Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu Marga


Pada hasil peneltian ini menunjukkan bahwa kunjungan ibu balita
ke Posyandu Marga yang tidak aktif lebih banyak dibandingkan dengan ibu
balita yang aktif berkunjung. Kunjungan ibu balita yang aktif ke Posyandu
Marga hanya sebesar 45,8 %, angka ini masih belum mencapai target yang
sudah di tetapkan Nasional yaitu 80%. Hal ini menunjukkan masih rendahnya
tingkat kunjungan ibu bahkan masyrakat setempat untuk membawa anak
balitanya untuk datang ke posyandu. Padaha, menurut Khomsan (2007),
kunjungan balita secara rutin ke posyandu sangat di anjurkan karena di
Posyandu setiap balita akan dimonitor berat badannya melalui penimbangan,
sehingga akan diperoleh trend berat badan dari bulan ke bulan. Apabila
terjadi trend yang menurun atau berat badan balita dibawah garis merah,
maka Posyandu diharapkan dapat memberikan nasihat gizi atau makanan
tambahan, sehingga trend berat badan yang menurun maupun meningkat
dapat di cegah dan diminimalisir.
Angka tingkat kunjungan ibu balita yang aktif ke Posyandu Marga
masih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian sambas (2002) di
Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur yaitu didapatkan 57,7 %.
Keadaan ini menunjukkan bahwa meskipun lokasi penelitia berbeda, tingkat
kunjungan ibu balita dalam menimbang anak balita ke Posyandu tidak
berbeda jauh dan masih tetap dibawah target nasional yaitu sebesar 80%. Ada
beberapa pernyataan yang dikemukakan partisipan berkaitan tentang
kunjungan mereka yang memiliki bayi dan balita ke posyandu yakni untuk
melakukan imunisasi lengkap, kunjungan ulang, dan tidak ada kunjungan.
Dari yang dilakukan secara mendalam hampir semua orangtua melakukan
kunjungan ke posyandu hanya untuk imunisasi lengkap. Imunisasi lengkap
adalah pernyataan yang diungkapkan oleh beberapa partisipan yakni mereka
memberikan imunisasi kepada anaknya hingga umur 9 bulan saja atau sampai
imunisasi dasarnya lengkap saja.
Padahal kunjungan bayi dan balita seharusnya setiap bulan sampai
anak tersebut berusia 5 tahun. Hal ini dilakukan agar dapat memantau
pertumbuhan dan perkembangan dari anak tersebut. Fungsi dari Posyandu
tersendiri yaitu untuk memantau kesehatan ibu dan anak, pemberian
imunisasi terhadap bayi dan balita dan pemberian vitamin A dosis tinggi.
Imunisasi lengkap atau status imunisasi sejalan dengan penelitian Reihana
(2010) bahwa kelengkapan imunisasi atau status imunisasi pada bayi dan
balita dapat mempengaruhi seseorang untuk mengajak balitanya ke Posyandu
karena mereka beranggapan Posyandu hanya untuk memperoleh imunisasi
saja. Dan mereka beranggapan bahwa imunnisasi hanya diberikan sampai
anak mereka berusia 9 bulan atau sampai imunisasi campak saja. Padahal
masih ada imunisasi ulang atau lanjutan terhadap anak mereka.
Bahkan ada juga orangtua yang tidak ada kunjungan sama sekali ke
Posyandu untuk anak keduanya sedangkan anak mereka yang pertama
mendapatkan imunisasi yang lengkap. Akan tetapi pada anak kedua orangtua
memiliki pemikiran yang berbeda, alasan mereka tidak membawa anak
mereka ke Posyandu merupakan keinginan dari mereka sendiri untuk tidak
memberikan imunisasi kepada anak mereka.

6.2 Gambaran Umur Ibu Balita di Posyandu Marga


Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita di Posyandu Marga
lebih banyak pada kelompok umur 20 – 29 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan Hurlock dalam Gabriel (2008) bahwa faktor usia muda cenderung
menjadikan ibu untuk mendahulukan kepentingan sendiri dari pada
kepentingan anaknya. Dalam penelitian ini ibu yang lebih muda cenderung
bisa menerima dan memperoleh informasi yang terbaru dengan kemampuan
yang dimiliki sehingga dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari
(sedioetama, 2006).
Seseorang yang sudah lanjut usia maka penerimaan terhadap hal
baru semakin rendah dikarenakan mereka masih memiliki kecenderungan
selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit untuk
menerima hal-hal yang sifatnya baru. Dengan demikian, ibu yang memiliki
kedua umur tersebut cenderung akan mempengaruhi perilaku mereka yaitu
dengan berpartisipasi tidak aktif ke posyandu.

6.3 Gambaran Umur Balita di Posyandu Marga


Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur balita di Posyandu
Marga yang terbanyak pada kelompok umur 24 bulan – 59 bulan dengan
persentase 60 %.
Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengelolahan data
tersebut menunjukkan bahwa umur balita 12-23 bulan (baduta) dengan
kunjungan balitanya teratur sedangkan yang berumur 24-59 bulan (balita)
dengan kunjungan balitanya tidak teratur disebabkan karena ibu balita
menganggap balitanya sudah mendapatkan imunisasi lengkap sehingga tidak
perlu melakukan kunjungan balita seharusnya dalam tahap perkembangan
balita mereka harus teratur untuk datang ke posyandu agar mengetahui
perkembangan anak selanjutnya. Berdasarkan hasil door to door pada saat
penelitian sebagian responden mengatakan sudah pernah datang ke posyandu
dan mendapatkan imunisasi yang diperlukan. Sehingga ibu balita malas untuk
datang kembali ke posyandu.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sri poedji (2010) menyatakan
bahwa umur hingga 35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh
terhadap kunjungan karena pada umur ini merupakan pertumbuhan dasar
yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Khususnya balita diatas usia 36 bulan, karena ibu balita merasa bahwa
anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan perkembangan sosial
anak semakin bertambah.

6.4 Gambaran Jumlah Anak di Posyandu Marga


Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak yang dimiliki
ibu di Posyandu Marga yang terbanyak jumlah balitanya ≥ 1 dengan
kunjungan balitanya tidak teratur sebanyak (65,8%), dan yang hanya 1 balita
(34,2%).
Menurut Ngastiyah (2005) yaitu Jumlah balita merupakan individu
yang menjadi tanggungan keluarga. Jumlah balita dalam suatu keluarga
mempengaruhi perhatian seorang ibu kepada balitanya, dimana semakin
banyak anak dalam keluarga akan menambah kesibukan ibu dan pada
akhirnya tidak punya waktu untuk keluarga dan akan gagal membawa balita
ke posyandu.
Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengelolahan data
tersebut menunjukkan bahwa jumlah anak balitanya 1 dengan kunjungan
balitanya teratur sedangkan jumlah anak balitanya ≥ 1 dengan kunjungan
balitanya tidak teratur disebabkan karena ibu susah untuk mengatur waktu
untuk datang ke posyandu sebab harus mengurus rumah tangga dan anaknya.
Berdasarkan hasil door to door pada saat penelitian sebagian responden
mengatakan bahwa mereka sangat sibuk mengurus anaknya serta pekerjaan
rumah tangga atau pekerjaan lainnya yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga
jarang untuk melakukan kunjungan ke posyandu, padahal mereka ingin sekali
teratur untuk melakukan kunjungan ke posyandu.

6.5 Gambaran Pendidikan Ibu Balita di Posyandu Marga


Hasil penelitian Pendidikan responden yang terbanyak adalah
Pendidikan Menengah Pertama yaitu sebanyak 16 orang (54,8%) atau
berpendidikan rendah sebanyak 21 orang (60%). Hal ini menunjukkan bahwa
di RT 33 Kelurahan Mentawa Baru Ketapang banyak dihuni oleh orang-orang
dengan pendidikan rendah hingga menengah, artinya bahwa responden
penelitian belum mempunyai kemampuan untuk memahami berbagai
informasi dengan lebih baik.
Pendidikan berdasarkan UU pendidikan No. 20 tahun 2003,
dinyatakan bahwa pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Namun demikian masyarakat
dapat mengenyam pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur,
tingkat sosial ekonomi dan faktor lingkungan.3
Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin
bertambahnya umur maka pendidikan dan pengalaman yang didapat akan
semakin banyak. Baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal
yang diinginkan adalah adanya perubahan kemampuan, penampilan atau
perilakunya. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau
penambahan pengetahuan, sikap atau keterampilannya.2

6.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Balita ke Posyandu Marga


Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa pengetahuan responden
yang terbanyak adalah dalam kategori baik yaitu sebanyak 23 responden
(65,8%). Pengetahuan mengenai pemanfaatan Posyandu yang baik ini
didapatkan oleh para ibu melalui berbagai media seperti penyuluhan dari para
kader dan petugas kesehatan serta dari beberapa media seperti tayangan
televisi mengenai pentingnya pemanfaatan Posyandu untuk memantau
pertumbuhan Balita. Ibu dengan pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan
Posyandu ini berimplikasi kepada perilaku ibu dalam memanfaatkan
Posyandu.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari ”tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang.5
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya, misalnya ketika
seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.7
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. 8 Pengetahuan yang
baik dari para ibu yang menjadi responden penelitian mengenai pemafaatan
Posyandu akan mendukung tindakan responden untuk membawa anak
Balitanya ke Posyandu secara rutin untuk memantau pertumbuhan anak
melalui penimbangan dan pengukuran antopometri pada anak.

