Anda di halaman 1dari 11

STUDI KARAKTERISTIK SABUN PADAT YANG DIPROSES DENGAN PERSENTASE

BUBUR RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DAN SARI DAUN KELOR (Moringa oliefera,
LAMK) YANG BERBEDA

Study Characteristic of Solid Soap Processed with Different Percentages of Kappaphycus


alvarezii Seaweed Porridge and Moringa Leaf Juice (Moringa oliefera, Lamk)

Rolen Y. Anabokay*, Yunialdi H. Teffu*, Dewi S. Gadi


Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Kristen Artha Wacana. Jalan Adysucipto Oesapa, Kampus UKAW Kupang
Telepon 0380881360
*Korespodensi :anabokayrolen@gmail.com

ABSTRACT

Kappaphycus alvarezii is one type of seaweed that is often used in the non-food industry such as the
pharmaceutical and cosmetic industries because the antioxidant content is able to function as a
protector from ultraviolet rays that can demage the skin. One of natural ingredients that can be
used as a dye is moringa leaf (Moringa oliefera, Lamk) because the green subtance and it is also
have the potential as antioxidants. Study of characteristic of solid soap processed with different
percentages of Kappaphycus alvarezii seaweed porridge and moringa leaf juice (Moringa oliefera,
Lamk) was designed according to a factorial experimental pattern with a completely randomized
design (CRD). The treatment consisted of 2 factors. Factor (A) the precentage of seaweed porridge
consists of 2 levels, namely: A1 (10%) and A2 (15%). Factor (B) the precentage of moringa leaf
juice consists of 3 levels, namely: B1 (10%), B2(20%) and B3 (30%) with two replications. The
result showed that pH value of the soap ranged from 8,95 to 9,85. The stability foam ranged from
55,78% to 77,86%. The moisture content of the soap ranged from 13,40% to 15,83%. Panelists
acceptance the color of the soap ranged from 6.44-8.00 and the aroma parameter ranged from 6,70
to 8,94 with the category of moderately liked to like very much. Solid soap that meets SNI 3532-
2016 and Dragon (1969) is solid soap from combination of 15% seaweed porridge and 10%
moringa leaf juice.

Keywords : Foam Stability, Kappaphycus alvarezii, Moisture Content, NaOH, pH, Solid Soap.

Pendahuluan kosmetik, farmasi, dan industri lainnya yang di


luar dari produk konsumsi (Kadi, 2004). Salah
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
satu produk non-pangan yang sering dibuat
merupakan salah satu provinsi yang
dari rumput laut ialah produk sabun mandi,
mempunyai banyak kawasan yang potensial
walaupun pada dasarnya sabun mandi adalah
untuk marikultur rumput laut. Kawasan yang
produk yang dihasilkan dari reaksi antara
potensial itu tersebar di Kabupaten Kupang,
minyak atau lemak dengan basa KOH yang
Sumba Timur, Alor, Rote Ndao, Sabu Raijua,
menghasilkan sabun lunak sedangkan NaOH
dan Kabupaten Lembata (Anonim, 2014).
yang menghasilkan sabun padat (Rahayu,
Sejak ditetapkan sebagai kawasan minapolitan
2015), tetapi untuk mendapatkan manfaat yang
perikanan budidaya pada tahun 2010, produksi
lebih banyak lagi dari produk sabun maka
rumput laut di daerah-daerah tersebut terus
tidak jarang dilakukan penambahan bahan lain
meningkat hingga pada 2019 total produksi
pada produk sabun itu sendiri. Salah satu
mencapai 240.000 ton atau setara dengan Rp.
bahan alami yang biasa dipakai dalam
5 triliun jika dibandingkan dengan 2018 yang
pembuatan sabun ialah rumput laut karena
hanya mencapai 195.000 ton atau setara
rumput laut mengandung banyak sekali
dengan Rp. 4 triliun (Anonim, 2019).
manfaat ketika dikonsumsi serta memberikan
Proses pemanfaatan rumput laut terus
manfaat bagi kesehatan kulit manusia melalui
berkembang sebagai bahan baku industri
produk kosmetik (Shanmugam, 2000).

