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain itu, bioksi
6

bertujuan untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi ulkus dekubitus.


Bioksi tulang perlu dilakukan bila terjadi osteomyelitis.
4. Pemeriksaan darah
Untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu diperiksa sel darah putih
dan laju endak darah. Kultur darah dibutuhkan jika terjadi bakteremia dan
sepsis.
5. Keadaan nutrisi
Pemeriksaan keadaan nutrisi pada penderita penting untuk proses
penyumbuhan uluks dekubitus. Hal yang perlu diperiksa adalah
albuminlevel, prealbumi level, transferrin level, dan serum protein level.
6. Radiologi
Pemeriksaaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan tulang akibat
osteomyelitis. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar X, skentulang
atau MRI.
7. Pembuatan fotoklinis
Pembuatan foto klinis dibuat untuk memperlihatkan sifat serta luasnya
kelainan kulit atau ulkus dan dipergunakan untuk perbaikan setelah
dilakukan terapi.
8. Darah lengkap
Peningkatan tertentu awal menunjukan hemo konsentrasi, suhubungan
dengan perpindahan atau kehilangan cairan dan untuk mengetahui adanya
defisiensi nutrisi pada klien. Jika terjadi leukositosis karena adanya
kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap edema.
Glukosa serum yang terjadi peningkatan karena respon stres.
F. Farmakologi
Terapi umum
 Perhatikan statu nutrisi pada semua stadium ulkus dikubitus. Pemberian
asam askorbat 500mg 2 kali sehari dapat mengurangi luas permukaan luka
sebesar 84%. Asupan protein juga merupakan prediktor terbaik untuk
membaiknya luka dikubitus.
 Antibiotik sistemik diberikan bila terdapat bukti selulitis, sepsis, atau
osteomeilitis. Klindamisin dan gentamisin dapat berpenatrasi kedalam
7

jaringan disekitar ulkus. Pemberian antibiotik spektum luas untuk batang


gram negatif dan positif, anaerob dan kokus gram positif dilakukan pada
pasien sepsis karena ulkus dekubitus.
 Depridemen semua jaringan nekrotik harus dilakukan untuk membuang
sumber bakteremia pada pasien tersebut.
 Tempat tidur khusus: penggunaan kasur dekubitus yang berisi udara serta
reposisi empat kali sehari menurunkan angka kejadian ulkus dekubitus
dibandingkan penggunaan tempat tidur biasa dengan reposisi setiap dau
jam.
 Perawatan luka: tujuan perawatan luka adalah untuk mengurangi jumlah
bakteri agar proses penyembuhan tidak terhambat. Hal ini dapat dilakukan
dengan debridemen jaaringan nikrotik secara pembedahan atau dengan
menggunakan kompresan kasa dengan NaCl dua hingga tiga kali sehari.
Anti septik seperti povidone iodine, asam asetat, hidrogen piroksida, dan
sodium hipoklorit (larutan daki) bersifat sitotoksik. Bila sangat diperlukan
seperti pada luka dengan pus atau sangat bau, antiseftik dapat digunakan
dalam waktu singkat dan segera dihentikan begitu luka bersih.
G. Terapi Diit
 Terapi diit nutrisi agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat maka
nutrisi harus adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral, dan
air.
 Diet harian yang memadai minimal 30-35 kal/kg berat badan, termasuk
1,25-1,5 g/kg protein,harus disediakan. Jika diperlukan, pemberian nutrisi
parenteral dapat diberikan, asalkan intestina berfungsi dengan baik,
dengan nutrisi parenteral digunakan sebagai alternatif. Diet ketat harus
diminimalisasi. Pemberian vitamin C dan Zinc direkomendasikan bila
dicurigai defisiensi terhadap zat tersebut, karena dapat memperlambat
proses penyembuhan luka.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Pasien
Nama : Tn.X
Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Malioboro, Yogjakarta
No. RM : 013289
Tanggal masuk : 26 September 2019
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sakit pada punggung bagian bawah.
b. Keluhan tambahan
Pasien mengatakan gatal dan terasa panas punggung bagian bawah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dari IGD pada tanggal 26 september 2019 kemudian pasien
dirawat selama 6 hari di ruang ICU. Setelah keadaan membaik, pasien
dirawat di Ruang Cakra pada tanggal 30 september 2019. Pasien mengeluh
sakit pada punggung bagian bawah, gatal, dan terasa panas pada punggung
bagian bawah.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah mengalami kecelakaan 5 tahun yang lalu namun tidak ada
luka, hanya terjadi dislokasi pada kaki kiri dan dipijat kemudian sembuh.
e. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada penyakit keturunan dan menular.
9