6.7 Gambaran Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu Marga


Hasil penelitian sebagian besar menjadi ibu rumah tangga (tidak
bekerja) yaitu sebanyak 28 orang (80%). Hasil penelitian ini juga menemukan
responden yang bekerja sebagai karyawan swasta dan PNS.
Responden yang tidak memiliki aktivitas pekerjaan di luar rumah
tentunya mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam pengasuhan
anaknya termasuk keaktifannya dalam mematau pertumbuhan dan
perkembangan anak melalui posyandu.

6.8 Gambaran Jarak Tempuh Ibu Balita ke Posyandu Marga


Jarak tempuh yaitu jarak atau ukuran jauh dekatnya suatu wilayah
(tempat) menuju tempat lain. Dari beberapa hasil penelitian yang mencari
faktor penentu partisipasi ibu balita datang menimbang anak balitanya ke
posyandu,diketahui bahwa faktor jarak ternyata memberikan kontribusi
terhadap seseorang dalam melakukan suatu tindakan.
Berdasarkan tabel distribusi dari hasil penelitian, dari
pengelompokkan jarak tempuh diketahui bahwa pada kedua kelompok
wilayah (ibu balita di wilayah posyandu perkampungan dan kompleks)
sebagian besar menyatakan bahwa jarak tempuh rumah ibu balita menuju
posyandu dekat (cut off point bila berjalan <10menit) dengan jumlah 24 orang
ibu balita (68,6%) dan sebanyak ibu balita di wilayah posyandu kompleks
sebanyak 11 orang ibu balita (31,4%).
Berdasarkan teori yang ada, dinyatakan bahwa semakin dekat jarak
tempuh maka semakin besar peluang untuk merealisasikan suatu tindakan.
Data-data hasil penelitian sejenis tersebut di atas menyimpukan bahwa ibu
balita dengan jarak tempuh yang dekat lebih banyak kemungkinan untuk
hadir ke posyandu dibandingkan dengan ibu balita dengan jarak tempuh
posyandu yang jauh. Sehingga letak posyandu yang strategis dan mudah
dicapai oleh ibu balita sangat penting untuk meningkatkankan angka
partisipasi ibu balita sehingga D/S dapat meningkat.

6.9 Gambaran Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu Marga


Hasil penelitian pada tabel 5.10 menunjukkan 94,2% ibu yang
mendapat dukungan dari kader posyandu tingkat partisipasinya sudah baik,
sedangkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari kader posyandu
tingkat partisipasinya 5,8% masih rendah. Responden yang mengatakan tidak
ada dukungan dari kader posyandu tingkat partisipasinya ke posyandu lebih
rendah disbanding dengan partisipasi ibu yang mengatakan ada dukungan dari
kader posyandu. Hal ini disebabkan karena kurangnya kepercayaan
masyarakat kepada kader posyandu.
Dukungan dari kader posyandu berupa keaktifan kader pada hari
pelaksanaan posyandu, pada hari sebelum dan sesudah posyandu. Pada hari
sebelum pelaksanaan posyandu kader aktif dalam pemberitahuan pelaksanaan
posyandu kepada semua masyarakat yang menjadi sasaran, pada hari
pelaksanaan posyandu, kader posyandu aktif pada pelaksanaan posyandu
setiap bulannya dan pada hari sesudah posyandu para kader hendaknya
melakukan kunjungan rumah kepada para ibu bayi/balita sasaran yang tidak
datang ke posyandu serta melakukan penyuluhan secara individu.
Selain aktif melaksanakan tugasnya kader posyandu diharapkan
semakin terampil melakukan pelayanan kepada ibu balita, karena dapat
meningkatkan respon para ibu-ibu balita untuk datang ke posyandu. Kader
posyandu sebaiknya bersikap ramah dan baik dalam melaksanakan tugasnya
pada saat hari pelaksanaan posyandu sehingga masyarakat merasa nyaman
dan senang datang ke posyandu.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.2 SARAN

Bagi Puskesmas Suka Karya


Sebagai masukan tentang cakupan kunjungan Posyandu balita, partisipasi
masyarakat terhadap kunjungan ke Posyandu dan sebagai bahan masukkan
bagi Puskesmas Sukakarya untuk perencanaan kegiatan dimasa
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai