Anda di halaman 1dari 47
KERAGAMAN GENETIK, PEMULIAAN POHON DAN PENINGKATAN PRODURKTIVITAS HUTAN DE INDONESIA UNIVERSITAS GADJAH MADA Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Diueapkan di depan Rapat Terboka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada pada tanggal 6 Maret 2004 di Yogyakarta Oleh: Prof. Dr. Tr, Mohammad Naviem, M.AgrSe. Bigmillaahir.rohmasnir-roniim Yang Terkormat Ketwa, Sekretaris dan para Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada Kema, Sekretaris dan para Anggota Majelis Guru Besar Universitus Gedjak Mada Ketna, Sekretaris dan pare Auggote Senat Akadentik Universitas Gadjicit Mada Rekzor dan para Wakil Rekior Universitas Gadjah Mada, Para dosen, tamu undangan, kawan sejawat, handai iantan, segenap sank keuarga yang berbahagio, dnt Yang sitva cinta’ para Mabuasivwa Assatunue ‘ataikum wr wb, Terlebik dahulu marilah kita panjatkan puji syukur ke hadicat Allah SWT, kerona nikmat dan Karunia-Nya pads hai ini kita dapat berkumpul bersama di Balai Scnat Universitas Gadjah Muda untuk mengikuti rapat torbuka Majelin Guru Besar. Terima kasilt yang sebesar-besarnya saya sampaikan Xepada Ketua Majelis Guru Besar. yang wlah memberiken kesempatan dan kehormatan kepada saya untuk menyainpaikan piduto pengukuhan sebagai Guru Besar Pemuliaan Pohon Hotan Universitas Gadjah Mada. Para hadirin yang ternormat, perkenimkanlah saya menyampaikan pidato pengukuihan yang berjudul KERAGAMAN GENETIK, PEMULIAAN POHON DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN DI INDONESIA Perulizan pohon sebenamya belum serluly fama menjadi tepik baku yung dianggap peating di dunia kehutanan di Indonesia, Menurut Prof. Di. I. Ocmi Hani'in Suseno (Alm.} dan Prof. Us. ir. Sockotjo MSc, (Suscno, 1993; Sockotjo, 1993) pemuliaan hove baru dilakukar sccara lebih terprogcam dan terarah pada tahun 1976. Meskipun muasth merupakan lopik bahasan yang relatif baru, totapi kami berkeyskinatt bahwa pemuliaan pohon metupakan komponen 2 tama dalam upaya meaingkatkaa produktivitas dan kelestarian hutan Peningkatan prodakcivitas hutan merupekan solusi penting verhadap kekstarian sumberdaya genetik. Di samping itu adanya atensi peme- Fintah terhadsp pentingnya sumberdaya geneuik dan sistim fata guna lzhan, merupakan hal yang lain yang juga tidak bisa chabaikan, Sebagaimana dikethui, hutan alam tropika hurtida Indonesia sebogai pusal surmberdaya genetik yang multi fungsi, saat ini dalam kondis! sangat mengkhawatirkan, sementara belum selursh fungsin cermanfactkan secant optimal, Oleh karena its pemuhaman ak: pentingnya program pemuliaan pohon sebagai clemen daxar keles- tarian sumberdaya hutan, porlu lebih ditumbuh-kembangkan di masyavakat, teratema para rimbawan secara lua. Hadirin yang berbehagic, ‘Agar lebih mudah memahemni alur pikir yang ingin disampaikan dalam pidato ini, perlu kiranya diberikan deberapa batasan tentang keragaman genetik, pemuliaan pohon dan produktivitas hutan sebagai benikur Menunat Gray (1996), keragaman genetik adalah variasi yang dapat diweriskan dalam suatu populasi sebogai hasil dau perhedaan alel yang ada dalam yen. Oleh Karena ity keragaman genetik meru- pakan hal yang sungat penting bagi seluruh keragarnan biologi dan merupakan’ dasar dari proses evolusi. Sedangkan proses evolust merupakan cefleks! duri seleksi alami yang bekerja anter den dalam poptllasi secara terus smoncrus untuk menghasilkan species yang palling sesuai dan sehat. Proses evolusi menjadi sanget penting dan dianggap scbagai "selection to rhe firtest”, karena populasi memerlu- kan respon perubahan lingkungan dan pesaing baru agar populasi tersebut mampu- mempertahankun kemampuan adaptasinya pada lingxungen tertentu dalam jangka wakuu yang relatif Tama Kjaer ¢4 al (206)) Secara konseptual hubungan antara keragaman dan perolehan genetik (genetic gain) dilukiskan oleh Jehnson (2001) sebagai berikut (Gainbar 1) Sumbu absis merunjukkan kerageman genetik sedangkan sumbu ordinat menunjukkin perolehan genetik. Populasi sumberdaya genetik menggambarkan seliuh keragaman genetik yang tersedia i Perolehan genetik: Pepalasi Pemuliaas Populasi 4 Keraganian genetik, —— Gambar 1. Hebuagan konscptaalamtarakeragaman dan perokchan genet yang dapat memberikan kontribusi pada populasi pemuiiaan, Populasi ini termasuk tegakan-icgakan alam, uji provenans, kebun henih, vii kelurunan, dan tanaman_ operasionel. Bertkutnye adalah populasi pemulisan, populasi ini harus cukup memiliki keragaman genetk dan tersusun oleh individu-individu yang lebih berkualitas agar mampu mempertahankan perolenan genetik yang tinggi untuk beberapa generesi. Terakhie adalah populast produksi yang terdin dari kebin henih atau klon-kian yang diginakan untuk kegistan pernbustan tanaman hutan skala operasional Hadirin yang berbahagia, Dari uraian ini jeles bahwa keragaman genetik merupakan modal dasar kegiatan: pemuliaan pohon untuk meninghatken produk- tivitas butan tanaman melalui tersedienya materi tanaman unggul dari Populasi produksi. Secara sedeifiana suat peningkatan produktivitas dapat dillusirasikan sebagai berikut Kesatuan Pemangkuen Hutan (KPH) Ngawi dengan Inas 30,000 hha, saat ini memerlukan dana pengelolaan sebeser Rp 17 milyat per Ishun. Sememtara mengacu pada dala pertumbuhan plot-plot percobaan jati yang ada df Ngawi, Cepu, Bojonegoro maupun Ciamis menunjukkan bahwa dengan sentuhan silvikultur intensif Cbenih unggul, persiapan lahan secara tepat, pemupukan, pengendalian frarna, penyakit. penggembalaan dan kebakaran hutan) maka hasil panen 4 tegakan jati pads umur 25 tahun diperkirakan dapat menghasilkan 200 nm kayu setiap ha nya. Apabila harga jual setiap m* kayu jati adalah Rp 2.5 juta, maka dusi sctiap kektar aya akan diperolen Rp SCO juts atau Rp 24 milyor scliap 50 ha tegekan, Sehingga biaya pengclolaan sebesar Rp 17 tnilyar per tahun terscbut, akan tercukupi hanya dati tebangan akhir tegakan jati seluas $0 ha atau 1.250 ha selama 25 tahun yang dikelola secara imensif, Memang lanan yang akan dikelola sebuga; andalan (brssiues core) rersebut harus merupakan lahan terpilih (Solum tebal, datar. crainase baik) Tetapi memiiih 1.250 ha, shan begus dari luasan 30.000 ha. tersebut jetos merupakan Fal yang tidak terlalu safit Hustrasi ini menggambarken bahwa melalui kabun sempit tetapi penanganan intensif akan mampu menghasilkan hutan tanaman yang jauh lebih produktit, Bila upays efisiensi ini dapat diherlakukan secora luas, make keberadaan futur alam tropika humida sebagai sumber keragainan genetik akan terus (etap terjaga. Dengan demikian peluang penelitian tethadap berdagai hasil Inutan non kayu seperti Jemek. minyak, scnyawa kimia, senyawa bioaktif, bahan famesi, obat dari bahan lamaman, Kosmetik, bonih dan horticultar di hutan alam tropika hnunida akan :ctap terbuka Twas (Soekotje et af, 2003; Kate and Laird, 2002) Olen Karena itu pada kesempatan yang hecbshagia ini saya ingin mengungkap sccaralebin luas ubungan keragaman—gcxictik, pemuliaan pohon din kontnbusinya pada peningkatan produktivitas thatan di Indonesia terutama dalam jangka waktu LO tahon terakhir. ‘Tantangan Kebutanan Masa Depan Hadirin yang berbahagia, Dus tantangen hesar yang dihadspi kehutanen Indonesia Abad 21 adalah pasar bebas dan ekolabel. Pasur bebas yang di dalamnya berlaku prinsip-prinsip terbuka dan sangat menckanken kualilas, menuniut persaingan pasar bagi negara-negara produsen kay. Pengclolaan surber daya haten harus dierabkan pada Ungkat kuantitas dan kealitas yang tinggi dan dengan tingkat efisiensi yang optimal, sehingga menghasilkan barang beskuulitas tinggi dengan biaya 3 prodaksi paling ekonomis. Ekalabet merupakan kesepakaten yang mempersyaratkan kelestarian sumberdaya alam dalam pengelolaan hutan demi terjaminnya kontinyuilas produksi dan manfast hutar lainnya, Serua produk yang berasel deti hutan tidak akam teshindor deri persyacatan ekolabel, di mana semua produk hasil hutan baru akan diteriraa pasar bile Derasal dari kegiatan pengelolasn hutin yang dilakukaa secara lestari (Sockotjo, 2000), Kenyatazn menunjukkan behwa predukiivites hutan atart wopika humida indonesia sebagai sumber behan baku kayu ternyati sangat rendah dan cenderung menurun dari waktu ke waktu schingga dalam jangka panjang diperkirakan tidsk tagi mampu memasox Kebututian industri kehutanan yang, telah terlanjur heroperasi: dengan skala besar. Keadasm ini menggugah kesadaran kita buhwa peningkstan produktivitas fnitan lewat perpaduan antara peaggunzan benih unggul hasil progtam pemulizan ponon dengan manipulasi Jingkungan dan upaya mengendalikan kehilangan produk akibat hema, penyakit dun sebalr-sebab lainnya mendesak untuk dilakukan, Ketigu sub-program tersebut yang kemnudian dikenal dengan istilah silvikuliur intersif perlu dilaksanzkan secata simultan, Luas dan Potensi Sumberdaya Hutan Di Indonesia Hadirin yang berbahuagia, Indonesia adalah swatu negata cengan potensi sumberdlaya hutan yang sangat besar dan menyimpan Keragaman hayati tertinggi «fi dunia Di dalam hutan alam selues 120,35 yuta ha. tercatat adi sehanyak SOO spesies mamalia, 1.500 spesies bureng, 10 ribu spesies pohon dan mewakili sekitar 10% hutan alam tropika humida dunia, Indonesist divirikan dengan dua musin yang sangat kontras yoitu basch dan ering dengan curah hujent tabtmun berkisar antara 700 - 4,000 mm Kalimantan, Sumatra, Sulawesi kecuali daerah di hagian tengah, Thun kecuslidaerah di bagian selatan, Maluku dan Jawa bagian barat memiliki iklim yang sangat basah. Dacrah yang lain beriklim musim, sementara iklim yang sangat kering ditemukan di Nusa Tenggart Timur (Dopartemen Kehutanan, 2000), Indonesia termasuk bagian dari wilayah hulzn alam tropika 6 hurnida Malaysia, yang dalam hai jumiah spesies terbuktt menempati orwan tering: di dunia, di antaranya adalah banyaknya spesies becharga dari famili Dipterocurpaceae, terutama di wilayah Indones bagian barat (Sumatra dan Kelirantan) Hutam musi ditemukan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Burat, sedangkan savana dan padang rumput ditemukan di dacreh Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya bagian sclaten. Di Irian Jaye pada umumnys terdapat hutan alam (ropika hurnida dataran rendah dan pegunungan (Lerdi- ‘santo and Na'iem, 2001), Berdasarkan hasil padu serasi Rencana Tata Ruang Wilayah Provins) (RIRWP) cengan Tata Guna Liutan Kesepakatan (TGHK), oral 1uas Kawasan hutan Indonesia adalah sebesar 62,6% lus soluruh daratan Indonesia atau seluas 120,35 juta ha, terbagi dalam hutan konservasi seluas 20.50 juta ha, futen indung sefuas 33,52 juta ha, hulan produks tetap seluas 35,20 juta fa, hutan procuksi terhatas seluas 23,06 juta ha, dam hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 8.07 juta ha, Sumberdaya hutan tersebut sangat vital bagi pereko- nomian Indonesia, baik dalam penyediaan kaya untuk keperluan domestik maupun untuk ekspor yang memberikan kontribusi 3,8 - 3.95 milyar US dollar per tatun (Depertemen Kehutoman, 2003). dan juga sangat penting