Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)


DI RUANG VK RSUD MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Tanggal 20 juni – 27 juni 2022

Oleh

Uun Shafa'atun Nikmah, S.Kep


NIM. 2130913320062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)


DI RUANG VK RSUD MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Oleh:

Uun Shafa'atun Nikmah, S.Kep


NIM. 2130913320062

Banjarbaru , Juni 2022

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructor

Fitri Ayatul Azlina, S.Kep., Ners, M.Kep.


NIP.199302042022032012 NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KETUBAN PECAH DINI

A. Definisi
Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran) adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam tetap tidak
diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya (Legawati & Riyanti, 2018).
Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin dari
infeksi. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas. Selain itu dapat
dijumpai juga sebagai sumber infeksi puerperalis (nifas), peritonitis, septicemia, dan
partus kering atau dry labor (Puspitasari, 2019).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan
serviks pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Persalinan ketuban pecah dini ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
kelainan letak janin, kehamilan ganda, kelainan bawaan dari selaput ketuban,
kelainan panggul (Manuaba, 2007:229).

B. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini, antara lain (Nugroho, 2011) :
1. Infeksi dapat terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
assenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban sehingga bisa
menyebabkan KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka
oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus ) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah
6. Keadaan sosial ekonomi
7. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
8. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
9. Defisiensi gizi

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang terjadi pada ketuban pecah dini antara lain, (Nurgoho,
2012);(Norma & Mustika,2013):
1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak
3. Cairan ketuban dapat keluar secara merembes atau menetes
4. Cairan yang keluar tidak akan berhenti atau kering karena cairan ini masih terus
diproduksi sampai kelahiran
5. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut (Tanto, 2014); (Nugroho,
2011):
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Mengecek warna, konsentrasi bau dan pH cairan. Pengukuran pH cairan
dilakukan dengan cara menggunakan kertas lakmus (Nitrazin Test). Bila
ada cairan ketuban maka kertas lakmus akan berubah dari warna merah
menjadi
warna biru. Selama kehamilan pH normal vagina yaitu 4,5-6 sedangkan pH
cairan amnion 7,1-7,3.
b. Mikroskopik (tes pakis), dilakukan dengan cara meneteskan air
ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
c. Pemeriksaan darah, infeksi terjadi apabila suhu badan ibu >37,50C, air
ketuban keruh dan berbau, leukosit >15000/mm3.
2. Pemeriksaan USG, dilakukan untuk mengetahui jumlah cairan ketuban serta
mengkonfirmasi adanya oligohidramnion. Normal volume cairan ketuban
antara 250-1200 cc.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini yaitu pastikan diagnosis, tentukan umur
kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin, apakah
dalam keadaan inpartu dan terdapat kegawatan janin. Riwayat keluarnya air ketuban
berupa cairan jernih keluar dari vagina yang kadang-kadang yang disertai tanda tanda
lain dari persalinan. Diagnosis ketuban pecah dini premature dengan inspekulo dilihat
adanya air ketuban keluar dari kavum uteri. Penderita dengan KPD harus masuk
rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti
keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala
aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bila ketuban pecah dini
pada kehamilan premature, diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Secara
umum penatalaksanaan pasien KPD yang tidak dalam persalinan serta tidak ada
infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya tergantung pada usia kehamilan. Cara
persalinan pada kasus KPD, persalinan dapat diselesaikan dengan partus spontan,
ekstraksi vakum, dan seksio sesarea. Ektrasi vakum ialah suatu persalinan buatan
pada kasus KPD, janin dilahirkan dengan ekstrasi vakum pada bagian kepalanya.
Terminasi juga dapat dilakukan persalinan dengan cara seksio sesarea yaitu
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
Rahim (Safitri & Ambarwati, 2017).
F. Komplikasi
Komplikasi ketuban pecah dini yang paling sering terjadi pada ibu bersalin, sebagai
berikut (Rahayu,2017):
1. Infeksi dalam persalinan
2. Infeksi masa nifas
3. Partus lama
4. Perdarahan post partum
5. Meningkatkan kasus bedah caesar
6. Meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal

Komplikasi yang paling sering terjadi pada janin, sebagai berikut (Rahayu, 2017):
1. Prematuritas
2. Penurunan tali pusat
3. Hipoksia dan asfiksia
4. Sindrom deformitas janin
5. Meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal
G. Pathway
Gangguan pada kehamilan

Kanalis Kelainan Infeksi Serviks Gemeli,


servikalis selalu Letak Janin genetalia Inkompetent Hidramnion
terbuka (sungsang)
akibatnya
kelainan serviks Dilatasi Ketegangan
Proses
uteri (abortus & Tidak ada bagian berlebihan uterus yang
biomekanik
riwayat kuretase) terendah yang serviks berlebihan
bakteri
menutupi pintu
mengeluarkan
atas panggul
enzim
yang Selaput
Mudahnya proteolitik Serviks
menghalangi ketuban
pengeluara tekanan terhadap menonjol & tidak bisa
n air membran mudah menahan
ketuban bagian bawah Selaput pecah tekanan
ketuban intrauteri
mudah
pecah
Mudahnya
pengeluaran
air ketuban

Peningkatan KETUBAN PECAH DINI


Stimulus nyeri kontraksi

Air ketuban Tidak adanya


terlalu banyak Melahirkan bayi perlindung dari
dunia luar
dengan daerah
rahim
Kecemasan ibu Mudahnya mikroorganisme masuk
terhadap keselamatan
janin dan dirinya

Rasa tidak
nyaman

Hambatan Rasa
Nyaman
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data umum: nama, umur, pekerjaan, pendidikan terakhir, suku, status
perkawinan, nama suami, alamat, pekerjaan, agama, dan pendidikan
terakhir.
b. Data umum kesehatan: BB, TB, masalah kesehatan khusus, obat-obatan,
alergi, diet khusus, penggunaan alat bantu, frekuensi BAB dan BAK,
kebiasaan waktu tidur.
c. Data umum maternitas: perencanaan kehamilan, status obstetrikus, usia
kehamilan, HPHT, tafsiran partus, jumlah anak, kegiatan kelas
prenatal, jumlah kunjungan selama kehamilan, masalah kehamilan
yang lain, kontrasepsi. Masalah persalinan yang lalu.
d. Riwayat persalinan sekarang : mulai persalinan, keadaan kontraksi, frekuensi
dan kekuatan DJJ, kenaikan BB selama kehamilan, TTV, pemeriksaan fisik,
GCS, pemeriksaan dalam, ketuban (utuh/pecah), laboratorium, terapi yang
diberikan.
e. Data psikosial : penghasilan keluarga, perasaan tentang kehamilan,
respon sibling terhadap kehamilan sekarang.
f. Laporan persalinan
g. Anamnesa, dilakukan dengan cara menanyakan kepada ibu hamil
mengenai tanda-tanda persalinan seperti riwayat keluarnya cairan dari
vagina, warna cairan dan cairan berbau khas.
h. Inspeksi, dilakukan pengamatan dengan mata biasa untuk mengetahui
keluarnya cairan, jumlah cairan yang keluar.
i. Vaginal Touche (VT) tidak dianjurkan kecuali pasien diduga inpartu. Hal ini
VT akan meningkatkan insidensi korioamnionitis, postpartum endometritis
dan infeksi neonatus. Selain itu juga memperpendek periode laten (waktu
dari ruptur hingga terjadinya proses persalinan).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas (00146)
b. Risiko Infeksi (00004)
c. Hambatan Rasa Nyaman (00214)
d. Nyeri Akut (00132)
e. Nyeri Persalinan (00059)
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut (00132) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (1400)
keperawatan selama 1X24 jam
1. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
diharapkan :
2. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
Tingkat Nyeri (2102)
dari ketidaknyamanan.
1. Nyeri yang dilaporkan (3-4)
3. Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan
2. Panjangnya episode nyeri (3-4)
perkembangan yang memungkinkan untuk memonitor
3. Ekspresi nyeri pada wajah (3-4)
perubahan nyeri dan akan membantu mengindentifikasi faktor
4. Ketegangan otot (3-4)
pencetus (misalnya catatan harian)
5. Mengerang dan menangis (3-4)
4. Evaluasi dari keefektifan dari tindakan pengontrol
nyeri berdasarkan respon pasien
5. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
6. Dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurunan
nyeri yang adekuat
7. Gali penggunaan metode farmakalogi yang dipakai pasien
untuk menurunkan nyeri
2. Ansietas (00146) Tingkat Kecemasan (1211) Pengurangan kecemasan (5820)
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan.
keperawatan selama 1x60 menit 2. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
diharapkan kecemasan berkurang 3. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
atau teratasi. 4. Dengarkan klien
1. Perasaan gelisah (3 - 4) 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2. Rasa takut yang disampaikan 6. Berikan informasi tentang penyimpangan genetik khusus, resiko
secara lisan (3- 4) yang dalam reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan
3. Rasa cemas yang disampaikan diagnosa.
secara lisan (3- 4) 7. Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus.
8. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan
fisik/psikologis.
3. Hambatan Rasa Nyaman Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (6040)
(00214) keperawatan selama 1X24 jam,
1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis
diharapkan:
relaksasi yang tersedia
2. Gunakan relaksasi sebagai strategi tambahan dengan obat-
obatan nyeri atau sejalan dengan terapi lainnya
Status Kenyamanan (2008)
3. Dorong pengulangan teknik praktik-praktik tertentu secara
1. Kesejahteraan berkala
psikologis (3-4) 4. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang
2. Control terhadap gejala (3-4) terjadi
3. Kesejahteraan fisik (3-4) 5. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien
6. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi
relaksasi
Manajemen Nyeri (1400)