1
Kappaphycus alvarezii merupakan salah alvarezii pada produk sabun mandi padat
satu jenis rumput laut yang saat ini dengan penambahan sari daun kelor (Moringa
pemanfaatannya sangat dibutuhkan pada oliefera, Lamk) perlu dikaji secara ilmiah
industri makanan, komestik dan farmasi melalui penelitian untuk mengetahui pengaruh
karena kandungan karaginan dapat dijadikan perbedaan persentase dari bubur rumput laut
sebagai bahan campuran pada produk lain Kappaphycus alvarezii dan sari daun kelor
(Irnawati dkk, 2016). Rumput laut (Moringa oliefera, Lamk) terhadap
Kappaphycus alvarezii biasa dipakai dalam karakteristik dari produk sabun padat yang
formulasi krim anti–aging, facial creams, skin dihasilkan.
lotion (Putri dkk, 2015), pasta gigi, tonik
rambut dan penstabil pada sabun (Li dkk,
2014) serta krim tabir surya (Luthfiyana dkk, Alat dan Bahan
2016) karena kandungan antioksidannya
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki fungsi sebagai pelindung dari sinar
terdiri dari dua jenis yaitu: alat untuk membuat
ultraviolet yang dapat merusak kulit seperti
sabun padat dan alat untuk uji lab. Alat yang
kemerahan, pendarahan, penuaan dini dan
dipakai dalam membuat sabun padat terdiri
meningkatkan risiko kanker kulit (Lann dkk,
dari gelas ukur, neraca analitik, wadah
2016).
stainless steel, lampu bunsen, blender, mixer,
Rumput laut Kappaphycus alvarezii yang
spatula, cetakan sabun. sedangkan alat yang
dipakai dalam pembuatan sabun biasanya
dipakai untuk analisis yaitu: tabung reaksi, rak
menghasilkan sabun yang relatif transparan
tabung reaksi, kertas label, pH meter, pisau,
atau cenderung kecoklatan yang dinilai kurang
mortal dan alu, oven, desikator dan wadah
menarik sehingga perlu ditambahkan bahan
sampel.
pewarna untuk menambah estetika dari
Bahan yang digunakan dalam pembuatan
produk. Penggunaan bahan pewarna yang
sabun terdiri dari dua jenis yaitu: bahan untuk
baik ialah bahan pewarna alami karena lebih
membuat sabun dan bahan untuk analisisi.
aman untuk digunakan. Salah satu bahan yang
Bahan untuk pembuatan sabun meliputi:
dapat dipakai sebagai pewarna alami adalah
minyak sawit, minyak zaitun, NaOH, gliserin,
daun kelor (Moringa oliefera, Lamk) yang
aquades, rumput laut Kappaphycus alvarezii
juga dapat berguna sebagai pewarna alami
dan daun kelor (Moringa oliefera,Lamk),
yang multi-fungsi karena kandungan nutrisi
sedangkan bahan yang dipakai untuk analisis
mikro pada daun kelor sebanyak 7 kali vitamin
yaitu: aquades, buffer 7 dan buffer 4.
C pada jeruk, 4 kali vitamin A pada wortel, 4
Prosedur Penelitian
kali kalsium pada susu, 3 kali potassium pada
pisang, dan 2 kali protein pada yoghurt 1. Bahan-bahan yang telah dibeli dari pasar
(Aminah dkk, 2013). maupun dari toko kimia kemudian
Zat aktif yang terkandung di dalam daun dibawa ke Laboratorium Eksakta UKAW
kelor (Moringa oliefera, Lamk) berpotensi Kupang.
sebagai antioksidan dengan berbagai jenis 2. Daun kelor (Moringa oliefera, Lamk)
vitamin (A, C, E, K, B1, B2, B3, B6), ditimbang sebanyak 100 gram lalu
flavonoid, alkaloid, tanin, dan terpenoid diblender perlahan dan dicampurkan
(Kurniasih, 2013). Antioksidan tersebut dapat dengan aquades sebanyak 200 ml, setelah
berfungsi sebagai sistem pertahanan terhadap itu dikeluarkan dari blender lalu disaring
radikal bebas yang diakibatkan oleh untuk diambil sarinya.
peningkatan produksi radikal bebas yang 3. Langkah berikutnya ialah membuat sediaan
terbentuk akibat faktor stress, radiasi UV, sabun, proses ini diawali dengan
polusi udara dan lingkungan yang memasukan NaOH ke dalam aquades
mengakibatkan menurunnya sistem ketahanan yang telah dicampurkan dengan gliserin.
tubuh (Deddy, 2013). Antioksidan dari bahan NaOH yang telah digunakan dalam
alami juga lebih direkomendasikan pembuatan sediaan sabun ialah 30%,
penggunaannya karena memiliki tingkat karena pengunaan NaOH dalam jumlah
keamanan yang lebih baik sehingga yang sedikit akan menghasilkan sabun
pemanfaatannya lebih luas dalam bidang dengan tingkat kekerasan yang rendah
kesehatan dan kosmetika (Brewer, 2011). sehingga memudahkan kerusakan akibat
Namun penggunaan rumput laut Kappaphycus

2
bakteri karena kadar air yang tinggi disimpan pada suhu ruang tanpa dikemas
(Sinatrya, 2009). Aquades dan gliserin agar proses penguapan tidak terhambat
yang dipakai dalam pembuatan sediaan atau disimpan pada tempat yang sirkulasi
sabun ialah 35% yakni 30% terdiri dari udaranya lancar selama 1 minggu
aquades dan 5% terdiri dari gliserin. sebelum dilakukan pengujian pada
4. Minyak sawit yang telah dicampur dengan karakteristiknya. Penyimpanan yang
minyak zaitun dengan perbandingan 5:2 dilakukan ini disebut juga sebagai proses
tersebut dipanaskan hingga suhu 70℃ curring. Curring adalah jangka waktu
lalu lampu bunsen dikecilkan dan larutan penyimpanan yang biasa dipakai untuk
NaOH yang telah dingin dituangkan menyempurnakan proses saponifikasi dan
secara perlahan-lahan ke dalam minyak penguapan air yang ada di dalam produk
lalu dihomogenkan menggunakan blender sabun.
sampai sedikit mengental. Persentase Metode yang digunakan dalam pengujian
minyak yang dipakai pada pembuatan stabilitas busa ialah metode menurut Awang
sediaan sabun (100 g) ialah 35% atau 35 (2001), kadar air menggunakan metode AOAC
gram. Lalu rumput laut yang telah (2005) sedangkan nilai pH menggunakan pH
dihaluskan dimasukkan ke dalam sediaan meter. Data-data yang diperoleh dari
sabun yang telah dibuat tersebut dan penelitian kemudian dianalisis menggunakan
kembali dihomogenkan menggunakan ANOVA dua arah (Two Way Analysis of
blender. Proses ini dilakukan pada setiap Variance) untuk melakukan analisis komperasi
perlakuan dengan taraf persentase yang multivariabel dalam mencari perbedaan yang
telah ditentukan yaitu: 10% dan 15%. signifikan antar perlakuan. Model matematika
Persentase rumput laut ini diambil yang digunakan ialah pola percobaan faktorial
berdasarkan hasil penelitian yang telah dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dilakukan oleh Rahayu (2015) yang menurut Gaspersz (1991).
mengekstrak rumput laut merah
(Kappaphycus alvarezii) dengan maserasi Hasil dan Pembahasan
yang menggunakan methanol dan Nilai pH
selanjutnya ekstrak kental tersebut
diformulasi menjadi sediaan sabun Nilai pH merupakan salah satu parameter
dengan persentase ekstrak yang berbeda penting di dalam penentuan mutu sabun
yaitu 5% dan 10%. Penulis melakukan karena pH sangat berpengaruh terhadap
modifikasi dengan menaikan persentase kelayakan dari sabun tersebut.
dari rumput laut yang digunakan dan Nilai rata-rata dari pengujian pH pada
tanpa melalui proses ekstraksi (rumput produk sabun padat yang dibuat dari
laut yang digunakan ialah rumput laut persentase bubur rumput laut dan sari daun
yang hanya dihaluskan menjadi bubur kelor (Moringa oliefera, Lamk) yang berbeda
dengan menggunakan blender). tersebut mempunyai rentangan nilai antara
5. Selanjutnya sabun yang telah 8,95-9,85. Kombinasi perlakuan antara bubur
dihomogenkan dengan rumput laut rumput laut dan sari daun kelor berpengaruh
Kappaphycus alvarezii itu dicampurkan tidak nyata (F-hit <F-tab5%) terhadap nilai pH
dengan sari daun kelor (Moringa oliefera, dari produk sabun padat yang dihasilkan.
Lamk) sebanyak 10%, 20% dan 30% Kombinasi perlakuan dari bubur laut dan
dari total sabun yang belum dicampur sari daun kelor mempengaruhi nilai pH dari
dengan rumput laut. Penggunaan produk sabun padat yang dihasilkan.
persentase ini dimodifikasi dari penelitian Kombinasi perlakuan yang menghasilkan nilai
yang dilakukan oleh Ismiyati (2014), rata-rata pH tertinggi ialah pada kombinasi
yang menggunakan ekstrak daun kelor perlakuan dari bubur rumput laut
(Moringa oliefera, Lamk) sebanyak 0%, Kappaphycus alvarezii 10% dan sari daun
12,5%, 17,5%, 25% dan 35% pada kelor 10% yaitu 9,75 dan nilai pH rata-rata
formulasi dari produk masker. terendah diperoleh pada kombinasi perlakuan
6. Sabun yang telah dihomogenkan itu bubur rumput laut Kappaphycus alvarezii
dituangkan ke dalam cetakan khusus 15% dan sari daun kelor 30%. Nilai pH secara
sabun, dan didiamkan selama 24 jam lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
kemudian dikeluarkan dari cetakan lalu

