Isu Permasalahan Pencemaran Udara Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor & Protokol Kyoto - Pengelolaan Lingkungan
Isu Permasalahan Pencemaran Udara Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor & Protokol Kyoto - Pengelolaan Lingkungan
KELOMPOK 4 / KELAS B
ANGGOTA KELOMPOK
MARIO MAYA
07 WIBISONO 08 OKTAVIA
R0221069 R0221072
LINGKUP PEMBAHASAN
ISU PROTOKOL
PERMASALAHAN KYOTO
LINGKUNGAN
01
UDARA
Udara merupakan campuran beberapa komponen yang terdiri dari gas, partikel padat, partikel
cair, energi, ions, zat organik yang terdistribusi acak dan bebas mengikuti volume bentuk ruang.
Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk
kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbon
dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar
ultraviolet dari matahari.
Komposisi udara bersih dan kering, pada umumnya yaitu Nitrogen (N2) = 78,09 %, Oksigen (O2) =
20,94 %, 31 Argon (Ar) = 0,93 %, dan Karbon dioksida (CO2) = 0,032 % (Khairiah dkk, 2012).
Udara emisi yaitu udara yang dikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpot kendaraan
bermotor dan cerobong gas buang industri.
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi yang sehari-hari dihirup oleh makhluk
hidup (PP No.41 Tahun 1999).
02
PENCEMARAN
UDARA
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku
mutu udara yang telah ditetapkan.
Sumber :
detik.com, 20 Juni 2022;
iqair.com, 23 Juni 2022;
itb.ac.id, 25 Agustus 2020;
kompas.com, 9 Maret 2022;
suara.com, 22 Juni 2022.
05
BAHAN BAKAR
FOSIL (BBM)
Bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, adalah
sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon
seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Bahan
bakar fosil terbentuk karena adanya proses alamiah
berupa pembusukan dari organisme yang mati
ratusan juta tahun lalu.
➔ Kesadaran tentang lingkungan hidup mencakup banyak segi, antara lain segi
kognitif (pengetahuan dan ketrampilan), segi afektif (sikap), dan segi perilaku
seseorang ketika terlibat dalam sebuah aksi lingkungan secara perorangan atau
kelompok.
➔ Melalui pendidikan formal maupun non formal kesadaran tersebut dapat dicapai.
➔ Banyak cara sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan diantara
dengan membuang sampah pada tempatnya, melakukan penghijauan dengan
menanam kembali tumbuhan atau pohon baik disekitar rumah, pinggir jalan
maupun hutan -> Memberikan udara yang segar dan membantu mengurangi efek
dari pencemaran udara.
➔ Perlu adanya kesadaran bagi semua pihak baik itu masyarakat, pemerintah maupun
penghasil limbah polusi udara, agar dapat bersama-sama menjaga dan mengatasi
pencemaran udara.
12
PROTOKOL
KYOTO
APA SIH PROTOKOL
KYOTO ITU?
Protokol Kyoto merupakan suatu persetujuan internasional
yang mengatur pelaksanaan konvensi perubahan iklim bagi
para Pihak Lampiran I UNFCCC dalam upaya menurunkan
emisi gas rumah kaca (GRK) dalam rangka menjaga
kestabilan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berada
pada tingkat tertentu.
Protokol Kyoto dibuat untuk mencapai MENGAPA PROTOKOL
tujuan dari Konvensi Perubahan Iklim; KYOTO DIBUAT?
dimana dilatarbelakangi oleh adanya
kekhawatiran masyarakat internasional
terhadap dampak dari penggunaan bahan
bakar fosil yang kurang efisien dan
menghasilkan GRK yang berlebihan Konvensi Perubahan Iklim yang
dengan CO2 sebagai GRK utama. Nah, memuat komitmen umum, perlu
dampak tersebut mengganggu sistem penjabaran agar dapat
dilaksanakan. Oleh karena itu, hal
alami efek rumah kaca atmosfer bumi;
tersebut diatasi dengan cara
menyebabkan meningkatnya suhu bumi
mengikat negara industri untuk
dan mengganggu sistem alami iklim bumi.
menekan emisi GRK melalui suatu
Pada akhirnya dampak tersebut akan
perjanjian. Kyoto Agreement
merugikan ekosistem alami dan kehidupan
manusia.
APA TUJUAN DARI PROTOKOL KYOTO?
Protokol Kyoto berlaku mulai hari Sampai dengan 14 Mei 2003, sudah 108
ke-90 setelah paling sedikit 55 negara yang telah menyerahkan
negara meratifikasinya dimana instrumen ratifikasi Protokol Kyoto,
jumlah emisinya mencapai 55% dari dengan emisi mencapai 43,9%
total emisi yang ditargetkan.
