Anda di halaman 1dari 7

Analysis of Factors Affecting the Income of Street Vendors at

Karangpandan Bus Terminal.


Mika Febriani[1], Eni Sutyowati[2]
1
Faculty of Economics and Business, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Surakarta, Indonesia

Abstract
Purpose: This study aims to find out and analyze what factors influence the income of street vendors on Karangpandan Bus Terminal
by using multiple linear regression analysis tools.
Methodology: The data used in this study are primary data obtained using field research sourced from street vendors in the Terminal
Bus Karangpandan area as a sample. The data were analyzed using descriptive qualitative and quantitative descriptive analysis
methods with data collection techniques through an open questionnaire. The samples taken were all traders, amounting to 30
respondents using census techniques. The analysis tool uses EViews 10 which includes normality test, multicollinearity test,
heteroscedaticity test, autocorrelation test, t test, F test and determinant coefficient.
Applications/Originality/Value: Berdasarkan hasil Analisis yang telah dijelaskan diatas sesuai perumusan masalah maka penelitian
tentang Anlisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Area Terminal Bus Karangpandan dapat
disimpulkan sebagai berikut : Pendapatan harian pedagang kaki lima di area terminal bus Karangpandan diketahui bahwa tingkat
pendapatan tertinggi yang diperoleh dari penerimaan pendapatan penjualan pedagang sebesar Rp. 8.000.000, tingkat pendapatan
terendah yang diperoleh dari penerimaan pendapatan penjualan pedagang sebesar Rp. 70.000 . Bedasarkan hasil analisis dari kelima
variabel tersebut maka dapat dikatakan bahwa Uji T-hitung dengan variabel Usia (U) sebesar 12,580; Modal (M) sebesar 1,364; Jam
Kerja (JK) sebesar 133,252; Lama Usaha (LU) sebesar 24,922 dan Tingkat Pendidikan (EDUC) sebesar 7,299. Dari kelima variabel
tersebut hasil t-hitung tertinggi adalah variabel jam kerja sebesar 133,252 dengan nilai t-tabel sebesar 0,024 maka pada penelitian ini
varibel jam kerja sangat berpengaruh terhadap pendapatan pedagang (PP). Sedangkan pada Uji F menghasilkan F-hitung sebesar 1,729
lebih besar dari f-tabel yang menunjukan angka 0,201 ini menunjukan variabel bebas signifikan dan berpengaruh posistif terhadap
pendapatan pedagang (PP). Sedangkan dari hasil uji R2 sebesar 0,922 yang artinya besar pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel (PP) atau variabel dependen sebesar 92,2%, sedangakan sisanya sebesar 7,8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari
variabel penelitian ini. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan pada pendapatan pedagang
kaki lima di area Terminal Bus Karangpandan adalah variabel modal, jam kerja, dan lama usaha. Ketiganya secara signifikan
berpengaruh positif pada pendapatan pedagang kaki lima.

Latar Belakang
Sektor informal menjadi sangat populer belakangan ini. Kegiatan sektor informal saat ini sangat membantu dalam
menggambarkan kondisi ekonomi daerah ataupun negara karena sektor informal sendiri bertumbuh pesat dalam beberapa
waktu terakhir. Salah satu kegiatan dalam sektor informal adalah perdagangan. Sektor informal kini juga dianggap
sebagai salah satu sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja yang tidak dapat ditampung sepenuhnya oleh sektor
formal. Kegiatan usaha sektor informal sangat potensial dan berperan penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan
dengan penyerapaan tenaga kerja secara mandiri, maka dari itu keberadaan sektor informal tidak dapat diabaikan dalam
pembangunan ekonomi (Hanum, 2017).
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu wujud usaha perdagangan sektor informal. Pedagang kaki lima
atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah
milik jalan. Pedagang Kaki Lima selaku bagian dari pelaku usaha kecil dan mikro (UMKM) berperan strategis menopang
perekonomian. Usaha dagang tersebut dapat dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis. Kini banyak
pedagang kaki lima yang memenuhi kota di setiap fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah kota. Ketatnya
persaingan membuat para pedagang harus pandai dalam mengelola usahanya, utamanya adalah melakukan
pengembangan unsah yang dapat meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu para PKL harus mampu bertahan dalam
keadaan dan kondisi yang sulit sekalipun. Permasalahan yang dihadapi oleh sektor informal seperti PKL adalah kesulitan
untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pendapatan usaha PKL harus didukung
oleh penguasaan terhadap usaha tersebut (Hanum, 2017)
Menurut data BPS Kabupaten Karanganyar (2021) jumlah angkatan kerja di Kabupaten Karanganyar mengalami
kenaikan dibanding tahun 2020. Berdasarkan data BPS Kabupaten Karanganyar tahun 2020 angkatan kerja mencapai
515.145 dan pada tahun 2021 jumlah angkatan kerja meningkat menjadi 517.787. Hal tersebut menjadi tidak seimbang
dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia, dimana pada tahun 2020 jumlah orang yang bekerja sebesar 484.423 dan
pada tahun 2021 sebesar 487.270 jiwa yang bekerja.

Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa orang PKL warung makanan dan minuman yang berjualan di
Kelurahan Karangpandan bahwa tujuan berjualan para pedagang yakni untuk mendapatkan penghasilan guna menafkahi
keluarga dan membantu perekonomian keluarga. Pendapatan PKL bervariasi, dari pendapatan Rp.100.000 perhari hingga
Rp.8.000.000 perhari. Dalam usaha berdagang sendiri terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berapa besar
pendapatan, seperti : usia, modal operasional, jam kerja, lama usaha, dan tingkat pendidikan.
Dalam memulai sebuah usaha, seorang pedagang harus memulai dengan memiliki modal sebagai awal membuka
usaha tersebut. Modal merupakan hal yang penting bagi setiap usaha, karena dengan adanya modal maka usaha dapat
dijalankan. Modal yang digunakan untuk menjalankan usaha ini adalah modal awal yang paling besar bila dibandingkan

Corresponding author. Email: es241@ums.ac.id

1
dengan modal harian (Hanum, 2017). Modal awal tersebut digunakan sebagian untuk biaya bahan baku serta peralatan
seperti gerobak dan sebagian disisihkan untuk cadangan. Dengan adanya cadanga modal tersebut bisa digunakan saat
pendapatan tidak terlalu banyak sehingga dapat digunakan untuk menutupi jika kekurangan modal (Wibowo, Kaukab, &
Putranto, 2021)
Faktor selanjutnya yang juga dapat mempengaruhi pendapatan pedagang adalah usia dari pedagang itu sendiri. Usia
seseorang adalah lamanya waktu seseorang hidup sejak lahir. Usia seseorang dapat menggambarkan produktivitas
sehingga mempengaruhi pendapatannya, semakin tua umur maka semakin sedikit menjadi pedagang. Semakin sediktnya
pedagang yang berumur 40 tahun keatas menunjukkan bahwa semakin kecil pendapatan yang diterima ketika umur
semakin tua (Septiawan, Nurjanah, & Mustika, 2019). Dengan usia produktif pedagang diharapkan mampu membaca
pasar dan memanfaatkan peluang untuk meningkatkan pendapatannya (Marhawati, 2020).
Jam kerja juga salah satu faktor pendukung bagi pedagang untuk meningkatkan pendapatan. Jam kerja dapat
mempengaruhi pendapatan seorang pedagang kaki lima. Semakin tinggi jam kerja yang dicurahkan untuk berdagang
maka semakin besar pula kemungkinan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi karena semakin banyak waktu yang
digunakan untuk menunggu kedatangan konsumen (Syaiful Anwar, 2017) . Selain jam kerja, lama usaha juga dapat
mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima. Semakin lama usaha yang dijalankan pedagang maka akan
meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan seseorang pedagangsehingga pendapatan pedagang juga akan
meningkat (Wibowo, Kaukab, & Putranto, 2021). Pengusaha yang lebih lama dalam melakukan usahanya akan memiliki
strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola, memproduksi dan memasarkan produknya. Karena pengusaha
yang memiliki jam terbang tinggi di dalam usahanya akan memiliki pengalaman, pengetahuan serta mampu mengambil
keputusan dalam setiap kondisi dan keadaan (Hanum, 2017).
Faktor lain adalah Tingkat Pendidikan. Tingkat Pendidikan memberikan dampak yang begitu mencolok pada
perolehan pendapatan. Artinya bahwa semakin tinggi pendidikan pekerja atau pedagang di sektor informal akan semakin
memungkinkan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar (Wuantari & Armansyah, 2018). Tingkat pendidikan
yang dimiliki seseorang diduga akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya dalam bekerja. Pendidikan adalah
modal manusia, semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula produktivitasnya. Peningkatan produktivitas ini
akan meningkatkan pendapatan. Dengan peningkatan pendapatan, dapat mengurangi kemiskinan (Eni Setyowati, 2022).

Penelitian yang dilaksanakan (Nariswari, 2020) yang menggunakan metode Treatment Effect Model telah
memperoleh hasil penelitian, bahwa pekerja yang berada di sektor informal cenderung memiliki pendapatan yang rendah
sehingga pekerja sektor informal dekat dengan kemiskinan. Hal ini dikarenakan pekerja di sektor informal merupakan
pekerja yang memiliki tingkat produktivitas yang cenderung rendah dibuktikan dari faktor – faktor yang membuat
pekerja masuk ke sektor informal berupa tingkat upah, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Tingkat upah menjadi
faktor utama dimana tingkat upah yang diterima oleh pekerja di sektor informal cenderung lebih rendah dari pekerja di
sektor formal. Serta tingkat pendidikan dari pekerja yang berada di sektor informal cenderung lebih rendah dari pekerja
di sektor formal. (Hanum, 2017) dengan menggunakan analisis persamaan regresi linier berganda memperoleh hasil
bahwa modal, jam kerja dan lama usaha secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan para
pedagang kaki lima di Kota Kuala Simpang. Berbeda dengan (Siagian, 2021) dengan menggunakan analisis deskriptif
dan kuantitatif menemukan bahwa modal berpengaruh pada pendapatan pedagang kaki lima di Grogol, Jakarta Barat.
Sementara itu jam kerja tidak berpengaruh pada pendapatan kaki lima.
(Inderianti, Hardiani, & Rosmeli, 2020) Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa
secara simultan variabel independen modal tetap, modal operasional, jam kerja, lama usaha dan lokasi berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen pendapatan pedagang Warung manisan dan secara parsial hanya variabel modal
operasional dan jam kerja yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang warung manisan, sementara
variabel modal tetap, lama usaha dan lokasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang warung
manisan. Lalu penelitian yang dilakukan oleh (Fauzi, 2020) di Kota Pematangsiantar mengatakan bahwa, faktor internal
pengembangan sektor informal terdiri dari beberapa faktor kekuatan dan kelemahan. Variabel kekuatan dari sektor
informal adalah: motivasi, kretivitas, banyak macam/jenis usaha, modal kecil serta pengalaman kerja. Adapun faktor
kelemahan sektor informal adalah: tingkat pendidikan, tidak memilki izin, ketersediaan bahan baku, sarana dan
prasarana, serta sumber modal.
(Septiawan, Nurjanah, & Mustika, 2019) dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda
menemukan bahwa karakteristik pedagang kaki lima yang menjadi responden menurut umur rata-rata 33 tahun, jenis
kelamin yang terbanyak yaitu laki-laki, status perkawinan terbanyak yaitu menikah, jumlah tanggungan keluarga sebesar
3 tanggungan, menurut tingkat pendidikan jumlah terbanyak yaitu SMA, dari lamanya jam kerja yaitu 8 jam waktu
bekerja dalam sehari, berjualan sebagai pekerjaan utama, rata-rata modal tetap sebesar Rp. 2.212.000, modal operasional
dengan rata-rata sebesar Rp. 250.000 perhari dan untuk pendapatan rata-rata Rp. 3.376.000 perbulan. Berdasarkan hasil
regresi menunjukkan bahwa variabel modal, umur, dan jam kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang
kaki lima. (Wibowo, Kaukab, & Putranto, 2021) dengan jumlah sampel 74 responden menemukan lewat penelitiannya
bahwa modal, lama usaha, lokasi usaha dan jam kerja menunjukkan pengaruh positif pada pendapatan pedagang kaki
lima.