3
Tabel 5. Nilai pH dari Sabun Padat Rumput Laut daun kelor yang dapat berperan sebagai ion
Kappaphycus alvarezii. zwitter dan bersifat asam tetapi karena adanya
penambahan NaOH yang bersifat basa dan
Nilai pH Rata-
Kombinasi Perlakuan Total juga karena NaOH lebih kuat dari asam lemah
U1 U2 Rata maka pH sabun menjadi basa.
Bubur rumput laut 10% + Profil rata-rata dari hasil pengujian nilai
sari daun kelor 10% 9,9 9,6 19,5 9,75f pH pada produk sabun padat yang dibuat dari
persentase bubur rumput laut Kappaphycus
Bubur rumput laut 10% +
alvarezii dan sari daun kelor (Moringa
sari daun kelor 20% 9,6 9,5 19,1 9,55e oliefera, Lamk) yang berbeda dapat dilihat
Bubur rumput laut 10% + pada gambar di bawah.
sari daun kelor 30% 9,3 9,3 18,6 9,30d
Bubur rumput laut 15% + 12 11
c 10 9,75 9,65 9,45
sari daun kelor 10% 9,3 9,2 18,5 9,25
8
Bubur rumput laut 15% + 9,25 9,1 8,95

Nilai pH
6 Rumput
b
sari daun kelor 20% 9,1 9,0 18,1 9,05 4 Laut 10%
Rumput
Bubur rumput laut 15% + 2 Laut 15%
sari daun kelor 30% 9,0 8,9 17,9 8,95 a 0 SNI 3532-
1996
10% 20% 30%
Keterangan: a-f adalah notasi dari hasil uji jarak
berganda Duncan. Sari Daun Kelor

Hasil yang diperoleh pada pengujian awal Gambar 4. Profil Nilai Rata-Rata dari Hasil Pengujian
dari nilai pH menunjukkan bahwa bubur pH pada Produk Sabun Padat.
rumput laut Kappaphycus alvarezii
Nilai pH rata-rata pada produk sabun padat
mempunyai nilai pH 6,8 sedangkan sari daun
yang dibuat yang dibuat dari persentase bubur
kelor mempunyai nilai pH 5,8. Nilai pH
rumput laut Kappaphycus alvarezii dan sari
mempunyai kecenderungan yang menurun
daun kelor (Moringa oliefera, Lamk) yang
pada kombinasi perlakuan bubur rumput 15%
berbeda ini mempunyai nilai pH yang baik
karena rumput laut juga mengandung vitamin
karena jika dibandingkan dengan SNI yang
C yang bersifat asam sehingga mempengaruhi
mensyaratkan bahwa nilai pH yang aman atau
nilai pH dari produk sabun sedangkan pada
yang dianjurkan harus berkisar antara 8-11
sabun padat yang dibuat dengan kombinasi
(Anonim, 1994). Berdasarkan data dari nilai
10% memiliki nilai pH yang juga mempunyai
pH pada sabun padat yang dibuat dari
kecenderungan menurun karena selain rumput
persentase bubur rumput laut Kappaphycus
laut yang bersifat asam tersebut mempunyai
alvarezii dan sari daun kelor dapat diketahui
persentase yang sedikit sehingga tidak
bahwa semua kombinasi perlakuan yang
mempengaruhi nilai pH secara baik tetapi
dilakukan pada proses penelitian ini tidak
penurunan nilai pH juga disebabkan oleh
melebihi ambang batas yang diperbolehkan
kandungan lemak dan asam amino dari sari
karena jika pH sabun di bawah nilai 8 atau di
daun kelor. Hal ini dapat dilihat ketika
atas nilai 11 maka dapat menyebabkan
kombinasi dari persentase sari daun kelor yang
kerusakan pada kulit pengguna.
semakin tinggi dengan bubur rumput laut yang
Semua kombinasi perlakuan yang
rendah maka nilai pH juga akan mengalami
dilakukan menghasilkan sabun dengan nilai
penurunan. Nilai pH yang tinggi pada produk
pH yang basa, pH sabun yang basa tersebut
sabun dapat terjadi karena adanya proses
dapat membantu membuka pori-pori kulit
hidrolisis pada minyak yang dipanaskan
kemudian busa dari sabun mengikat kelebihan
sebelum dicampur dengan bahan lain. Proses
sabun dan kotoran lain yang menempel pada
pemanasan minyak mempercepat terjadinya
kulit (Hernani dkk, 2010).
hidrolisis karena ketika lemak atau minyak
dipanaskan maka akan menjadi asam lemak Stabilitas Busa
dan gliserol. Asam lemak dan kandungan
vitamin C dari rumput laut serta kandungan Hasil analisis data menunjukkan bahwa
asam amino yang terkandung di dalam sari kombinasi perlakuan persentase yang berbeda

