Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET, DAN TEKNOLOGI


BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Telepon (021) 5737102, 5733129, Faksimile (021) 5721244, 5721245
Laman litbang.kemdikbud.go.id
SALINAN

KEPUTUSAN
KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
NOMOR 008/H/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,
JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
PADA KURIKULUM MERDEKA

KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan kebijakan kurikulum Merdeka,


perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang Capaian
Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada
Kurikulum Merdeka;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6676) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
-2-

Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6762);
3. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
156);
4. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 963);
5. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan
Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 161);
6. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 169);
8. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan
Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM,
DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN
PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PADA
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN
DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA
KURIKULUM MERDEKA.
-3-

KESATU : Menetapkan Capaian Pembelajaran untuk PAUD pada


Kurikulum Merdeka sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

KEDUA : Menetapkan Capaian Pembelajaran untuk


SD/MI/Program Paket A, SMP/MTs/Program Paket B, dan
SMA/MA/Program Paket C pada Kurikulum Merdeka
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KETIGA : Menetapkan Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran


Kelompok Kejuruan untuk SMK/MAK pada Kurikulum
Merdeka sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEEMPAT : Menetapkan Capaian Pembelajaran untuk SDLB, SMPLB,


dan SMALB pada Kurikulum Merdeka sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KELIMA : Capaian Pembelajaran sebagaiman dimaksud dalam


Diktum KESATU, Diktum KEDUA, Diktum KETIGA, dan
Diktum KEEMPAT mulai berlaku pada tahun ajaran
2022/2023.

KEENAM : Pada saat Keputusan ini mulai berlaku:


a. Keputusan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Nomor 28 Tahun 2021
tentang Capaian Pembelajaran PAUD, SD, SMP, SMA,
SDLB, SMPLB, DAN SMALB Pada Program Sekolah
Penggerak; dan
-4-

b. Keputusan Kepala Badan Penelitian dan


Pengembangan dan Perbukuan Nomor 29 Tahun 2021
tentang Capaian Pembelajaran tentang Capaian
Pembelajaran Mata Pelajaran pada Program SMK Pusat
Keunggulan.
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

KETUJUH : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Februari 2022

KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM,


DAN ASESMEN PENDIDIKAN,

TTD.

ANINDITO ADITOMO

Salinan sesuai dengan aslinya,


Kepala Subbagian Tata Usaha,

IFAN FIRMANSYAH
NIP 198210152009121003
SALINAN
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, `
KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
NOMOR 008/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR,
DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
PADA KURIKULUM MERDEKA

CAPAIAN PEMBELAJARAN UNTUK PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)


PADA KURIKULUM MERDEKA

CAPAIAN PEMBELAJARAN DI AKHIR JENJANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
A. Rasional Capaian Pembelajaran
Penyusunan Capaian Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dapat dimaknai sebagai sebuah tanggapan
terhadap adanya kebutuhan untuk menguatkan peran PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) sebagai fondasi jenjang pendidikan dasar.
Capaian Pembelajaran merupakan masukan kurikulum yang digunakan
oleh satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam merancang
pembelajaran sehingga dapat mencapai STPPA. Capaian Pembelajaran
memberikan kerangka pembelajaran yang memandu pendidik di satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam memberikan stimulasi yang
dibutuhkan oleh anak usia dini.

Stimulasi dirancang dengan cara memperkaya lingkungan yang akan


menyuburkan interaksi anak dengan lingkungan di sekitar, termasuk
pendidik dan orangtua. Kurikulum berdasarkan pendekatan
konstruktivistik yang berasal dari teori Piaget dan Vygotsky juga percaya
bahwa pembelajaran perlu melibatkan anak dalam interaksi aktif antara
diri dan lingkungannya. Diharapkan proses stimulasi akan memberikan
dampak yang optimal pada peningkatan karakter, keterampilan,
maupun pengetahuan anak. Stimulasi tersebut dilakukan pada semua
aspek perkembangan anak, baik dari aspek moral dan agama, fisik
motorik, emosi dan sosial, bahasa, dan kognitif melalui kegiatan
bermain. Peran guru dan orang tua pada stimulasi anak usia dini
selaras dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu guru dan orang tua

1
berfungsi sebagai fasilitator, mentor, dan mitra anak dalam proses
perkembangannya. Selanjutnya guru perlu bekerja sama dengan orang
tua untuk memastikan keselarasan antara pendidikan di satuan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan di rumah dalam keseharian anak.

Secara umum, dapat dikatakan stimulasi bertujuan agar anak


bertumbuh kembang optimal secara holistik dan siap bersekolah.
Diharapkan mereka kelak membentuk pribadi yang dicita-citakan dalam
profil pelajar Pancasila, yaitu sebagai pelajar sepanjang hayat yang
kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
Proses membangun pengetahuan anak terjadi ketika ia sedang bermain
dan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif. Proses tersebut
berupa desain lingkungan belajar yang sesuai dari satuan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) serta tantangan dan dukungan yang
diberikan bagi tiap anak oleh pendidik untuk memastikan anak
memperoleh kemampuan-kemampuan baru.

Bermain bagi anak usia dini adalah belajar, yang didukung dengan
masukan dari orang lain yang lebih berpengalaman di sekitarnya
(pendidik, orang tua/wali, saudara yang lebih tua, dan sebagainya).
Anak bertindak dari perilaku bermain dan model yang dicontohkan oleh
orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua. Mereka mengajukan
pertanyaan untuk belajar lebih banyak, dan dapat dirangsang untuk
belajar lebih banyak melalui dukungan dari orang dewasa yang terlibat,
atau anak-anak yang lebih tua yang menanggapi minat anak,
menjelaskan berbagai hal, mengajari mereka kata-kata untuk berbicara
tentang apa yang mereka lakukan, dan mendorong anak untuk
mengeksplorasi lebih cermat, atau berpikir lebih dalam. Bermain secara
alami dan spontan yang berasal dari ide-ide anak merupakan kegiatan
belajar yang menyenangkan yang dengan dukungan yang tepat, akan
mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan bermakna bagi anak
tentang diri mereka dan dunianya. Melalui bermain, anak-anak
menampilkan hal-hal yang ia ketahui tentang dunianya yang
memberikan kesempatan yang tepat bagi pendidik atau orang tua/wali,
untuk menstimulasi anak mengambil langkah berikutnya, atau mencoba
tantangan berikutnya agar mereka belajar lebih banyak. Stimulasi
bermain yang berkualitas, yang selaras dengan minat anak dan
menantang secara tepat akan memberikan kesempatan kepada anak
untuk menunjukkan pengenalan tentang dirinya sebagai anak
Indonesia, dan mendemonstrasikan kemampuannya dalam
mengeksplorasi, memecahkan masalah, berpikir dan

2
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Anak tersebut akan memiliki
kesadaran terhadap alam dan lingkungan, serta tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang kreatif, bugar, sehat, serta dapat
berkomunikasi dan berekspresi dengan bahasa dan seni.

