Anda di halaman 1dari 3

Tantangan Pasar Modal Indonesia

Sebagai akibat dari globalisasi dan integrasi ekonomi, aktivitas pasar sangat dipengaruhi oleh
aktivitas ekonomi lokal, regional, dan global. Menganalisis tingkat pertumbuhan pasar modal
dengan menggunakan berbagai indikator ekonomi makro seperti inflasi, suku bunga, nilai tukar,
dan indikator skala lainnya. Ini adalah titik kunci penurunan di pasar derivatif karena memberikan
gambaran yang akurat tentang tingkat pertumbuhan pasar modal. Suku bunga, tingkat inflasi, nilai
tukar, dll. adalah beberapa indikator ekonomi yang mempengaruhi aktivitas pasar saham.

Pertumbuhan ekonomi regional di Amerika Utara, Eropa dan Asia berdampak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, krisis keuangan saat ini di beberapa negara Eropa,
termasuk Yunnan, Portugal, Italia, dll., dapat berdampak buruk pada kawasan ekonomi lainnya.
Apalagi, kemerosotan ekonomi Jepang akhir-akhir ini akibat tsunami yang melanda Jepang telah
berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di seluruh Asia. Meskipun perekonomian saat ini
sedang mengalami penurunan, aliran dana untuk inisiatif investasi kurang menjadi perhatian.
Artinya, aktivitas perdagangan modal di seluruh dunia terus mencari portofolio investasi yang
dapat menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi. Perekonomian yang lesu di kawasan ini dapat
"menguntungkan" kawasan ekonomi lain di dunia, yang merupakan anugerah tersembunyi.

Aspek terpenting dari bekerja di pasar adalah berdagang di pasar sekunder. Di Indonesia, pasar
saham mengalami ayunan kinerja yang sangat positif terlihat dari volatilitas indeks saham. Ketika
krisis subprime mortgage melanda pada tahun 2008, indeks saham anjlok hingga hampir 1.100.
Ini membutuhkan semacam pemanis untuk menjaga pasar tetap bergejolak selama perdagangan.
Sebagai negara terpadat di dunia, peningkatan investor lokal merupakan salah satu faktor yang
telah membantu memperkuat ketahanan pasar karena volatilitas arus kas jangka pendek. Basis
modal lokal yang kuat dan substansial membuat pasar modal Indonesia lebih kompetitif dengan
pasar 'shock'. Untuk itu, pendidikan dan sosialisasi merupakan dua saluran yang perlu terus
dikembangkan.

Selain itu, diperlukan tata kelola yang baik dan penerapan praktik bisnis yang beretika secara
berkelanjutan. Literatur menunjukkan bahwa penerapan tata kelola yang baik berdampak negatif
pada kesuksesan bisnis, reputasi, dan bahkan krisis. Setiap krisis, apakah itu krisis subprime
mortgage tahun 2008 atau krisis lain dengan besaran yang bervariasi, memiliki biaya yang sangat
besar untuk dibayar. Namun, semua pemangku kepentingan perlu menyadari bahwa tata kelola
yang kuat merupakan prasyarat untuk kelangsungan (keberlanjutan) pasar keuangan dan
komoditas. Selain itu, dalam konteks lain, ada juga kekhawatiran tentang risiko reputasi yang
terkait dengan berbagai jenis transaksi perbankan, seperti dana nasabah dan lainnya.
Pertanyaannya adalah bagaimana menerapkan tata kelola perusahaan yang baik melalui
manajemen risiko dan penegakan hukum agar etika bisnis tidak terganggu.

Kalimat berikut menggambarkan pasar saham Indonesia sebagai contoh pasar yang sedang
berkembang.

1. Sedikit investor domestik. Saat ini, jumlah investor dalam negeri telah mencapai
363.000, masih relatif kecil dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang
berjumlah 240 juta. Runtuhnya pasar modal investor domestik dapat mencegah
pasar modal investor asing runtuh selama pembalikan modal besar-besaran.

2. Tidak banyak emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bekerja dengan baik. Saat
ini tercatat ada 462 emiten di pasar derivatif Indonesia. Ini adalah properti besar,
tetapi tidak sesuai dengan kendaraan investasi yang tersedia. Untuk itu, pasar saham
Indonesia membutuhkan emiten yang lebih berkualitas serta perusahaan yang
berhasil menerima pembayaran dari masyarakat umum produk investasi di pasar
modal masih terbatas.

3. Instrumen modal investasi saat ini didiskontokan. Yang ada adalah diversifikasi
produk investasi. Investasi di saham dan obligasi pemerintah kini turun meski ada
utang korporasi. Investasi alternatif, seperti derivatif, juga seringkali berisiko.

4. Sistem yang tidak rusak. Aktivitas pasar modal berlanjut di sektor jasa keuangan.
OJK BEI perlu menyinkronkan legislasi karena perbankan dan industri keuangan
lainnya semakin dekat dengan pasar komoditas. Ada hukum yang dilanggar. Ada
banyak kebingungan dan misalignment sekarang.

5. Ada banyak tukang roti yang mengeluarkan gorengan. Kenaikan saham menjadi
pendorong naiknya IHSG, namun yang perlu dipahami adalah banyak sekali
sekuritas yang berstatus "gorengan". OJK prihatin dengan situasi ini karena
gorengan saham adalah investasi yang tidak aman, dan diyakini bahwa setiap aspek
pertumbuhannya positif. Saham naik dan turun milik pihak-pihak yang terkait erat
atau sama.

Anda mungkin juga menyukai