dalam mencukung Kelestarian tanah, air dan kegiatan pertanian secara umm, Olch Karena itu manusia dalam memandang hutanheruslah severe utul dan arif, Hutan tidak hanya morupakan ciptaan Allal yang disediakan untuk dicksploitasi semata, tctgpi juga sebagai Karye- yang harus diwariskan Kepaca anak cucu sccara lestari. Pemsnfantan Sumberdaya Hutan Mudivin yang berbahagia, Hingga shun 1970, kegiatan di scktor kehutanan dikonsen- trasikan pada pembanguman hutan tanaman di Jawa, dengan las -& 2 juta ha, Jenig yang ditanam antara Iain seperti jati (Tectona grandis), tusam (Pinus merkesif}, mahoni (Sweitenia spp.), sonokeling (Dalber- gia latifolia), darvar (Agathis lorantkifotia), kayaputi (Melaleuca cajmputi). kesambi (Schieicera oteesa) dan bebcrapa spesics lain yang, dikembangkan dalam luasan lerbatas. Perbangunan butan tunaman tersebut wtarmanya ditwjukan untuk memproduksi keyu baik untuk memenuhi kebutuhan lokat maupun ekspor. Di samping itu dari butan imaman juga dapat diproduksi hasil ikutan lain yang juga bemilai ekonomis tinggi seperti taneman Pinus merkusii dapet mcnghasilkan terpentin dan gondorukem, Melalewce cajapate memproduksi minyak kayuputih den Sehleicera otcosa sebagai penghasil lak. Di tahun 1970 pemerintah mutai membuka peluang masuknya modal asing untuk memanfaatkan sumberdaya hulan, dan seyak it istilah Hak Pengusehaan Hutan (HPH) menjacl sangat aktab di telin kite. Sehelum tahun 1990, lebih dari 420 HPH telah beroperasi di Luar Jawa yang Iuas total wilayah kerjanya mencapai 51.447.424 ha (Soryodibroto, 2000). Saat itu tercatet sebagai awal pemanfsalan hutan alam tropike hurids Indonesia dalam skala yang sangut besar Jenis pohon yang ditebang untuk diekspor kebanyakan dari keluarga Dipterocarpaccae yang jumlahnya mencapai 20.47 %% dari pasar keyu lapis dunia dun telah membetikan kontribusi sebesar 54 - 85% dari seluruh husil ckspor kaya. Di samping sebagai penghasil kayu, hutan alam tropika humida Indonesia juga merupakan suber hasil bhutan ‘non kayu seperti rotan, resin dan biji-bijian dan lain-lain. Sejak akhir 1980, pembangunan huran tanaman industri seba: suatu program pembuatan lanaman di lar Jawa yang sangat ambisius Khususnya untuk spesies cepat tumbuh sciagai materi penghaa pabrik Kertas den bubur kay mulat diperkenaikan oleh pemenntah, Sampsi dengan cahun 2000, hulan tanaman yang chbangun di Iuar Jawa khususnya Sumatra dan Kalimantan diperkirakan seluas 2.5 juta ha (Departemen Kehutanar, 2000) Luju Deforestasi Dan Degradasi Hutan Hatlirin yang berbahagia, Deforestnsi dan deyracas! hutan telah texjadi di semua fungsi Kawasan hutan scbagati uhibat lemabnya penegakan hukuin. ckpicitasi hhutan yang berlebiban, ali fungsi (perkebunan, pemukiman, industri 1D, pencurizn hasil hutan, perambakan, penjacshan, kebakaran hutan 8 dim sendahnya kesadaraa masyaraket terhadap kelestanan ckosistem Berdasarkan deta hasil Inventarisasi Hutan Indonesia (Nations! Forest faventory) talrun 1985 -1997, totsl deforestasi hutan Indonesiz adalah 22,46 juta ha, yang berarti rata-rate pertahun mencapai 1.6 juts ha. Bahkun dalam 19 tahun terakhir kerusakan hutan tersebut diperkirakan mercapai 2 juts ha perishunnya. Kerusakan tersebt cipereepat Prosesnya oleh beberupa faktor (Departemen Kebutanun, 2003) sebagai berikut: a, Kebijakan pembangunan hutan teraman melalu: konversi hutan alam yang belum diikuti dengan penyiapan sumberdaya manusia yang Tuemnadat, (elah memberikan kentribusi yang tidak kecil ‘ethadap tereiptanya lahan-laban keitis, b. Kesenjangan penyediain dan permintaan bahan baku mdustri Pada sast ini kapasitas industri kayu diperkivakan sebesur 58.24 juta m? per tafun, sementara itu. potensi huten alum dalam. menyediakan bahan haku keyu secara lestari terus menurin dart sekitar 25,36 juta m’ menjadi 6,89 juta om, Hal ini berakibat mundumya kondist hutan alam. ¢. Pembangunan hutan masa lalu yang dianggup tidak mendorong peran serta masyarakat. Faktor kemiskinan juga. telah mendorong maraknya praklek pencbangun liar yang besperan nya dalam menipercepat kemunduran sumberdaya hutan d. Tatanan sistem pemerintahan yang semula scniralistik dan kemudian menjadi desenteulistik termasuk memberikan atonomi pada dacrah dalam pengelelaan own. Ketentwan duerah yang belum sepenuhnye diikusi dengan peraturan juga tela mendorong, Jajunya kerusaken huran, Secara umum degradasi huten tersebut tidak henya berdaimpak pada Kerugian finansial kacena menyusutnyz banat baku kayu. tetapi jugs Kenugian potensial karena musnahnya materi genetik berup ratusat’ pohon-pohon plus, perda dan tanaman bawah, jemur dan mikro organisme berguna yang lain yang justru secara ekonosm tidak temnila harganya. 9 ‘Yekanan pada Sumberdaya Genetik Hadirin yang berbahagie, Sebagaimana diketahui bahwa pengusahaan hutan hujan tropis di Indonesia di dalam pelaksanaarnya menggunckan sustu sistem Tebang Pilih Indonesia (IPT) yang kemudian cimodifikesi menja:ti sistem Tebang Filih Tanam Indonesia (TPT), yang ditancang deagen meksud untuk mempertahankan keiestarian hutan, Deagan sistem ini hanya pohon dengan diameter 235 cm yaug diperbolchkan diteban dengan meuinggalkar sedikitnya 25 pohon imisha. Secara prins'p sistem ini sanget baik, Karena celah menampung prinsip kelescarian sebagaimana yang dituntut masyatakat internasional di tahun 1990-20. yaitu kelestenan dalam pemancnan den kualitas, biodiversitas, ranah, air, ekosistem dan pengelolaan (Soekoljo. 2000), Pada kondisi nome] yatta apabila penebsngan hanya dilakucan pada individ pohon yang telah ditunjuk, ponebangen Udlsk akan mengancam kerusakan hutan karena pokon inti yang ertinggal akan mampu menunjang (erjadinys permadean alam. Bakkun semai yang tertekan kurena naungan akon dapat direngsang perturibuhannya dengan adanya pembukaan tajuk. Proktck perebungan yang hanya ditskukan pada pohon yang berfenotipe bugus, dan meniaggalkam pohon dewase yang terbates jumiahnya delam suatu populisi akan menimbulkan erosi genetike akibat meningkatnya kawin Korabat (Boyle, 1996). Apabila mates! gonetik yang digunakan untuk mempersiapkan materi tanaman ci masa mendatang memiliki kualitas yang tebin rendah dibandingkan dengan rerata induknye Karena proses kawin Kerabal, sisa pencuria serangan hama dan penyakit den Jain-lain, dapat dipastikan behwa kualitas tamemen yang akan dinasilkan juga akan menurun. Sebalikaya bila materi tanaman dipersiapkan dari Kebun benih maka kualitas dan produktivitas tanaman ying dihusilkan juga akun meningkat (Van Wyk, 1985: Suseno, 1993; Ghba, 1983; Wright, 1976; Zobel and Talbert, 1984: Adam, 1999) Pada saat ini Indonesia sedang menghadepi ancaman serius terhadep Kelesterian hutan alam, Daci duta terakhir toreatat, behwe 40,26 jaa ha telah rusak dan terfragmentas| dengan kecepatan kerusakan diperkirakan sebesat 1% per tahun, Untuk Irian Jaya kecepatan kerusaken terscbut sehesar 0,7% per tahun (arsono, 2000), 10 Sebagai upaya untuk mengurangi iaju kerusakan hutan alam tersebut, pemerintuh melalui Degartemen Kehutanan telah memberlakukan beherapa kebijakan di antaranya adalah soft ianding sektor kehutanan yaitu mengurangi secara bertahap produksi kayw yang berasal deri bhutan alam. Tetapi Karena kebijakan terscbut belum dilengkapi dengan solusi tepat tentang pemenuhan kebutuhan pasar akan Dahan bake. Kayu maka tekanan tetha¢ap Kelestarian surber dayz gonetik pun rmasib terus marak berlangsimg. Keragaman Genettk Dan Peningkatan Produktivitas Hutan Hadlirin vang berbahagia, Keragaman genetik (genetic diversity) merupakan persyaratan fundamental untuk terpeliharanya stabilitas jangke panjang suatu ckosistom Karena jumlah dan pola keragaman genetik menentukan kemampuan spesies pohon hutan datam beradaptasi terhadap kondist Hingkungan yang beregam pula (Mallor-Starck et af, 1992). Kera- gaman genetik juga menempali posis: kunci dalain program pemuliuan Karena maksimalisasi perolehan gonetik sifat-sifat tertentu ekan dapat dicapai. Hal ini disebabkan adanya cukup peluang mefekukan seleksi ge untuk sifat yang diinginkan. Kogiaten sclcksi jelas akan mening katkan kualitas dan produktivitas produk tapi sekaligus juga akan mempersempit Dasis genetik, yang akan mcmbawa risiko tinggi ternadap serangan hama dan penyakit dan terjadinya perubahan lingkungan . Lintuk mencegah hal tersebut maka betakangan int para pemulia pohon telch menentukan dan mengembangkan “strategi pemulian populasi ganda”. yaitu melakukun scleksr dengat: inten- sitas yang tinggi pada popalasi kecil (sub-populasi) untuk mempercieh sifatsifat Khusus, sementara itu pada waktu bersamuan konservasi genetik tetap diarahkan pada pengelolaan populasi dengan basis genetik yeng hus (Burley, 1993; 1996). ‘Schagaimana disarypaikan oleh Hamrick (1989), Hamrick ¢t al (1992) bahwwa pada spesies pohon hutan yang memiliki sebaran alam Icbar. sistem perkawinan silang. biji (rscbar secara Tuas dan verkemibang biak secara genetatif maupun vegetatif, akan memiliki keragaman genetik antar spesies ataupun antar populasi lebih, besar 1 dibencingkan dengan spesics yang sebarannya endemik dan lus populast alartinya lebih sempit. Spesies yang memiliki keragaman genetik terbutes Karena populasi yang sempit, memberikan peluang yang besar akan terjadinya damparan genetik yang menurumken jumlah biji per bush, produksi benih, viabilitas benih, kecepaten maupun kuebtas pertumbuhan, sebagai akibet dari inbreeding depression (Mitton, 1989; Muller-Starck, #f at, 1992) Oleh karena itu suate populasi yang diduge karcna proses evotust alau seleksi alumi memiliki perbedian genotipe yang lebih besar Garge different in isezsine genoripes) cibandingkan dengan populasi yang lain, sangat tepat digunaken sebagai sumber Keragaman genetik untuk berdag.ii sifas. Keperluan konservasi genolik. pemuliuan dan pengelolaan hutin sevara Inas (Loveless, 1992) Korclast positit antara keragaman genetik (allozyme heterozs- gosity) dengan pertumbuhan pohon telah dilaporkan terjadi pala Populus tremuleides (Mitton and Grant, 1989), Paws attenura (Strauss, 1987), P. rigida (Ledig et af, 198% Bush ef al,, 1987), P. radiata (Strauss und Libby, 1987}, Picea engelmamii dan Abies lasiocarpa (Shea, 1989) Selanjutnya, Moran et al. (1989), meno- mukan adunya korelasi yang sangot signifikan antara keragamnan genetik dengan pertumbuhan dalam level populasi pada Casswariia ctuninghanfane., sementace itu pada P. ponderosa atau P. contoria korelasi tetsobut tidak ditemukan (Mition ef af., 1981). Hadivin yang berbahagia, Beberapa jonis tanaman kehutanan yang. prospektif untuk dikembengkan antara Iain Jati, Di Indonesia, jati_ merupakan salah satu timamen yang mampu memberikan kontcibusi nyata dalam menyediakan baban babu kayo. Kelcbihan jafi tidak baaya torletak pada kualitas kayw yang sangat bagus dan hemilal ekonomis singat tinggi tetapi juga Karena sifarsifat silvikultanya yang seeara umum telah dikuasui. Oleh arena itu bukan sesuatu yang mengherankan jika benyak negare seat ini (ertarik pula untuk meneliti den mengembangkan jati. Obscrvesi terhadap keragaman genctik yang dilakukan pada jati menggunakan 10 lokus alozim menunjukkan bahwa jati di Indonesia merniliki 2 \eragaman genetik yang rendch dibandingkan dengan joti India maupun Thailand (Kactadkara, 1995) Hal ini mudsh dipehami karena jati buken jenis asli Indonesia tetspi diduga berasal dari India dengan basis genetik yang sempit, Jati masuk ke Indonesiz bersemaan masuknya agama Hindu (Departmen Kehutanan, 1986), Namun penampilan famili di pertenamen kebun benih semai uji keturunar {Suseno, 2001) dan uji Klon (Na‘iem, 2000: 2001) menunjuxkar hal yang sebuliknya. Setain it pada tegakan jati juga banyak diternukan berbagat varietas seperti jai vencer. doreng, sung:t, tengo, moire, gemnol, kaput, dui, kiuwih dan Tain-lain, yang bellum dikaji kemantartannya. Dengan demmikisn wpaya konservasi materi genetik yang seka- remy telah dilakukan ataupun upzya menambah dan memperluzs basis, aenctik dari popolusi alamni (India, Thailand, Myanmar, Vietman} melalui program pertukaran mater! geretik menjadi hal yang sangat penting untuk difakukan Hasirin yang berbahugia, Tusam. Tusam termasuk jenis konifer yang tumbuh secara alami di tga tempat di Indonesia, yaity Aceh. Tepanuli dan Kerinci yang Ketiganya memiliki sifat menasik dan sanga spesifik, Secare umum Keragaman genelik tusam cukup besar, Analisis isozim dengan 3 sistem enzim (EST, GOT, SADE) dan 7 alel pada populasi hutan alam Aceh, hotan tanzmam din Kebun henih di Fawa memiliki variasi genotik yang Onggt dengan ralasata nilai keragamun geretik (He) sebesar 0.289. Keraguman genetik untuk populisi Aceh temyata tcrtingy! yaitu sebesar 0.304 sedungkan pada populasi hulan tanaman dun kehun benih ci Jawa masing masing sebesar 0,276 dan 0,266 (Na’ier and Indrioko, 1996; Na‘iem, 2000), Nilat ini jauh lebih tinggi dari nilai reta rata keragaman genctik konifer sebesar 0,207 (Hamrick, 1989), Namun keregaman genctik untk populasi Taganuli dan Xetinci mengalami penuninan yang tajam. Bahkan nilai keragaman untuk populasi Kerinci sangat kecil (ie = 0,083: Fis = 0.506), yang mengindikasikan adanya keseraguman individu penyusun populasi «Na‘iern dan Munawar, 2002). Oleh karena iuy agar populasi Tapanult dan Kennet yang telah samgat terancam keberadaanye ini tidak 13 menjadi punah maka konservasi éa-sire dan ex-sita; mutlak dilekukar. Komservast ev-sine Khususnya dirancang untuk keperluan rnfirs genetik (generic infusion) paca maten kebun beni semat tsa generasi ke dua (F2) yang sazt ini sedang dibangun. Hudirin yang berbahagi, Mangium. Acacia mangitan merupakan spesies andalan Indo- nesia sebagai penghasil bubur kayu dan kertas, dan punya prospck bagus untuk untuk dikembangkan schagai pemasck kayy perkakas. Analisis RFLP (ristriction fragment lengih pelsmorphism) yang digunaksn untuk menduga Keragaman genetik anlar ras lzhan di ‘Subanjeriji (Sumatra Sclatan) clengan beberapa populasi alam Malukt: dirian Jaya), Papua New Guinea dan Queensland (Australia) menunjukkan bahwa ras lahan Subanjeryi hanya memiliki S6% car tingkat keragarman yang dimiliki oleh populast alam {Butcher ef «a! 1906), Sementara ilu dengen RAPD (random amplified polymorphic DNA) maupon isozim, temyata A mangian memiliki keragarman yang paling rencah dibandingkan dengan Acacia fain seperti A. auiaco- carpa, A. crassicarpa, A. aericuliformis, (Rimbawanto, 2000: Moran ef al, 1989), Namen claborasi mikrosatelit DNA terhadap materi FL dan F2 dori kebun benih semai 4. mangiam Sumatra Sclatan, monunjukkan adanya keragaman genetik individu yang besar (Istians, 2004). Dengan hasil ini meka peluang peaggunaan individu-indivicu tungg0l untuk materi suatu kebun benih sangat diawngkinkan, Hadirin yong berbaliagia. Sengon, Sengon merupakan spesies primadona kayu pert kangan yang sal ini banyak dtkembangkan masayarakat Karen kondhist pasar yang sangat mendukung, Sebagai penyusun hutan rakyut di Jawa, sengon citamam secara tuas olch masyzrakat terutama pada arcal-area] dengan elevasi tinggi. Hasil enalisis isozim menunjukkan adanya kecenderungan bahwa bhutan tunaman sengon memilki variant genelik yang rendah, Seido ef af, (1993), melaporkan babwa keragaman genetik dengan 4 lokus alovin sebagai penanda genetik menunjukkan bahwa populasi hutan naman sengon di Jawa (Bogor. 14 Purworcjo dan Kediri) memiliki kcragaman yang rendah dan harapir sama antar populasi (He rata-rata = 0.098). Tingkal Keragaman int jauh iebih rendah dibandingkan dengan populasi alami dart Wamena, Ieian Jaya (He = 0,163), Dengan kata lain futan alam menyimpan ke- ragaman genetik yang lebih besar dibandingkan dengan hutam tanam- sn Hasit uji provenuns sengon di beherapa lokasi juga menunjukkan hahwa provenans Maluku, Timor Timur, Wamena dean Jaya} dan Selomon memiliki pertumbuhan yang jaub lebih bagus dibandingkan dengan ras lahan Jawa, Petpaduan antara hasil penetitisn molekuler €i Iaborarorivm daa observasi_perturnbuhan langsung di lapengun memberixan informasi yang lebih leagkep tentang pentingnys perenan heragaman genetik dalam peningkatan produkt vitas hutan Hadirin vaug berbahagi, Ekaliptus. Indonesia memiliki 4 jenis ekaliprus yang wumbu secara alumi, yaitu Fuca specs wrophslla, E. deglupra, E. Alba den, E. pellita, masing-masing Memiliki sitet yang menarik, Kecuali F. pettiter hetiga famnya memiliki scbaran alam yang sangat luas, seringga keragaman genetik antar spesies manpun antsr populasi sangat tinggi Didasarkan atas sifat-sitat_menank, Seberapa kombinasi ekaliptus hibrida telah berhasil diciptakan di Wanagams { Fakultas Kehutsnan CGM, dan hybrid vigor wlah berhasil ditentukan (Sueno, 2001; Mulawarman, 2003}. Sungguh pun ekuliptus hibrida yung dimaksud bolum sepopuler E. nyograndis yang merupakun hibrida ontara Exurophylla x E. grandis dum ounyak dikerabungkan di Brazil dan Mrika Selatun, tetupi ketigunya yailu E\pellica x urophylla, K. pellita x brassiane, dan E. alba x wrophylla temyata menunjukkan Fenotipe yang sangat bagus. Sehubungan dengan itu stabilitas penampilan chalyptus hibsida ini peru dikaii lebih jauh di beberapa lokasi Perusahaan LITL melelui demplot-demplot pertanaman untuk melihat peluang pengembangan hibrida ini lebih Lanjut. Hadirm yang berbahagte, Gmetina. Ginefina arborea merupakan jenis cepat tumbah penghasil MDB (middle density fibre board) berwama putih ini memi- 15 Tiki pangsa pasar luar negeri yang sangat menjanjikan. Walauptn amelina bukan spasies ask Indoncsia tetapi melalui kerjasama Cental ‘America and Mexican Conifer and Hardwood Species (CAMCORE). hampir scluruh provenans jenis ini (India, Thailand, Myanmat} berha- sil dikolossi oleh PY. Surya Hulani Jaya. Kebun benih wji ketwsunan dan kebun pangkas dari masing-masing provenans termasuk res lahow. Cndonesia dan Costarica) juga (clab dibuat,. schingsa beni ueggul vaiuk pembustan tanaman skala opcrasionat telah tersedix, Graclina tampaknya merupakan jenis site specific, yaitu dak disemua tempat jenis ini cocok dikembangkan dan secara umum hanya cumbul agus pada fahan yang subsr. Tetapi mengingal pangsa pasar yang bagus dan materi genetik cukup tersedia maka aji kesesuaien Iatan pela diintensifkan agar diperoleh lokasi pengernbangan yang lepal. Hadirin yang berbahagia, Meranti tembaga. S. teprosula di Indonesia, dikenal sebagai salah satu spesics tropis yang memiliki scbaran alami yang sangat lebar, yaity mulai dari dactah ‘Thaitend bagian selaten terus ke Seme- nanjung Malaysia, Sumatra dan Kalimantan (Symington, $943, im Lee ef al., 2000), Begitu luasnya decrah penyebaran alam yang melipud berbagai konuisi taaah dan lingkungan, diduga jenis ini memiliki variasi genetik yang besar, Beberapa penelitian dongan isozim sebagat penandla genetik pad jenis ini seperti pada Na“iem (20001) dengan 6 loci polimorfik din Lee ef af, (2000) dengaa 8 loci polimortik men benarkan dugaan tersebut (He = 0.369 dan fe = 0.406) Kemucian Rimbawanto dan Isoda (2004), dengan menggunakan 4 lokus mikro- satelit DNA yang dilakukan pada 64 pohon dari 27 tamili putetif yang berbeda, menunjukkan hasil serupa (He = 0.709) Namun keraguman genetik yang tingg! tersebut kiranya akin sulit dipertahankan karenu prakick pembulakan liar, alih fongsi lahan meupun kurera kebakeran hulam. Ini semuu telah menycbubkan meningketnyz kawin kerabat pala spesies ini, yang terlibat dari nilai indchs fiksasi (F3¢= 0.562), di mana kecenderungan homorigus terjedi di scluruh populasi yang diamati (Na‘iem, 2001) Apabila deforestast ferus berlanysung maka isolasi antar poputasi tidak lagi efekti? dan aliran gene (gene flow) antar populasi akan berkurang banka menjaci 16 terlaly kecil. Akibat Jebih lanjut dari Kondisi semacam int edulah beberupa yer mungkin akan hilong karen damparan genetik (drift) dan beberapa populasi mungkin akan menjadi puneh (Lec ef al., 2000) Hadiria yong berbahagia, Jenis rawa. Indonesia juga memiliki spesies rawa potenstal ying relat! belum fersentuh budidaya dan pengembangannya, Miss nya ramin (Gonistyles bancanas) dan pulat (Afstonia spp.), jehitung (Diera spp.}. bintungor (Callophyiem spp.) dan perupuk (ophape- tahon multinervitan) yang kayu maupun getahaya bemilai ekonomis tinggi. Namun jenis-jenis ini telsh mengalami dogredasi yang cukup parah, Misalnya perupuk. jenis ini tumbuh secara alami di Kelimantan Timur, dalam bentuk kelompok-kelompok kecil di + lokasi yang terpisah, yaitu sub-populasi Sebuku, Berau, Pimping dan Berayau, Hasil analisis isozin dengan 4 Tokus alozin dengan 10 alel untuk populssi Scbuku menunjukkan bahwa perupuk memiliki keragaman genelik yang rencah (He = 0,128). Rendabnya nila keragaman genetik ini diduga karena tingginya tingkat Kawin kerabat, yang disebabken oleh serangkaian penebangsn yang, terjadi pada sub- populasi ini dan telah menyisakan individ dengan jumlah terbatas, terbukti dengan nilai indeks fixasi yang rendah dan positif, Fis = 0,128 (Ne'iem, 2001) Sebagaimara perapuk, jenis rawa yong lain pun karena berbagai tckanan memiliki kondisi yang tidak jeuh betbeda dengan perupuk. Oleh Karena ita upaya menjaga keragaman genctik jenis-jenis ini sangat mendesak untuk dilakukan. Konservasi Keragaman Sumberdaya Genetik Hadirin yang berbahagia, Secara umum konservasi genotik dapat dilakukan mefalai dua Pendekatan, perterna mempertahankan seluruh individu pohon dan tegakan di sebaran alarninya yang dixenal dengan konsérvasi in-vit dan kedua, melindungi gen atau kompleks gen di laar kondisi alammya yang dikenal dengan konservasi ex-situ (Soekotje, 2001). Seringkali digurakan juga istileh bank gen scbagei penggenti istilah ex-sit, 7 bilamana materi konservusi genetik yang dibungun berbentuk kolcksi klon, kebun benih mapun pertanaman uj. Konseevasi ex-siite termasuk juga di dalemaya adalah penyimpanan tepimgsari (pollen) dan toknik-teknik in-vitro seperti Kultur jaringaa. Indonesia mengenal 3 era konservasi genctik (Sockotjo, 2001) sebagai berikut: 1) Era pengenalan jenis (tahun 1817-1959) yang dici- rikan degen pembangunen kebun-kebun botani, arboreta dan pertanarnan uji spesics. 