Berikut adalah sejumlah rasional yang mendasari penyusunan Capaian


Pembelajaran di jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA):

Pertama, memberikan lebih banyak ruang kemerdekaan bagi satuan


PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk menetapkan kebutuhan
pengajaran dan pembelajaran. Kebutuhan belajar mengajar PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus didasarkan pada kebutuhan anak. Ini
membutuhkan pertimbangan kemampuan fisik, sosial, moral, linguistik,
dan kognitif anak serta penyediaan berbagai lingkungan yang
menantang dengan dukungan pendidik ke tiap anak yang memadai
untuk memastikan potensi belajar anak terwujud. Lingkungan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu ramah dan dekat dengan anak agar ia
merasa cukup percaya diri untuk dapat bermain dan menjelajah di
dalamnya. Ini berarti pertimbangan harus diberikan pada konteks sosial
dan budaya anak dan sumber daya yang tersedia. Orang tua/wali juga
harus dilibatkan dalam kegiatan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA),
sehingga mereka dapat mendukung pembelajaran anak tentang diri
mereka sendiri dan dunia mereka serta anak dapat memperluas
eksplorasi. Pertimbangan juga harus diberikan pada sumber daya
ekonomi dan masyarakat yang mungkin tersedia di lingkungan rumah
dan satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk dapat memberikan
dukungan yang memadai.

Beragamnya keadaan sosial budaya ekonomi dan sumber daya


masyarakat Indonesia adalah sinyal bahwa penjabaran mengenai apa
yang perlu dipelajari di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus
tetap menyediakan ruang kemerdekaan bagi satuan pendidikan dan
ekosistemnya untuk menentukan bagaimana mereka akan
menggunakan sumber dayanya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) merupakan fase
fondasi, yang artinya fase ini merupakan pijakan pertama anak di dunia
pendidikan dan tujuannya adalah memfasilitasi tumbuh kembang anak
secara optimal, yang tidak hanya siap bersekolah, namun lebih siap
menempuh perjalanannya dalam berkembang dan berperan di
komunitas, negara, dan dunia. Selaras dengan semangat Standar
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, Capaian Pembelajaran tidak
preskriptif (secara mengikat memberikan ketentuan baku) membatasi

3
ragam laju dan kebutuhan anak dalam belajar berdasarkan usia (karena
anak unik dan tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya) –
dan juga tidak preskriptif membatasi rangkaian pembelajaran yang
dapat dilakukan satuan.

Kedua, menguatkan transisi PAUD-SD. Kesinambungan pembelajaran di


PAUD dan sekolah dasar, adalah peran kunci mengingat periode anak
usia dini sebetulnya adalah usia 0-8 tahun (Shonkoff et al, 2016).
Capaian Pembelajaran Jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
berupaya untuk menempatkan kurikulum PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) dan sekolah dasar dalam satu lajur pembelajaran (learning
progression) sehingga ujung capaian kurikulum adalah titik berangkat di
kelas 1 sekolah dasar, dan terus dibangun hingga usainya fase A, di
kelas 2 sekolah dasar. Hal ini yang diharapkan akan mendukung
kesiapan bersekolah anak dalam rentang usia tersebut.

Kesiapan bersekolah dimaknai sebagai hadirnya hasil interaksi dari tiga


dimensi: peserta didik yang siap (ready children), keluarga siap (ready
family), dan sekolah yang siap (ready school) (UNICEF, 2012). Sesuai
dengan teori Bronfenbrenner (1979 dan 1989), ketiga dimensi ini berada
dalam sebuah ekosistem besar yang dipengaruhi oleh nilai budaya serta
kerangka kebijakan yang berlaku. Kesiapan bersekolah merupakan
kondisi yang terus dibangun berdasarkan kemitraan antara satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), keluarga, sekolah dasar kelas rendah.

Komponen penting dari kesiapan bersekolah yang dapat didukung


satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) diantaranya adalah:

● Kematangan emosi yang cukup untuk mengatasi masalahnya sehari-


hari.
● Keterampilan sosial yang memadai untuk berinteraksi sehat dengan
teman sebaya.
● Kematangan kognitif yang cukup untuk berkonsentrasi saat
bermain-belajar.
● Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri yang
memadai untuk dapat berpartisipasi di lingkungan sekolah secara
mandiri.
Keterampilan umum ini dipelajari di lingkungan dimana anak-anak
memiliki kesempatan untuk berinteraksi, dimana ada masalah-masalah
yang perlu mereka selesaikan ketika berinteraksi dengan teman.
Pendidik juga perlu siap mendukung anak-anak untuk terlibat secara
baik dengan orang lain, menyelesaikan perselisihan secara konstruktif,

4
dan mengelola emosi mereka. Pendidik juga perlu mengajari anak cara
mendengarkan dengan cermat, dan memberikan stimulus untuk
membangun konsentrasi dan keterampilan mengingat anak untuk
mendukung kesiapan bersekolah.

Ketiga, menguatkan artikulasi penanaman literasi, matematika, sains,


teknologi, rekayasa, dan seni sejak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA).
Literasi dan matematika awal tersirat di dalam kurikulum terdahulu
namun dalam pelaksanaannya, masih ada satuan yang menghindari
penggunaan aspek pembelajaran ini ditengarai karena kekhawatiran
terjadinya schoolification (anak belajar secara klasikal di mana fokus
lebih ke muatan pembelajaran di ruangan kelas dalam waktu lama
dengan kertas dan pensil), sementara penting dalam pembelajarannya
anak usia dini untuk mengeksplorasi diri dan lingkungan. Pengenalan
pada sains, matematika, teknologi, rekayasa, dan seni dihadirkan di
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk membantu anak memecahkan
masalah dan berkreasi. Kemampuan literasi dan matematika di sini
tidaklah diartikan sebagai keharusan membaca, menulis, atau berhitung
karena semua pendidikan di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) kembali
pada prinsip berpusat pada kebutuhan anak. Artinya, kemampuan
literasi dan matematika adalah kemampuan dasar yang dibutuhkan
anak untuk dapat memahami dunia, serta dapat menggunakan
kemampuan tersebut dalam kegiatan sehari-harinya. Agar anak
memiliki kemampuan literasi dan matematika awal dalam makna yang
luas, maka penggunaan metode drilling yang secara sempit memaknai
kemampuan ini sebagai kemampuan baca, tulis, hitung – harus
dihindarkan. Hal yang diperlukan adalah pemahaman yang meluas di
satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan komunitas orang tua
mengenai perkembangan literasi dini, matematika awal, sains, teknologi,
rekayasa, dan seni dalam PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) yang
mencakup pengembangan:

● Kemampuan menyimak dan mengolah informasi.


● Kemahiran berbahasa yang memadai untuk berpartisipasi dalam
percakapan sehari-hari, mengekspresikan gagasan, pendapat, dan
perasaan, menjelaskan berbagai peristiwa yang dekat dengan
kehidupan anak, mendengarkan secara efektif, dan merespons
dengan tepat.
● Kecintaan pada buku, yang dipupuk dengan mendengarkan berbagai
cerita serta teks informasi sederhana dan menarik sehingga dapat
mendorong anak untuk mengekspresikan tanggapan mereka.

5
● Pengalaman langsung yang memadai dalam menghitung di
antaranya berbagai jenis jumlah kecil, menyortir objek yang berbeda
dengan cara yang berbeda, menggunakan bahasa matematika untuk
mengidentifikasi objek yang panjang, pendek, berat, ringan, penuh,
kosong, cepat, lambat, dan juga untuk menjelaskan beberapa bentuk
sederhana di lingkungan mereka; dan
● Pengalaman yang cukup dalam mengeksplorasi berbagai elemen
lingkungan alam mereka serta alat-alat sederhana, teknologi dan
bahan konstruksi agar mereka terbiasa dan mampu menggambarkan
pengalaman mereka dan apa yang telah mereka pelajari.

Keterampilan awal ini dikembangkan melalui kegiatan belajar-bermain


dengan tetap memperhatikan keunikan anak. Setiap anak memiliki
minat yang berbeda dan tingkat keterampilan yang berbeda, oleh karena
itu pendidik perlu mengenali dan menanggapi hal ini. Keterampilan
keaksaraan awal PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus fokus pada
pengembangan keterampilan bahasa lisan. Anak perlu meningkatkan
perbendaharaan kata dan keterampilan berbicara serta menyimak,
dengan cara terlibat dalam percakapan dengan pendidik dan orang
tua/wali. Percakapan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
bahasa lisan reseptif dan ekspresif anak.

Demikian pula, untuk mengembangkan keterampilan matematika awal,


pendidik perlu terlibat dalam percakapan dengan setiap anak di mana
mereka membantu anak untuk memahami dan menggunakan beberapa
ide dan bahasa matematika sederhana yang berlaku dalam kegiatan
bermain. Pengalaman sains, teknologi, dan kerekayasaan yang sesuai
untuk anak-anak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memerlukan
penyediaan materi untuk dimainkan anak agar dapat merangsang
eksplorasi mereka. Setiap elemen lingkungan alam yang menjadi bagian
dari PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dapat menjadi stimulus untuk
mendorong anak berpikir secara ilmiah. Perangkat mekanis sederhana
yang dapat digunakan anak untuk bermain dengan aman, atau bahan
yang dapat digunakan untuk konstruksi memungkinkan anak untuk
mengeksplorasi elemen teknologi dan kerekayasaan. Peran pendidik,
sekali lagi, untuk terlibat dalam percakapan empat mata dengan setiap
anak, setiap hari mencari tahu apa yang sedang dieksplorasi oleh anak,
apa yang membuat mereka penasaran dan menanyakan jenis
pertanyaan yang akan mendorong anak untuk mengeksplorasi lebih
banyak dan memikirkan tentang hasilnya.

6
Keempat, lebih memberikan pijakan bagi anak untuk memahami dirinya
dan dunia. Hasil pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
menekankan pentingnya untuk membantu anak-anak memahami dan
bangga akan identitas mereka, dan untuk memperkuat pemahaman
mereka tentang dunia dimulai dengan menjelajahi lingkungan
sekitarnya. Anak-anak membutuhkan kepercayaan diri dan kepercayaan
pada kemampuan mereka agar dapat secara efektif menjelajahi dan
belajar tentang dunia mereka. Mereka perlu merasa bangga terhadap
dirinya sendiri, budaya asal mereka, penampilan dan cara hidup
mereka. Pendidik perlu mendukung anak-anak untuk mengembangkan
identitas yang kuat dan positif dengan menghormati dan menyambut
masing-masing keunikan anak serta latar belakang sosial dan budaya
mereka.

Relevansi PAUD sangat ditentukan oleh manfaat yang dirasakan secara


konkret oleh keluarga dan anak. Keluarga perlu melihat jejak serta
dampak dari partisipasi anak-anaknya di PAUD (Smith, 1996),
karenanya tujuan dari setiap pembelajaran perlu dikaitkan dengan
pengalaman anak sehari-hari dan kontekstual (selaras dengan nilai
sosial budaya lingkungan) sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa
dirinya adalah bagian dari lingkungannya serta meningkatkan
kompetensi dirinya untuk dapat berperan dalam kegiatan sehari-
hari. Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) secara
spesifik menekankan pentingnya pendampingan anak dalam
menemukan jati dirinya, serta menguatkan pemahaman anak terhadap
dunianya melalui eksplorasi terhadap lingkungan sekitar.

B. Tujuan Capaian Pembelajaran


Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah pembelajaran
yang mengintegrasikan semua aspek perkembangan anak dengan
penekanan pada kesejahteraannya. Tujuan capaian pembelajaran di
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah memberikan arah yang sesuai
dengan usia perkembangan anak pada semua aspek perkembangan
anak (nilai agama-moral, fisik motorik, emosi-sosial, bahasa, dan
kognitif) dan menarasikan kompetensi pembelajaran yang diharapkan
dicapai anak pada akhir PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), agar anak
siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.

C. Karakteristik Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)

7
Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memiliki karakteristik
yang memandang setiap anak dipandang unik dan memiliki potensi
(kelebihan/kekuatan) masing-masing sehingga memungkinkan untuk
dikembangkan lebih lanjut melalui dalam lingkungan yang dirancang
dengan cermat di mana stimulasi bermain diberikan dan pembelajaran
disediakan oleh pendidik. Scaffolding (perancah, dukungan belajar
secara terstruktur) sangat penting diberikan pendidik dengan cara
terlibat dalam percakapan sehari-hari dengan setiap anak, yang seiring
waktu akan memberikan tantangan, dukungan dan bimbingan bagi
anak untuk mengembangkan keterampilan motorik, keterampilan sosial
dan nilai-nilai moral, keterampilan bahasa lisan dan kemampuan anak
untuk secara produktif memikirkan dan mengeksplorasi lingkungan.

Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu memperhatikan


beberapa karakteristik spesifik yaitu:

1. Mendukung terbentuknya kesejahteraan diri (well-being) anak.


2. Menghargai dan menghormati anak.
3. Mendorong rasa ingin tahu anak.
4. Menyesuaikan dengan usia, tahap perkembangan, minat dan
kebutuhan anak.
5. Memberikan stimulasi secara holistik integratif.
6. Memberikan tantangan, bimbingan, dan dukungan pada
pembelajaran tiap anak melalui percakapan dan interaksi bermakna
dengan tiap anak.
7. Melibatkan keluarga sebagai mitra.
8. Memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar.
9. Menggunakan penilaian otentik (penilaian yang diperoleh bersamaan
dengan berlangsungnya proses pembelajaran).

D. Lingkup Capaian Pembelajaran


Lingkup capaian pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
mencakup tiga elemen stimulasi yang saling terintegrasi. Tiga elemen
stimulasi tersebut merupakan elaborasi aspek-aspek perkembangan
nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa,
dan nilai Pancasila serta bidang-bidang lain untuk optimalisasi tumbuh
kembang anak sesuai dengan kebutuhan pendidikan abad 21 dalam
konteks Indonesia. Tiap elemen stimulasi mengeksplorasi aspek-aspek
perkembangan secara utuh dan tidak terpisah. Ketiga elemen stimulasi
tersebut adalah: 1) Nilai agama dan budi pekerti, yang mencakup

8
kemampuan dasar-dasar agama dan akhlak mulia; 2) Jati diri
mencakup pengenalan jati diri anak Indonesia yang sehat secara emosi
dan sosial dan berlandaskan Pancasila, serta memiliki kemandirian fisik.
3) Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa,dan
Seni yang mencakup kemampuan memahami berbagai informasi dan
berkomunikasi serta berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca. Setiap
elemen stimulasi harus digunakan sebagai dasar untuk mengeksplorasi
aspek perkembangan anak secara keseluruhan, bukan secara terpisah.

E. Rumusan Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)


Pada akhir fase fondasi, anak menunjukkan kegemaran mempraktikkan
dasar-dasar nilai agama dan budi pekerti; kebanggaan terhadap dirinya;
dasar-dasar kemampuan literasi, matematika, sains, teknologi,
rekayasa, dan seni untuk membangun sikap positif terhadap belajar dan
kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.

Elemen Capaian Pembelajaran

1. Nilai Agama dan Budi Pekerti:


Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai mengenal dan
mempraktikkan ajaran pokok sesuai dengan agama dan
kepercayaanNya. Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga
kebersihan, kesehatan dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa
sayang terhadap dirinya dan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha
Esa. Anak menghargai sesama manusia dengan berbagai
perbedaannya dan mempraktikkan perilaku baik dan berakhlak
mulia. Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan
menunjukkan rasa sayang terhadap makhluk hidup yang
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Jati Diri:
Anak mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi diri serta
membangun hubungan sosial secara sehat. Anak mengenal dan
memiliki perilaku positif terhadap diri dan lingkungan (keluarga,
sekolah, masyarakat, negara, dan dunia) serta rasa bangga sebagai
anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Anak menyesuaikan
diri dengan lingkungan, aturan, dan norma yang berlaku. Anak
menggunakan fungsi gerak (motorik kasar, halus, dan taktil) untuk
mengeksplorasi dan memanipulasi berbagai objek dan lingkungan
sekitar sebagai bentuk pengembangan diri.

9
3. Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan
Seni:
Anak mengenali dan memahami berbagai informasi,
mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan, atau
menggunakan berbagai media serta membangun percakapan. Anak
menunjukkan minat, kegemaran, dan berpartisipasi dalam kegiatan
pramembaca dan pramenulis. Anak mengenali dan menggunakan
konsep pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam
kehidupan sehari-hari. Anak menunjukkan kemampuan dasar
berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Anak menunjukkan rasa ingin
tahu melalui observasi, eksplorasi, dan eksperimen dengan
menggunakan lingkungan sekitar dan media sebagai sumber belajar,
untuk mendapatkan gagasan mengenai fenomena alam dan sosial.
Anak menunjukkan kemampuan awal menggunakan dan merekayasa
teknologi serta untuk mencari informasi, gagasan, dan keterampilan
secara aman dan bertanggung jawab. Anak mengeksplorasi berbagai
proses seni, mengekspresikannya serta mengapresiasi karya seni.

KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM,


DAN ASESMEN PENDIDIKAN,

TTD.