C. Pengkajian Pemenuhan Aktivitas


a. Pola aktivitas
Sebelum sakit: Aktivitas seperti mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi
ditempat tidur, dan makan tidak ada gangguan, semua bisa dilakukan
sendiri oleh pasien.
Saat sakit: Pasien merasa tidak mampu lagi melakukan aktifitas seperti
biasa tanpa bantuan orang lain.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit: Pasien makan 3x/sehari, minum air putih sebanyak 6
gelas/hari.
Saat sakit: Pasien mengatakan makan 2x/sehari, minum 4 gelas/hari.
c. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit: Pasien mulai tidur jam 21.00 selama 8 jam, kualitas tidur
nyenyak.
Saat sakit: Pasien tidur selama 6 jam saat tidur dimalam hari, tidur kurang
nyenyak.
d. Pola eliminasi
Sebelum sakit: BAB 1-2x/sehari. Bau khas, konsistensi ampas, warna
kuning kecoklatan, BAK 4-5x/sehari warna agak kekuningan.
Saat sakit: Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar.
D. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran: Composmentis
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Respirasi : 24x/menit
Nadi : 84x/menit
Suhu : 37oC
E. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
Bentuk mesochepal, rambut pendek, warna hitam dan sedikit beruban,
mata normal, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak iterik, telinga simetris,
bersih atau tidak ada serumen, pendengaran baik, hidung tidak ada polip,
10

bersih atau tidak ada serumen, fungsi penciuman baik, mulut dan gigi
bersih, tidak ada karies, tidak ada gusi bengkak, tidak ada sariawan.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada
Bentuk simetris, tidak ada retraksi dada, pada paru tidak ada bunyi ronchi
dan weezing, pada jantung irama teratur, bunyi jantung reguler.
d. Abdomen
Bentuk abdomen datar, tidak terjadi pembesaran, dan tidak ada nyeri
tekan.
e. Punggung
Bentuk simetris, ada luka dekubitus.
f. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, terpasang kateter.
g. Kulit
Kulit lembab.
h. Ektermitas
Kedua tangan tidak dapat digerakan, kedua kaki tidak dapat digerakkan
dan pada kaki tidak terdapat odem.
F. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Pasien mengatakan Aliran darah Kerusakan
punggung terasa panas dan menurun atau integritas jaringan
bagian bokong juga terasa hilang
sakit jika tidur dalam posisi
telentang. Hipoksia
DO: Tampak ada tonjolan
ditulang ekor, ada luka Iskemia

dekubitus.
Dekubitus

Hilangnya
11

sebagian kulit

Kerusakan
integritas
jaringan
2. DS: Pasien mengatakan sakit Aliran darah Nyeri akut
punggung bagian bawah. menurun atau
DO:Pasien terlihat merintih hilang
kesakitan, skala nyeri 6, luka
terlihat luas pada lapisan Hipoksia
dermis.
Iskemia

Dekubitus

Hilangnya
sebagian kulit

Nyeri akut
3. DS: - Aliran darah Resiko infeksi
DO: Ada luka dekubitus di menurun atau
daerah tulang belakang. hilang

Hipoksia

Iskemia

Dekubitus

Hilangnya
sebagian kulit

Resiko infeksi
12

4. DS: Pasien mengatakan Aliran darah Hambatan


mobilitas fisik
aktivitas dibantu oleh menurun atau
keluarga. hilang
DO: Gerakan pasien terbatas.
Hipoksia

Iskemia

Dekubitus

Hilangnya
sebagian kulit

Keterbatasan
gerak

Hambatan
mobilitas fisik

G. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan menurunnya sirkulasi
darah ke jaringan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi jaringan (luka dekubitus).
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka dekubitus.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.

H. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
13

1. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien 1. Pakaian yang


integritas tindakan asuhan menggunakan longgar tidak
jaringan keperawatan pakaian yang dapat
berhubungan selama 3x24 jam longgar menghambat
dengan integritas jaringan sirkulasi darah
menurunnya membaik dengan
sirkulasi darah kriteria hasil: 2. Jaga agar kulit 2. Kulit bersih
ke jaringan  Perfusi tetep bersih dan kering akan
jaringan dan kering terhindar dari
normal resiko ulkus
3. Monitor kulit 3. Kemerahan
 Tidak ada
adanya tanda awal
tanda-tanda
kemerahan adanya iskemi
infeksi
4. Oleskan lotion 4. Menjaga
 Ketebalan dan
atau baby oil elastisitas kulit
tekstur jaringan
pada daerah
normal
yang tertekan
 Menunjukan
5. Mandikan 5. Air hangat
pemahaman
pasien dengan membuka
dalam proses
air hangat dan pori-pori dan
perbaikan kulit
sabun membersihkan
dan mencegah
kotoran dengan
terjadinya
bersih
cidera berulang
6. Observasi luka: 6. Dapat
 Menunjukan
lokasi, dimensi, mengetahui
terjadinya
kedalaman tingkatan luka
proses
luka, jaringan
penyembuhan
nikrotik, tanda
luka
infeksi lokal
7. Ajarkan
7. Melatih
keluarga
keluarga
tentang luka
perawatan
dan perawatan
14

luka secara mandiri


8. Kolaborasi ahli
gizi pemberian 8. Meningkatkan
pemberian diet proses
TKTP pembentukan
9. Lakukan teknik jaringan
perawatan luka 9. Mencegah
dengan steril penyebaran
bakteri pada
luka yang
menyebabkan
infeksi
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri 1. Mengetahui
berhubungan asuhan secara jenis nyeri
dengan keperawatan komprehensif: secara
destruksi selama 3x24 jam lokasi, durasi, konprehensif
jaringan (luka nyeri berkurang karakteristik,
dekubitus) samapai frekuensi,
menghilang intensitas, dan
dengan kriteria faktor pencetus
2. Menentukan
hasil: 2. Monitor skala
tingkat skala
 Mampu nyeri dan
nyeri ringan
mengontrol reaksi non
atau sedang
nyeri, dan verbal
atau berat
mengetahui
3. Melihat
penyebab nyeri 3. Gunakan
teknik riwayat nyeri
 Mampu
komunikasi pasien
menggukanan
terapeutik sebelumnya
teknik non
untuk dan cara
farmakologi
mengetahui mengatasinya
untuk
mengurangi pengalaman
15

nyeri nyeri
4. Membuat
 Melaporkan 4. Kontrol faktor
suasana rileks
bahwa nyeri lingkungan
pada
berkurang yang dapat
lingkungan
dengan mempengaruhi
menggunakan respon klien
menejemen terhadap
nyeri ketidak
 Mampu nyamanan
mengendalikan (suhu ruangan,
nyeri (skala cahaya,
intensitas, kegaduhan) 5. Menstimulasi
prekuensi dan 5. Ajarkan teknik pengeluaran
tanda nyeri) non hormon
 Tanda-tanda faramakologis : oksitoksin
vital dalam relaksasi,
rentang yang distraksi, terapi
diharapkan musik,
massage 6. Dapat

6. Informasikan mencegah

kepada klien penyebab nyeri

tentang pada klien

prosedur yang
dapat
meningkatkan
nyeri misalnya
jika yang
cemas, kurang
tidur, posisi 7. Pada nyeri
tidak rileks skala sedang
7. Kolaborasi hingga berat,
medis untuk analgesik dapat
16

pemberian menghilangkan
analgetik nyeri
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji faktor 1. Menilai
berhubungan tindakan asuhan yang kerentangan
dengan keperawatan meningkatkan individu
destruksi selama 3x24 jam resiko infeksi: terhadap
jaringan tidak terjadi lanjut usia, infeksi
(jaringan pada gejala infeksi respon imune
luka dekubitus) dengan kriterial rendah dan
hasil: malnutrisi
 Klien bebas 2. Cuci tangan 2. Meminimalkan
setiap sebelum penyebaran
dari tanda-
dan sesudah bakteri dari
tanda gejala
tindakan tangan
infeksi
 Klien mampu keperawatan
3. Mengurangi
mendeskripsika 3. Ajarkan pada
proses
n proses klien dan
penyebaran
penularan keluarga cara
bakteri dari
penyakit, menjaga
orang lain
faktor yang personal
termasuk
mempengaruhi hygien untuk
keluarga
penularan serta melindungi
penatalaksanaa tubuh dari
nnya infeksi: cara
 Klien mencuci tangan
mempunyai dengan benar
kemampuan 4. Jelaskan 4. Tanda dan
untuk kepada klien gejala demam,
mencegah dan keluarga kulit
timbulnya tanda gejala kemerahan,
infeksi infeksi muncul pus
 Jumlah 5. Pantau tanda 5. Tidak terjadi
17