4
dari bubur rumput laut Kappaphycus alvarezii
dan sari daun kelor (Moringa oliefera, Lamk) 100%
berpengaruh sangat nyata (F-hit >F-tab1%) 77,86%
80% 67,67%

Stabilitas Busa
61,05% 72,58%
terhadap nilai rata-rata dari tingkat stabilitas 66,15%
60% 60%
busa pada produk sabun padat.
40% 55,78% Rumput
Nilai rata-rata pada variabel stabilitas busa Laut 10%
menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan 20% Rumput
Laut 15%
bubur rumput laut 10% dan sari daun kelor 0% Dragon
10%, 20% dan 30% berbeda nyata dengan 10% 20% 30%
(1969)
bubur rumput laut 15% yang dikombinasikan Sari Daun Kelor
dengan sari daun kelor 10%, 20%, 30%.
Gambar 5. Profil Nilai Rata-Rata dari Stabilitas Busa
Nilai rata-rata dari hasil pengukuran
pada Sabun Rumput Laut.
stabalitas busa pada produk sabun padat yang
dibuat dari persentase bubur rumput laut
Kappaphycus alvarezii dan sari daun kelor Tingkat kestabilan busa tidak hanya
(Moringa oliefera, Lamk) yang berbeda dapat dipengaruhi oleh rumput laut tetapi juga
dilihat pada di bawah ini. dipengaruhi oleh sari daun kelor karena
tingkat kestabilan busa juga mengalami
Tabel 6. Nilai Stabilitas Busa dari Sabun Padat Rumput
peningkatan pada perlakuan sari daun kelor
Laut Kappaphycus alvarezii.
dengan persentase 20% dan 30%. Hal ini
disebabkan karena kelor mengandung senyawa
Kombinasi Stabilitas saponin. Saponin mempunyai sifat bermacam-
Busa (%) Total Rata-
Perlakuan macam, yaitu memiliki rasa manis
Rata
U1 U2 atau pahit, dapat membentuk buih, dapat
Bubur rumput menstabilkan emulsi, dan dapat
laut10%+ sari
daun kelor 10% 56,0 56,0 111,56 55,78a menyebabkan hemolisis. Saponin dapat
Bubur rumput 65,63 66,67 132,3 66,15c digunakan antara lain untuk membuat
laut10%+ sari minuman beralkohol, dalam industri pakaian
daun kelor 20% dan kosmetik, dalam membuat obat-obatan,
Bubur rumput
laut10%+ sari
serta sebagai obat tradisional.
daun kelor 30% 70,59 71,43 142,02 72,58e Meningkatnya stabilitas busa pada sabun
Bubur rumput juga disebabkan oleh karagenan dari rumput
laut15%+ sari laut yang memiliki sifat sebagai penstabil (Li
daun kelor 10% 60,98 61,11 122,09 61,05b dkk, 2014). Zat penstabil emulsi bekerja
Bubur rumput
laut 15%+ sari dengan cara menurunkan tegangan permukaan
daun kelor 20% 66,67 68,57 135,24 67,62d air dengan membentuk lapisan yang
Bubur rumput melindungi busa sehingga tingkat
laut15%+ sari kestabilannya menjadi meningkat seiring
daun kelor 30% 77,14 78,57 155,71 77,86f
Keterangan: a-f adalah notasi dari hasil uji jarak
dengan bertambahnya persentase bubur
berganda Duncan. rumput laut yang digunakan.

Nilai rata-rata stabilitas busa yang


tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan
bubur rumput laut Kappaphycus alvarezii 15%
dan sari daun kelor 30% yang dimenghasilkan
nilai stabilitas busa sebesar 77,86%,
sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat
pada kombinasi perlakuan bubur rumput laut
Kappaphycus alvarezii 10% dan sari daun
kelor (Moringa oliefera, Lamk) 10% yang
menghasilkan nilai kestabilan busa rata-rata
sebesar 55,78%.
Gambar 6. Pengujian Stabilitas Busa.

5
Busa pada suatu produk sabun dapat terbentuk Hasil pengujian kadar air pada sabun padat
karena adanya asam amino hidrofobik yang rumput laut yang dilakukan setelah 7 hari
berinteraksi dengan molekul air akibat dari penyimpanan atau curring menunjukkan
pengaruh mekanis seperti pengocokan bahwa ada beberapa sampel dari hasil
sehingga udara terdispersi ke dalam campuran kombinasi perlakuan yang kadar air nya
protein dan air (Nafi, 2015). Semakin banyak melebihi batas maksimal SNI 3532-2016,
asam amino yang bersifat hidrofobik dalam tetapi nilai kadar air yang dihasilkan tidak
suatu bahan pembuatan sabun sab maka melebihi atau masih mendekati ambang batas.
kemampuan menghasilkan busa dari produk Sampel
ampel yang memiliki kadar air dengan
sabun itu juga akan semakin tinggi. Asam nilai tertinggi yaitu 15,83
15,83% pada formulasi
amino yang bersifat hidrofobik di dalam daun rumput laut 15% dan sari daun kelor 30%
kelor yang dipakai dalam formulasi sabun sedangkan kadar
adar air terendah terdapat pada
padat misalnya: tryptophan, phenylanaline, sampel yang formulasikan kan dari rumput laut
methionine, leucine, isoleucine dan valine 10% dan sari daun kelor 10% yaitu memiliki
(Melo, 2013). Asam amino tersebut yang kadar air sebesar 13,40 13,40%. Kombinasi
menyebabkan adanya peningkatan stabilitas perlakuan yang menghasilkan sabun padat
busa pada sabun padat yang diformulasikan yang kadar airnya masih memenuhi ambang
dengan sari daun kelor yang tinggi. batas yaitu kombinasi rumput laut 10% dan
sari daun kelor 10% yang kadar airnya
Kadar Air sebanyak 13,40% serta kombinasi rumput laut
15% dan sari daun kelor 10% yang kadar
Nilai rata-rata
rata kadar air produk sabun airnya sebesar 14,83%. Kadar air pada suatu
padat yang dibuat dari persentase bubur produk sabun padat dapat dikatakan baik
rumput laut Kappaphycus alvarezii dan sari apabila sabun padat tersebut memiliki kadar
Moringa oliefera, Lamk) yang
daun kelor (Moringa air dengan jumlah maksimal 15% (Anonim,
berbeda memiliki rentangan nilai antara 2016).
13,40%-15,83%.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan 17%
15,83%
bahwa kombinasi perlakuan persentase yang 16% 15,32%
berbeda darii bubur rumput laut Kappaphycus 15,58%
Kadar Air