2) Era eval berlangsungnya persilangan dan pemuliaan (lahun 1976-2020) yang dicirikan dengan dimulainya era breeding seperti pembengnnan «ji provenans dan uji ketarunan, pembangunan Kebun benth semai maupun klon dat 4) Era honsen asi dan pemanfastan yang lebih cfisien (Lahun 1998-2020 dam selanjute aya), Dati ketiga era tersebut, era kedua dan ketiga dianggap memi- liki konttibusi yang besat terhadap upaya poningkatan produktivites hutan, Hedegrat (1976) dalam Zobel et al, (1987) mengatekan bahwa uasan ideal untuk konservasi italia samgailah sulit ditentukan Karona |uasan tersebut akan sangat tergntung pada potensi genetik suatu jenis dan kelimpahannya di dalam sual populasi, Untuk jai mivalaye, konservasi in site scluas 10 ha dianggap memadai, karena dengan lvasan tersebut akan tercapat 1.000-6.000 individu dewasi. Jumiah ini dianggap cukup mewakili kerageman sub-populast att tenutama unluk Feciona humitreniane can T. phitipinensis. Ukura Iuasan ini semakin sulil ditentukan untuk hytan tropis seperti di Amazon, Bruzil yang jumlah maupun jenis floranya rolatif belum banyak dikenal (Davidson, 1983). Untuk honservasi exasitee (era ketiga), luasan yang direkomendusikum juga sckitar 10 ha per populasi (4.000 individu), dengan gertimbangon: 1) Kemungkinan damparan genetik Karena sempitnya basis genetik dapat dihindarkan, 2) ‘Terjadinya kontaminasi olch polen asing dapat cikutangi dan 3) Anter populasi dapat dipertahankan secara terpisah (ITO Project PD 16/96 Rev. 4(F), Sockotio, 2001), Berbagai institusi imemasional seperti Australian Trec Sced Centre (ATSC), Centtal America and Mexiezn Conifer and Hardwood Species (CAMCORE), Oxiord Forestry Institute (OC) dan Danish Intemational Development Agency (DANIDA), telch memanfaatkan areal konsorvasi in-situ scbagui sumber mater! genetik bagi pembangunan hutan tanaman skalu besar 16 (Nikies. 1992) Indonesta memilik: beberapa spesies yang perlu mendapalken PRoritss untuk dilestankan, Prontas pelesterian tersebut ditetapkan dengan beherspa pertimbangan di antarunya spesies tersebut miemibki nilat ekonomis Gmgyj, keberadsannya sudah semakin langka, sebaran alamnya lerbatas. sumber berihya terbatas dan befum menjadi torget Penanaman skala luas. Katena itu perlu perencanaan yang tepat dalam menentukar sirategi Konservasinya. Adapun dafiar beberapa spesies puiorita yang porlu dilestarikan terscbut disajikan pada Tabel | Schenarnya sejak dimulainya cra pengenalan jenis (abun 1817- 1959) hingga seat ini pemerintah Indonesia telah cakup baavak mola Aukun upaya konservasi genetik. Hanya saja kegiatam pemanisuan dan evalusi sangat Kurang difakukan. Oleh karena itu disamping peru Tabel 1. Daftar beberepa spesies vane pedlu dulestarikan Bhspers| 7 Nive valu Ronse Speses Ve tetok au Agarhis spp (darnar) Almeria snp. (cemoaka) Alsionia schotaris (putaty Aqualarie tantaccensis shar} Araesarin curninghanit araakavia} Cimepevtian spp. Chintangor Daibergia faufota (sonokeling| Diera costudiea (jebutang) Diespyroseesebicu (ebonit Eiusideraccion swagert (kaya bes) Gonsstttes bencenus (amin sua biog (everday Lophopetelun spppsrupuh} Poricopsis moanicara (kay Kuba) Santaburnvibram (cenwkama) Shorea spp. (enetanti) Vitex spp. titi) eee ee eee eee ele Ne one er cee ene als 1 L 2 2 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2/2 {= Informs bolo: B= Beil untuk evalu som Reurunan, = fu say P= ste Sezai untck pemliaon 12 Pia. peta = Pes seges daa, © = Sudi popula, D= Lit provera Benin cawmoucan, Hi = Benth X ttes ipeclukan damm wey hat 19 membangun areal koascrvasi a situ dan ex sine sesuai dengan target spesies dengan metoda dan perencanaan yang tepat, pemnantanan din evaluasi terhadap obyek kegiatan yang sudeh ada juge perdu dileku- Kan. Schingga keragaman genetik spesies tcrpilin sebagai elemen dayar dalam peaingkaran produktivitas tmaman Kehutanan di masa mendatang akan tetap tcrscdlia. Strategi Peninykatan Produktivitas Hutan Hadirin yang berbahagia. Upaye meninghotkan produktivites dan kualitus produk dapst dilakukan dengun memadukan penggunann bibit unggul lewet pro gram pemuliaan dengan manipulast lingkungan yang juga diperkuat oleh upaya mengendalikan kchilangan produk akibat kama, penyahit dan sebab-sebab lainnya. Ketige sub-program tersebut perlu dilaksa- nakan secara simulten, Pemuliaan pohon didefinisikan sebagai pengetrepan prinsip- prinsip genetka pada kegiatan silvikultuy untuk meneipaakan bast hutan yang bontilai tinggi. Secara peaktek, Zabel dan Talbert (1984) membedakan antara free breeding yang, ditujukan untuk memecahkan Problem-problem genetik hutan secara khusus dengan pemulissin pohon yang ditujukan untuk meningkatkan produklivitas: dam kuaiitas produk melalui perpaduan antara genetik. silvieulur dan kegistiin pengeloluan hutan, Pada umurmnya alasan pokok dimulainya program pemulisun pohon aculsh untuk menyediahen benih unggul dalam jumlah yang cukup sebagai materi pernbustan (anarnan secura ep2ru- sional, Dalam banyak kusus, puda awal suafu program pemuBaun Pohon, din dengan metode yang sederhuna seperti mass selection, perolchan genetik schanyak 20-38% untuk volume kayu telah dapat dicupai (Hadi yanto and Ne‘iern, 2061) Di Amerika Setikat pemuliaan pohow dikenal sebagai teknis pengeloluan hutan yang paling efekut dan mengumunekan dari seai pembiayaan, Oleh Karena iru secara prakis teknik ini dapat diterima di hampir seiuruh negara bagian Amorika Sotikat (Hanover, 19901 Mengingat pemuliaan pohon merupskan upaya untuk mendeterminas! menyeleksi dan memanfaatkin indivicu-individu supetior dalam 20 kepentingan praktek. maka ada straccgt yang perlu ditempub ag program pemdangunan huten tanaman dapat berlangsung sccara optimal, Strategi tefsebut adalah sebagai berikur (Zabel and Tathent, 1984; Suseno, 2001} 1. Menghimpun informasi tentang spesies. seluruh sebaran alaminya untuk dikembangksn délan areal tertenta. 2, Menentukan jumiah, macam dan penyebab vatiasi yang ada dalam spesies yang ekan dikembargkan Mengemas sif-sitat yang dlinginkan ke dalam suatu individ yang dimaliakun, alae mengembangkan individy baru dengan berhagal kombinasi sifat yang diiaginkan 4. Memproduksi secara inasal individu te:pili untuk kepentingan operasional baik Tewat henih (kebun benih) maypun materi vegetalif (stck pucuik) 5. Mengembangkan den mempertahankan basis. genetik yang. iuas untuk seleksi generasi mendatang, petsibingan dan rekomhinast yenetik Hadirin yang berbahagia, Di antara banyak kegiaten pemuliaan pohon, hibridisasi dan pembiakan vegetatif merapakan kegiatan penting penduukung pening Ratan produbtivitas, Hibridisesi memungkiokan untek membentuk sesuatu jonis dengan sifat yang sama sckalt berbeda dengan yang cela ada {pohon hibrida), dengan sifat sifat yang diinginkan seperti kemampuan hidup pada fingkungen yang sulit, tahan cerhadap hama dan penyakit atau kemampuan untuk menghasilan produk KRUSUS, Sedangkan dengan pernbiakan vegetatif’ make suatu Kemasan yang dilemukan lewat progtam pemuliaan, dengan cepat capat diperbanyak menjadi individu-inchvidu bart yang sifat genetiknya sama dengan pohon retua, Hal pening don sering tidak disadari oleh rimbatwun adalch babwa pembiskan vegetatif bukaniah suaru metode pemuliaan, sehitigga pemulizan pohon tidak dapat diciptakan dan dikembangkun melalsi toknik pernbiakan vegetat'f ini (van Wyk, 1985) Saat ini banyak institus: di Indonesia yang terlibat dalam Kegiatan pemuligan pohon, Banyak kemajuan telah dicapai teruama sojak pemesintah menduxtng pengembangan Hutan Tanaman Indus- ai tri, Beberapa Universitas dan Lembaga Perelitian Hutan telah mem- botikan Konttibusi besar dalam mengembangkun Keyiatan perulizan pohon, Bahkan beberape perusahaan i171 juga telan metakukan rogram penmuliaannya sedi Hadirin yang berbahagia, Alam telah menciptakan keraguman genetik yang sangat diper lukan oleh program pemutiaan pohon, ‘Vinggal bagcimana para pemutia pohon mempu memanfaatkan Keragaman ini, dengan mengenal, mengisolasi dan mengemasnya dalam sualu pohon yang diinginkan dan kemudian mempesbanyaknya, Oleh korena itu upayat pemanfaatan dan konsorvasi sumberdaya genetik harustah berjalan secara scimbang gay produktivitas hutun dapat dicapai sovara optimal Didzsarkan puda nilat ekonomis spesies yang ditanyani Kegiatan pomuliaan pohon di Indonesia sampai saat in dapat Gikelompokkan menjadi 6 kelompox scbagai berikut: 1) jalt (Factor grandis), 2) tusam/pinus (Pies merknsit), 3) Acacia inanginea da spesies cepal tumbuh yang jain, 4) Spesies selain Tati di Jawa, meranli (Shorea spp.) dan spesics hutan hujzn tropis yang lain, 6) Spesies hutan rakyat (Suseno, 2001). Ditinjau dari tingkat kemayvar: Pemulizan untuk 6 kelompok kegiatan pemuliaan di aias momang Salusnya tidak sama, Di antara spesies yang paling lanjut 1 Pemutigannya antara lain jati (Pectona grandis}, tusamvpinus (Pins merlusid), dan mangivin (Acacia mangiamn). Bahkan ketiganys teluh dilengkapi dengan kebun benih yang mampu memproduksi bersh unggul untuk keperluan pembungumen futan tanaman skala hws Tethatasnya Kepiatan biceding pada spesics-spesies daar pencick penghasil bahar baku kertas dan bubur kayu diluar Acacia mangivm arena masalah-masala kurangnya keinampuan adaptasi terhecap Jingkungan, precuktivitas dan viabititas benih yang rendah, banyak uspek silvikular ying belum dikerahui, potensi pertempunan din kemanfaatan Kayu yang masih porlu dikaji lebih janjut. Beberapa spesies dan status pemuliaennya disajika pada Tabel 2 berikut 22 (rahe 2. Spesies yang. saat ivi teribat dalam program pemutiaam hukan j Genes [Prenan) Prngens.? Clonal | Seed. | Seed ‘e ce lest fet vest | stand | orchard steacia maigians ¥ ¥ Y vy a Accefie creessicarpa 7 ¥ y ietonsuricalifrees ¥ Y x “Araeanous heteraphts ¥ Reantroos 590 ¥ wcedspras deelnpea ¥ ‘ Fawalsptas nope 4 : Fueatspoas patna 4 y | | Grictanir ceburect v ¥ vou | Aelatevea eajunuet y Moves spp x Paraserionthes fadeataria i v ¥ v Pans mek y ¥ eof sal ben ¥ ‘Sieoreajotoviensis ‘ ! Shona leprae vd Manoa mocropta a Shorea pervdota ¥ i Settenta acropstta ¥ ¥ 1 Fevtana genes 4 fos vf Namun demiikian beberaps Inbrid vigor yong bethasil dicip- takan seperti Acacia musgiun x auriculifornis di PT. Musi Eluwan Persada. E. pellita « uropliylla, & pellita x brassiana. B. alba x nropiiylta ci Wanagama 1 yang memiliki penampitan bagus karena mampu menggabungkan sifat unggul dari kedua induknyy, kiranya saagat porensial dikembangkan sebagei tanaman INTL Tent saja sciclah herbagat aspek silvikulturnya selesat dikajt Dengan tersedianya henih unggul terntama untuk jenis cepat Lumbuh seperti tefah cikemukaken, secara teotitis pengelolaan Hutan Tunanian Industri sangat mungkia cioptimalkan, Hanya ada beberepa il diluar faktor teknis yang menjadi tanggung jawab pemeriatah untuk menyelesaikannya, yaitu: {} membanta mengusahakan kegas- tian status Iahan yang pada akbirya akan menjartin kepastian usuha, 2) membanta menstabilkan herga pasar tethadap produk yang 2 dihasitkan dan 