leukosit dalam gejala infeksi: tanda-tanda


batas normal peningkatan infeksi
(4.000-10.000) suhu tubuh,
nadi,
perubahan
kondisi luka,
sekresi,
penampilan
urine,
penurunan BB,
keletihan dan
malaise 6. Menjaga tubuh
6. Pertahanan klien dari
teknik aseptik paparan bakteri
pada klien
yang beresiko 7. Mengurangi
7. Batasi jumlah agen pembawa
pengunjjung bakteri dan
bila diperlukan, mikroorganism
dan anjurkan e lain
penggunaan
APD pada
klien 8. Pemberian
8. Kolaborasi antibiotik
dengan tim untuk
medis untuk mempertahank
pemberian an daya tahan
terapi sesuai tubuh
indikasi, dan
pemeriksaan
laboratorium
4. Hambatan Setelah dilakukan 1. Monitor vital 1. Menilai
18

mobilitas fisik asuhan sign sebelum kemampuan


berhubungan keperawatan dan sesudah klien dalam
dengan selama 3x24 jam latihan dan latihan
penurunan mobilitas fisik lihat respon
kekuatan otot, tidak terhambat pasien saat
nyeri pada luka dengan kriteria latihan
dikubitus hasil: 2. Ajarkan teknik 2. Cara yang

ambulasi dan aman bagi


 Klien
berpindah yang klien untuk
meningkat
aman kepada berpindah
dalam aktivitas
fisik klien dan
 Mampu keluarga
3. Memebantu
mandiri total 3. Sediakan alat
klien untuk
 Memperagakan bantu untuk
memenuhi
penggunaan klien seperti
ADL secara
alat kruk, kursi
mandiri atau
roda, dan
mandirikan
walker
pasien
4. Latihan untuk
4. Dorong klien
menguatkan
melakukan
anggota tubuh
latihan untuk
pasien
memperkuat
anggota tubuh

5. ROM pasif
5. Anjurkan klien
dilakukan jika
untuk
klien tidak
melakukan
dapat
ROM jika
melakukan
memungkinkan
secara mandiri
6. Maksimalkan
6. Lindungi klien
19

dari cedera latihan


selama latihan
7. Kolaborasi 7. Menurunkan
dengan ahli resiko
fisioterpai terjadinya
untuk latihan iskemia
fisik klien jaringan akibat
sirkulasi darah
yang kurang
baik pada
daerah yang
tertekan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dekubitus merupakan kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal
akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan
tidak sembuh dengan urutan dan waktu yang tidak biasa. Selanjutnya,
gangguan ini terjadi pada individu yang berbeda di atas kursi atau di atas
tempat tidur, sering kali pada inkontinensia, malnutrisi, ataupun individu yang
mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat
kesadaran.

B. Saran
Semoga dengan makalah ini kita semua dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang penyakit dekubitus serta mengetahui asuhan keperawatan
yang benar pada pasien dekubitus.
DAFTAR PUSTAKA

Fernando, M. E., Crowther, R. G., Pappas, E., Lazzarini, P. A., & Cunningham,
M. (2014). Plantar Pressure in Diabetic Peripheral Neuropathy Patients
with Active Foot Ulceration.

Mukti, N. E. (2005). Penelusuran Hasil Penelitian Tentang Intervensi


Keperawatan Dalam Pencegahan Terjadi Luka Dekubitus Pada Orang
Dewasa.

Potter, P. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Vol. 7). Jakarta:


Salemba Medika.

Rendy, M. C., & TH, M. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogjakarta: Nuha Medika.

Revis, D. R. (2008). Pengaruh Mobilisasi dan Penggunaan VCO Terhadap Ulkus


Dekubitus Pada Gangguan Fungsi Motorik Pasca Stroke. Jurnal
Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, 1-7.

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, Simadibrata, Setiati, S. M., & B, A. I. (2006). Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Vol. 4). Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai