Oleh karenanya, misi pertama yang diemban oleh tiap Rasul untuk disampaikan kepada umat
manusia adalah konsep ketuhanan ini. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qs. an-Nahl:36:
”Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-
orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul)”.(Q.S. an-Nahl:36)
QS.Al-Harsyr : 7
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah “(Qs. Al-Hasyr:7)
Surat An-Nisa’ Ayat 80
Artinya: “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah“.
Dari Abu Hurairah Ra. berkata; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari
bersama dengan para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril ‘Alaihis Salam yang kemudian
bertanya: “Apakah iman itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Iman adalah
kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-
Nya, Rasul-rasul-Nya, dan kamu beriman kepada Hari Berbangkit”.(H.R. Bukhari)
Ibnu Numair berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia
masuk neraka.” Dan aku berkata, “Saya dan orang yang meninggal dengan tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu pun (niscaya) masuk surga” (HR. Muslim).
‘Aqidah disebut juga dengan al Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur’an dan
hadits – hadits Nabi saw, karena ‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal – hal
yang berkaitan dengannya.
‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau
pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ wa Shifat. jadi, Tauhid
merupakan kajian ilmu ‘Aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya.
Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam. Di atas keyakinan dasar inilah
dibangun ajaran Islam lainya, yaitu syari’ah (hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh
karena itu, pengamalan ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak)
dan seterusnya, dapat diamalkan di atas bagunan keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan
dasar, pengamalan ajaran agama tidak akan memiliki makna apa-apa.
QS.Al-Hujurat (:15)
1. Ilahiyat merupakan suatu pembahasan hal yang berkenaan dengan masalah ketuhanan,
khususnya membahas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah
(Tuhan, Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan-
perbuatan (af’al) Allah dan sebagainya.
2. Nubuwwat merupakan suatu pembahasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan nabi dan Rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat,
karamat dan sebagainya.
3. Ruhaniyat merupakan suatu pembahasan hal yang berkenaan dengan mahluk gaib.
Misalnya malaikat, iblis, dan jin.
4. Sam’iyyat merupakan suatu pembahasan hal yang berkenaan dengan alam gaib.
Misalnya surga, neraka, alam kubur, dan lainnya.
Fungsi Aqidah
Manfaat Aqidah
1. Meningkatkan keimanan kepada Allah, dengan akidah yang baik maka kita akan
senantiasa beribadah dengan ikhlas hanya karena mengharap ridha Allah.
2. Memperbanyak amalan baik, karena tujuan akidah adalah menghindarkan diri dari
perbuatan yang tidak benar atau sesat. Kita akan ingat selalu ingat bahwa apa yang
kita kerjakan akan dibalas nanti di akhirat.
Menegakkan agama, dengan semakin kuatnya akidah dalam diri seseorang maka akan
memperkuat hatinya dalam menjalankan islam.
3. Mendapatkan petunjuk yang benar dengan mempelajari aqidah kita dapat menemukan
jalan atau petunjuk yang benar, karena sebaik baiknya petunjuk kebenaran adalah al
quran.
4. Mendapatkan ketenangan hidup karna orang yang beriman dan menyakini aqidah hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
5. Tidak mudah terpengaruh dengan dunia yang sifatnya sebentar,yang kekal adalah
akherat.
6. Mendapat jaminan surga jika akidahnya tak tercampur dengan syirik dan selamat dari
kekalnya Neraka.
7. Selamat dari pengaruh kepercayaan yang akan membawa kerusakan dan jauh dari
kebenaran.
Tingkatan aqidah
1. Tingkat Taqlid
Tingkat ilmul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu yang
bersifat teori
Beriman kepada Allah dan sifat-sifatnya dengan cara menerima dan meyakini sesuai
dengan apa yang tertulis dalam Al-Quran dan As-Sunah (hadits).
Melakukan 6rukun iman dalam kehidupan sesuai dengan ajaran Islam dengan
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Saling menghormati dan menyayangi sesama anggota keluarga dan masyarakat sesuai
ajaran Islam.
Tidak menerima fatwa, kecuali berdasarkan Al-Quran dan Sunnah yang tsabit
(kokoh).
Saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang tentram
dan harmonis.
TAUHID
Pengertian Tauhid
Secara etimologi/ Bahasa.tauhid (Arab : )توحيد, adalah konsep dalam aqidah islam yang
menyatakan keesaan Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang
artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang
berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat
Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah.
Menurut istilah,( termionologi) tauhid berarti pernyataan terhadap keesaan Allah subhanahu
wa ta’ala. Menyatakan keesaan Allah di sini tanpa menduakan atau menyekutukannya dengan
sesuatu apapun. Allah adalah satu-satunya yang harus disembah.