2
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor - faktor yang
mempengaruhi pendapatan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Area Terminal Bus Karangpandan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah Usia, Modal, Jam Kerja, Lama Usaha, dan Tingkat Pendidikan dapat mempengaruhi
pendapatan pedagang kaki lima.

Metode Penelitian
Untuk mengukur besarnya pengaruh umur, modal kerja, lama usaha, dan lokasi usaha terhadap besar pendapatan
pedagang kuliner kaki lima di area Trotoar Terminal Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, model penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode logit model. Logit model adalah model regresi nonlinier yang
menghasilkan persamaan di mana variabel dependen adalah kategoris, kemudian dirumuskan sebagai berikut:

INCOME = 𝛽0 + 𝛽1A + 𝛽2OC + 𝛽3WH + 𝛽4LU + 𝛽5EDUC+ 𝜀

di mana :

INCOME = Pendapatan Pedagang Usaha Kuliner (Rupiah Perhari)


U = Age (Year)
M = Operating Capital (Rupiah in a day)
WH = Working Hours (Hours in one day)
LU = Lama Usaha (Tahun)
EDUC = Tingkat Pendidikan
𝜀 = Error term ( Faktor Kesalahan )
𝛽0 = Konstanta
𝛽1 ⋯ 𝛽5 = Koefisien regresi variabel independent

Hasil Dan Pembahasan


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner terhadap 30 pedagang kaki
lima di kawasan Terminal Bus Karangpandan. Periode pengumpulan data dilaksanakan selama bulan Oktober 2022.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima di kawasan Terminal Bus Karangpandan pada
penelitian ini terdiri dari umur, modal, jam kerja, lama usaha, dan tingkat pendidikan sebagai variabel bebas dan
pendapatan pedagang (perhari) sebagai variabel terikat. Data dari kedua variabel tersebut diperoleh dari hasil kuesioner
dan analisis dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda dengan tujuan mengetahui pengaruh umur, modal,
jam kerja, lama usaha, dan tangkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang (perhari). Data dihitung dengan
menggunakan program EViews 10 dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 1-1
Persamaan Regresi Linier Berganda

PP = -127,207 – 12,580 U + 1,364 M + 133,252 JK – 24,922 LU – 7,299 EDUC


(0,851) (0,391) (0,000) (0,024) (0,095) (0,795)

R2 = 0,922; DW-Stat. = 1,899; F-Stat. = 57,453; Prob. F-Stat. = 0,000


Uji Diagnosis
(1) Multikolinieritas (VIF)
U = 1,544; M = 1,334; JK = 1,196; LU = 1,274; EDUC = 1,081
(2) Normalitas Residual
JB(2) = 28,360; Prob. JB(2) = 0,000
(3) Otokorelasi
X2(2) = 1,562; Prob. X2(2) = 0,457
(4) Heteroskedastisitas
X2(10) = 20,270; Prob. X2(10) = 0,026
(5) Linieritas
F(1,23) = 1,729; Prob. F(1,23) = 0,201
Source : Primary data, EViews 10, 2022

1. Usia
Berdasarkan tabel 1-1 diatas, dapat dilihat nilai regresi variabel usia adalah 12,580 (sig. 0,391). Nilai
signifikan dari variabel Usia 0,391 lebih besar dari signifikan level 0,1 (10%). Maka hipotesis tidak diterima, jadi

