Pada dasarnya, ada tiga hal yang menjadi perhatian serikat pekerja, yaitu pemogokan,
pemagaran, dan pemboikotan
• Pemogokan pada umumnya digunakan untuk memaksakan kenaikan upah. Selain itu, serikat pekerja sering kali menghentikan kerja mereka sebagai bentuk protes bila karyawan yang ingin masuk menjadi anggota serikat pekerja dihalangi oleh pengusaha, atau apabila pengusaha melakukan praktek diskriminasi dalam pengangkatan karyawan atas dasar keanggotaan serikat pekerja. Pemogokan juga dilakukan sebagai cara mendukung anggota serikat pekerja lain yang juga sedang melakukan pemogokan kerja di tempat kerja mereka. Namun demikian, ada pula yang disebut dengan pemogokan liar, yaitu pemogokan tanpa adanya instruksi dari pimpinan serikat pekerja atau bahkan mengadakan pemogokan kerja tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Pemogokan kerja karyawan juga dapat dilakukan dengan tidak meninggalkan tempat kerjanya, yaitu dengan tetap bekerja namun memperlambat kecepatan kerjanya. • Pemagaran dilakukan oleh para wakil serikat buruh dengan memasang plakat-plakat yang memberitahukan kepada umum bahwa di perusahaan tersebut sedang terjadi perselisihan perburuhan. Tujuan pemagaran adalah agar warga masyarakat umum memberi dukungan kepada serikat pekerja. Selain itu, pemagaran juga dilakukan untuk menghalangi kegiatan operasional perusahaan. Harapannya, dengan terhentinya kegiatan operasional, maka pengusaha akan menuruti kehendak serikat pekerja. • Pemboikotan dilakukan dengan cara menghalangi pengusaha menjual barang atau jasa hasil produksinya dengan menganjurkan dalam majalah atau surat kabar untuk tidak membeli barang atau jasa perusahaan tersebut. Pemboikotan dapat bersifat primer atau sekunder. Pemboikotan primer ditujukan pada perusahaan yang tidak mau memenuhi tuntutan serikat pekerja dengan tidak membeli barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Pemboikotan sekunder adalah pemboikotan dengan melibatkan pihak ketiga yang tidak secara langsung membeli barang atau jasa perusahaan tersebut.