3) memberlakukan sisters revward aid punishonent, dalam bentuk membantu kemudshan birokrasi bagi HT! yang berprestasi dan membeti sankai buhkam mencabut izin pengelolacn {TTT bagi meteka yang kinerjanye kurang baik. Hadirin yang berbahagia, Kelompok meranti (Shorea spp.) juga beberapa jenis: spestes rowa dan paatai seperti pule (Alstonia schofaris) jelutung (Dera costuiata). perupuk (Lophopetahon mditnerviam). bintangor (Cavo- pilyltim inophytum) dan ramin (Gowystitas bancanus) memang mem iki level pemuliaan yang sangat rendn, karena tingkat pemuliazn yang lebih iatensif tidak dapat di justifikasi seeara ekonomi. Nammun demikian uji 25 spesies meranti, uji berbagai pola tanam terhadap 5 jenis meranti terpilih dan uji keturunan meranti termbaga di beberapa lokasi uji, membuahkan hasil yang sangat menjanjikan (ITO Project PD 41/00 Rev. HF, M), 200% dan ITTO Project PD 106/01 Rev. 1(F) 2003). Oleh Karena itu scmbari melanjutkan kegiatan konservasi genetik baik i site maupun ex sire jenis-jenis dialas, maka upaya pemuliaan phon yang :elah dirintis perlu torus dikembangken. Bebcrapa perusahaan Hak Pengusahsam Hutan (MPI) iclzh mengadopsi pola tanam khusns yailu ‘Tebang Pilih Taam Isler (TPT!) untuk kelompok meranti dalam rangks meningkarkan produk- tivitas futannya, Pengalaman perusuhaun HPL, PL. Sari Burnt Kusc:- ma (SBK) Kalimantan Tengal menunjukkan behwa tanpa sortuhan silvikultur yang berarti pun, ternyata tanaman meranti mecch (8. Jot riensis, S. parvifolia) yang ditanam dengan sistern TPT), menisorikan hasil yong sangat menjanjikan, Yaitu tameman umue 3 tchen telah memiliki ratw-rata tinggi 10 moter dengan rata-rata diameter 10 em Hingga saat ini PT. Sag Bumi Kusuma telah memiliki tanaman seluas 4.500 ha. Untuk membuktikan TPTI sebagai suatu sisters yang layeh diacu, harustah ada bobcrapa HPH yeng ditunjuk menjadi HPLE Mode] yang diberi tugas untuk membangun hattan Lanaman meranti iewst TPTT selama jangka wakiu tertenta (3-4 tahun) dan dievaltas: kinerjanya, Keitoria yang diusulkan untuk menjadi HPH Model adalah UPH yang bersangkutan minimal memiliki potensi hutan 70 m*/ha, 24 dan harus sudah momiliki pengalamen penanaman hutan dengan skate yang cukup Tuas, Dengan poensi scbesac itt HPH yang bersangkuen akan mampu memungut kayu sebanyek minimal 49 m'ha. Ratena dana reboisasi (DR) yang ditesapkan adalah US $ 16.00/m? maa dane DR ying hares dibsyurkan adalah $ 640.00/ha setara dengan RP 5.120.000,00/ma {$1.00 = Rp $000). Dengan dena DR tersehut diperkirakan cukwp untuk membsngun tanaman mcranti produkt? dengan sistem TPT) Biaya penanamen ysng dibebankan pada dana DR akan dibayarkan setoluh kinerja penanaman diperiksa oleh tim Depertemen Kehutanan dan dinyatakan layak untuk dibiayai dengan cara pengu- rangan langsung dana DR yang ekan dibayar pada tahun berikuinya, Pada akhit rotasi (30 th), HPH yang bersangkulan diporkirakan dapat memungut hasi] kayu minimal sebanyak 150 m' atau sebanyak 3,75 kali dibandingkan dengan TPTY pada awal pelaksanaarnya. Pada rolasi ke dua, setelah ditcrapkannya silvikultur intensif ciharapkan produktivitas huten tanaman dapat menjadi 300 m'/Ha dengan kualitas produk yang jan lebih baik (Soekaljo dk, 2003), ‘Memarg skema penggtasan dana DR untuk perbiayasn pembuatan (anamein secara langsung saat ini tidak 1agt dimungkinkan. Karena dana DR harus disetorkan ke pemnerintah masuk dalam APBN. Namun smnengingat dana DR hakekstnya adalah dana yang harus dikembetikan untuk memperbuiki kondisi hutan alum pasea panen kearah kondisi scimule atau kondisi yang Iebin baik, sementara TPT adalah regime silvikuhur yang dipérkirakan mampu menjadi soiusi Lepat untuk penzmganan arcal bekes tebangan, maka skema peng- gunaan dana DR yang lebih feksibel dan bertanggung jawah perlu segera ditumuskan olch Pemerintah Prospek Kelestarian Hutan Indonesia Hadirin yang berbahagia, Kerusakan hutan Indonesia sudah berlangsung cukup Jamu, telapi diperparah dengan krisis multicimensi, yang menjadikan hutun Indonesia pada kendisi yang sangat mengkhawatirkan, Dengan kondisi rusak parahnya hutan Indonesia saat ini, menuiut pethitungan 25 kami, akan bisa dipulihkan dalam masa 30 tahun, Tetapi, kemuns- kinan puliimya hutan Indonesia dalam wakiv 3 dasawarsa mendatang mensyuratkan beberapa hal pokok, Syerat teknis mcliputi aspek penguasaan toknolog. di ontaranya penerapan silvikultur intensif faspck pemuliaan potion, rmanipulasi tingkungan dan pengencalian hama dan penyakit) sera syarat non teknis termasuk penegakan hukur, ketersediaun dana, keseriusan dan komitimen yang tinggi pada semua pihak di Indonesia, Khususnya kalangan pemetintah pusat dan uerah Serta para rimbawan untuk sepakat membangun hutan. Nemmun, selucuh aspek tersebut tidak akan banyak herarti apabsts tidak disertai dengan penanganan masalah sosial dt lapangen secars komprehensif, Saat sni. penerapan Otonomi Dzerah sudah membaw 2 dampak terancam masnahnya hutan Indonesia. Peran para Kepais Daetah menyangkut tanggungjawab mereka dalam melestarian autan, Justry ketika Otcnomi Daerah digulirkan, patut dipertanyakan. Kerene itu perlu kesadaran di Gingkat decrah, bahwa hutan yang ada di wilayahnya tidak hanya untuk cieksploitesi tapi juga harus diles- tarikan, Tidak bole ates mama Otonomi Dacrah identik dengan musnabnya hutan, Program Pendidikan Kehutanan ke Depan Madirin yang herbahagia, Keterlibatan para rimbawan dan lembaga-lembaga pendidikan Kehutunan, pemerintah, swasta dan lembaga swudaya masyarakit sangattuh diperlukan, Untuk ke depan prograra-program pendidikan Kehutanan yang mengarah pada ptinsip link and match harus menjadi prioritas. Bringing the real field problem into class akan membuka Pemahurnan baru yang sangat bermanfaat bagi kesiapan lulusat Dongen demikian akan terbomtuk kualifikasi dan ketrampilen dala program pendidiken kehuianan yang aken imampu menghasilken hulusan atau tenaga Kerja yang siap pakai sesuai dengan tuntatan pasar kecia. Lutusan-lulusan tersebut pada saainya akan siap mengawal dan mendampingi rimbawan Iainnya dalam mensukseskan program peningkatan produiktivitas hutan yang didambakan, 6 Para Hadirin vag terhomedt, Sebelum saya mengakhiri pidato ani perkenankanlah saya menyampaikan rasa tertmakasih yang setulusnya kepada semus pihak yang telth membantu saya mencapai karir akademik saya sekarang, Pertuma kali izinkanlah saya menguagkepkan rasa syukur alhamdulillah kepada Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, Tukaa yang telah menentukan karier dan menuntun langkah kiki saya hingge clapat bediri membacakan pidato pengukuhan di depan para hadirin. yang, beibalagia, Saya manyadari betul bahwa semua ini Keres mukmat dan Karunia Allah yang harus sava syukesi. Pada Kesempaian ini saya juga ingin menyampaiken penghar gaan dan rasa terima kasi yang tak terhingga kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional atas Kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk mengemban iabatan Guru Besar dalam bidang Pemoliaan Pohon Hutan di Universitas Gajah Mada Ucapan terims Kasil dan penghargaan yang tak temila: juge saya sampaikan kepada Dekaaat dan Scnat Akademik Sementacs Fakulias Kehutanan, Senat Akudemik, Mujelis Guru Besur dan Rektorat Universitas Gajah Muda yang telah menyetujui dan memproses usulan suya untuk jubatan Guru Besar. Para Hadirin Sckalian vany Berbahugia, Telsh banyak bantuan dan bimbingan yany say peroleh sejak saya duduk di Sekolah Rakyat (SR) Tl Randublaung, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Cepu. Sekolah Menengeh Atas Nogeri (SMAN) Cepu, Fakultas Kehutenan UCM, himgga saya eapat merain jabalan textinggi ci Universitas imi, Olen Karena it pada Kesempatan yang berbahagia ini izinkanlsh saya menyampsikan penghargsan dan (erima kasi yang sedatam-dalamnya kepada guru- guru szya, diantaranya adalsh Bpk. Soeprapto (Alm.). Ibu Sx Janah guru-guru saya di SR Th Randuhlawng, Bpk. Kamarudin. Bapak Kasmin (Alm), Bpk, Mech. Ichsan (Alm.} dan Ibu Pasjinem guru- guru saya di SMP Negeri Cepu dun Bpk. Drs. Moch. Nasroen (Alm), 7 Bpk. Lermawan (Aln.), Bpk. Socbuwono, B.A. dan Bpk. Hart Riyauli B.A, guru-guru saya di SMA Negeri Cepu, morekalah scbagian dui guru-guru saya yang banyck memberikan motivasi kepada saya untuk ferus maja. Juga tidak lupa says samparkan penghargaan dan rasa hormal yang tulus kepada Prof, Dr. Ir. Oenj Hasiin Sneseno (Alm) yang telah mengungkat dirt saya sebagai asistermys di hidang Pemuhaar Puhon Hutan pada tahun 1978, Belian telah mampu meyakinkan save akun pentingnya ilrva Pernuliaan Pohon Hutan, yang saat itu mera. pakan bidang yang tidak favorit sama sckali justa di tengah gegup gempitanya era Kok Pengusabaan Hulan yang sangat gemerlapan dan menggiurkan, Beliau telah mombimbing dan melatih saya boketja memberikan comeh-contoh konkrit suai bentuk pengabdian kepada Jingkungan, banysa dan negara, Bezitu dekat hubungan kami sehis bagi saya beliau tidak saja seorang dosen, pembimbing, senior, temas soketjz dan Kewan diskusi szya. telapi saya juga menganggap elu sebagai thu saya sendini, Semoga beliau mendapat tempal mulia di sts Allsh SWTT Karena amal-amat sholehnya, ‘Saya juga mewyampaikan penghergaan dan terima kasih kepada Prof. Dr. ir. Sockotjo, M.Sc. atas bimbitgannya. Kegigihan yang seluma ini dicontchkan dan juga ide-ide cemerlangnya telah banyak memberiktn inspirasi kepada saya, Belian yang dalam banyak hal telah memberikan kestn khusus ying mendalam pada dit) saya yang itu sangat bermanfast untuk langkah saye kedepan, Dr. Tr. Setyond Sastrosuinarto kepada beliau saya juga mengucapkan terima kasih a'an wawasan-wawasan nya yang lus. Terma kasib kepada dose saya di Jurusan Budi Daya Hutan Fakullas Kenutanan UGM khususnys 1. Soedjoko Dirdjosumarto. S.U. (Alm) atas bimbingan dan potwah-peluahmya, Dr. Ir. Sucyo Hardiwinoto, MAgrSe., Ketua Turusan Budi Daya Hutan tenma kasity ates hantaan dan Kerjasamunya, Dr. Ir Sumardi, M,For.Sc terima Kasih karena diskusi-diskusi intensnye. Kepuca para desen di Jurusan Budi Daya Hetun yang lain, yang lidak dapat saya sebut satu per satu suyd mengucapkan terimma Kasih yang sebesar besamaye tas corongan daa Kerjasamanya, hanya Allah-Ich yang akan memberikun tbalasan terhadap amal sholch yang telah bapak dan ibu berikan. 