KEWAJIBAN NEGARA YANG TERMASUK DALAM LAMPIRAN 1
UNFCCC (PASAL 3)
a. Di Bidang Ekonomi
1) Walaupun CDM bukan bagian dari bantuan pembangunan dari negara indsutri,
tetapi CDM merupakan kucuran dana segar dan bebas hutang yang diberikan
negara Lampiran I kepada negara berkembang
2) Partisipasi dalam proyek CDM bersifat sukarela, artinya negara anggota atau
bukan dapat ikut serta atau tidak dalam proyek CDM, tergantung kepada
kepentingan nasional dalam mencapai pembangunan berkelanjutan
3) Pembagian hasil dari kegiatan proyek digunakan untuk biaya administrasi dan
untuk membantu negara berkembang terutama yang sangat rentan terhadap
dampak yang merugikan dari perubahan iklim atau kebijakan yang disusun
untuk mengurangi dampak tersebut
b. Di Bidang Partisipasi Masyarakat
Dengan adanya proyek-proyek CDM, membuka peluang partisipasi masyarakat baik
dalam sektor publik maupun swasta.
c. Mendapatkan bantuan teknis dan non teknis untuk pengembangan sumber daya
manusia, pengembangan perataan nasional, dan alih teknologi yang ramah
lingkungan.
KEWAJIBAN DAERAH APABILA PROTOKOL KYOTO DI RATIFIKASI
● Kehutanan
a. UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
b. PP Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Alam
c. PP Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka dan Kawasan Pelestarian
Alam
d. Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
● Penatagunaan Tanah/Penataan Ruang
a. UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria
b. UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
c. UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
d. Pertambangan
e. UU Nomor 44 Tahun 1990 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
f. UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
g. UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
h. PP Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 1967
i. PP Nomor 17 Tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan
Eksploitasi Minyak dan Gas
PERATURAN NASIONAL YANG TERKAIT DENGAN PROTOKOL KYOTO
● Pertambangan
a. UU Nomor 44 Tahun 1990 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
b. UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
c. UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
d. PP Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 1967
e. PP Nomor 17 Tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan
Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Daerah Lepas Pantai.
f. Keppres Nomor 43 Tahun 1991 tentang Konservasi Energi
g. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1989 tentang Pengelolaan
Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.
● Lingkungan Hidup
a. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
b. PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
c. PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
d. Kepmen LH Nomor 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara
PERATURAN KELEMBAGAAN DALAM PROTOKOL KYOTO
JAWAB :
Pengukuran emisi gas buang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu, muali dari 6
(enam) bulan sekali atau 1 (satu) tahun sekali. Alat ukur yang sering disebut sebagai
instrumen gas detector yang digunakan untuk membantu pengukuran, menganalisa, dan
mengetahui tingkat konsentrasi dari nilai HC, CO, dan OZ yang mengikat berubah didalam
zat gas. Pengujian juga dapat dilakukan untuk menguji perubahan kandungan gas
berlebih.
Uji emisi gas buang kendaraan bermotor dilakukan dengan memasangkan alat pendeteksi
gas pada knalpot kendaraan. Kendaraan yang diuji harus berada pada posisi hidup, tetapi
tidak menyalakan alat elektronik dalam kendaraan, seperti radio, pendingin udara, atau
lampu. Pengujian emisi dilakukan selama 5-7 menit.
Beberapa institusi melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor dengan melibatkan
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah untuk
melakukan uji emisi pada kendaraan bermotor. Contohnya pada uji emisi di daerah
Gunungkidul DIY bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul
pada tanggal 17 September 2019 sebanyak 200 kendaraan roda dua untuk parameter HC
dan CO dan tanggal 19 September 2019 di RSUP Sardjito sebanyak 10 kendaraan roda dua
dan 10 kendaraan roda empat untuk parameter HC,CO, CO2, Lamda.
JAWAB :
Karena program pengendalian pencemaran udara di DKI Jakarta itu masih dilakukan
secara sektoral jadi tidak diberlakukan ketat di semua daerah. Selanjutnya, monitoring
program bahan bakar ramah lingkungan juga belum secara optimal dilakukan. Pemerintah
sendiri juga belum ada kebijakan yang lengkap sehingga tidak ada target yang jelas.
Upaya apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk menangani polusi udara ?
Terdapat kesepakatan dunia internasional dan beberapa kebijakan dalam rangka mencegah dan
meminimalisir global warming selain protokol kyoto, antara lain seperti Konvensi Kerangka Kerja
Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC),IPCC (Intergovernmental Panel on
Climate Change), Asia Pacific Partnership on Clean Development and Climate (APPCDC), Protokol
Montreal, Kesepakatan Glass Glow, dan Paris Agreement.
Selanjutnya akan dibahas satu per satu secara mendetail beserta contoh dari masing-masing
kesepakatan dunia tersebut.
United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)
IPCC (Intergovernmental Panel Climate Change) merupakan panel ilmiah yang terdiri dari
para ilmuwan dari seluruh dunia dan didirikan oleh 2 (dua) organisasi PBB, yaitu: World
Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP) pada
1988.
Pada tahun 1988, Badan PBB untuk lingkungan (United Nations Environment Programme)
dan organisasi meteorologi dunia (World Meteorology Organization) mendirikan sebuah panel
antar pemerintah untuk perubahan iklim yang dikenal dengan IPCC (Intergovernmental Panel on
Climate Change) yang terdiri atas 300 lebih pakar perubahan iklim dari seluruh dunia. Tugasnya
menyediakan data-data ilmiah terkini yg menyeluruh, tidak berpihak dan transparan mengenai
informasi teknis, sosial, dan ekonomi yg berkaitan dengan isu perubahan iklim. Termasuk
informasi mengenai sumber penyebab perubahan iklim, dampak yg ditimbulkan serta strategi
yang perlu dilakukan dalam hal mengurangi emisi, pencegahan, dan adaptasi. IPCC bersekretariat
di Jenewa (Swiss) dan bertemu satu tahun sekali di sebuah rapat pleno yang membahas tiga hal
utama :
a. Informasi ilmiah mengenai perubahan iklim
b. Dampak, adaptasi dan kerentanan
c. Mitigasi perubahan iklim
Pada tahun 1990 dan 1992, IPCC menyimpulkan bahwa penggandaan jumlah gas rumah
kaca di atmosfer mengarah pada konsekuensi serius bagi masalah sosial, ekonomi, dan sistem
alam di dunia. Selain itu, IPCC menyimpulkan bahwa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
aktivitas manusia juga memberikan kontribusi pada gas rumah kaca alami dan akan menyebabkan
atmosfer bertambah panas. IPCC memperkirakan penggandaan emisi gas rumah kaca akan
menyebabkan pemanasan global sebesar 1,5 – 4,5 derajat celcius.
Majelis umum PBB menanggapi seruan IPCC dengan secara resmi membentuk sebuah
badan negosiasi antar pemerintah, yaitu Intergovernmental Negotiating Commitee (INC) untuk
merundingkan sebuah konvensi mengenai perubahan iklim. Laporan IPCC terakhir tahun 2007
secara garis besar terdiri dari :
a. Laporan Kelompok Kerja I dikeluarkan pada Februari 2007, menekankan bahwa manusia
adalah penyebab utama peningkatan gas rumah kaca (GRK) di lapisan udara.
b. Laporan Kelompok Kerja II mengenai dampak dan adaptasi perubahan iklim dikeluarkan
awal April 2007, membeberkan perkiraan ancaman bencana di banyak negara apabila tidak
dilakukan upaya segera untuk mengurangi kegiatan yang dapat menyebabkan pemanasan
global.
c. Laporan kelompok kerja III yang dikeluarkan Mei 2007 menganalisis proses pengurangan
emisi karbon yang sudah dan harus dilakukan, dan strategi adaptasi untuk bertahan
terhadap dampak perubahan iklim yang tidak bisa dihindari.
Laporan IPCC tahun 2021 :
a. Dengan kondisi saat ini, bumi akan mencapai kenaikan suhu 1,5 derajat C dalam dua dekade
mendatang (antara tahun 2021 dan 2040 (diperkirakan awal 2030-an) mencapai lebih dari
50 persen).
b. Kita masih bisa membatasi pemanasan global di tingkat 1,5 derajat C pada akhir abad ini,
namun dibutuhkan perubahan transformasional untuk itu. Upaya mencakup mengubah cara
kita menggunakan dan menghasilkan energi, membuat dan mengonsumsi barang dan jasa
serta mengelola lahan yang kita miliki.
c. Ilmu atribusi yang menghubungkan peristiwa ekstrem dengan pemanasan yang disebabkan
manusia juga sudah berkembang jauh berkat sumber data pengamatan yang lebih besar,
rekonstruksi paleoklimat, model dengan resolusi yang lebih tinggi, kemampuan simulasi
pemanasan yang lebih baik serta berbagai teknik analisis baru. Sebagai contoh, manusia
diduga sebagai faktor pendorong utama dari curah hujan yang lebih sering dan intens,
seperti hujan lebat akibat Badai Harvey.
d. Laporan IPCC menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim akan menjangkau semua
kawasan di dunia tanpa terkecuali, sehingga kerugian manusia dan ekonomi yang
diakibatkan akan sangat besar - jauh lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan
untuk mengambil tindakan sekarang.
e. Laporan IPCC menjelaskan dampak yang akan terjadi jika kenaikan suhu dunia mencapai 1,5
derajat C dan seberapa buruk dampak yang akan dihasilkan jika kenaikan suhu mencapai 2
derajat C atau 4 derajat C. Setiap tingkat kenaikan suhu akan membawa perubahan nyata —
baik terkait intensitas dan frekuensi curah hujan ekstrem, tingkat kekeringan dan
gelombang panas atau hilangnya es dan salju.
