Anda di halaman 1dari 3

Romantisme

Pengertian
Romantisisme merupakan sebuah gerakan atau aliran seni yang memfokuskan sebuah karya
pada emosi dan juga pencapaian mulia di masa lalu dan keindahan alam yang cenderung
dramatik dan teatrikal. Aliran Romantisisme menitikberatkan pada emosi pribadi yang
cukup kuat sebagai sumber otentik dari pengalaman estetika dan kekaguman yang dialami
dalam menghadapi sebuah sejarah atau pengalaman agung serta keindahan alam yang
estetik.

Sejarah
Istilah Romantisisme berasal dari Bahasa Perancis, yaitu Roman yang artinya cerita.
Memang benar, dalam gaya Romantisisme mencerminkan adanya pengaruh dari sastra
roman Perancis. Khususnya dalam melukiskan cerita tentang tragedi yang sangat dahsyat,
peristiwa yang dramatis dan mencekam. Romantisisme merupakan sebuah aliran seni,
sastra, dan juga intelektual yang berasal dari Eropa Barat pada abad ke-18 di masa Revolusi
Industri. Sebagian dari aliran yang satu ini adalah revolusi dalam melawan norma-norma
kebangsawanan, politik, dan sosial dari periode pencerahan serta reaksi terhadap
rasionalisasi terhadap alam dalam sastra dan seni. Gerakan tersebut menekankan pada
emosi yang kuat sebagai sumber dari pengalaman estetika, mengerikan, dan takjub dengan
apa yang dialami saat seseorang menghadapi sublim alam.

Ciri-ciri
a. Imajinatif: Walaupun tetap realistis atau tidak ada fantasi, adegan yang ada di karya
Romantisisme cenderung terlihat lebih teatrikal dan bukan pemandangan sehari-hari. Untuk
membuat adegan seperti itu, dibutuhkan daya imajinasi yang tinggi.
b. Subjektif: Penciptaan karya seni dianggap sebagai sebuah ekspresi diri dari seorang
seniman.
c. Menggunakan intensitas emosional yang cukup tinggi.
d. Suasana dan pencitraan mempunyai kualitas seperti mimpi.
e. Menggambarkan perasaan yang kuat dan tidak harfiah atau menggunakan simbol dan
perumpamaan.

Jenis
a. Seni Sastra Romantik
Romantisme yang ada di dalam karya sastra banyak menggunakan tema yang
berulang mengenai tema kebangkitan ataupun kritik terhadap masa lalu, kultus
“sensibilitas”dengan penekanan terhadap perempuan dan anak-anak, isolasi narator
atau seniman, penghormatan terhadap alam, dan unsur-unsur supranatural. Sastra
romantis cenderung bersifat pribadi, intens, dan menggambarkan lebih banyak
emosi dibandingkan dengan yang pernah terlihat di dalam beberapa sastra yang
muncul dalam sastra klasik atau neoklasik.

b. Seni Rupa Romantisisme

Di bidang seni rupa, Romantisisme pertama kali muncul di dalam sebuah karya
lukisan lanskap di tahun 1760-an. Dimana pada waktu itu para seniman yang berasal
dari Inggris mulai beralih ke lanskap dan arsitektur bertema Gotik. Banyak seniman
Romantisisme yang menggunakan tema religius dan supranatural sebagai objek
lukisannya, seperti yang dilakukan oleh pelukis dan penulis terkenal bernama
William Blake.

Wanderer above the Sea of Fog (c. 1818) Third of May 1808 (1814) karya Francisco Goya
Karya Caspar David Friedrich

https://www.gramedia.com/literasi/aliran-romantisisme/
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/22/182608369/5-lukisan-romantisme-
terkenal?page=all

Ekspresionisme
Pengertian
Ekspresionisme adalah aliran seni rupa yang menganggap bahwa seni merupakan sesuatu
yang keluar dari diri seniman, bukan dari peniruan alam dunia. Seniman memiliki ingatan
dan cara pandang tersendiri dari apa yang pernah dilihatnya di alam, lalu diekspresikan pada
karyanya. Seniman ekspresionis menghiraukan berbagai teknik penciptaan formal untuk
mendapatkan ekspresi yang lebih murni dan tanpa tekanan dari kepentingan ekstrinsik Seni.

Sejarah
Istilah “Ekspresionisme” diperkirakan diciptakan pada tahun 1910 oleh sejarawan seni Ceko,
Antonin Matejcek, yang bermaksud untuk menunjukkan karya yang tampak kebalikan dari
aliran Impresionisme. Para Impresionis berusaha untuk mengekspresikan keindahan alam
dan wujud manusia melalui lukisannya, para Ekspresionis justru hanya berusaha untuk
mengekspresikan dunia yang diingat dan dirasakan oleh mereka.

Ciri-ciri
1. Tidak mengutamakan kemiripan atau kenaturalan objek yang dilukis
2. Sapuan kuas yang berani, tidak malu-malu dan ekspresif
3. Teknik menggambar yang tampak naif, namun tetap memiliki komposisi yang apik
4. Mementingkan ekspresi individu seniman dibandingkan dengan peniruan alam
5. Menggunakan warna sebagai simbol untuk suatu hal, bukan sebagai pewarna objek
6. Menolak ideologi modern yang berlebihan dan memberikan imbas semakin tidak
memanusia
7. Mencemaskan keorisinalitasan seni terhadap imitasi alam

The Scream oleh: Edvard Munch (c.1893) Self-portrait, oleh Affandi (1944)

Anda mungkin juga menyukai