28 Para Hadirin Sekalian yang Berbahagia, Kepada Pemerintah Jepang, melalui Departemen Pendicikan Jepang (MOMBUSHO) saya tmenysmpaikan terima kasi atas beasiswa yang diberikan kepada saya untk menempuh program Master dan Doktor di Universitas Tsukuba Jepang. Kepada dosen- doven pembimbing program S2 dan $3 saya di Universitas Tsukuba Jepang, Prof. Dr. Kihachiro Ohba, Prof. Dr. Tora Nakamura, Dr.Yoshihike Tsumure, Dr. Kouji Uchida sungguh saya ucapkun penghargaan selinggi tingginys dan terime Kasih. Kepada Dr. Ir. Eko Bhakti Hardiyanto. M.Sc., Lr. Sci Danarto, M.AgrSe. kawan seperguruan saya di padepokan "Ocmi Hani’in” dan Dr, dy, Ato Rumbawanto, M.AgeSe. peneliti senior di Pusat Penelitian den Pengembangan Biotcknotogi dan Pemutiaan Tanamran Hutan Departemea Ketutanan, ketiganya adalah Kolega dekat saya yang terus teknn, gigi dan penuh semangat_ mengembangkan Deruliaan pohon di Indonesia, saya sampatkan satut dan terima Kasib. Kopada Ir. Sukimo, MP, [r Tri Setyo dan Ir Dra, Larasali Suhzrtoro, ketiganya adalah Kolega dekat saya dalam mengelola Wanagama |, terime kasih atas kerja sama yang baik selama ini Kepada Ir, Supriyanto, M.Sc. Fakultas Pertanian UGM dan Bpk. Hartoyo bagian perlengkapan UGM, kolega dckat saya dalam pokja penghijauan kampus UGM, saya ucapkan (erima Kasih atas kerja samanya, Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada kawan-kawan angkaten °73 Fahaten UGM atas dorongan yang diberikan kepada saya, Ucapan terima Kasih yang scbesar-besarnya juga saya sar peikan kepada Dr. lr, Nur Mahmud: Ismail, MSc. mantan Menteri Kehutanan, Dr. Ir, Untung Iskandar, M.Sc. mantan Ka. Badan Lithang Departemen Kehutanan dan Prof. Dr. Ichlastl Amal. M.A, mantan Rektar UGM serta Dr, Ir. Moch. Sambas Sabarnurcin, M.Se. mantan Dekan Fakultas Kehutanan UGM yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada saya untuk mengecap pengalaman dan mengabdi di bidang struktural sebagai Kepaia Pusat Penelitian dan Pengem- bangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanatan Hutan Departomcn Kehutanan dari tahun 2000 hingga 2002. Kepadu Ir. Sadharjo, M.Sc. Perum Perhutani, Dr, Irsyal Yasmman 29 PL. Inhutani 1, Tr-Tyipta Porwita PT Inhutani 1, Tr. Kurd PT. Inhstani IML, ir, Sabsris Wantono PT Inhutani IV, Ir. Soetomo PT. Inhutani V, I, Bambang Supriyambodo PY. ITC] Kartika Utama, Ir Nana Sumarne P.T. Sari Bumi Kosurma saya menpucapkan banyak terima kasih atas kerjasamanya dalam menangani ITTO Project baik ITTO PD 16/96 Rev 4 (F) maupun ITTO PD 106/01 Rev 1 (F), masing maying (entang konscrvasi ex-sine dan peningkatan keragaman genetih pada Skoreu Isprosula dan Lophoperalum mutinervicn, Para Hadirin Sekalian yang Berbehagia, Pada akhir pichtlo saya ini perkenankanlah saya menyarnpaikan tenma kasin kepada ke! uarga saya. Rasa terima kepada Bapak saya H. Ismakoon dan ibu saya Hj, Mudawamah Sholiha tidak dapat saya ungkspkan dengan kata-kata, Hegitu besar jasn belisu dalam mendidik, memberikan pengarahan serta bekal pendidikan dan agama kepada saya dan Kedelapan sdik-adik saya dengan penuh ketabahan dan keuletan. Sungguh dari beliau berdua banyak sekeli suri teladan yang dapat kami teladani, sebaga: bekal yang sangat becherga dalam menghadzpi dan menjalari (antangan dan kesulitan hidup, Kepada tba Sureni mertua saya, saya sarnpaikan terima kesih dengan tulus, atas doa yang tada hentinya yang selalu dipanjathan kepada Allah untuk kebahagian saya dan keluarga. Kepada bapak mertna saya Surat Dirjosumarto (Alm.) saya yakin Bapak juga merasakan kebahagiaan int wataupun tidak dapat mendampingi kami, Scmoga Allah memberikan tempat terbaik untuk Bapak karena segala amal kehaikitn semata hidupnya. Kepada adik-adik saya dan keluarga, Dik Mayor dr, H. Moh. Rofieq Budiyono, Sp.B. Dik Fj. Oemi Latiefah, Dik Moh, Haliem S.M, Dik Qemi Hani*ah, Dik Mah. Furied Cuhyono, SE., Dik Drs. Moh, Hamied Wijaya, S.E., M.M., Dik Ir, Moh, Agus Mazied dan Dik Dra. Gemi Faizah terima kasih atas dovongan, bantuan dan doany Juge kepada kekak can acik ipar saya dan keluarga Mas Dis. Achmed. Mas Li. Rochman Hadi, Mas Rukiyat Sudarmoyo, Dik Sci Nurhani terima Kasih atas doanya, Akimya unk isi saya tercinta Ir. Hj. Siti Rochani yang telah mendampingi saya sejak tahun {980 dalam suka dan duka, sava 30 ucapkon terima kash, Pengorhanan mata dalam mengawasi dan mendidik anak-anck tevutama pada saat saya menjalani masa tgas belajar suagguh sangat saya hargai. Juga pengestian mama seat menjalani masa-masa sulit di awal Karir saya sangat saya benggakun, Oleh karena itu Jabatan Guru Besar ini patut pula saya porsemobakan untuk mara, semoga Allah SW selalu melimpatkan rahmat dan burokah kepada keluarga kita, Puira-putri saya, Rizka Firsty Ayutisiya, Rifki Indra Perwira dan Rif's Rafika Imania, teria kasih was dukungan, pengerdan dan doa kalian kepada Bapak dalam Pencupaism jabstin tertings) ini. Dan meat atas kesibuken Bapak selama in: Para Hadirin Sckalian yang Rerbahagiu. Pengangkatan Guru Besar ini saya (erima sebagai umanah yang menuntut tanggung jawab ycng tidak singun, Oleh Karena ite saya mohon dos restu dati para hadirin yang berbchagia agar saya dapat menundikan amanah ini dengan sebaik-baiknya, sesuai sabda Rasullullah SAW: "Sehaik-buik’ manusia adetah mercka yang dapat memberiken kemanteatan optimal kepada lingkungannya". Insya Allah. “Terima kasi atas ke baran hadirin dalam menyimak wraien ini Wassataumna “alutkum wr wi. 31 DAFTAR PUSTAKA. Adams, W. T. 1999. General concepts of tree improvement. fn Training Course on Breeding und Seed Orchard Management ‘Wanagamwa, Yogyakurta. Boyle, T.J.B. 1996, CEFOR’s research programme on conservation of tropical forest genetic resources. Working Paper No.9. CIFOR. Bogor. Indonesia, Bush, R. M., Smouse, P.E and Ledig, FT, 1987, The fimess ‘consequences of multiple Jocus heterozygosity. The relationship berween heterozygosity and growih rate in Pitch Pine (Pinus rigida Mill) Evolution 41: 787-798. Butcher, P.A. Moran, G. F. and Perkin, H. 1D. 1996, Genetic resources and domestication of Acacia manginn. in Dieters M. J Matheson, A. C. Nikles. G. D, Harwood C. £, and Walkers S. M. (eds) Troe Improvement for Sustainable Tropical Forestry. Proc. QFRETUFRO Conf. Caloundra, Queensland, Australia, Burley, J. 1993, Balance between development and genetic conservation. International Symposium on Genetic Conservation and Production of Tropical Forest Tree Seed. ASEAN - Canada Forest Tree Seed Centre Project, Chiang Mai, Thailand, Burley, J, 1996. Tree improvement for sustainable tropical forestry. fa Dieters M. J. Matheson, A. C. Nikles, G. D. Harwood C. E. and Walkers . M. (eds) Tree Improvement tor Sustainable Tropical Forestry, Proc. QFREIUPRO Cont. Celoundra, Queenslancl Australia Davidson, J. 1983, Conservation of tree genetic resouces: The role of protected area in Amazonia. Environmentalist 3 (5), 62-73 Departemum Kebutanan. 1986, Sejarah kehutanan Indonesia. Jakarta Departeman Kehutanan. 2000. Statistik departemen kehuteran dan perkebunan tahun 1999/2000. Departemen Kehutanan. 2009. Kebijakan dan strategi pembengunan kehutanan. Presentesi menteri kefutanan pada kussus reguler angkatan XXXVILEMHANAS, Jakarta, Gray A. 1, 1996. The genetic basis of conservation biology. sn Spelletherg (Fas) Conservation Biology . Langman Publishers Singapore. Hardiyanto, E. B. and Natiem, M, 2002. Present status of conservation, utilization and management of forest genetic iesources in Indonesia. f, Koskela, J. Appanalt, S. Pedersen, A.P. and Markopoulos, M. D. ¢eds) Proc. of The Southeast Asian Moving Workshap on Conservation, Management and Utilization of Forest Genetic Resources. Bangkok. Thailand. Harsono. 2000. Strategi dan Kebijakan di hutan produksi. Prosiding Seminar Nasional Kehsrusan Konservasi dalam Peningktan Produkiifites dan Pelestarian Hutan Produksi. joke Marsono, Achmad Sulihoni dun Supriadi (Eds,) Yogyakarta Hamrick, LL. 1989, Istymie and the analysis of genetic structure in plant poputations, At: Soltie D.K. and Soltis 2.S. (Eds) tsozyme in Plant Biology. Advances in Plant Science Series, Vol 4. Dioscorides Press, Portland. Oregon. Hanvick, J.L, Mary Jo W. G., and Susan L. S. (1992) Factors influencing levels of genetic diversity in woody plant spesies. jn, Adams W.T., Stuuss S.H., Copes D. L. and Griffin, A. R eds.: Population Genetics of Forest Trees, Kiuwer Academic Publishers Hanover, JW. 1990. Tree improvement and biotechnology in the United States und implication for Indonesia, Seminar on Biotechnology. Gidjah Mada University. Yogyakarta. Istiana, 2004. Analisis teta putt Acucia mangivu menggunzkan penanda molekuler mikrosatelit, Thesis S2 Program Studi Biotekmologi, Pasea Sarjana UGM. Yogyakarta, Vidake dipublikasikan, TITO Project PD 16/96 Rev. 4F) 2000. Kiesite conservaton of Shorea leprosula and Lophapetahan multincrviunt and their use for future breeding and biotechnology, Annual report, Puculty of Forestry, GMU Yogyakarta ITTO PD 106/01 Rev.lF) 2003. Increasing genetic diversiy of Sherea leprosula and Lophopetatan maitinerviam for breeding and yenetic improvement , Annual report , Faculty of Forestry GMU Yogyakarta. TTTO PD 41/00 Rev. 3(F, M) 2003. Model development to estzblish 33 commercial plantation of dipteacarps. Annual report, Faculty of Forestry. GMU Yogyakarta. Johnson, R., Clair, B. ST, und Lipow, S. 2001, Genetic conservation in applied tcce breeding programs. Ja Thielges, B.A Sustrupraja, S. D. and Rimbawanto, A. (eds) Proc. of the international Conference on in-site and Ex-sita Conservation 0: Commercial Tropical Trees. Yogyakarta, Indonesia Kanadikara, A.W.S. and Trot, D. 1995. Genetic structure end mating system of teak (Tectona grandis LY) provenances. Silvac Genetica 14: 104-110, Kjaer. ED, Gradual, L.. and Nathan, 1, 2001. Ex-sfur conservation ot commercial topical trees: Strategies, options and constreins. ft Thielges, B. A.. Sastrapraja, SD. and Rimbawanto, A. (eds) Proc. of the Rematonal Conference on Mn-siue and Bie-size Conservation of Commercial Tropical Trees. Yogyakarta Indonesia Ledig, L F., Guries, $.P. and Bonefeld, B.A. , 1983. The relation of growth to heterozygosity in Picth Pine, Evolution 37: 1227- (238, Lee, S. L., Wiekneswari, R, Mahani, M. C. and Zelai, AL, 2000. Inheritance of allozyme in. Sharea —leprosnta (Diplerocarpaceace) Jounal of Tropical Forest Science, 12 (1) 124-138 Loveless, M.D. 1992, Isozyme variation in tcopical trees: Patterns of genetic organization, i: Adam, W.T., S.A. Strauss, D-L. Copes and A. R. Griffin (Eds) Proceedings merational Symposium of Population Genetics of Forest Trees. Corvallis, Oregon, USA. Mulawarman, Suseno, OH. Sasitosumaro, 5. Naviem, M. 2001 Genetic caniral in crossibility for interspecific hybrid between Eucalyptus petlita and Eucalyptus urophytta. i Proceeding of IUFRO International Syimposium on Developing Eucalyptus of the future. Valdiva, Chile. Mitton, J. B.. Knowles, P. Sturgeon, KB. Linhart, Y.B. and Davis, M.1981. Association between heterozygosity and growth rate variable in three westem forest trees. In Conkle, M.T. (tech coord) Proceeding of the Symposium on Isozyme of North American Forest Trees and Forest Insect. USDA Par. Serv. Gen Tech. Rep. PSW. 48, ‘Mitton, J.B, 1989. Physivlogicel and demographic variusion associeted with allozyme variation. x: Soltic D.E. and Soltis P.S. (Eds) Isozyme in Plant Biology. Advance in Plant Scicnce Series, Vol 4, Dioscondes Press, Pariland, Oregon. Mien, JB, and Grant, M. C. 1989, Observation on the ecclogy and evolution of quaking aspen, Populus trimmoides, in the Colorado front ange. Amer, J, Bot, 67; 1040-1045. Moran. G. F. Muona, Q. and, Bell, 1. C, 1989. Acacia mangtum: & tropical forest tree of the coastal lowlands with low gonotic diversity, Evolution 43: 231-235, Starck, G. Baradal, Ph. snd Bergmann, F, 1992. Gonetie variation within European tree spesies. fa: Adam, W. T., 8.H. Strauss, DL. Copes and A. R. Griffin (Eds) Proceedings International Symposium of Population Genetics of Forest Trecs. Corvallis, Oregon, USA. Na‘ier, M. dan Indrioke, $. 