15% 15,06%
alvarezii dan sari daun kelor (Moringa ( 14,83%
15%
14% Rumput
oliefera, Lamk) berpengaruh sangat nyata (F- Laut 10%
Rumput
hit >F-tab1%) terhadap nilai rata-
-rata dari kadar 13% 13,40%
Laut 15%
air pada produk sabun padat. 12% SNI 3532-
2016
Tabel 7. Nilai Rata-Rata Kadar Air Sabun Padat Rumput Laut 10% 20% 30%
Kappaphycus alvarezii. Sari Daun Kelor

Kombinasi Kadar Air (%) Rata- Gambar 7. Nilai Rata-Rata Hasil Pengujian Kadar Air
Total
Perlakuan U1 U2 rata pada Sabun Rumput Laut.
Bubur rumput laut
10%+ sari daun Semakin tinggi persentase rumput laut dan
kelor 10% 12,48 14,32 26,81 13,40a
Bubur rumput laut
sari daun kelor yang digunakan maka kadar air
10%+ sari daun pada produk sabun juga semakin meningkat
kelor 20% 14,64 15,48 30,12 15,06d karena rumput laut Kappaphycus avarezii
Bubur rumput laut sendiri mempunyai kadar air saat bbasah
10%+ sari daun
sebesar 83,3% (Santoso dkk dkk, 2006) sedangkan
kelor 30% 15,43 15,73 31,16 15,58f
Bubur rumput laut kadar air pada daun kelor sebesar 75% (Melo,
15%+ sari daun 2013) sehingga walaupun kadar air pada
kelor 10% 15,24 14,41 29,65 14,83c produk sabun dapat berasal dari aquades yang
Bubur rumput laut ditambahkan sewaktu proses pembuatan sabun
15%+ sari daun
kelor 20% 15,37 15,26 30,63 15,32e
dan juga bisa berasal dari bahan-bahan lain
Bubur rumput laut yang digunakan dalam proses pembuatan
15%+ sari daun sabun padat yang memiliki sifat higroskopis
kelor 30% 17,32 14,33 31,65 15,83b seperti gliserin,, tetapi karena persentase yang
Keterangan: a-ff adalah notasi hasil uji jarak berganda Duncan.
digunakan dari bahan-bahan bahan tersebut sama
pada semua kombinasi perlakuan maka

6
disimpulkan bahwa bahan-bahan tersebut (8) sedangkan nilai rata-rata warna terendah
bukan penyebab dari meningkatnya kadar air diperoleh pada kombinasi perlakuan bubur
pada produk sabun. rumput laut 15% dan sari daun kelor 30%
Sabun dengan kadar air yang tinggi akan yaitu agak suka (6,44). Secara lengkap nilai
lebih cepat mengalami penyusutan rata-rata warna produk sabun padat yang
bobot dan dimensi. Kadar air sabun memiliki dimaksud dapat dilihat pada Tabel 8.
korelasi yang erat dengan daya keawetan
sabun ketika digunakan karena semakin tinggi Tabel 8. Data Parameter Warna Sabun Padat Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii.
kadar airnya maka tingkat kekerasan sabun
juga akan semakin menurun. Kadar air sabun Kombinasi Warna
Total
Rata-
berpengaruh terhadap karakteristik sabun pada Perlakuan rata
U1 U2
saat dipakai dan disimpan, semakin banyak air Bubur rumput laut
yang terkandung dalam sabun maka sabun 10%+ sari daun
akan semakin mudah menyusut pada saat kelor 10% 8,0 7,0 15,13 7,57e
Bubur rumput laut
digunakan (Spitz, 1996). 10%+ sari daun
kelor 20% 8,8 7,1 15,93 7,97f
Uji Organoleptik Bubur rumput laut
Warna 10%+ sari daun
kelor 30% 8,0 8,0 16,0 8,00d
Warna merupakan salah satu parameter Bubur rumput laut
15%+ sari daun
penentu dalam menilai suatu produk termasuk kelor 10% 6,4 6,47 12,87 6,44a
sabun. Parameter warna memiliki tingkat Bubur rumput laut
penilaian yang berbeda antara satu panelis 15%+ sari daun
dengan panelis lain berdasarkan subjektifitas kelor 20% 7,0 7,13 14,13 7,07b
Bubur rumput laut
dari individu tersebut. Hasil analisis
15%+ sari daun
keragaman parameter warna produk sabun kelor 30% 6,4 7,93 14,33 7,17c
padat yang dibuat dari persentase bubur Keterangan: a-f adalah notasi hasil uji jarak berganda
rumput laut Kappaphycus alvarezii dan sari Duncan.
daun kelor (Moringa oliefera, Lamk) yang
berbeda berpengaruh tidak nyata (F-hit <F- Salah satu kombinasi perlakuan yang
tab5%) terhadap warna dari produk sabun
mempunyai warna yang cenderung putih ialah
padat. Nilai rata-rata organoleptik warna kombinasi dari bubur rumput laut 15% dan
produk sabun padat yang dibuat dari sari daun kelor 10%. Hal ini diduga karena
persentase bubur rumput laut Kappaphycus persentase bubur rumput laut di dalam produk
alvarezii dan sari daun kelor (Moringa sabun padat lebih banyak dari persentase daun
oliefera, Lamk) yang berbeda memiliki kelor yang berfungsi sebagai pemberi warna
rentangan nilai agak suka (6,44)- sangat suka sehingga zat warna hijau dari daun kelor yang
(8,0). sedikit menjadi ternetralisir oleh warna cerah
Hasil organoleptik pada warna sabun dari bubur rumput laut yang telah direndam
padat termasuk dalam kategori yang baik selama 48 jam sehingga menghasilkan sabun
karena nilai rata-rata yang diperoleh pada padat dengan penerimaan rendah. Warna pada
parameter warna dari produk sabun padat yang produk sabun padat dapat dilihat pada Gambar
terendah ialah dengan kriteria agak suka (6,44) 8.
dan kriteria sangat suka (8), sementara tidak
ada kombinasi perlakuan yang mencapai
kriteria amat sangat suka (9) dan juga tidak
ada perlakuan yang mendapat hasil penilaian
dengan kriteria amat sangat tidak suka (1).
nilai rata-rata warna pada produk sabun padat
dipengaruhi oleh kombinasi perlakuan bubur
rumput laut dan sari daun kelor. Berdasarkan
kombinasi perlakuan maka nilai rata-rata
warna tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan bubur rumput laut 10% dan sari
daun kelor 10% yaitu pada kriteria sangat suka Gambar 8. Warna Sabun Padat Setelah Dicurring.