Kesepakatan Glass Glow
Namun,
1. Kesepakatan yang diharapkan untuk menghilangkan penggunaan batu bara → pengurangan
penggunaan batu bara secara bertahap.
2. Bantuan pendanaan dari negara maju ke negara berkembang masih “desakan” semata.
3. Meskipun terdapat komitmen baru, bumi masih terancam mengalami kenaikan suhu 2,4°C
pada tahun 2100.
Asia Pacific Partnership on Clean Development and Climate (APPCDC)
● Enam negara tersebut mempunyai tingkat pencemaran emisi gas rumah kaca terbesar di
dunia karena hampir menghasilkan setengah dari gas rumah kaca di dunia.
● Menteri Luar Negeri, Lingkungan dan Energi dari negara-negara peserta sepakat untuk
bekerja sama dalam pengembangan dan transfer teknologi yang memungkinkan
pengurangan emisi gas rumah kaca yang bersesuaian dengan UNFCC dan perangkat
internasional lainnya seperti Protokol Kyoto.
Paris Agreement
Paris Agreement adalah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum tentang perubahan iklim. Itu
diadopsi oleh 196 Pihak pada COP 21 di Paris, pada 12 Desember 2015 dan mulai berlaku pada 4
November 2016. Tujuannya adalah untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2, lebih disukai
hingga 1,5 derajat Celcius, dibandingkan dengan tingkat pra-industri.
Paris Agreement bekerja pada siklus 5 tahun aksi iklim yang semakin ambisius yang dilakukan oleh
negara-negara. Pada tahun 2020, negara-negara menyerahkan rencana mereka untuk aksi iklim yang
dikenal sebagai Nationally Determined Contributions (NDCs). Untuk lebih membingkai upaya menuju
tujuan jangka panjang, Paris Agreement mengundang negara-negara untuk merumuskan dan mengajukan
pada tahun 2020 strategi pembangunan rendah emisi gas rumah kaca jangka panjang.
Paris Agreement menyediakan kerangka kerja untuk dukungan keuangan, teknis dan pengembangan
kapasitas bagi negara-negara yang membutuhkannya. Dengan Paris Agreement, negara-negara
membentuk Enhanced Transparency Framework (ETF). Mulai tahun 2024, negara-negara akan melaporkan
secara transparan tentang tindakan yang diambil dan kemajuan dalam mitigasi perubahan iklim,
langkah-langkah adaptasi dan dukungan yang diberikan atau diterima.
Meskipun tindakan perubahan iklim perlu ditingkatkan secara besar-besaran untuk mencapai tujuan Paris
Agreement, tahun-tahun sejak berlakunya telah memicu solusi rendah karbon dan pasar baru. Semakin
banyak negara, wilayah, kota, dan perusahaan menetapkan target netralitas karbon. Solusi tanpa
karbon menjadi kompetitif di seluruh sektor ekonomi yang mewakili 25% emisi. Tren ini paling terlihat di
sektor listrik dan transportasi dan telah menciptakan banyak peluang bisnis baru bagi para penggerak
awal. Pada tahun 2030, solusi nol-karbon dapat menjadi kompetitif di sektor-sektor yang mewakili lebih
dari 70% emisi global .
PROTOKOL MONTREAL
Cara lain mengatasi pemanasan global sesuai kesepakatan dunia adalah mengadakan protokol
montreal, yaitu sebuah traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon.
Dilakukan dengan meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini menjadi penyebab terbesar
berkurangnya lapisan ozon.
Traktat ini terbuka untuk ditandatangani pada 16 September 1987 dan berlaku sejak 1 Januari
1989. Sebagai hasil dari perjanjian internasional tersebut, lubang ozon di Antartika secara
perlahan pulih. Proyeksi iklim menunjukkan bahwa lapisan ozon akan kembali ke tingkat 1980
antara tahun 2050 dan 2070. Dikarenakan tingkat penerapan dan implementasinya yang luas,
traktat ini dianggap sebagai contoh kesuksesan kerjasama internasional.
Traktat difokuskan pada beberapa kelompok senyawa hidrokarbon, halogen, yang diyakini
memainkan peran penting dalam penipisan lapisan ozon. Semua zat tersebut memiliki klorin atau
bromin.
Negara yang meratifikasi traktat ini berjumlah 197 yang terdiri dari seluruh anggota PBB, serta
Niue, Kepulauan Cook, Tahta Suci dan Uni Eropa.
TERIMA
KASIH
DO YOU HAVE ANY QUESTION?