1996. Inheritance of isozvine variants of tusam (Pins merkusii) ailificial stand in Java. Proceeding International Seminar on Tropical Plantation Establishment, Improving, Productivity Through Genetic Practices. Yooyakari Indonesis. Naliem, M. 20002. Allazyme vanation of Pinus merkusit in Aceh natural population and Java artificial population. Prozeeding Forest Genetic for the Next Millennium. IUFRO Working Party, Durbaa, South Africa. Naviem, M. 2000b. Prospek pethutanan sion jati di Indoneia (The prospect. of teak clonal forcetry in Indonesia) Proceeding Seminar: Status S:lvikultur di [adonesia Saat Ini. Fakultas Kehutanan UGM, Wanagama I, Yogyakarte, Natiem, M. 2001a. Early performance of clonal test of tak. fr Hardiyanco, E, B. (ds) Proc. of Third Regional Seminar on Teak: Potentials and Oppertuniiies in Marketing And Trade of Plantation ‘Teak, Chaltence for the New Millenium. Yogyakarta, Indonesia. Naver. M. 200th. Genetik variation of Lophepetaton mdtinerviton (Celastraceze) im the sebuku sub-population. In Thielges. B.A. Sustrapraja, S. D. and Rimbawanto, A. (eds) Proc. of the Muller a5 intamational Conference on Fr-sife and Ex-site Conservation of Coramarcial Tropical Trees. Yogyakarta, Indonesia. Na‘iem, M. 2001c. Genetik vetiations of Shorea teprosuta Mig. in tce populetions in Indonesia: Implication for Ev-site Conservation, Buletin Kehutanan No, 49/2001, Puk. Kehutanant UGM Yogyakarta, Na‘iem, M. and Munawar, M. 4. 2003. Genetik diversity of natural population of Pinvs merkusii: Implication for genetic conser- vation. fn Rimbawanto, A. and Susamto, M. (eds) Proc. of che Internationa! Seminar on Advances in Genetic Impravement of ‘Tropical Tree Species Yogyakarta, Indonesia pp: 123-128, Nikles, D, G 1992. Conservation and use of genetic diversity: in improvement programs with industrial forest tree species. Proceeding of the Regional Symposium on Recent Advances Inferior Mass Clona? Multiplication of Forest Tree for Plantation Programmes, Cisarua, Bogor, Indonesia. Ohba, K. 1984. Suscepiibility of subtropical pine species and pro- venances to the pine wood nemaiode, Jour. Fup. For. Soc.66 (1), 465-468. Perhutani, 2001 Teak breeding and improvement in perum perhutzni Jn. Hardiyanta, EB. (Eds) Proc, Of Third Regional Seminar om Teak: Potentials and Opportumities im Marketing amd Trade at Plantation Teak, Challence for the New Millenium. Yogyakarta, Indonesia. Rimbawanto, A. 2000, Peranan bivieknologi dalam pembangunan, kchntanan di Indonesia. Prosiding Seminar Nusional Status Silvikultur "Peluang dan ‘Tantangen Menuju Produktivites dan Keiestarian Sumberdaya Hutan Tungka Panjang”. Wanagama, Yogyakarta, Rinbawanto, A and Isoda, K . 2001 Genetic stucture of Shorew leprosula in a single population revealed by microsatelite markers, fa Thielges, B. A., Sastrapraja, $.D. and Rimbawamto. ‘A. (@As) Proc. of the intemational Conference on In situ and Ex situ Conservation of Commercial Tropical Trees. Yogyakart. Indonesia Rosonaweig, M. L. 1997. Spesies diversity in space and time. Cambridge University Press, United Kingdom, 36 Seido, K. Widyatmoko, A.Y.P.B.C. and Nursinggih, G. 1993, Genetic variation of four allozyme loci in Paraserianthes falcataria, Forest Tree Improvement Project. ICA and DG Reforestation and Land Rehabilitation, Yogyakarta, FTIP-No. 12. Shea, K.L. 1989, The relationship between heterozygosity and fitness in engelmann spruce and subalpin fir. Am J. Bot. 76: 153-134, Sockotjo. 1993. Konservasi ex- siti dan f2- situ: Manfwat dan harapan masa depan. Pidaio Pengukuhan Jabatan Guna Besar dalam Ekolog! dan Silvikultur Pada Pakultas Sehuranan UGM, ‘Yoayakarta, Soekoyjo. 2000. Silvikultur intensif untuk meningkstkan produktivitas eftsiensi. kompetitit dan kelestarian hutan humida tropis Indonesia. Prasiding Nasionzt Serninar Status Silvikultur 1999 tn Liardiyanto, E.B. Eds.) Wanagama 1, 1-2 Dasember 1999 Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta, Sockotjo. 2001. The status of ex-sitw conservation of commercial troc species in Indonesia, In Thielges, B. A., Sastrapraja, S.D. and Rimbawanto, A.{eds) Proc, of the internattonal Conference on In sity and Bx situ Conservation of Commercial Tropical Trees, Yogyakarta, Indonesia Soekotjo, Naiem M., A. Subiakto, 2003. Membangun hutan tanaman mesanti fewat tebang pilih tanamn jalur. Usulan Pernikiran pada Depariemen Kebutanan, Yogyakarta Sunderlin, W.D. dan Resosudarmo, LA P. 1997. Laju dan penyebab deforesiasi di indonesia. Penelaahan dan penyelesaiannya. Oceasional Paper No. 9 (1) CIFOR. Bogor, Indonesia. Suseno. O. H. 1993. Pern pemutigan pohon dalam peninykstan produktivitas hutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Imu Pemuliaan Pohon Huten Pada Fokultas Kehutanan UGM, Yogyzkarta, Suseno, ©. H. 2001-Current status of tree improvement in indonesia fa Thielges, B. A., Sastraptaja, S.D. and Rimbawanto, A (eds) Proc, Of the Intemational Conference on In situ and Ex sit Conservation of Commercial Tropical Trees. Yogyakarta, indonesia. Surjodibroie, W. 2000. Pengelolaan sumberdaya hucan secara zdil, demokrasi, efisien, profesional guna menjamin kebertanjutan ar fungsi dan manfaatya untuk kesejahteraan mosyarakie. Prosiding Diskusi Nasional dan Kenggres I Perphindo, Bogor, Strauss, SH. 1987. Heterozygosity and developmental stability under inbreeding and crossbiceding in Minus atienwata. Evolution, 41 301-339. Strauss, S.11, and Libby, W.1, 1987, Allozyme heterosis in radiate pine is poorly explained by overdominance . Ant Nat, 130: 879-890, en Kato, K, Laird, 5.4, 2002, The commercial use of blodiversiry: Access 10 genetic resourees amd benefit-sharing Earthscun Publications Ltd, London van Wyk, G. 1985. Tree Breeding Inferior Support of Vegetative Propagation of Sucafyptus grandis . S.A. For. Jour. pp 33-39) Wright, J. W, 1976, Introduction to forest genetic, Academic Pross, New York. Zobel, BJ. Van Wyk, G, and Stahl, P. 1987. Growing exotic forests. A Wiley Interscience Publication, New York. Zobel, BJ. dan Talbert, J. T. 1984. Applied forest tree improvernent Joha Wiley and Sons, New York 38 BIODATA Nema Lengkap = Prof. Dr. Ir, H. Mohammad Natiem, M.Agr Se. ‘TempatiTgl. Lahir Cepu. 16 April 1954 Alamat Kantor > Fakultas Xehutanan UGM, Rulaksumnr, Yogyakarta Alamat Rumah: Krikilan RT 06, RW 22. It Abimanyu B-22, Suriharjo, Neoglik, Sleman, Yogyaker- ta Telp. (0274)-£96080 Fax, (0274}-545639 EMail itto- gmu@ yogya wasamtara.netid, Pangkat dan Golengan: Perbina/Letor Kepala Gol. [Vc Nama Ist Ic. Hj. Siti Rochani Nama Anak ft Pen a Fitsty Ayulistya 2. Riffi Indra Perwira 3. Rif'a Rafika mania kan Sckolah Rakyat Negeri I] Randublatang, Blora (1960-1966) Sekolah Menengah Pertama Neger! Cepu (1967-1969) Sekolah Menengah Atas Negeri Cepu (1970-1972) SI: Fakuhas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (1973-1979) S2: Faculty of Agriculture and Forestry Tsukuba University Japan (1988-1989) $3: Faculty of Agriculture and Forestry Tsukuba University Japun (1991-1992) Lain-lain: 4. Seed Technology of Forest Trees Course, Biotrop, Bogor 1985 b, Course on Forest Genetics, Tsukuba Japan 1986 ¢. Kursus SPAMEN Lembaga Administrasi Negara, Jakarta 2001 a. Course on Tree Improvement and its Implementation in Forestry, Japan 2001 39 Pengalaman Kerja 1979 - Sckerang 1992 - Sekarang 1992 - Sekarang 194 — 1997 1996 - 1998 1998 - 2008 1995 - 1997 1998 - 2000 1998 - 2001 2000 - 2002 2002 - 2003 2003 ~ 2005 Dosen Genetika Hutan dan Pemuliaan Pohon Hu- tan, Fakultas Kehutanan UGM Dosen Pemuliaan Pokon Hutan, Fakultas Kehu- lanan INSTIPER Yoeyakatia Dosen Pengantar Bioteknologi Hutan, Fakultas Kehutanan UGM Advisory Board of Tree Improvement and Biotech- nology of Three Selected Species. Project. Biotck LIPI dan UNESCO. Sckretaris Jurusan Budidaya Hotan Fahutan UGM Ketua Jorusan Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan uo Peneliti Proyek RUK T, Pembangunn Benih Teng- kawang, BIOTROP-UGM-_DEWAN RISET NASI- ONAL KANTOR MENRISTEK Kefua Pensliti Proyek RUK IIL, Peningkatan Pro- duktivitas Grielina arborea melalui breeding dan Penetapan Silvikultuc lntensif Bermasukan Rendak. UGM-PL.SURYA HUTANI JAYA-DEWAN Rl- SET NASIONAL-KANTOR MENRISTEK Sekretaris I77O Project PD 16/96 Rev. 1V (F) Far kultas Kehatanan UGM. Tentang Ex situ conserva ion of Shorew tepresitla and Lopophetalun melti- nervium and their use in future breeding and biotechnology Kepala Pusat LITBANG Biotcknologi dan Permu- iaan ‘Vanaman Hutan Departemen Kehutanan Wakil ketwa PFO Project PD 106/01 Rev. 1 (F) Fakultas Kehulanan UGM. Tentang Increasing ge- notik diversity of Shorea leprosula and Lopopie- talum multinervium for breeding and genetic im- provement Ketua ITTO Project PD 106/01 Rev. 1 {Fj Fakultes Kehutanan UGM. Tentang Increasing genetik di- versity of Shorea leprosula and Lopophetatan mutl- tinervium for breeding and genetic improvement, 40 Karya ilmiah (penulis pertama) 1. Naiom. M., Shimizu, S., Tsumurg, Y.. Uchida, K.. Nakamura. T., and Ohba. K, 1989: Inncritance of isoryme variants of mega gamelophyte in Japanese red pine. J. jpn. For. Soc. 71: 425-434, ise. Notiem, M., ‘Tsurmura, ¥., Nakamura, T., and Ohba, K, 1991. Allozyme variation in japanese sed pine plus trees selected from natural forests. J. Jpn. For. Soc, Vol 73, No. 6: 448-452, 3. Novem, M., Tsumura, Y, and Ohba K. 1993. Linkage of allozyme loci in Japanese wed pine (Pinus densiffora) Canadian Journal of Forest Reseerch. Vol 23. No. 4.: 680-687 4. Neier, M., dan Werintoko, 1995. Dipresi inbreeding pada Pinas merkasii, Buletin Fakuitas Kenranan UGM. 5. Na‘iem. M., 1996. Genetik variation of some important dipicro- camp species with special reference to Shorea parwifoita in PT. Sylva Gama forest Jambi. Prosiding Seminar on Ecology and Reforestation of Dipterocarp Forest, Yogyakarta . 6. Naviem, M, dan Indrioko, $. 1996. Tnhenitance of isozyme variants of tusam (Pinus merkusif) wtificial stand in Tava. Pro- ceeding Intemational Seminar on Tropical Plantation Establish- ment, Improving Productivity Through Genetik Practices. Yog- vyakarta, Indonesia 7. Navier, M., 1998. Tnheriwnce of isozyme variants if leaf tissues in several dipterocarp species in university's forest reseaich, Jambi. Proceeding seminar on Ecological Approach for Produet- ivity and Sustamabitity of Diplerocarp Forest. Yogyakarta, 8. Naviem, M., Danarto, 5. Suseno, OH., and. Nurprabowo. A. 1998, Genetic information of growth of Shorea polyandra progeny test in south Kalimantan, Proceeding Seminar on Ecological Approach for Productivity and Sustainability of Dipteroearp Forest. Yogyakarta, 9. Naviem, M., 1998, Strategi peningkatan praduktivitas Greelina Arborea melalui long term breeding program Gan pencrapan silvikultor intensif bemasukan rerdah . ROLT Meeting HTL ‘Sumalindo Group, Samarinda, 10. Ne‘iem, M. Indrioko, S. Siswandono, dan Notohacisuwamo, S. W 12, 13, 1s 15 16. 