Anda di halaman 1dari 5

145

8 ANALISIS KESEIMBANGAN KAPASITAS PRODUKSI


DAN PEMERATAAN DISTRIBUSI KEUNTUNGAN

Agroindustri kerapu budi daya terdiri atas rangkaian kegiatan usaha


yang saling bergantung satu dengan yang lainnya, yaitu pembenihan,
pembesaran, dan pascapanen. Sebagaimana dapat dilihat di diagram pada
Lampiran 5, usaha pembenihan akan berkembang apabila usaha pembesaran yang
menggunakan benih juga berkembang. Sebaliknya, usaha pembesaran
membutuhkan pasokan dari pembenihan. Selanjutnya usaha pembesaran
membutuhkan pembeli, yaitu usaha pascapanen (merangkap pedagang
pengumpul ikan hidup) dan demikian pula sebaliknya. Kelemahan pada salah
satu mata rantai dapat mengakibatkan tidak bekerjanya sistem secara
keseluruhan. Sebagai contoh, keengganan para pelaku usaha untuk memasuki
segmen usaha pembesaran karena sulitnya mencari lahan perairan yang bebas
dari gangguan polusi maupun keamanan akan mengakibatkan tidak terjualnya
benih ikan yang dihasilkan oleh pembenihan. Sebaliknya tidak diproduksinya
benih ikan akibat kondisi alam yang kurang mendukung akan mengakibatkan
terhentinya usaha pembesaran dan pascapanen.
Selain masalah keterkaitan antar kegiatan usaha, permasalahan penting
lainnya dalam pengembangan agroindustri kerapu budi daya adalah
kecenderungan terjadinya produksi yang berlebih terdorong oleh keinginan
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya karena harga jual ikan kerapu yang
tinggi. Kecenderungan ini dapat terjadi karena permintaan pasar ikan kerapu
hidup masih terbatas pada pasaran Hong Kong, sedangkan pemasok ikan kerapu
ke pasar tersebut terdiri atas berbagai negara di kawasan Asia Tenggara dan
Australia. Produksi yang berlebih terhadap ikan kerapu jenis tertentu akan
mengakibatkan penurunan harga kerena berlebihnya suplai di pasaran.
Kecenderungan berlebihnya pasokan di pasaran terlihat dari menurunnya harga
jual ikan kerapu yang lebih banyak ditentukan oleh pembeli (buyer’s market).
Masalah potensial lainnya yang dapat menghambat perkembangan
agroindustri kerapu budi daya adalah adanya ketimpangan pendapatan antar mata
rantai kegiatan usaha satu dengan yang lainnya. Ketimpangan tersebut dapat
mengakibatkan kurang diminatinya mata rantai usaha yang kurang
menguntungkan atau memiliki tingkat risiko yang tinggi. Terhambatnya
146

perkembangan pada salah satu mata rantai dapat mengakibatkan terhambatnya


perkembangan sistem agroindustri kerapu budi daya secara keseluruhan.
Memperhatikan permasalahan tersebut di atas maka diperlukan upaya
untuk menata dan memperkuat struktur agroindustri kerapu budi daya sehingga
terbentuk keterkaitan yang erat antar subsistem yang terlibat di dalamnya. Model
dinamik dirancang bangun untuk menggambarkan perilaku agroindustri kerapu
budi daya, dan dengan menggunakan model tersebut dapat disimulasikan
dinamika yang terjadi pada sistem akibat adanya perubahan pada komponen
sistem tersebut. Proses simulasi telah dilaksanakan pada bab terdahulu yaitu
optimasi perencanaan kapasitas agroindustri kerapu budi daya yang sesuai
dengan kapasitas pasar dan simulasi distribusi keuntungan antar subsistem
produksi.