ANINDITO ADITOMO

Salinan sesuai dengan aslinya,


Kepala Subbagian Tata Usaha,

IFAN FIRMANSYAH
NIP 198210152009121003

10
XX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN TATA
BUSANA

A. Rasional Mata Pelajaran Tata Busana


Perkembangan dunia industri yang makin pesat mengharuskan setiap
industri meningkatkan daya saing melalui peningkatan efisiensi dan
produktivitas sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Begitu
pula dengan perkembangan kebutuhan bidang busana dan
kelengkapannya yang makin menuntut pelaku pasar berinovasi untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Satuan pendidikan khusus sebagai
lembaga pendidikan vokasi bagi peserta didik penyandang disabilitas
harus responsif terhadap tantangan ini, dengan menyiapkan tenaga
kerja disabilitas di berbagai bidang keterampilan yang dibutuhkan
masyarakat, Industri, Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA) sesuai
dengan potensi peserta didik.
Penyandang disabilitas berhak mendapatkan pengalaman belajar
hardskill dan softskill, agar terwujud penyandang disabilitas yang
kompeten sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman,
bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhak mulia, berkebinekaan
global, bernalar kritis, kreatif, disiplin, dan gotong royong. Dengan
demikian, nantinya akan terampil dan mandiri dalam memenuhi
kebutuhan sendiri, mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam
kehidupan sehari-hari (SMPLB) dan mampu bersaing di dunia kerja baik
tergabung dalam kelompok kerja (industri) ataupun berwirausaha dan
berkolaborasi dengan stakeholder lain (SMALB). Untuk peserta didik
yang mengalami hambatan pengoprasian alat tata busana, pengguna
dapat menyesuaikan materi dan akomodasinya.
Ruang lingkup materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran Tata
Busana ialah: pelayanan prima, standar profesi kerja, kesehatan,
keselamatan dan keamanan dalam bekerja (K3), alat dan bahan
menjahit, dasar-dasar tusuk jahit, teknik mengoperasikan mesin jahit,
dasar keseluruhan pembuatan busana, pelengkap busana, teknik jahit,
menjahit produk lenan rumah tangga, menghias dan penyelesaian
busana, pengepresan, pengemasan busana serta pemasaran produk
busana.
B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Busana
Setelah mengikuti pembelajaran Tata Busana, diharapkan peserta didik
dapat:

287
1. mengembangkan potensi diri sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila
yaitu berakhlak mulia, jujur, bernalar kritis, kreatif, disiplin,
mandiri, gotong-royong, mencintai sesama manusia dan lingkungan
serta menghargai keberagaman bakat dan potensi, untuk
mewujudkan keadilan sosial;
2. mewujudkan peserta didik yang kompeten, terampil, mandiri dan
kreatif dalam bidang wirausaha tata busana;
3. menerapkan Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik
secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim;
4. menerapkan prosedur pelayanan yang prima dengan sikap ramah
dan sopan, komunikasi kerja tim, tehnik produksi serta pemasaran
bidang tata busana;
5. kreatif dalam memilih bahan jahit;
6. menyiapkan ruang kerja dan peralatan menjahit secara aman dan
mandiri;
7. mengoperasikan mesin jahit dan mesin pelengkap lainnya, serta
perawatan rutin alat-alat jahit;
8. mempraktikkan berbagai ragam tusuk dasar dalam penyelesaian
menjahit;
9. mempraktikkan teknik ragam kampuh dalam pembuatan produk
sederhana lenan rumah tangga dan milineris busana;
10. mampu melaksanakaan prosedur menyiapkan pola, memotong
bahan, menjahit, menghias, menyelesaikan produk secara kreatif
dan mandiri;
11. melakukan penyelesaian akhir (finishing) produk antara lain
pengepresan (pressing), penyelesaikan dengan jahit tangan (hand
sewing) dan memotong benang sisa jahitan secara mandiri, dapat
dipertanggungjawabkan kerapian hasil jahitan dan kualitasnya;
12. menganalisis secara cerdas dan kritis karakteristik peluang pasar
untuk mengembangkan karya yang mampu bersaing di pasaran;
13. terlibat di industri, dunia usaha dan dunia kerja
14. menginspirasi peserta didik berkebutuhan khusus lainnya untuk
berkarya dan berinovasi dengan memanfaakan sumber daya dan
peluang secara kreatif.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Tata Busana
Mata Pelajaran Tata Busana memiliki karakteristik seperti berikut.

288
1. Merupakan pembelajaran yang memberikan bekal hard skill dan soft
skill pada setiap tahapan yang mendukung dunia industri garmen;
dengan pendekatan belajar Project Based Learning yang akan
menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif,
mandiri dan bergotong royong sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
2. Ilmu Tata Busana memiliki fungsi yang sangat penting karena
merupakan materi-materi yang mengajarkan tentang penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pengetahuan peralatan
menjahit, dasar-dasar tusuk jahit, pengenalan jenis-jenis tekstil,
teknik pengoperasian mesin jahit manual dan otomatis, berbagai
teknik menjahit sebagai pengetahuan dasar pembuatan produk
busana.
3. Lingkup materi tata busana terdiri atas busana, aksesori, pelengkap
busana, dan lenan rumah tangga.
4. Penentuan potensi diawali dengan asesmen minat bakat peserta didik,
potensi keluarga dan kondisi masyarakat sekitar tempat tinggal
peserta didik.
5. Pembelajaran dilaksanakan secara teori dan praktik pada ruang
praktik pembelajaran dengan mengikuti trend dan perkembangan
industri, dunia usaha dan dunia kerja.
6. Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem ganda, yaitu di lingkungan
sekolah dan di industri melalui program praktik industri.
7. Berorientasi pada kebutuhan dan kemandirian peserta didik.
8. Dengan menguasai pelajaran Tata Busana, peserta didik akan dapat
mengaplikasikan kompetensinya dengan baik dalam kehidupan
sehari- hari dan sebagai bekal dalam memasuki IDUKA sebagai
pekerja maupun wirausahawan mandiri.
9. Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan nontes), sikap
(observasi), dan keterampilan (proses, produk dan portofolio).
Pembelajaran Tata Busana dilakukan secara block system
disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari.
Mata pelajaran Tata Busana pada peserta didik penyandang disabilitas
memfokuskan materi pada lima elemen kunci beserta cakupan/subtansinya
yang saling terkait.
Elemen Mata Pelajaran Tata Busana dan Deskripsinya

Elemen Deskripsi
Keselamatan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan segala
Kesehatan Kerja kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan

289
Elemen Deskripsi
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja seperti
penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja,
penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD),
kesehatan dan penyakit akibat kerja dan personal
hygiene.
Merupakan kegiatan tahap awal, yakni mempersiapkan
semua peralatan yang dipergunakan di ruang menjahit
untuk proses belajar menjahit. Setiap peralatan menjahit
mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda dan risiko
Persiapan Alat masing-masing jika tidak digunakan sesuai dengan
dan Bahan fungsinya. Persiapan bahan menjahit merupakan
persiapan tempat, alat, dan bahan untuk mengikuti
pembelajaran Tata Busana; merapikan dan menyimpan
peralatan; merapikan kembali tempat, alat, dan bahan
setelah mengikuti pembelajaran Tata Busana.
Merupakan kegiatan proses menjahit dengan
mengoperasikan mesin jahit maupun alat bantu jahit
tangan sesuai prosedur, yaitu suatu proses menyambung
atau menjahit bagian-bagian busana atau potongan
bahan yang dimulai sejak pemilihan bahan, pemotongan
Proses Produksi bahan sesuai pola jadi yang sudah dipotong dan
rancangan. Proses ini harus memperhatikan kualitas,
kerapian, keamanan bahan kain, kesesuaian antara
warna benang dan bahan, kesesuaian antara jenis jarum
dengan bahan dan seni dan estetika hasil produk jahitan.

Suatu kegiatan akhir dari proses menjahit, yaitu


melaksanakan penyelesaian hasil jahit sesuai dengan
Penyelesaian prosedur. Kegiatan itu merupakan suatu pekerjaan akhir
Akhir busana antara lain menghias busana, menyelesaikan
dengan tusuk kelim atau flannel, menyetrika, mengemas,
dan menyimpan produk busana.
Merupakan kegiatan melaporkan hasil kerja dengan
Pelaporan mengisi ceklis: persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan
bahan, dan hasil jahit secara mandiri.

D. Capaian Pembelajaran Tata Busana Setiap Fase


1. Fase D (Usia Mental ≤ 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); mempersiapkan alat dan bahan menjahit;
mengenal nama dan fungsi peralatan menjahit; mengenal pelayanan
prima kepada pelanggan; mengoperasikan mesin jahit dan obras;
mengenal ragam tusuk dasar menjahit; mengenal berbagai teknik
menjahit; mengenal ragam kampuh; menerapkan depun dan serip
dalam busana; membuat fragmen pemasangan berbagai jenis kancing
dan tutup tarik; mengenal berbagai jenis tekstil; mengidentifikasi dan
mengatasi masalah dalam menjahit; membuat berbagai produk

290
busana; menerapkan penyelesaian akhir dengan setrika; pengemasan
dan penyimpanan; serta mengisi pelaporan dengan mengisi ceklis.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu:
menerapkan kesehatan dan keselamatan di
lingkungan tempat kerja atau tempat belajar;
Kesehatan dan pencegahan kecelakaan kerja; menerapkan
Keselamatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K);
Kerja (K3) menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
masker, risiko kecelakaan, dan penyakit akibat kerja,
pembersihan ruang jahit atau kelas untuk belajar
menjahit dan menyimpan alat bantu menjahit,
personal hygiene merawat kebersihan diri dan uniform.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat:
melakukan komunikasi dua arah dengan ramah dan
sopan; memberikan bantuan kepada pelanggan;
melakukan pekerjaan dalam tim secara gotong royong
sebagai perwujudan dari Profil Pelajar Pancasila;
mendemonstrasikan berbagai teknik dasar menjahit
lurus dan mendatar pada lenan rumah tangga;
mendemonstrasikan berbagai teknik dasar menjahit
lengkung pada lenan rumah tangga dan handicraft
Proses Produksi
lainnya; mendemonstrasikan berbagai teknik dasar
menjahit zig zag pada lenan rumah tangga dan
handicraft lainnya; mengoperasikan mesin obras untuk
mengobras kampuh berbagai lenan rumah tangga dan
handicraft yang dijahit; membuat fragmen berbagai
jenis kampuh, yaitu kampuh terbuka, balik, pipih,
tutup, searah; serta dapat menerapkan berbagai jenis
kampuh pada lenan rumah tangga dan berbagai
handicraft lainnya.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat:
membersihkan sisa benang pada pakaian atau produk
busana menggunakan gunting benang. memastikan
tidak ada benang yang menempel. dan
mengidentifikasi pakaian yang sudah dibersihkan sisa
benangnya setelah selesai dijahit; memeriksa kualitas
pakaian sesuai standar, mengatur suhu setrika sesuai
Penyelesaian dengan karakter bahan, melaksanakan
Akhir penyetrikaan/pengepresan akhir pakaian yang telah
lolos pemeriksaan kualitas; memeriksa kualitas
pakaian yang akan lipat, memeriksa kelengkapan alat
pada produk busana, melipat pakaian sesuai dengan
bentuk dan ukuran yang ditentukan, menghitung dan
menyusun pakaian yang sudah dilipat; memasukkan
pakaian yang telah dilipat ke dalam kemasan sesuai
dengan prosedur dan memastikan kualitas hasil
pengemasan.
Pada akhir Fase D. peserta didik dapat mengisi ceklist
laporan persiapan diri, persiapan alat dan bahan,
Pelaporan proses menjahit, penyelesaian dan penyimpanan atau
menghitung jumlah produk yang telah berhasil
diselesaikan.

291
2. Fase E (Usia Mental ≤ 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat: menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); melakukan komunikasi dan kerja sama dalam
kelompok; menyiapkan alat pokok dan alat tambahan menjahit;
menyiapkan bahan utama dan bahan pelengkap membuat busana;
lenan rumah tangga dan pelengkap busana sesuai desain yang ada;
membuat produk dengan menggunakan jahitan lurus, lengkung dan
zig-zag; mengobras sesuai prosedur; membuat kelim dengan tusuk
sembunyi; merapikan dan mengemas produk sesuai dengan
prosedur; mengisi ceklis laporan.

Fase E Berdasarkan Elemen

Elemen Capaian Pembelajaran


Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengenali
simbol-simbol K3; menerapkan prosedur kesehatan
dan keselamatan di tempat kerja; menyiapkan APD
Keselamatan dan
(alat pelindung diri) di tempat kerja; menggunakan
Kesehatan Kerja
APD secara mandiri sesuai prosedur; menyiapkan dan
(K3)
merapikan kembali tempat kerja secara mandiri; dan
melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara
kritis.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat
mengidentifikasi peralatan jahit yang diperlukan untuk
suatu pekerjaan; menyiapkan mesin jahit; menyiapkan
peralatan jahit tambahan yang diperlukan;
melaksanakan perawatan alat jahit; memeriksa hasil
Persiapan Alat
jahit; mengatur tegangan benang mesin jahit secara
dan Bahan
mandiri dan menyampaikan laporan hasil menyiapkan
alat; menyiapkan tempat bahan; mengidentifikasi
bahan yang akan digunakan secara kreatif;
menyiapkan bahan; memeriksa kelengkapan dan
kualitas bahan secara mandiri.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan
komunikasi dua arah dengan ramah dan sopan;
memberikan bantuan kepada pelanggan; melakukan
pekerjaan secara gotong royong dalam sebuah tim;
mengidentifikasi adanya tata tertib di tempat kerja;
melaksanakan tata tertib yang berlaku; memahami
struktur organisasi; memahami urain tugas;
memahami prosedur kerja; mengomunikasikan
kejadian khusus; membuat laporan kerja harian;
Proses Produksi menyampaikan hasil kerja secara kritis dan mandiri;
mengidentifikasi bagian-bagian pola dengan kritis;
menjiplak pola dan memotong pola jiplak secara
mandiri; meletakkan pola di atas bahan; memberi
tanda potong pada bahan; memotong bahan; menjiplak
kode pola dan menyimpan pola secara mandiri;
memanaskan setrika atau alat pres sesuai dengan
prosedur; mengatur suhu setrika atau alat pres;
memastikan bahan utama dalam keadaan licin;
menyusun interfacing pada bagian buruk bahan utama
dan mengepres interfacing secara mandiri sesuai

