Anda di halaman 1dari 10

7 Kebutaan Menurut Peter Senge

Dosen: Mafe Robbi Simanjuntak, S.T., M.M.

Disusun oleh kelompok 5:

1. Christhin Ester Siregar (173313010019)


2. Jerry Primsa Peranginangin (173313010027)
3. Christine (173313010031)
4. Eti Rotua Baruto (173313010044)
5. Evi Vidi Yanti (173313010062)

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Prima Indonesia

2019/2020
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Kita sering kali tidak menyadari ketidakmampuan untuk belajar (learning disabilities).
Ketidakmampuan itu dapat berupa kelemahan dalam diri kita sendiri yang sering kali
menjadi penghambat dalam mengembangkan diri.
Untuk menjadi seorang pemimpin, perlu dilakukan pembelajaran agar kita menyadari
kebutaan yang ada pada kita. Seorang calon pemimpin harus belajar bagaimana cara agar
bisa memperbaiki diri secara terus menerus mengikuti perkembangan zaman. Penggelapan
pandangan terhadap pembelajaran yang harus ditumbuhkan dalam suatu organisasi diangkat
dari pengamatan seseorang di lingkungan organisasinya maupun pengalaman pribadi.
Dalam sistem kepemimpinan dikenal 7 jenis kebutaan menurut Peter Senge. Tujuh
kebutaan itu adalah: 1) buta karena posisi sendiri, 2) buta akan kelemahan sendiri, 3) buta
karena bertindak cepat, 4) buta akar masalah, 5) buta akan perubahan masalah, 6) buta
karena selalu mengandalkan pengalaman, dan 7) buta karena perbedaan anggota tim.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja 7 jenis kebutaan menurut Peter Senge?
2. Bagaimana contoh-contoh 7 kebutaan tersebut?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi 7 kebutaan tersebut?
Pembahasan

Tujuh (7) kebutaan menurut Peter Senge adalah sebagai berikut.

1. Buta Karena Posisi Sendiri


Buta karena posisi sendiri adalah ketidakmampuan dalam mengendalikan ego sendiri,
karena merasa lebih berkuasa, lebih berwenang, lebih pintar, lebih senior dan lebih tinggi
tingkat atau derajatnya dibandingkan dengan orang lain. Hal ini terlihat dalam cara seorang
pemimpin mengelola diri/individu (perorangan) maupun organisasi (kelompok).
Contoh: Seorang manajer di sebuah rumah sakit bersikap terlalu percaya diri. Ia
menganggap dirinya sebagai manajer lebih tahu dan lebih paham tentang manajemen rumah
sakit dan cenderung tidak setuju dengan pendapat orang lain mengenai permasalahan yang
ada. Ia menganggap pendapatnya lebih benar dan harus diterima oleh semua pihak karena ia
merasa memiliki wewenang yang lebih besar. Padahal sebagai pemimpin yang baik, ia
seharusnya mendengar dan menghargai pendapat dari orang lain, meskipun pendapat itu
bertentangan dengan pendapatnya
Solusi:
 Lebih sering membuka wawasan
Membuka wawasan berarti membuka diri untuk dapat menambah pengetahuan,
memperbaiki diri dan sikap.
 Sering mengikuti pertemuan tim
Mengikuti pertemuan-pertemuan seperti rapat kerja, organisasi positif yang mampu
membuat diri menjadi lebih terbuka kepada orang lain dan bergaul dengan orang lain
sehingga menambah wawasan serta pergaulan yang positif kepada orang lain.
 Bersosialisasi dengan ikut menerima pandangan atau pendapat orang lain
Menerima pandangan atau pendapat orang lain berarti mampu mengendalikan ego dan
menghargai orang lain. Itu berarti pentingnya untuk saling menjaga perasaan orang lain.
 Menghargai setiap suara yang diberikana anggota tim, karena dengan pendapat mereka
seorang pemimpin dapat mempertimbangkan pendapat mana yang lebih cocok dan tepat.
2. Buta Akan Kelemahan Sendiri
Buta akan kelemahan sendiri merupakan suatu kelemahan yang tidak bisa melihat diri
sendiri salah, kesalahan selalu dilimpahkan kepada orang lain atau bawahan yang tidak
sepenuhnya bersalah, bisa disebabkan karena orang tersebut menutupi kelemahannya atau
bisa juga karena tidak tahu kalau dia bersalah dan menganggap kesalahan berasal dari orang
lain. Hal ini seperti mengkambinghitamkan orang lain untuk menutupi kesalahan yang
diperbuat.
Contoh 1: Seorang dokter menyalahkan perawat karena salah memberikan obat kepada
pasien. Hal ini membuat proses kuratif dan rehabilitatif pasien terhambat. Dokter menilai
perawat tidak teliti, ceroboh, dan tidak becus bekerja. Padahal dokter tersebut yang salah
memberikan resep ke perawat, sedangkan perawat hanya mengikuti resep yang diberikan
dokter.
Contoh 2: Seorang ketua tim merasa tidak puas dengan hasil kerja anggotanya. Ia
menganggap anggotanya tidak serius bekerja dan hanya malas-malasan. Padahal anggota
timnya sudah berusaha dengan maksimal, sedangkan ketua tim hanya menunggu hasil dari
anggotanya. Sebagai ketua tim seharusnya ia juga ikut bekerja sama dengan anggotanya,
bukan hanya diam, menunggu hasil, dan menyalahkan orang lain.
Solusi:
 Melibatkan diri langsung dan Menyelesaikan setiap keluhan
Dengan melibatkan diri langsung dapat membuat diri lebih bertanggung jawab atas apa
yang dilakukan,serta mampu mengendalikan diri untuk tidak melibatkan orang lain atas
kesalahan sendiri.
 Memberikan kepercayaan dan tanggungjawab untuk orang lain
Memberikan tanggung jawab dan kepercayaan kepada orang lain akan membuat orang
lain merasa diperlukan dan dianggap penting, sehingga dapat bekerja sama yang baik
dalam menjalankan sesuatu yang penting dan bermanfaat.
 Tidak langsung menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi
Telusuri dan analisis lebih dalam apa yang menyebabkan masalah dan dari mana
sumber masalah tersebut.
3. Buta Karena Bertindak Cepat
Buta karena bertindak cepat merupakan sikap diri yang terlalu reaktif, terlalu cepat
mengambil keputusan, tidak mempertimbangkan pendapat orang lain, dan tidak mampu
menganalisa masalah secara komprehensif sehingga menimbulkan masalah baru yang lebih
kompleks dan kemungkinan semakin sulit diatasi.
Contoh 1: Seorang manajer perusahaan sering melihat anggotanya hadir tidak tepat
waktu pada saat pagi dan saat selesai jam makan siang. Tanpa mempertimbangkan dan
merundingkan masalah dengan anggotanya, manajer tersebut langsung mengambil
keputusan dengan membuat peraturan baru yaitu setiap anggota yang terlambat akan
dikenakan denda Rp5.000,- per lima menit. Hal ini membuat anggota menjadi semakin
tertekan dan kemungkinan mereka akan memberontak karena merasa tidak adil.
Contoh 2: Seorang tenaga kesehatan memberikan resep obat kepada pasien yang
berkunjung tanpa menunggu persetujuan dari dokter. Ia bisa saja salah memberikan obat
atau salah menakar dosis yang tepat untuk pasien. Hal ini akan menimbulkan masalah,
seperti menurunnya kepercayaan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
Solusi:
 Mempertimbangkan terlebih dahulu pendapat orang lain
Hal ini penting agar setiap masalah dapat mempertimbangkan sisi positif dan negatif
yang akan terjadi.
 Saling mengingatkan agar tidak ceroboh
Penting untuk saling mengingatkan agar setiap keputusan yang diambil sesuai
manajemen yang teratur, dan agar tidak saling tukar tindih dengan aturan lain.
 Tidak gegabah dalam membuat keputusan agar tidak ada pihak-pihak lain yang
dirugikan.

4. Buta Akar Masalah


Buta akar masalah merupakan ketidakmampuan mengetahui sumber masalah dari
beberapa masalah yang beberapa kali sering muncul dan penanganan hanya terbatas pada
masalah yang baru saja muncul. Hal ini membuat masalah yang lalu tidak terselesaikan dan
tidak ada perubahan dari masalah tersebut.
Contoh: Para tenaga kesehatan hanya fokus pada tindakan kuratif setiap kali ada
masalah kesehatan dengan diagnosis yang sama. Mereka menganggap hanya dengan proses
kuratif maka penyakit tersebut akan sembuh dan rantai penyakit terputus. Padahal jika
masalah kesehatan tersebut sudah muncul berkali-kali, tenaga kesehatan harus mulai
melakukan tindakan promotif dan preventif untuk mencegah atau mengurangi terjadinya
masalah kesehatan yang sama.
Solusi:
 Mencari sumber masalah
Mencari sumber masalah tidak hanya berpatokan pada masalah yang sama, tetapi juga
melihat masalah-masalah sebelumnya, kemudian berdiskusi untuk menemukan solusi
yang tepat.
 Menganalisa sumber masalah
Mampu menganalisa sumber masalah berarti mampu memahami sumber masalah
sehingga dapat menemukan solusi pemecahan masalah yang tepat.

5. Buta Akan Perubahan Masalah


Buta akan perubahan masalah adalah membiarkan masalah kecil berkembang menjadi
besar sehingga semakin sulit diselesaikan, mengatasi masalah menjadi terlambat dan
terbiasa membiarkan masalah berlarut-larut. Hal ini bisa dikarenakan pihak-pihak yang
bersangkutan sering menunda-nunda penyelesaian masalah, sehingga waktu pemecahan
masalah menjadi terbatas.
Contoh 1: Beberapa pasien mengeluh akan ketidakpuasan pelayanan dan fasilitas
kesehatan di suatu rumah sakit. Namun keluhan tersebut diabaikan karena pihak rumah sakit
sering menunda-nunda perbaikan pelayanan dan fasilitas. Hal ini akan berdampak pada
penurunan kualitas secara menyeluruh dan menurunkan angka kunjungan pasien.
Contoh 2: Masalah kecil dalam keluarga seperti orang tua yang memarahi anaknya
karena tidak mengerjakan PR. Memarahi anak akan membuat mereka semakin tertekan dan
tidak mau membuka diri kepada orang tua. Hal ini akan mengakibatkan kurangnya
komunikasi antara orang tua dan anak. Masalah yang kecil tersebut tidak diatasi sehingga
muncul masalah yang lebih besar dan dapat mengarah kepada kehancuran suatu keluarga.
Solusi:
 Menanggapi setiap masalah-masalah kecil yang muncul
Dengan segera menanggapi dan mengatasi masalah kecil yang terjadi, akan mencegah
terjadinya masalah yang lebih besar yang dapat berakibat fatal. Menanggapi suatu
masalah dapat dilakukan dengan cara berunding, berdiskusi, atau dilakukan pertemuan
dengan pihak-pihak terkait agar dapat ditemukan solusi pemecahan yang tepat agar
masalah tidak berlarut-larut.
 Tidak menganggap sepele suatu masalah
Masalah sekecil apapun jangan dianggap sepele dan remeh, karena masalah tersebut
mungkin bisa menjadi masalah yang lebih besar.

6. Buta Karena Selalu Mengandalkan Pengalaman


Buta karena selalu mengandalkan pengalaman merupakan ketidakmampuan diri
menyelesaikan masalah karena mendasari setiap masalah hanya pada pengalaman pribadi
oleh karena berpengalaman senior merasa lebih tahu dalam menentukan solusi suatu
masalah.
Contoh: Seorang tenaga kesehatan senior merasa lebih paham tentang manajemen di
rumah sakit dibanding tenaga kesehatan yang fresh graduate atau lulusan baru. Ia merasa
mereka yang lulusan baru belum memiliki pengalaman kerja yang cukup dan belum paham
tentang manajemen rumah sakit.
Solusi:
 Memberikan pengertian terhadap anggapan yang keliru bahwa pengalaman bukan
segalanya.
 Bersikap netral dengan tidak terlalu membanggakan pengalaman sebelumnya dan tidak
memandang rendah pengalaman orang lain.
 Memberikan arahan yang baik kepada para tenaga kesehatan baru sehingga mereka
tidak merasa kecil hati.

7. Buta Perbedaan Anggota Tim


Buta karena perbedaan anggota tim merupakan ketidakmampuan mentoleransi
perbedaan antar anggota tim karena adanya pegangan yang erat terhadap kesolidan tim dan
sering terjadi kesepakatan semu terhadap kebutuahan oleh tim, karena perbedaannya tidak di
dimunculkan dan menjadi boomerang terhadap kekuatan tim sendiri.
Contoh: Beberapa anggota tim yang memiliki pendapat yang berbeda harus terpaksa
menerima pendapat mayoritas agar tidak terjadi pertentangan antar anggota tim dalam
memutuskan prioritas fasilitas kesehatan. Hal ini dapat menjadi boomerang bagi tim itu
sendiri karena ada anggota yang merasa tidak adil dan pendapatnya tidak dihargai.
Solusi:
 Ingat dan tekankan bahwa perbedaan dalam kelompok itu biasa dan sebenarnya
diperlukan agar ada ide-ide baru dari setiap pendapat.
Penutup

A. Kesimpulan
Dalam sistem kepemimpinan dikenal tujuh kebutaan (kesalahan belajar) menurut Peter
Senge, yaitu:
1. Buta karena posisi sendiri  tidak mampu mengendalikan ego
2. Buta akan kelemahan sendiri  menganggap kesalahan berasal dari orang lain
3. Buta karena bertindak cepat  ingin menyelesaikan masalah dengan cepat, tetapi justru
menimbulkan masalah baru
4. Buta akan akar masalah  hanya melihat masalah baru, bukan masalah lama yang
belum diselesaikan
5. Buta akan perubahan masalah  membiarkan masalah berlarut-larut, masalah kecil
berkembang menjadi lebih besar
6. Buta karena selalu mengandalkan pengalaman  menganggap pengalaman pribadi
dapat menyelesaikan masalah baru
7. Buta terhadap perbedaan antar anggota tim  ketidakmampuan mentoleransi perbedaan
antar anggota tim

B. Saran
Sebagai seorang pemimpin, kita mungkin akan mengalami satu atau lebih dari ketujuh
kebutaan yang dijelaskan di pembahasan. Namun, dengan belajar dan memahami dampak
negatif dari kebutaan tersebut, kita pasti bisa menjadi pemimpin yang lebih baik. Ketika
terjadi masalah, sebagai seorang pemimpin kita bisa bertindak sebagai penengah masalah
dan menemukan solusi agar masalah tersebut dapat terselesaikan.
Melimpahkan kesalahan kepada orang lain hanya membuat masalah semakin panjang
dan semakin sulit menemukan titik terang pemecahan masalah. Membiarkan masalah
berlarut-larut juga tidak akan membuat masalah tersebut selesai dengan sendirinya. Oleh
karena itu, sebagai seorang pemimpin, kita harus dapat menjadi penengah yang dapat
menemukan solusi di tengah-tengah masalah yang ada.
C. Referensi
 https://www.academia.edu/34747090/CONTOH_MENGENAI_7_KEBUTAAN_YANG
_ADA_DI_RUMAH_SAKIT
 https://www.academia.edu/8368938/Tujuh_Kebutaan

Anda mungkin juga menyukai