7
Sari daun kelor mempunyai peranan dalam kelor mengandung klorofil atau pigmen hijau
menambah tingkat kepekatan warna sabun yang biasa terdapat di dalam sayuran berwarna
padat. Namun ketika dikombinasikan dengan hijau. Klorofil merupakan pigmen berwarna
bubur rumput laut Kappaphycus alvarezii yang hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-
persentasenya lebih besar dari persentase sari sama dengan karoten dan xantofil (Winarno,
daun kelor maka kepekatan warna sabun akan 2004).
cenderung menurun dengan warna yang
sedikit putih. Nilai rata-rata dari parameter Aroma
warna pada produk sabun padat yang dibuat
dari persentase bubur rumput laut Aroma merupakan salah satu faktor
Kappaphycus alvarezii dan sari daun kelor penting di dalam membuat suatu produk
(Moringa oliefera, Lamk) yang berbeda pada sabun. Sabun yang dibuat dengan bahan-bahan
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9. yang mengandung zat pemberi aroma yang
menarik akan meningkatkan tingkat kesukaan
10 dari panelis karena aroma sabun sangat
7,97 8,0 berdampak pada sensasi sebelum dan sesudah
8 7,57
7,17 produk sabun tersebut digunakan.
Warna

6 6,44 7,07
Rumput
Hasil analisis menunjukkan bahwa
4 kombinasi perlakuan persentase yang berbeda
Laut 10%
2 Rumput dari bubur rumput laut Kappaphycus alvarezii
Laut 15% dan sari daun kelor (Moringa oliefera, Lamk)
0
10% 20% 30% berpengaruh tidak nyata (F-hit <F-tab5%)
Sari Daun Kelor terhadap nilai rata-rata dari aroma pada
Gambar 9. Profil Nilai Rata-Rata dari Parameter Warna produk sabun padat.
Produk Sabun Rumput Laut Kappaphycus
alvarezii. Tabel 9. Data Parameter Aroma Sabun Padat Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii.
Tingkat penerimaan panelis terhadap Kombinasi Aroma Rata-
parameter warna dari sabun padat yang dibuat Total
Perlakuan U1 U2 rata
dari persentase bubur rumput laut Bubur rumput
Kappaphycus alvarezii dan sari daun kelor laut 10%+ sari
yang berbeda semakin meningkat seiring daun kelor 10% 8,87 9,0 17,87 8,94f
dengan tingginya persentase dari sari daun Bubur rumput
laut 10%+ sari
kelor (Moringa oliefera, Lamk). Semakin daun kelor 20% 8,2 8,0 16,2 8,10e
banyak sari daun kelor yang ditambahkan Bubur rumput
maka warna hijau dari produk sabun juga akan laut 10%+ sari
semakin pekat, tetapi jika ditambahkan bubur daun kelor 30% 8,0 7,8 15,8 7,90d
rumput dengan persentase yang tinggi (15%) Bubur rumput
laut 15%+ sari
maka tingkat kesukaan dari panelis juga daun kelor 10% 7,8 7,13 14,93 7,47c
meningkat tetapi peningkatannya tidak Bubur rumput
sebanyak dengan sabun yang dibuat dari laut 15%+ sari
rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan daun kelor 20% 7,13 7,07 14,2 7,10b
Bubur rumput
persentase lebih rendah (10%) karena semakin laut 15%+ sari
banyak rumput laut yang tambahkan maka daun kelor 30% 6,4 7,0 13,4 6,70a
tingkat kepekatan warna hijau akan menurun Keterangan: a-f adalah notasi hasil uji jarak berganda
dan warnanya akan cenderung putih sehingga Duncan.
dapat mempengaruhi tingkat subjektifitas dari
panelis. Nilai rata-rata dari organoleptik pada
Semakin tinggi persentase dari sari daun variabel aroma dari produk sabun padat yang
kelor yang digunakan maka kepekatan dari dibuat dari persentase bubur rumput laut
warna pada produk sabun padat yang dibuat Kappaphycus alvarezii dan sari daun kelor
dari persentase bubur rumput laut (Moringa oliefera, Lamk) yang berbeda
Kappaphycus alvarezii dan sari daun kelor memiliki rentangan nilai dengan kriteria suka
(Moringa oliefera, Lamk) yang berbeda (6,70)- amat sangat suka (8,94). Berdasarkan
tersebut akan semakin meningkat karena daun kombinasi perlakuan maka nilai rata-rata
warna tertinggi diperoleh pada kombinasi