3
dapat disimpulkan bahwa Usia tidak memperngaruhi besarnya pendapatan pedagang kaki lima. Koefisien variabel
usia bertanda (-) menunjukkan bahwa jika usia pedagang meningkat, kecenderuangan atau probabilitas bahwa
pedagang akan mengalami penurunan pendapatan semakin meningkat.
2. Modal Operasional
Berdasarkan tabel 1-1, nilai variabel modal operasional adalah 1,364 (sig. 0,000). Nilai signifikan 0,000 lebih
kecil dari nilai signifikan level 0,1 (10%). Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, variabel modal
mempengaruhi pendapatan pedagang. Koefisien variabel Modal operasional bertanda (+) menunjukkan bahwa jika
jumlah modal yang pedagang kaki lima keluarkan setiap harinya meningkat, maka ada kecenderungan atau
probabilitas bahwa pendapatan pedagang akan meningkat.
3. Jam Kerja
Berdasarkan tabel 1-1, dapat dilihat nilai variabel jam kerja adalah 133,252 (sig. 0,024). Nilai signifikan 0,024
lebuh kecil dari signifikan level 0,1 (10%). Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis dapat diterima, variabel modal
mempengaruhi pendapatan pedagang. Koefisien variabel Jam Kerja bertanda (+) menunjukkan jika semakin lama
jam kerja yang diterapkan pedagang, maka ada kecenderungan atau probabilitas dapat meningkatkan pendapatan
pedagang.
4. Lama Usaha
Berdasarkan tabel 1-1, dapat dilihat nilai variabel lama usaha adalah 24,922 (sig. 0,095). Nilai signifikan
0,095 lebih kecil dari nilai signifikan level 0,1 (10%). Jadi kesimpulan yang didpat adalah hipotesis dapat diterima,
variabel lama usaha mempengaruhi pendapatan pedagang. Koefisien variabel lama usaha bertanda (-) menunjukkan
jika semakin muda usaha yang dijalankan, maka ada kecenderungan atau probabilitas akan mengalami penurunan
pendapatan dari pada pedagang yang sudah lebih dulu.
5. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tabel 1-1, nilai variabel tinkat pendidikan adalah 7,299 (sig. 0,795). Nilai signifikan 0,795 lebih
besar dari nilai signifikan level 0,1 (10%). Maka dapat disimpulkan hipotesis tidak diterima, variabel tingkat
pendidikan tidak mempengaruhi pendapatan pedagang. Jadi, faktor demografi-pendidikan pelanggan (SD, SMP,
SMA, lulusan sekolah atau perguruan tinggi) tidak mempengaruhi besar pendapatan pedagang kaki lima.

A. Uji Asumsi Klasik

Uji Multikolineritas yang dipakai adalah uji VIF . Pada uji VIF multikolineritas terjadi apabila nilai VIF untuk
variabel independen ada yang bernilai > 10. Hasil uji multikolineritas VIF disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1-2
Hasil Uji VIF
Variabel VIF Kriteria Kesimpulan
Usia 1,544 < 10 Tidak menyebabkan multikolineritas
Modal 1,344 < 10 Tidak menyebabkan multikolineritas
Jam Kerja 1,196 < 10 Tidak menyebabkan multikolineritas
Lama Usaha 1,274 < 10 Tidak menyebabkan multikolineritas
Tingkat Pendidikan 1,081 < 10 Tidak menyebabkan multikolineritas

Lalu hasil dari normalitas residual diuji dengan uji Jarque Bera (JB) adalah sebesar 0,000 (< 0,01); jadi H0 tidak
diterima, simpulan distribusi residual tidak normal. Selanjutnya,
Otokorelasiakan diuji dengan uji Breusch Godfrey (GD) adalah sebesar 0,457 (> 0,10); jadi H0 diterima, simpulan tidak
terdapat otokorelasi dalam model terestimasi. Uji White akan dipakai untuk menguji heteroskedastisitas, X2 uji White
adalah sebesar 0,026 (< 0,10); jadi H0 tidak diterima, simpulan terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model
terestimasi. Ketepatan spesifikasi atau linieritas model dalam penelitian ini akan diuji memakaI Ramsey Reset adalah
sebesar 0,201 (> 0,10); jadi H0 diterima, simpulan spesifikasi model terestimasi tepat atau linier.

B. Uji Kebaikan Model


Dari tabel 1-1, terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikansi empirik statistik F model terestimasi adalah sebesar
0,000 (< 0,01); jadi H0 tidak diterima, kesimpulan bahwa model terestimasi eksis. Koefisien determinasi (R-Squared atau
R2) menunjukkan daya ramal dari model terestimasi. Dari tabel Hasil Estimasi terlihat R 2 memiliki nilai sebesar 0,922,
artinya 92,2% variasi Pendapatan Pedagang (PP) dapat dijelaskan oleh variabel Umur (U), Modal (M), Jam Kerja (JK),
Lama Usaha (LU), dan Tingkat Pendidikan (EDUC). Sisanya, 7,8%, dipengaruhi oleh variabel-variabel atau faktor-faktor
lain yang tidak dimasukkan dalam model.

4
C. Uji Validitas Pengaruh
Hasil uji validitas pengaruh untuk semua variabel independen terangkum pada Tabel 1-3.

Tabel 1-3
Hasil Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen
Variabel Signifikan t Kriteria Kesimpulan Pengaruh
Usia 0,391 >0,10 Tidak signifikan
Modal 0,000 ≤0,01 Signifikan pada α = 0,01
Jam Kerja 0,024 ≤0,05 Signifikan pada α = 0,05
Lama Usaha 0,095 ≤0,01 Signifikan pada α = 0,01
Tingkat Pendidikan 0,795 >0,10 Tidak signifikan
Sumber : data primer, EViews 10, 2022

D. Interpretasi Pengaruh Variabel independen


Dari uji vaiditas pengaruh di atas terlihat variabel independen yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Pedagang (PP) adalah Modal (M), Jam Kerja (JK), dan Lama Usaha (LU). Sedangkan variabel Usia (U) dan
Tingkat Pendidikan (EDUC) tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

1. Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan


Berdasarkan hasil uji yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel modal operasional
berpengaruh positif terhapap pendapatan pedagang. Modal dapat berpengaruh pada pendapatan pedagang, semakin
banyak modal yang dimiliki, semakin besar pedapatan yang akan didapatkan. Maka dapat disimpulkan teori yang
mengatakan modal operasional berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang terbukti benar.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Yunita, 2021) yang menemukan
bahwa modal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan, hal ini terjadi karena modal dapat mempengaruhi
pendapatan karena semakin banyak modal yang dimiliki pedagang makan akan besar juga pendapatanya. Begitu
juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Inderianti, Hardiani, & Rosmeli, 2020) berpengaruhnya modal
operasional terhadap pendapatan pedagang warung manisan dikarenakan modal operasional yang digunakan
pedagang Warung manisan merupakan modal membeli barang untuk dijual kembali. Jadi samakin ditambah modal
operasional, maka pendapatan juga akan meningkat.

2. Pengaruh Jam Kerja Terhadap Pendapatan


Berdasarkan hasil uji yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel jam kerja
berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang. Jam kerja yang diterapkan pedagang sangat berpengaruh pada
setiap pelanggan yang berkunjung, jika pedagang menambah jam kerja maka akan banyak pelanggan yang datang
selama usaha tersebut masih buka. Maka dapat disimpulkan teori yang mengatakan jam kerja berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan pedagang terbukti benar.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh (Septiawan, Nurjanah, & Mustika,
2019) yang menunjukkan bahwa jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan pedagang yaitu jam kerja yang sama
pada setiap jenis usaha yang sama, setiap jenis usaha yang sama akan mempunyai jam kerja yang sama. (Wibowo,
Kaukab, & Putranto, 2021) menyatakan bahwa bahwa jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan. Jam
kerja lebih panjang membuatnya mendapat lebih banyak omzet penjualan setiap harinya daripada pedagang yang
berjualan tidak sampai sore hari.

3. Pengaruh Lama Usaha Terhadap Pendapatan


Berdasarkan hasil uji yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel lama usaha
berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang. Lamanya usaha yang dijalankan akan membuat banyak orang
lebih mengenal usaha tersebut dan akhirnya menjadi pelanggan tetap. Pedagang pun dapat mengembangkan usaha
dengan maksimal serta mengetahui dengan pasti yang sedang laku dipasaran juga apa yang disukai oleh konsumen.
Maka dapat disimpulkan teori yang mengatakan lama usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang
terbukti benar.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh (Siagian, 2021) menemukan
adanya pengaruh yang nyata (signifikan) dari variabel lama usaha secara parsial terhadap pendapatan pedagang
kaki lima di Grogol Jakarta Barat. (Yunita, 2021) variabel lama usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan. Hal
ini terjadi karena semakin lama seorang menjalankan usahanya makan semakin banyak bermacan pengalaman dan
mengenali karakter konsumennya.