1. Evaluasi dari keefektifan dari tindakan pengontrol


nyeri berdasarkan respon pasien
2. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
3. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
dari ketidaknyamanan.
5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
6. Gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai pasien
saat ini untuk menurunkan nyeri
7. Ajarkan metode farmakalogi untuk mengurangi nyeri

4. Risiko Infeksi (00004) Setelah dilakukan tindakan Perawatan Intrapartum (6830)


keperawatan selama 1X24 jam
1. Tentukan apakah pasien dalam proses persalinan
diharapkan:
2. Lakukan pemeriksaan vagina secara tepat
3. Monitor tanda-tanda vital maternal diantara kontraksi
4. Lakukan monitor janin secara elektronik sesuai protocol
Status Maternal: Intrapartum
dengan tepat untuk mendapatkan informasi tambahan
(2510)
Perlindungan Infeksi (6550)
1. Frekuensi kontraksi uterus (2-3)
1. Monitor kerentanan terhadap infeksi
2. Perkembangan dilatasi serviks (2-
2. Instruksikan pasien untuk meminum antibiotic yang diresepkan
3)
3. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari
infeksi
4. Lapor dugaan infeksi pada personil pengendali infeksi
Keparahan infeksi (0703)
5. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik atau lokal
1. Peningkatan jumlah sel darah
putih (2-3)
2. Demam (3-4)

5. Nyeri persalinan (00059) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)


keperawatan selama 1 x 12 jam
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan
dengan kriteria hasil:
jaminan
Tingkat nyeri (2102) 2. Berikan penilaian mengenai pamahaman pasien terhadap
proses penyakit
1. Nyeri yang dilaporkan (dari
3. Bantu pasien dalam mengembangkan penilaian terkait
skala 2 ke skala 3)
dengan kejadian lebih objektif
2. Panjangnya episode nyeri (dari
4. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
skala 2 ke skala 3)
sesuai dengan kebutuhan
5. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan.
6. Gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai pasien
saat ini untuk menurunkan nyeri
7. Ajarkan metode farmakalogi untuk mengurangi nyeri
Terapi relaksasi (6040)

1. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi


2. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya
relaksasi, misalnya bernafas dalam, pernafaasn perut
3. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien
4. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Kosim, M. S. 2010. Pemeriksaan Kekeruhan Air Ketuban. Sari Pediatri, 11 (5).


Legawati & Riyanti. 2018. Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruang
Cempaka RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Jurnal Surya Medika, 3(2).
Manuaba I. (2007). Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi & Kb. Jakarta:ECG
Nanda Diagnosis Keperawatam: Definisi & klasifikasi 2018-2020
Nugroho, T. 2011. Kasus Emergency Kebidanan. Jakarta: Buku Kompas.
Nusing Intervention Classification (NIC)
Nursing Outcome Classification (NOC)
Norma, N & Mustika, D. 2013. Asuhan Kebidanan: Patologi teori dan Tinjauan Kasus.
Yogjakarta: Nuha Medika
Puspitasari, R.N. 2019. Korelasi Karakteristik Dengan Penyebab Ketuban Pecah Dini Pada Ibu
Bersalin Di RSUD Denisa Gresik. Indonesian Journal For Health Sciences, 3(1).
Rahayu, B & Sari, A.N. 2017. Studi Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban Pecah Dini (KDP)
Pada Ibu Bersalin. Jurnal Ners dan Kebidanan Indinesia, 5(2).
Safitri, N.L. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketbuban pecah dini (KPD) Pada NY. S
Dengan Kehamilan Kurang Dari 37 Minggu di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Jurnal
Profesi Keperawatan, 4(1).
Tanto, C., Frans, L., Sonia., & Eka, A.P. 2014. Kapita Selekta Kedokteran ed.4.Jakarta: Madia
Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai