Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANAJEMEN LINGKUNGAN

Nama : Rahiman Agus Salim

NIM : 2211102435035

Prodi : S2 – Manajemen UMKT

EKONOMI SIRKULAR DAN PENERAPANNYA PADA BELI JELANTAH

Ekonomi sirkular merupakan pendekatan sistem ekonomi melingkar dengan


memaksimalkan kegunaan dan nilai tambah dari suatu bahan mentah, komponen,
dan produk sehingga mampu mereduksi jumlah bahan sisa yang tidak digunakan
dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Untuk penerapannya sendiri dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi hijau yang lebih tinggi dibandingkan skenario
“business as usual”.

Dunia saat ini menghadapi situasi dimana terjadinya peningkatan konsumsi,


munculnya konsumen generasi baru, urbanisasi dan pekerjaan, dan lompatan
teknologi, menjadikan konsep ekonomi sirkular harus segera diimplementasikan
(McClelland, 2016). Hal tersebut akan berdampak pada lingkungan dan eko system
yang ada bilamana kesadaran untuk menjaga dan memelihara bumi ini sangat rendah.
Menjaga agar bumi dimana kita hidup tetap lestari sehingga keberlangsungan
kehidupan di dunia terjaga menjadi tanggung jawab semua manusia yang ada di bumi
ini. Setiap manusia harus menyadari tanggung jawab tersebut. Namun sayangnya,
kesadaran untuk menjaga lingkungan hidup dengan berbagai aktivitas yang dilakukan
masih sangat rendah, terutama masyarakat yang berada di negara berkembang.

Indonesia telah mengadopsi konsep ekonomi sirkular ke dalam visi dan


strategi pembangunan ke dalam lima sektor prioritas yaitu pembangunan energi
berkelanjutan, pengelolaan limbah terpadu, pengembangan industri hijau,
pemulihan lahan berkelanjutan, serta inventarisasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir
dan kelautan. Kemudian tindak lanjutnya dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional
(RAN) dan menjadikan ekonomi sirkular sebagai salah satu prioritas pembangunan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Transformasi menuju ekonomi sirkular ini menjadi sesuatu yang penting
untuk diterapkan di Indonesia karena akan membawa banyak dampak positif, baik
untuk lingkungan. Apalagi jika mengingat sistem pengelolaan air limbah yang masih
rendah di Indonesia, dengan limbah minyak jelantah sebagai contoh, yang mana
perkiraannya hingga 1,1 juta ton per tahun.

Minyak jelantah memang tidak termasuk limbah B3, tapi tetap harus dikelola
dengan benar karena bila dibuang sembarangan bisa mencemari air sungai dan laut,
serta tanah.

Di mata start-up ini, minyak jelantah bisa jadi peluang usaha. Beli Jelantah, start-
up penyalur minyak jelantah sisa, bermitra dengan pusat pengolahan minyak jelantah
untuk mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel. Beli Jelantah turut mendukung
empat poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu 7 (Energi Bersih dan
Terjangkau), 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), 12 (Konsumsi dan
Produksi yang Bertanggung Jawab), dan 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dengan
melakukan aksi pengurangan risiko pencemaran air sungai dan laut akibat limbah
minyak jelantah yang terbuang. Inisiatif ini sekaligus mencegah dampak negatif
minyak jelantah bagi kesehatan.

PROGRAM DAN INISIATIF EKONOMI SIRKULAR

Beli Jelantah mengumpulkan pasokan minyak jelantah dari berbagai hotel,


restoran, industri makanan, dan rumah-rumah masyarakat di sekitar area Jakarta,
Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi. Beli Jelantah juga aktif mengajak
warga menukar minyak jelantah mereka dengan sembako, serta mengedukasi mereka.
Tujuannya agar kesadaran warga terkait bahaya, peluang, dan potensi minyak jelantah
semakin berkembang. Minyak jelantah ini kemudian disalurkan ke para mitra Beli
Jelantah yang merupakan perusahaanperusahaan produsen biodiesel yang
bersertifikasi International Sustainability & Carbon Certification (ISCC). Biodiesel ini
kemudian dapat digunakan sebagai bahan bakar, seperti yang diharapkan dari strategi
R9 (Recovery). Alasan minyak jelantah diolah lagi menjadi biodiesel adalah karena
emisi yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada bahan bakar fosil.

Selain itu, start-up ini juga sering mengadakan pelatihan komunitas dan
perusahaan dalam hal pengelolaan minyak jelantah menjadi biodiesel, sabun, atau lilin
aromaterapi. Pemberdayaan berupa capacity building dan edukasi ke masyarakat dan
komunitas ini contohnya di Komunitas Kotamu Ciputat Tangsel dan Taman Baca
Ainiyah Jakarta Timur. Beli Jelantah juga punya niatan untuk membuat inovasi berupa
barang siap pakai kembali yang berbahan baku minyak jelantah.
STRATEGI UNTUK REPLIKASI

Beli Jelantah menerapkan pemberian insentif berupa sembako, mulai dari beras
hingga minyak goreng baru bagi mereka yang bersedia mengumpulkan dan
menyalurkan minyak jelantah. Pendekatan ini cukup strategis, mengingat bahwa
kecenderungan mayoritas masyarakat masih perlu diiming-imingi reward agar mau
turut berkontribusi untuk kebaikan lingkungan. Jenis insentif yang ditawarkan juga
tepat sasaran, yaitu minyak goreng baru dan beberapa jenis sembako lainnya, seperti
sabun cuci piring, sabun mandi, telur, dan beras, hal yang esensial dalam rumah
tangga. Dengan penerapan pemberian insentif serta pemilihan bentuk insentif yang
tepat ini, tingkat supply dalam model bisnis yang serupa dapat lebih terjaga.

DAMPAK NYATA BAGI SEKITAR


REFERENSI

The Future is Circular. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2022

McClelland, J. (2016). A Framework for Sustainable Circular Business Model


Innovation. Technology Innovation Management Review, 6(7), 5–12. https://doi.org/
10.22215/timreview1000

Nurhidayati Dwiningsih dan Ludwina Harahap (2022). Pengenalan Ekonomi Sirkular


(Circular Economy) Bagi Masyarakat Umum. Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 1
Nomor 2, Maret, 2022, hal. 135-141

Anda mungkin juga menyukai