5
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisis yang telah dijelaskan diatas sesuai perumusan masalah maka penelitian tentang Anlisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Area Terminal Bus Karangpandan dapat
disimpulkan sebagai berikut : Pendapatan harian pedagang kaki lima di area terminal bus Karangpandan diketahui bahwa
tingkat pendapatan tertinggi yang diperoleh dari penerimaan pendapatan penjualan pedagang sebesar Rp. 8.000.000,
tingkat pendapatan terendah yang diperoleh dari penerimaan pendapatan penjualan pedagang sebesar Rp. 70.000 .
Bedasarkan hasil analisis dari kelima variabel tersebut maka dapat dikatakan bahwa Uji T-hitung dengan variabel Usia
(U) sebesar 12,580; Modal (M) sebesar 1,364; Jam Kerja (JK) sebesar 133,252; Lama Usaha (LU) sebesar 24,922 dan
Tingkat Pendidikan (EDUC) sebesar 7,299. Dari kelima variabel tersebut hasil t-hitung tertinggi adalah variabel jam
kerja sebesar 133,252 dengan nilai t-tabel sebesar 0,024 maka pada penelitian ini varibel jam kerja sangat berpengaruh
terhadap pendapatan pedagang (PP). Sedangkan pada Uji F menghasilkan F-hitung sebesar 1,729 lebih besar dari f-tabel
yang menunjukan angka 0,201 ini menunjukan variabel bebas signifikan dan berpengaruh posistif terhadap pendapatan
pedagang (PP). Sedangkan dari hasil uji R2 sebesar 0,922 yang artinya besar pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel (PP) atau variabel dependen sebesar 92,2%, sedangakan sisanya sebesar 7,8% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar dari variabel penelitian ini. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan
pada pendapatan pedagang kaki lima di area Terminal Bus Karangpandan adalah variabel modal, jam kerja, dan lama
usaha. Ketiganya secara signifikan berpengaruh positif pada pendapatan pedagang kaki lima.

6
References

Eni Setyowati, M. I. (2022). Poverty Determinants of Micro Entrepreneurs with Logistic Regression.
Proceedings of the International Conference on Economics and Business Studies (ICOEBS
2022) (pp. 336-342). Surakarta: Atlantis Press.
Fauzi. (2020). Kajian Kebijakan dan Pengembangan Sektor Informal Kota Pematangsiantar. Jurnal
Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik, 100-115.
Hanum, N. (2017). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di
Kota Kuala Simpang. Jurnal Samudra Ekonomika, 72-86.
Inderianti, R. A., Hardiani, & Rosmeli. (2020). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan pedagang kaki lima di Kota Jambi (studi kasus warung manisan Kecamatan
Telanaipura). e-Jurnal Perspektif Ekonomi dan Pembangunan Daerah, 109-118.
Marhawati. (2020). Analisis Pendapatan Pedagang Kaki Lima Sektor Informal Di Kecamatan
Rappocini Kota Makassar. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 68-76.
Nariswari, R. (2020). Analisis Peranan Sektor Informal Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur.
Jurnal Ilmiah.
Septiawan, P., Nurjanah, R., & Mustika, C. (2019). Analisis pendapatan pedagang kaki lima di Kota
Jambi (studi kasus pedagang kaki lima di Jalan Jendral Basuki Rahmat sampai H. Agus Salim
Kecamatan Kota Baru). e-Jurnal Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, 41-53.
Siagian, A. O. (2021). Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Grogol
Jakarta Barat. Journal Economy And Currency Study, 1-10.
Syaiful Anwar, R. A. (2017). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA KOTA TARAKAN. Jurnal Ekonomika, 44-57.
Wibowo, A. F., Kaukab, M. E., & Putranto, A. (2021). Pendapatan Pedagang Kaki Lima Dan Faktor
Yang Mempengaruhi. Journal Of Economic, Business, and Engineering, 206-216.
Wuantari, R. A., & Armansyah. (2018). Dampak Karakteristik Demografi Pada Perolehan
Pendapatan Pekerja Perempuan Sektor Informal Di Kota Palembang. The Journal of Society
and Media, 38-52.
Yunita, L. (2021). Analisis Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Wisata Lembah
Indah Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu Ekonomi, 751-762.

Anda mungkin juga menyukai