292
Elemen Capaian Pembelajaran
dengan prosedur; menjahit lurus sesuai tanda pola;
menjahit lengkung sesuai dengan tanda pola; menjahit
zig-zag sesuai dengan tanda pola; memeriksa hasil
jahit; memperbaiki hasil jahit yang tidak sesuai
standar dengan kreatif; mengomunikasikan hasil jahit
yang tidak sesuai dengan standar dan
mengomunikasikan permasalahan yang muncul dalam
proses menjahit secara mandiri.

Pada akhir Fase E, peserta didik dapat membuat kelim


menggunakan tusuk sembunyi sesuai prosedur secara
mandiri; mengobras kain sesuai dengan standar secara
mandiri; membersihkan sisa benang pada pakaian
menggunakan gunting benang; memeriksa kualitas
pakaian sesuai standar; mengatur suhu setrika sesuai
dengan karakter bahan; melaksanakan
penyetrikaan/pengeprsan akhir pakaian yang telah
Penyelesaian
lolos pemeriksaan kualitas secara mandiri; memeriksa
Akhir
kualitas pakaian yang akan lipat; memeriksa
kelengkapan alat melipat pakaian; melipat pakaian
sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan;
menghitung dan menyusun pakaian yang sudah dilipat
secara mandiri; memasukkan pakaian yang telah
dilipat ke dalam kemasan sesuai dengan prosedur dan
memastikan kualitas hasil pengemasan secara
mandiri.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengisi mengisi
ceklis: persiapan ruang kerja, pakaian kerja (APD),
alat, kelengkapan bahan, kelengkapan komponen pola
Pelaporan jiplak, kelengkapan hasil pemotongan bahan, kualitas
hasil jahit; mengomunikasikan ceklis yang sudah diisi;
serta menghitung kebutuhan bahan dan biaya
produksi secara mandiri.

3. Fase F (Usia Mental ≤ 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)


Pada akhir Fase F, peserta didik dapat: menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); melakukan komunikasi dan kerja sama dalam
kelompok; menyiapkan alat pokok dan alat tambahan menjahit;
menyiapkaan bahan utama dan bahan pelengkap membuat produk
(busana, lenan rumah tangga, dan pelengkap busana) sesuai desain
yang ada; membuat produk dengan menggunakan jahitan lurus,
lengkung, dan zig-zag; menjahit serip, depun dan bisban; membuat
hiasan bordir,sulam, hiasan aplikasi dan burci; memasang kancing
secara manual dan dengan mesin khusus; membuat lubang kancing;
membuat kelim dengan tusuk feston; merapikan dan mengemas
produk sesuai dengan prosedur; mengisis ceklis laporan.

293
Fase F Berdasarkan Elemen

Elemen Capaian Pembelajaran


Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengenali
simbol-simbol K3, menerapkan prosedur kesehatan
dan keselamatan di tempat kerja; menyiapkan APD
Keselamatan dan
(alat pelindung diri) di tempat kerja; menggunakan
Kesehatan Kerja
APD sesuai prosedur secara mandiri; menyiapkan dan
(K3)
merapikan kembali tempat kerja secara mandiri;
melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara
kritis.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi
peralatan jahit yang diperlukan untuk suatu
pekerjaan; menyiapkan mesin jahit; menyiapkan
Persiapan Alat peralatan jahit tambahan yang diperlukan;
dan Bahan melaksanakan perawatan alat jahit; memeriksa hasil
jahit; mengatur tegangan benang mesin jahit secara
mandiri dan menyampaikan laporan hasil menyiapkan
alat; menyiapkan tempat bahan; mengidentifikasi
bahan yang akan digunakan secara kreatif;
menyiapkan bahan; memeriksa kelengkapan dan
kualitas bahan secara mandiri.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan
komunikasi dua arah dengan ramah dan sopan;
memberikan bantuan kepada pelanggan; melakukan
pekerjaan secara gotong royong dalam sebuah tim;
mengidentifikasi bagian-bagian pola dengan kritis;
menjiplak pola dan memotong pola jiplak secara
mandiri; meletakkan pola di atas bahan; memberi
tanda potong pada bahan; memotong bahan; menjiplak
kode pola dan menyimpan pola secara mandiri;
memanaskan setrika atau alat pres sesuai dengan
prosedur; mengatur suhu setrika atau alat pres;
memastikan bahan utama dalam keadaan licin;
menyusun interfacing pada bagian buruk bahan utama
Proses Produksi dan mengepres interfacing secara mandiri sesuai
dengan prosedur; menjahit lurus sesuai tanda pola;
menjahit lengkung sesuai dengan tanda pola; menjahit
zig-zag sesuai dengan tanda pola; memeriksa hasil
jahit; memperbaiki hasil jahit yang tidak sesuai
standar dengan kreatif; mengomunikasikan hasil jahit
yang tidak sesuai dengan standar dan
mengomunikasikan permasalahan yang muncul dalam
proses menjahit secara mandiri; menjahit serip secara
kreatif sesuai dengan prosedur; memeriksa kualitas
hasil jahit serip; menjahit depun secara kreatif sesuai
dengan prosedur; memeriksa kualitas hasil jahit
depun; memperbaiki hasil jahit yang tidak sesuai
dengan kualitas secara mandiri.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menentukan
letak hiasan bordir sesuai dengan gambar desain
secara kreatif; menyemat hiasan bordir yang akan
dipasang pada posisi yang telah ditentukan; menjahit
Penyelesaian motif bordir tepat pada garis tepi hiasan bordir secara
Akhir mandiri; menentukan posisi hiasan sulam sesuai
gambar desain secara kreatif; memindahkan motif
hiasan sulam pada posisi yang telah ditentukan;
membuat hiasan sulam sesuai dengan desain;
memeriksa kualitas hasil sulaman; memperbaiki

294
Elemen Capaian Pembelajaran
sulam yang tidak sesuai kualitas secara mandiri;
menentukan hiasan aplikasi yang akan digunakan;
menentukan letak hiasan aplikasi; memasang hiasan
aplikasi, memasang hiasan burci; melipat kelim sesuai
dengan ukuran; membuat kelim menggunakan tusuk
flanel dengan jarak sesuai dengan ukuran yang
ditentukan secara mandiri; menentukan posisi lubang
kancing; memasang benang pada mesin lubang
kancing; membuat stik lubang kancing sesuai dengan
ukuran kancing dan prosedur; membuat sobekan
lubang kancing sesuai prosedur; memeriksa kualitas
hasil pembuatan lubang kancing secara mandiri;
menentukan posisi pemasangan kancing; memasang
kancing menggunakan benang sewarna dengan
kancing; memeriksa kualitas hasil pemasangan
kancing; memperbaiki hasil pemasangan kancing yang
tidak sesuai kualitasnya secara mandiri;
membersihkan sisa benang pada pakaian
menggunakan gunting benang; memastikan tidak ada
benang yang menempel; menghitung jumlah pakaian
yang sudah dibersihkan sisa benangnya secara
mandiri; memeriksa kualitas pakaian sesuai standar;
mengatur suhu setrika sesuai dengan karakter bahan;
melaksanakan penyetrikaan/pengepresan akhir
pakaian yang telah lolos pemeriksaan kualitas secara
mandiri; memeriksa kualitas pakaian yang akan lipat;
memeriksa kelengkapan alat melipat pakaian; melipat
pakaian sesuai dengan bentuk dan ukuran yang
ditentukan; menghitung dan menyusun pakaian yang
sudah dilipat secara mandiri; dapat memasukkan
pakaian yang telah dilipat ke dalam kemasan sesuai
dengan prosedur; serta memastikan kualitas hasil
pengemasan secara mandiri.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengisi mengisi
ceklis: persiapan ruang kerja, pakaian kerja (APD),
alat, kelengkapan bahan, kelengkapan komponen pola
Pelaporan jiplak, kelengkapan hasil pemotongan bahan, kualitas
hasil jahit; mengomunikasikan ceklis yang sudah diisi;
serta menghitung kebutuhan bahan dan biaya
produksi secara mandiri.

295
XXI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN TATA
BOGA

A. Rasional Mata Pelajaran Tata Boga


Tata boga adalah pengetahuan yang berisi seni mengolah masakan
yang mencakup ruang lingkup makanan, mulai dari persiapan
pengolahan sampai dengan menghidangkan makanan itu sendiri yang
bersifat tradisional maupun internasional. Berbagai prinsip dasar
utama dan tata cara memasak umum dilaksanakan di bagian tata boga.

Seiring dengan perkembangan industri pariwisata yang berbasis


kearifan lokal dalam bidang usaha yang menghasilkan produk maupun
jasa pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan, salah satu yang
menjadi daya tarik wisatawan ialah kuliner. Bidang kuliner merupakan
satu dari beberapa komponen penting dalam industri pariwisata.
Kuliner menjadi bagian dari tujuan wisatawan yang tidak dapat
diabaikan karena kuliner merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Pendidikan vokasional khususnya Tata Boga memiliki peran
yang strategis dalam pengembangan kuliner.

Dalam upaya mencapai sumber daya manusia yang memiliki


kemampuan produktif, sesuai bidang keahlian dan berkontribusi
dalam industri kuliner, satuan pendidikan SMPLB dan SMALB
menyelenggarakan pembalajaran Keterampilan Tata Boga. Sesuai
dengan konsep pendidikan yang mengandalkan keterampilan sebagai
kecakapan hidup, Tata Boga menjadi mata pelajaran penting untuk
dipelajari oleh anak berkebutuhan khusus.

Di Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB), mata pelajaran Tata


Boga bertujuan untuk memberikan pengetahuan tata boga dasar
kepada peserta didik sehingga menjadi bekal awal peserta didik
sebelum memasuki materi lanjutan di tingkat Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMALB). Setelah memiliki ilmu tersebut, peserta didik yang
belum mampu untuk melanjutkan ke tingkat SMALB diharapkan dapat
memiliki bekal untuk hidup mandiri di masyarkat. Adapun bagi peserta
didik yang melanjutkan ke tingkat SMALB, mereka akan dipersiapkan
menjadi sumber daya manusia yang produktif, mampu bekerja
mandiri, memiliki jiwa wirausaha, gigih dalam bekerja dalam dunia
usaha maupun dunia industri.

296
Dengan mempelajari mata pelajaran Tata Boga, peserta didik
diharapkan mampu mengembangkan hard skill dan soft skill diri
mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yaitu, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, kreatif,
mandiri, disiplin, dan gotong royong.

Dalam mempelajari mata pelajaran Tata Boga, peserta didik akan


dikembangkan dan dioptimalkan kemampuan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang
kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan
erat dalam membentuk peserta didik sesuai profil pelajar pancasila
diantaranya: pengetahuan meningkatkan daya bernalar kritis dan
kreativitas. Keterampilan untuk mengasah kreativitas dan
kemandirian. Sikap bertujuan untuk menanamkan akhlak baik,
meningkatkan kedisiplinan, dan sikap bergotong royong.

Mata pelajaran Tata Boga untuk anak berkebutuhan khusus mengacu


pada prinsip pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari
dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan masyarakat. Sebagai
contoh, menyiapkan makanan dan minuman untuk dirinya dan
keluarga sebelum akhirnya dapat berkontribusi dalam dunia usaha
dan dunia industri makanan dan minuman.

Ruang lingkup materi tata boga dasar yang akan dipelajari di tingkat
SMPLB dan SMALB meliputi Prosedur Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3), Persiapan Alat dan Bahan kemudian Pengolahan makanan
dan minuman, Membuat Hidangan dan serta Penyajian Makanan dan
Minuman.

B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Boga


Mata pelajaran Tata Boga bertujuan untuk membekali peserta didik
agar dapat:
1. menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3);
2. meningkatkan pengetahuan tentang alat memasak dan bahan
makanan;
3. mengenal resep makanan dan minuman;
4. mengaplikasikan proses persiapan, pembuatan hingga penyajian
dan pengemasan makanan dan minuman;
5. memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi peserta
didik dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat maupun

297

Anda mungkin juga menyukai