7. 13, aL 1968. Studi keragaman genetik lengkeng dengan anulisis isozim. Prosiding Seminar Hmiah dan Lokakarya: Teknologi Spesifik Lokasi dalam Pengembimgan Pertanian dengam Orientasi Apri- bisnis. Yogyakarta, Natiem M. 2600, Inheritance of isozyme variants of Pines merkusié, Buletin Penelitign Pomuliaan Pohon, Yogyakarta. Vo! 5.No.2 12 Na'iem, M., 2000. Prospek perhuinan klon jati di indonesia. Hardiyanto, EB. (Eds.). Proceeding Seminar Status Silvikulnar i Indonesia Saat Tni. Fakultas Kehutanan UGM, Wenagama 1 Yogyskarta, Na‘iem, M. 2000. Aplikusi isozim sebagai penanda molekuler untuk program konservasi dan pemuliaan pohon. Lokakarys TTTO PD. 16/96 Rev. 4 (F): Konservasi ox situ, Pemuliaan Poon den Perbangunan Tenamen Meranti. Yogyakarta, Naiems, M., 2000, Allozyme variation of Pinus merkusii in Ach netural population and Java artificial population . Proceeding Forest Genotic for the Next Millennium, IUFRO Working Party. Durban, South Africa, Na‘iem, M.. 2000. Infusi genetik untuk bieeding Pinus merkeesi di masa mendatang (genetic infusion for future breeding, of Pirie merkusit} Proceeding Seminar schari “Perlamya Konservasi ci Haran Produksi”, Sucusan Konscevasi Sumberdaya Houten: Yogyakarta, Naira, M., 2000, Konservasi sumberdaya genetik untuk pemu- Jigan pohon. Seminar program pemuliaan jati di pusat pengem- bangun sumber daya hutan (PUSBANGHUT), pusat jati. Perum Perhutani, Cepu Naviera, M., 2060. Plasma nutfah, pemuliaan dan industi perbenihan tanaman kehutenan dan perkebunan, Proceeding Simposiui Nasional Pengclolsan Plasma Nutfah dan Pemuliaan "Pemubaan den Pomanfaatan Plasma Nutfah Menuju Ketahanan Pangan dan Ekonomi" PERIPI. Balitbeng Pertanian dan Dirjen Perkebunan, Bogor. Naviem, M. Loksono, B. den Laksmi, RH. 2000, Area sumbes- daya genetik (ASDG) untuk mendukang produktivitas hutan tanaman, Diskusi Tahunsn Jaringam Kerja Pemuliaan Pohor. a2 Yogyakarta, 19, Naviem, M., 2001. Early performance of clonal test of teak. Ht E. B, Hardiyanto (Eds) Proc. of Third Regional Seminar on Teal Potentials ard Opportunities in Marketing And Trade of Plantation Teak, Challence for the New Millenium, Yogyakarta, Indonesia. 20, Na'iem, M., 2001, Genewik varialion of Lophopetatun muutet- nervium (Celastreceac) in the Sebuku sub-papulation. ft Thiel- ges, B.A, Sastrapraja and A. Rimbawanto (eds) Proc. of the Intemational Conference on In situ and Ex sit. Conservation of Commercial Tropicat Trees. Yogyakerta, Indonesia. 21. Na’iem, M. 2001, Genetic variations of Shorea leprosuia Mig. in three populations in Indonesia: Implication for ex sitw conservat- jon, Buletin Kehutanan No. 49/2001, Fak. Kehutanan UGM Yogyakarte, Naviem, M,, 2001. Konservasi sumberdaya genetik untuk pemu- Jiaan pohon. Procecding Seminar Sehari dalam rengka 70 tahun Prof. Dr. Hj, Ocmi Hani’in Suscno” Peletakan Dasar-Dasar dan Strategi Pemuliaan Pohon Hutan di Indonesie Yogyakarta, 23, Na‘iem, M., 2001. Tinjauan teknis budidaya dan peningkatan produk tivitas jati scbagai jenis unggulan. Workshop Nasionat Jati 2001 “Pongembangan’ Jali Sebagai Tanaman Kehutanan Unggulan yang Barilat Ekonomi Tinggi” oleh Program Hmu Kehiitanan Universitas Sumatra Utara. Medan, 24, 24 Na‘iem, M., 2001. Pewarisan pola berkas jaringan mege- gametofit Pinus merkusié dengan menggunakan metode isozim. Buletin P3 BPTH Departemen Kehutanen. Yogyakarta. 25, Na'iem, M. 2002. Pembiakan vegetatif dan implikasinya dalam skala operasional kehutanan, Makalah Pembanding pada Diskusi Fusil-Hasil Lithang Rehabilitasi dan Konscrvasi Sumbcrdaya Hutan. Bogor. 26. Na'icm, M. 2002, Analisis terhadap kebijakan perbenihan nasional, Workshop on Forest Tree Seed Policy. Kerjasama Antara Direktur Peabenihan can IFSP. Bogor. 27. Na'iem, M., Wibisono, G., Sukoljo and Suseno. 0-H. 2002. Ex- plorations of Lophopetatum muliinerviwn an endemic swamp forest tree. spesies in east Kalimantan. In Proceeding, of Inter- 28. 29, aL B national Conference on Advance in Genetic Inproverent of Tropical Tree Spesies. Yogyakarta. Na‘iom, M., and Monawar, M. A.. 2002. Genetic diversity of natural population of Pints merkusit: Implication for genetic conservation it A Rimbawanto and M Susanto (eds) Proceeding, of Intemational Conference on Advance in Genetic Inprovement of Tropical Tree Spesies, Yogyakarta Indonesia pp: 123-128. Natiem, M., dan Szhamurdn, M.S. 2002. Agroforestry dalam pongelolaan intensif samber duya lahan, Sabarnurdin, M.S. (eds.) Prosiding Seminar Nasional Agroforestti: Peranan Strategis Agroforestry dal Pengelolan Sumberdaya Alam Secara Les- tari dan Terpadu. Pakultas Ketutanan UGM. Yogyakarta 67 p. Naviem, M., 2002. Konservasi keregamian sumberdaya genotsk untuk peningkaten produktivites hulan. Disampaikan dalam sangka Divs ke-39 Fakultas Kehutanan UGM Buleksumur Yogyakera. Na'iem, M., 2002. Pentingnya penggunaan henih unggul cater pempoatan tanaman jatt dan standarisasi mutu bibit sccara nasional. Disampeikin pada Diskusi Penyediaan Bibit Jati Unggul yang dilzksanakan oleh P3RPTH. Yogyskarta. Natiem, M., Winemi, W.W., Wibisono, M.G., Yeni Widyena, N. R., 2002, Hedge orchard establishment and mamagement for m: production of Shorea spp. In M.S. Sabaraurdin, S.Hardiwinoro, A, Rimbawanto and ¥, Okimori {eds} Proc. of the International Seminar on Dipterocarp Reforestation to Restore Environment Ubrough Carbon Sequestration. Yogyakarta, Indonesia pp: 14-25. Na‘iem, M., Wibisono, M. G., Adrianti, Sukimo, D.P., Batis, Sockotjo, Suscno, OH. and Rina, LH, 2003. Exploration of Shorea feprosuta in Sumatca and Kalimantan populations for ex situ genetic conservation: population collected and decreased seed viability. ft A. Rimbawanto and M Susana (eds) Proc. of the Intemational Seminar on Advances in Genetic Improvenen of Tropical Tree Species Yogyakarta, Indonesia pp: {23-128 Na‘iem. M.. 2003, Evaluast pertanaman uji bastar Rucafypins pellita F. Muell dan umar 4 tahun di Wanagama 1, Yogyakana Joumal Agritek Instizut Pertanian Malang. Vol. i) No. 1 Na‘iem, M. Rahatjo, P. und Kusdiandra, E, 2003, Early genetic 36, Karya ilmiah (penulis pendamuping) L 4d information of Shorea leprosuia mig. half-sib progeny test in central Kalimatun. Joternational Serninar of Biorofor, Yogyakerte. Naviem, M., 2003. Prospek dan masalah teknis penyelengguraan gevekan masional rehabiltasi hutan dan lanan (GN-RHL; Disam- paikan dalam Seminar Hsil Litbang ” Prospek dan Tanvaigan Gerakan Nasional Rchabiltasi Huten Dan Laan (GN-RH1.) pada Era Otonomi Daerah. Banjarbaru. Kalimantan Selatan, Nitsaimanto, A. Seido, K. Kurinobu, S. Na’iem, M. Hardiyanto, E.B. and Suseno, OH. 1996. Analysis of provenance-progeny tests of Eucalyprus urophylia established in two locations in Indoresie, I Dieters M. J. Matheson, A. C. Nikles. G. D. Harwood C. E. and Walkers S. M. (eds) Tree Itmprovement for Sustaineble Tropical Forestry. Proc. OFRHUFRO Conf Caloundra, Queensland, Australi. Jadrioko, 5. daa Naiem M. 1997. Variasi isozim pada huten tanaman Pinus merkusti Jungh. et ce Vriese i Jawa . BPPS- UGM. 10 2B) Nurprebowo, A. Suseno, OH. dan Na‘em, M. 1998, Intormasi genetik pertumbuhan uji progeny half-sib Shorea polyardra Sym di Kafimentan Selatan. BPPS-UGM, 1 (4B) Kustiawan, K. Sulthoni, A. dan Ne"iem M. 1998, Pengarub jenie dan aun murbei dan jenis wlat sutera tezhadap rendemen, mutu kokon dan motu serat sutra. BPPS-UGM, 11 (3B) Kartikawati, N.K, dan Na'iem, M, 1999, Stadi variasi genetik hu- tan alam dan hutan tanaman Pinus merkuséé dengan menggunaken teknik isozim, Agroseins 12 (1) Yeni Wiyana, N. R. Na'icm, M. dan Danarto, S. 2000. Studi pendahuluan fenologi pembungsan Excalyptus peltita F. Mucli di ‘Wanagama I. Hardiyanto, E. B. (Eds) .Procceding Seminar Status Silvikultur di Indonesta Suet Ini, Fekultas Kehutanan UGM, Wanagama 1, Yogyakarta. Danarto, S. Hardiyanto, E.B., Naviem, M. dan Suseno, O.H. 2000. Stratesi pemutiaan Pinus merkusii gonerasi kedua, Herdiyanto, E. B, (Eds) Proceeding Seminar Stalus Silvikuitur di 10. i. 12. 14, 18. 45 Indonesia Saat Ini, Fakvitas Kehutanan UGM, Wanagama 1. Yoayakarta, Widowo, A, Na'iem, M. din Suseno, OF. 2000. Pergaruh ber- bagai hormon dan klon terhedap kemampuan berakar sick pucuk jali (Tectona grandis Lf) Handiyarto, E, B. (Eds) Procecding Seminar Status Silvikulur di Indonesia Saat Ini, Fakultas Kehutanan UGM, Wanagama i, Yogyakarta, Adviana, Suseno, O.H. dan Na‘iom, M. 2000. Keberhastlan okulasi dari berbagai provenans dan varietas jati (Fectona grandis L£} Harliyanto, EB. (Rds.) Proceeding Seminar Status Silvi- kattur di Indonesia Seat Ini, Fakultas Kehutanan UGM, ‘Wenagama I, Yogyakarta Mahfudz, Na'iem, M, Moko, H dan Adimugrahs, H. 2001 Pengaruh klon untuk scion, pososi okulasi din ukwran sungkup terhedap Keberhasilan ckulss: pada jati (Tectona grandis Lf) Buletin Penelitian Pemulizan Pohen . Yogyakarta. Vol. $ No.2. Leksono, B. dan Na'iem M. 2001. Sumber benih dan pemulican pohon hutan. Serninar Perhenihan Regional Wilayah Sulawesi Makassar. Retnoningsih, A. Muldjoprawito, 8. Na’iem, M. dan Purnomo, 2001. Analisis isczim untuk studi biosistermatike lansiun Seminar nasional PTTI (Penggalang Tuksonomi Tumbunan Indonesia} Universitas Negeri Malang. Salim, M, A. dan Navicm, M. 2001. Rhizogenesis advantit stch pucuk jati (Teciona grandis L.0) Agrosains Volume 14 (1). ‘Yeni Wiyana, N. R. Ne‘icm, M. dan Danarto, S. 2001. Study on reproductive phenology of Eucalyptus petiiter Flowering pattem, breeding system and pollination mechanism of Zucalypnes petliter F. Muell on Wanagama Education Forest, Yogyakarta. fi ‘Thielges, B.A, Sastrapraja amd A. Rimbawanto (eds.) Prov. of the international Conference on In site and Ex situ Conservation of ‘Commervial Tropical Trees. Yogyakarta, Indonesia. Karyanto, O. Na'iem, M. and Suhardi. 2001. Additional activities to ex-situ conservation of Paraseriaathes falcataria: Develop ment of its rhizobial symbiont. fn Thiclges, B.A., Sastrapraja and A. Rimbawante (eds.) Proc, of the international Conference on In situ and Ex situ Conservation of Commercial Tropical Trees. 16. uw. 46 ‘Yogyakarta, Indonesia. Malawsrman, Suseno, OH. Sastrosumarto, 8. Na’iem. M, 2001. Genetic control in crossibility for interspecific hybrid between Eucalyptus peltita and Eucalyptus urophylia. In Proceeding of IUPRO International Symposium oa Developing Eucalystus of the future. Valdiva, Chile. Hardiyanto, E. B. and, Na’iem,M. 2002. Present status of conser- vation, wlilization and management of Torest genetic resources in Indonesia. ft Koskela, J. Appanah, 5. Pedersen, AP. and ‘Markopoulos, M.D. (eds.) Proc. of The Southeast Asian Moving ‘Workshop on Conservation, Management and Utilization of Forest Geretic Resources. Bangkok, Thailand.

Anda mungkin juga menyukai