8.1 Perencanaan Kapasitas Produksi Agregat

Berdasarkan hasil simulasi telah dapat diketahui kapasitas produksi


maksimum pembenihan, pembesaran dan penanganan pascapanen yang harus
dikembangkan untuk mengantisipasi permintaan pasar. Analisis tersebut
dilakukan khusus untuk ikan kerapu macan dan khusus untuk pasar Hong Kong.
Berdasarkan analisis tersebut diperoleh tiga perhitungan kecenderungan
permintaan pasar yaitu berdasarkan skenario optimistik, skenario moderat, dan
skenario pesimistik untuk tiga subsistem usaha, yaitu pembenihan, pembesaran,
dan pascapanen (Tabel 35). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa apabila
permintaan pasar mengikuti kecenderungan sesuai dengan skenario optimistik
dibutuhkan produksi sebanyak 1.938.144 benih kerapu macan per tahun,
pembesaran sebanyak 1.596.516 ekor per tahun dan produksi
pascapanen/pemasaran sebanyak 1.271.976 ekor per tahun. Perhitungan ini dapat
dilakukan untuk jenis-jenis kerapu lainnya seperti kerapu bebek, kerapu lumpur,
kerapu sunu, dan kerapu malabar yang tersdia informasinya.
Peningkatan keunggulan kompetitif agroindustri kerapu budi daya
Indonesia terhadap negara pesaing, selain dengan menentukan kapasitas produksi
yang optimal sesuai dengan permintaan pasar adalah dengan menetapkan spesies
ikan kerapu yang merupakan keunggulan komparatif Indonesia. Secara alami
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis yang sesuai
untuk jenis ikan kerapu tertentu. Untuk itu perlu perlu pengkajian yang lebih
147

mendalam untuk memilih spesies kerapu yang menjadi unggulan Indonesia.


Dengan menentukan spesialisasi produk, maka upaya penciptaan keunggulan
kompetitif sektor perikanan laut, khususnya ikan kerapu, melalui pemfokusan
kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan.
Hasil analisis ini dapat dijadikan dasar bagi kebijakan boleh atau tidaknya
ekspor benih. Apabila berdasarkan hasil simulasi diperoleh informasi bahwa
pada musim tertentu kapasitas produksi benih melebihi kemampuan budi daya
untuk menyerap benih, maka dapat dilakukan ekspor benih. Sebaliknya apabila
kapasitas produksi kurang dari kebutuhan maka dilakukan pelarangan ekspor.
Perencanaan kapasitas produksi agroindustri kerapu budi daya secara
makro nasional diperlukan untuk menghindarkan terjadinya produksi yang
melampaui kemampuan pasar untuk menyerapnya, terlebih pada komoditi ikan
kerapu yang diperdagangkan dalam keadaan hidup dan memiliki pasar yang
sebagian besar ditujukan ke pasar Hong Kong. Informasi tentang kapasitas
produksi maksimal selanjutnya dapat dijadikan dasar bagi perencanaan
pengembangan produksi ikan kerapu.
Informasi tentang penyerapan ikan kerapu di pasaran Hong Kong dapat
dilihat pada Lampiran 4. Dari informasi tersebut terlihat bahwa paling tidak ada
7 jenis ikan kerapu asal Indonesia yang diperjual-belikan di pasaran Hong Kong.
Dilihat dari volumenya, impor Hong Kong tersebut memperlihatkan
kecenderungan meningkat. Untuk kerapu macan, volume impor dari Indonesia
meningkat dari 2.280 kg/bulan pada awal tahun 2002 menjadi 33.140 kg/bulan
pada pertengahan tahun 2006. Berdasarkan hasil proyeksi, melalui skenario
optimistik, maka volume impor ikan kerapu macan hidup dari Indonesia akan
mencapai 51.807 kg/bulan pada akhir tahun 2008. Apabila dilihat dari semua
jenis kerapu hidup yang diimpor Hong Kong dari Indonesia, maka angka impor
tersebut meningkat dari 78.655 kg/bulan pada awal tahun 2003 menjadi 95.293
kg/bulan pada pertengahan tahun 2006 dan diproyeksikan menjadi sebesar
119.706 kg/bulan pada akhir tahun 2008.

Informasi mengenai volume impor kerapu Hong Kong asal Indonesia


tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam memperkirakan seberapa besar
kapasitas produksi pembenihan, pembesaran, dan penanganan pascapanen ikan
kerapu macan yang dapat dikembangkan di Indonesia. Besarnya kapasitas
produksi tersebut belum memperhitungkan ekspor kerapu ke negara lain dan juga
angka ekspor yang tidak tercatat.
148

8.2 Pemerataan Distribusi Keuntungan

Tingkat profitabilitas ketiga pelaku usaha dalam agroindustri kerapu budi


daya mengalami ketimpangan. Ketimpangan ini terjadi karena karakter kegiatan
usahanya yang lebih rentan terhadap risiko kegagalan dan membutuhkan
investasi yang cukup besar. Berdasarkan hasil simulasi, kegiatan pembenihan
memiliki tingkat risiko yang tinggi. Apabila hal ini dibiarkan maka ada
kecenderungan pelaku usaha untuk menghindari kegiatan tersebut yang akhirnya
merugikan industri secara keseluruhan karena terputusnya mata rantai industri.
Alternatif jalan keluar yang mungkin dilakukan adalah melalui intervensi
pemerintah, dimana segmen usaha yang memiliki risiko tinggi diambil alih oleh
pemerintah. Hal ini dimungkinkan karena beberapa pembenihan kerapu yang
dinilai berhasil berada di bawah pengelolaan pemerintah, dalam hal ini
Departemen Kelautan dan Perikanan. Untuk menyelamatkan agroindustri
kerapu budi daya secara keseluruhan, maka pemerintah perlu mensubsidi
kegiatan usaha tersebut. Dapat pula dilakukan langkah bahwa pihak swasta tetap
menangani pembenihan, namun diberi subsidi oleh pemerintah. Dapat juga,
segmen kegiatan tertentu seperti pemeliharaan induk ditangani oleh pemerintah
dan pembenih swasta boleh menggunakan induk yang disediakan pada saat
diperlukan.
Berdasarkan hasil simulasi telah dapat diketahui variabel-variabel mana
yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan
pembenihan, pembesaran dan pascapanen. Untuk subsistem pembenihan, faktor-
faktor teknis yang sangat berpengaruh terhadap keuntungan adalah produktivitas
induk (fekunditas dan frekuensi memijah) dan sintasan benih. Untuk faktor
ekonomis, maka faktor yang berpengaruh adalah harga jual benih dan biaya
produksi per unit benih. Untuk subsistem pembesaran, faktor teknis yang
berpengaruh adalah sintasan ikan, kecepatan tumbuh ikan (lama pemeliharaan),
dan padat penebaran, sedangkan faktor ekonomis yang menentukan keuntungan
adalah harga jual ikan hasil pembesaran, harga benih, dan biaya produksi. Untuk
subsistem pascapanen, faktor teknis yang berpengaruh adalah sama dengan
subsistem pembesaran, sedangkan faktor ekonomis penentu keuntungan adalah
harga jual ikan pascapanen, harga beli ikan, dan biaya pemeliharaan.
149

Melalui intervensi pemerintah dapat dilakukan upaya menyeimbangkan


pendapatan para pelaku usaha di bidang perikanan kerapu, misalnya melalui
pemberian insentif langsung maupun tidak langsung. Bentuk insentif fiskal
dapat berupa subsidi bunga pinjaman bagi usaha pembenihan atau pembebasan
tarif impor barang modal untuk pembenihan yang belum diproduksi di dalam
negeri. Bentuk insentif non fiskal untuk kegiatan pembenihan antara lain adalah
kemudahan perizinan, bantuan survey lokasi, bantuan tenaga akhli dan
pendidikan dan pelatihan di bidang pembenihan. Melalui berbagai insentif ini
maka akan tercipta iklim usaha yang kondusif bagi terciptanya keunggulan
kompetitif agroindustri kerapu budi daya di antara negara pesaing di kawasan
Asia Pasifik.
Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri pembenihan ikan
kerapu, dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengizinkan pemasaran
benih ikan kerapu ke luar negeri, terutama negara konsumen ikan kerapu. Dapat
pula dipertimbangkan kemungkinana memfasilitasi usaha budi daya di negara
lain dengan pasokan benih dari Indonesia. Hal ini dapat dilakukan untuk jenis-
jenis ikan kerapu yang merupakan spesialisasi Indonesia seperti kerapu tikus atau
kerapu sunu karena sesuai dengan ekosistem Indonesia. Meskipun demikian,
kebijakan ini perlu didukung oleh perlindungan terhadap hak atas kekayaan
intelektual (HAKI), sehingga menghindarkan terjadinya perpindahan sumber
daya dan tenaga akhli Indonesia ke negara lain.
Untuk subsistem pembesaran (budi daya), permasalahan umum yang
dihadapi oleh pelaku usaha adalah kepastian hukum untuk penggunaan kawasan
perairan untuk kegiatan budi daya laut. Tumpang tindih penggunaan kawasan
dengan kegiatan lain seperti pariwisata atau kegiatan penambangan dapat
mengakibatkan berkurangnya minan investor memasuki bidang budi daya kerapu.
Untuk mengatasi hal ini, maka upaya implementasi dari Undang-undang tentang
Perikanan Nomor 31 / 2004 terutama yang menyangkut tata pemanfaatan air dan
lahan pembudidayaan ikan dalam bentuk peraturan pemerintah akan sangat
membantu mendorong peningkatan industri kerapu budi daya.

Anda mungkin juga menyukai