QS At Taubah: 31
َ َو َمٓا ُأ ِمر ُٓو ْا ِإاَّل لِيَ ۡعبُ ُد ٓو ْا ِإ ٰلَهٗ ا ٰ َو ِح ٗد ۖا ٓاَّل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ ۚ َو س ُۡب ٰ َحنَهۥُ َع َّما ي ُۡش ِر ُك
٣١ ون
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS At
Taubah: 31)
QS Az Zumar: 2-3
Macam-Macam Tauhid
Secara sederhana Tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu Taugid Rububiyah, Tauhid
Ulluhiyyah dan Tauhid Asma’dan Sifat. Firman Allah dalam Alquran:
ِ ْت َواَأْلر
ض َو َما بَ ْينَهُ َما فَا ْعبُ ْدهُ َواصْ طَبِرْ لِ ِعبَا َدتِ ِه ِ َربُّ ال َّس َما َوا
ً هَلْ تَ ْعلَ ُم لَهُ َس ِميّا
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya,
maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” [QS. Maryam: 65]
ِ ْت َواَأْلر
(1). Dalam firman-Nya (ض َ ( ) َربُّ ال َّس َمRabb (yang menguasai) langit dan
ِ اوا
bumi) merupakan penetapan TAUHID RUBUBIYAH.
(2). Dalam firman-Nya ( ( )فَا ْعبُ ْدهُ َواصْ طَبِرْ لِ ِعبَا َدتِ ِهmaka sembahlah Dia dan berteguh
hatilah dalam beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan TAUHID ULUHIYAH.
(3). Dan dalam firman-Nya (ً ( )هَلْ تَ ْعلَ ُم لَهُ َس ِميّاApakah kamu mengetahui ada seorang
yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan TAUHID ASMA WA SHIFAT
1. Tauhid rububiyah
Tauhid rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala perbuatan-Nya, seperti
menciptakan dan mengatur alam semesta, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan
bahaya dan manfaat, memberi rizqi dan semisalnya. Allah Ta’alaberfirman
2.Tauhid uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam ibadah, seperti berdoa, bernadzar,
berkurban, shalat, puasa, zakat, haji dan semisalnya. Allah Ta’ala berfirman
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-Baqarah : 163)
ص ِّو ُر ۖ لَهُ اَأْل ْس َما ُء ْال ُح ْسنَ ٰى ۚ يُ َسبِّ ُح لَهُ َما ِفيَ ارُئ ْال ُم
ِ َق ْالب
¶ُ ِهُ َو هَّللا ُ ْال َخال
ض ۖ َوهُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم
ِ ْت َواَأْلر ِ اوا َ ال َّس َم
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang
Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr 59 : 24)
Yang Maha Pencipta :
a. Kosmologi : al-Baqarah (2 : 164, 22). Al-Imran (2 : 192 – 193), Yunus ( : 34),
Al- Mu’minun 88, Azzari’at 27 – 30
b. Astronomi : At-Toriq 1-3, Al-Buruj 1,
c. Botani : A-Naml 11, 60, Al-An’am 95, Al-Hijr 19, al-Haj 5
d. Meteorology : Ar-Rum 46, Al- Ghasiyah 20,
e. Geograpy : AlGasiyah 20, Ar Ra’du 3 – 4, al-Hijr 19, al-Baqarah 28.
f. Zoology : Al-Baqarah 164, Al-Ankabut 60, Asy-Syura 29, Hud 60, an-Nahl
79
g. Antropogi : Al-Baqarah 28, ath-Thorik 5-7, ar-Rum 20, al-Haj 5, al-Balad 4-9
An-Nahl 78
h. Psikologi : Ar-Rum 21, As-Syams 7
IMAN
Pengertian Iman
Iman menurut pengertian sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati,
dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari. Jadi iman itu bukanlah semata-
mata ucapan lidah, buakn sekedar perbuatan, dan bukan pula hanya merupakan pengetahuan
tentang rukun iman
ِ ان َو َع َم ٌل بِاَْألرْ َك
)ان (رواه ابن ماجه والطبران ِ ْرفَةٌ بِاْلقَ ْل
ِ ب َوقَ ْو ٌل بِالِّل َس ُ ْأِإل ْي َم
ِ ان َمع
“Iman adalah Pengetahuan hati, pengucapan lisan dan pengamalan dengan anggota
badan” (H.R. Ibnu Majah dan At-Tabrani).
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria
bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
َوتُْؤ ِم َن بِ ْالقَ َد ِر َخي ِْر ِه َو َش ِّر ِه، َو ْاليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر، َو ُر ُسلِ ِه، َو ُكتُبِ ِه، َو َماَل ِئ َكتِ ِه،َِأ ْن تُْؤ ِم َن بِاهلل
"Engkau beriman kepada (1) Allah, (2) malaikat-Nya, (3) kitab-kitabNya, (4) para Rasul-Nya, (5) hari
akhir, dan beriman kepada (6) takdir, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk."
Hakikat iman
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya
kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan
berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan,
amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan
berkurang karena kemaksiatan.
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama
memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap keImanan
akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang
melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima
pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau
kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak
bertambah dan tidak berkurang.