8
perlakuan bubur rumput laut 10% dan sari kesukaan dari panelis juga semakin menurun,
daun kelor 10% yaitu pada kriteria amat sangat hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh
suka (8,94) sedangkan nilai rata-rata warna aroma khas dari daun kelor. Daun kelor
terendah diperoleh pada kombinasi perlakuan memiliki aroma khas langu (Roihanah dkk,
bubur rumput laut 15% dan sari daun kelor 2014) sehingga jika daun kelor semakin
30% yaitu suka (6,70). banyak dalam suatu produk seperti pada
Hasil organoleptik pada aroma sabun padat persentase daun kelor 20% dan 30% yang
termasuk dalam kategori yang baik karena dikombinasikan dengan rumput laut menjadi
nilai rata-rata yang diperoleh pada parameter sabun padat maka aroma langu tersebut akan
warna dari produk sabun padat yang terendah semakin terbaui saat dilaksanakannya kegiatan
ialah dengan kriteria suka (6,70) dan kriteria organoleptik.
amat sangat suka (8,94), sementara tidak ada Aroma langu pada daun kelor disebabkan
kombinasi perlakuan yang mencapai penilaian oleh kandungan enzim lipoksidae, enzim yang
dengan kriteria amat sangat tidak suka (1). terdapat pada sayuran hijau karena enzim
Menurunnya tingkat kesukaan panelis pada lipoksidae menghidrolisis atau menguraikan
variabel aroma sabun padat yang dibuat dari lemak menjadi senyawa-senyawa penyebab
persentase bubur yang tinggi (15%) diduga bau langu yang tergolong dalam kelompok
karena aroma amis dari rumput laut yang heksanal 7 dan heksanol (Ilona dkk, 2015).
belum hilang saat proses perendaman Aroma langu juga berasal dari beberapa
dilakukan sehingga ketika berinteraksi dengan komponen metabolit sekunder yang ada pada
aroma khas kelor akan menurunkan tingkat daun kelor yaitu saponin, tanin dan asam pitat.
kesukaan panelis. Penyebab bau amis adalah Saponin menyebabkan rasa pahit, memiliki
kandungan amina yang terdapat dalam rumput karakteristik berupa buih dan sangat mudah
laut. Amina atau amonia adalah senyawa larut dalam air. Rasa pahit dan aroma yang
kimia dengan rumus NH3. Amonia merupakan ditimbulkan oleh saponin sangat
senyawa yang terdiri atas unsur nitrogen dan mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen
hidrogen serta dikenal memiliki bau terhadap produk olahan pangan yang
menyengat yang khas, sehingga untuk difortifikasi dengan ekstrak daun kelor
meminimalisir atau bahkan menghilangkan (Shuntang, 2018). Aroma langu dari daun
bau amis tersebut maka rumput laut kelor tersebut akan berkurang jika setelah
memerlukan perlakuan pendahuluan sebelum daun kelor dipetik langsung dicuci hingga
diolah menjadi suatu produk (Xiren dkk, bersih lalu disimpan pada suhu ruang 300C-
2014). 320C dan simpan selama beberapa saat
(Rosyidah, 2016).
10 8,94
8,10
7,90
8 Kesimpulan
Aroma

6 7,47 7,10 6,70


4 Rumput Berdasarkan hasil penelitian pada produk
Laut 10% sabun padat yang dibuat dari persentase bubur
2
Rumput rumput laut Kappaphycus alvarezii dan sari
0 Laut 15%
daun kelor (Moringa oliefera, Lamk) yang
10% 20% 30%
berbeda maka dapat disimpulkan bahwa sabun
Sari Daun Kelor
yang dihasilkan dari setiap kombinasi
perlakuan memiliki karakteristik yang berbeda
Tingkat penerimaan panelis terhadap dengan karakteristik dari sabun padat yang
parameter aroma sangat berbanding terbalik diproses dari kombinasi perlakuan lainnya.
dari tingkat penerimaan panelis terhadap Perbedaan karakteristik berupa nilai pH, kadar
parameter warna dari sabun padat yang dibuat air, stabilitas busa maupun tingkat kesukaan
dari persentase bubur rumput laut panelis terhadap warna dan aroma dari sabun
Kappaphycus alvarezii dan sari daun kelor
padat yang dihasilkan. Sabun padat yang
(Moringa oliefera, Lamk) yang berbeda, memenuhi SNI 3532-2016 maupun Dragon
semakin meningkat atau semakin tinggi (1969) ialah sabun yang dihasilkan dari
persentase dari sari daun kelor (Moringa kombinasi perlakuan bubur rumput laut 15%
oliefera, Lamk) yang digunakan maka tingkat dan sari daun kelor 10%.

9
DAFTAR PUSTAKA Ilona A. D dan Rita Ismawati., 2015.
Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun
Kelor dan Waktu Inkubasi Terhadap
Anonim, 1996. Standar Mutu Sabun Mandi Sifat Organoleptik Yoghurt. Jurnal
Padat. Standar Nasional Indonesia Tata Boga, 4(3): 151-159.
3532. 1996. Irnawati R., A., Susanto, Syabana M.A. dan
Anonim, 2014. Potensi Pengembangan Sektor Mustahal, 2016. Model Penggolahan
Marikultur di Wilayah NTT dan Kawasan Pesisir Berbasis Ekonomi.
Penciptaan Lapangan Kerja Baru. Untirta Press, Serang. 116 hal.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Ismiyati, 2014. Pengaruh Perbedaan
NTT, 2014. Konsentrasi Sari Daun Kelor
Anonim, 2016. Standar Mutu Sabun Mandi (Moringa oleifera, Lamk) pada
Padat. Standar Nasional Indonesia Karakteristik Produk Masker. 1(2) :
3532. 2016. 15-29.
Anonim, 2019. Potensi Ekonomi dari Kadi A., 2004. Rumput Laut Nilai Ekonomis
Produksi Rumput Laut di wilayah dan Budidayanya. Pusat Penelitian
Nusa Tenggara Timur. Dinas Kelautan Oseanografi P20-LIPI, Jakarta: 61 hal.
dan Perikanan NTT, 2019. Kurniasih, 2013. Khasiat dan Manfaat Daun
Aminah, 2013. Pengaruh Perbedaan Kelor Untuk Berbagai Penyakit.
Konsentrasi Sari Daun Kelor Cetakan I. Pustaka Baru Press,
(Moringa oleifera, Lamk) pada Yogyakarta.
Karakteristik Produk Masker. 1(2): Lann K.L., Surget G, Couteau C, Coiffard L,
15-29. Cerantola S, Gaillard F, Larnicol M,
Awang, R., S. Ahmad dan Ghazali R., 2001. Zubia M, Guerard F, Poupart N. dan
Properties of Sodium Derived from Pouvreau, 2016. Sunscreen,
Palm Based Dihydroxystrearic Acid. Antioxidant and Bactericide
Journal of Oil Palm Research. 13 (2): Capacities of Phlorotannins From The
33-38. Brown Macroalga Halidrys Siliquosa.
Banara D., 2016. Cara Pembuatan Sabun Journal of Applied Phycology. 28:
Mandi Sendiri Menggunakan Bahan 3547–3550.
Alami. Jurnal Ilmiah Dana Banara Li, L., Ni, R., Shao, Y., Mao, S., 2014.
Soap, Boyolali. 68 hal. Carrageenan and its applications in
Brewer M.S., 2011. Comprehensive review in drug delivery. Journal Carbohydrate
food science and food safety. Journal Polymers. 103: 1–11.
of food technologists.10 (11): 1541- Luthfiyana N., Nurjanah, Nurimala, M.,
4337. Anwar, E. dan Hidayat T., 2016. Rasio
Deddy dan Muchtadi, 2013. Antioksidan dan Bubur Rumput Laut Eucheuma
Kiat Sehat di Usia Produktif. Alfabeta, cottonii dan Sargassum sp Sebagai
Bandung. 58 hal. Formula Krim Tabir Surya. Jurnal
Dragon S, Patricia M. Daley B.A., Henry F, Pengolahan Hasil Perikanan
Maso dan Lester L., 1969. Studies on Indonesia. 19 (3): 183-195.
Lanolin Derivatives in Shampoo Melo, N. V., Vargas, T. Quirino dan Calvo C.
Systems. J. Soc. Cosmetic Chemis’s. M. C., 2013. Moringa oleifera L. an
20(1): 777-793. Underutilized Tree with
Gaspersz, 1991. Metode Perancangan Macronutrients For Human Health.
Percobaan. Penerbit PT. Armico, Emir. Journal Food Agric, 25 (10):
Bandung. 92-98. 785-789.
Hernani, Bunasor, Tatik K dan Fitriati., 2010. Nafi, A., Nurhayati, Pratiwi, Y.N. 2015.
Formula Sabun Transparan Evaluasi Sifat Prebiotik Serat Pangan
Anti jamur dengan Bahan Aktif Tidak Larut Air (STLA) Terekstrak
Ekstrak Lengkuas (Alpinia dari Tepung Buah Pisang Agung dan
galangan L. Swartz). Skripsi. Pisang Mas. Jurnal Agroteknologi,
Fakultas Teknologi Institut Pertanian, (09)1 : 19- 26.
Bogor. 118 hal.

10
Putri, R.R., Herpandi, Nopianti, R., 2015. Shanmugam, M., Mody K.H., 2000.
Karakteristik Fisiko–Kimia dan Mutu Heparinoid-active Sulphated Polisac
Sensori Skin Lotion Rumput Laut charides from Marine Algae as
(Eucheuma Cottonii) dengan Potential Blood Anticoagulant Agents.
Penambahan Kolagen Ikan Komersil. Marine Algae and Marine
Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. Environment Discipline. Central Salt
4(1): 75–85. and Marine Chemicals Research
Rahayu S., 2015. Formulasi dan Evaluasi Institute, India. 93 pp.
Mutu Fisik Sabun dari Ekstrak Shuntang, G., 2018. Current Topics in
Rumput Laut Merah (Eucheuma Saponins and the Bitter Taste.
cottonii). Jurnal Wiyata. 2 (1): 16-20. Research in Medical & Engineering
Roihanah M., 2014. Pengaruh Jumlah Sciences, 5(1) : 23-29.
Karagenan Dan Ekstrak Daun Pandan Sinatrya, M., 2009. Sifat Organoleptik Sabun
wangi (Pandanus amaryllifolius) Transparan dengan Penambahan
Terhadap Sifat Organoleptikjelly Madu. Skripsi, Fakultas Peternakan.
Drink Daun Kelor (Moringa oleifera) Institut Pertanian Bogor. Bogor. 125
The Effect Of Amount Carrageenan hal.
And Pandan Leafextract (Pandanus Sitepu, Okdivina, dan Abadi Ginting, 2013.
amaryllifolius) On The Organoleptic Pengaruh Stimulan Warna dan Bentuk
Characteristic Of Moringa Leaf Jelly terhadap Kecendrungan Pemilihan
Drink (Moringa oleifera). Jurnal Tata Produk Sabun Cuci Batangan. Jurnal
Boga, 3(3). 48 hal. Teknik Industri. 2 (8): 22- 29.
Rahman, 2015. Efek Nefroprotektor Ekstrak Spitz L. 1996. Soap and Detergent Theoritical
Etanol Daun Kelor (Moringa and Practical Review. Illinois:
oleifera) Terhadapa Kerusakan AOCS Press. Journal of Soap Making.
Histologis Nefron Mencit (Mus 2 (6): 32- 41.
musculus L.) yang Diinduksi Wasitaatmadja S.M., 1997. Penuntun Ilmu
Parasetamol. Skripsi. Fakultas Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
Kedokteran, Universitas Universitas Indonesia. 112 hal.
Sebelas Maret, Surakarta. 130 hal. Wenang dan Bardo, 2010. Prokontra Antara
Rizkayanti, Anang Wahid. M. Diah dan Air Murni dan Air Mineral. Jurnal
Minarni Rama Jura, 2017. Uji Analisis Kimia Air, 4 (7). 9-27.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air dan Winarno, F.G., 1990. Teknologi Pengolahan
Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Rumput Laut. PT Gramedia Pustaka
Oleifera. Lamk). Jurnal Akademika Utama. Jakarta. 50-61.
Kimia. 6 (2): 125-131. Xiren dan Aminah. 2014. Elimination of
Rosyidah A.Z dan Rita Ismawati., 2016. Studi seaweed odour and its effect on
tentang tingkat kesukaan responden antioxidant activity. Department of
terhadap penganekaragaman lauk pauk Food science, School of Chemical
dari daun kelor (Moringa oleivera). Sciences and Food Technology,
Jurnal Tata Boga, 5(1). 49 hal. Faculty of Science and Technology,
Sari R dan Ferdinan A., 2018. Pengujian University Kebangsaan Malaysia,
Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari 43600 Bangi, Selangor, Malaysia.
Ekstrak Dari Kulit Daun Lidah Buaya. 158 hal.
Pharmaceutical Sciences and Yuni A., Fakhrun N., Ofa S. B., 2020.
Research (PSR), 4: 111–120. Karakteristik Fisik dan Aktivitas
Santoso J, Yumiko Y, Takeshi S., 2006. Antibakteri Sabun Cair Minyak
Mineral, Fatty Acid and dietary Fiber Nilam (Pogostemon cablin, Benth)
Compositions in Several Indonesian yang Berbasis Surfaktan Sodium
Seaweeds. Jurnal Ilmu Perairan dan Lauril Eter Sulfat. Jurnal
Perikanan Indonesia. 11(1): 45-51. Kefarmasian Indonesia,10 (1),
Februari 2020. 10 hal

11

Anda mungkin juga menyukai