Anda di halaman 1dari 65

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

POLUSI UDARA DI WILAYAH


PERKOTAAN INDONESIA
[BAHAN BAKAR FOSIL (BBM)]

KELOMPOK 4 / KELAS B
ANGGOTA KELOMPOK

FERA PUSPITA FITRIYANI NURJANAH


01 AYU 02
R0221045 R0221046

ILA ILHAM SONIC


03 FITRIANI 04 HARTONO
R0221053 R0221055
ANGGOTA KELOMPOK

LORA LUTHFIANA PUTRI


05 IRLYANAWATI 06 NAUFAL
R0221064 R0221065

MARIO MAYA
07 WIBISONO 08 OKTAVIA
R0221069 R0221072
LINGKUP PEMBAHASAN

ISU PROTOKOL
PERMASALAHAN KYOTO
LINGKUNGAN
01
UDARA
Udara merupakan campuran beberapa komponen yang terdiri dari gas, partikel padat, partikel
cair, energi, ions, zat organik yang terdistribusi acak dan bebas mengikuti volume bentuk ruang.

Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk
kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbon
dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar
ultraviolet dari matahari.

Komposisi udara bersih dan kering, pada umumnya yaitu Nitrogen (N2) = 78,09 %, Oksigen (O2) =
20,94 %, 31 Argon (Ar) = 0,93 %, dan Karbon dioksida (CO2) = 0,032 % (Khairiah dkk, 2012).

Udara dibedakan menjadi udara emisi dan udara ambien.

Udara emisi yaitu udara yang dikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpot kendaraan
bermotor dan cerobong gas buang industri.

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi yang sehari-hari dihirup oleh makhluk
hidup (PP No.41 Tahun 1999).
02
PENCEMARAN
UDARA
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku
mutu udara yang telah ditetapkan.

Keputusan Menteri Negara kependudukan dan Lingkungan Hidup R.IKEP-03/


MENKLH Tahun1991 menyebutkan: “Pencemaran udara adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau kelompok lain keudara oleh
kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai
ketingakat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Kristanto, 2004).
03
ISU
PERMASALAHAN
➔ Kualitas udara di ibukota Jakarta beberapa hari belakangan ini
cenderung mengalami penurunan. Pada Kamis 23 Juni 2022, indeks
kualitas udara mencapai angka 145 yang masuk kategori tidak sehat bagi
kelompok sensitif. Sementara itu konsentrasi PM2.5 mengalami
peningkatan dan mencapai puncaknya pada level 148 µg/m3.

➔ Menurut Laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2021, Indonesia adalah


negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ke-17 di dunia dengan
konsentrasi PM2.5 tertinggi yakni 34,3 μg/m3. Peningkatan konsentrasi
PM2.5 dipercepat secara dramatis pada tahun 2016, dengan tingkat
puncaknya pada tahun 2019 sebesar 51,7 μg/m3.

➔ Laporan IQAir menyebutkan bahwa Jakarta menjadi kota terpadat


pertama yang paling berpolusi di Indonesia. Disusul kemudian Surabaya,
Bandung, Semarang, Palembang, dan Makasar.
➔ WHO menyebutkan bahwa sebanyak 91% s.d. 99% populasi dunia tinggal
di tempat yang kualitas udaranya melebihi pedoman yang
direkomendasikan WHO. Salah satu penyebabnya adalah tingginya
polusi partikel halus, PM2.5 yang dikenal sebagai polutan paling
berbahaya. Pedoman baru dari WHO dirilis pada September 2021 dan
memotong nilai pedoman PM2.5 tahunan yang ada dari 10 μg/m3 ke 5
μg/m3.

➔ Faktor utama penyebab polusi udara adalah pembakaran bahan bakar


fosil. Laporan inventarisasi emisi yang dilakukan KLHK menunjukkan 70%
s.d. 80% emisi di wilayah perkotaan dikontribusikan oleh kendaraan
bermotor.
04
SUMBER
Pusat Penelitian Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI

Sumber :
detik.com, 20 Juni 2022;
iqair.com, 23 Juni 2022;
itb.ac.id, 25 Agustus 2020;
kompas.com, 9 Maret 2022;
suara.com, 22 Juni 2022.
05
BAHAN BAKAR
FOSIL (BBM)
Bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, adalah
sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon
seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Bahan
bakar fosil terbentuk karena adanya proses alamiah
berupa pembusukan dari organisme yang mati
ratusan juta tahun lalu.

BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar


(fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining)
minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut
bumi diolah dalam pengilangan (refinery) terlebih
dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil
products), yang termasuk di dalamnya adalah BBM.
06
PENCEMARAN
UDARA OLEH BBM
(KENDARAAN
BERMOTOR)
Riset menyatakan 8,7 juta orang meninggal akibat polusi bahan bakar fosil pada
tahun 2018. Dalam penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Environmental
Research itu, para peneliti menyampaikan wilayah-wilayah dengan konsentrasi
polusi udara terkait bahan bakar fosil tertinggi seperti kawasan Timur Utara
Amerika, Eropa, dan Asia Tenggara, memiliki tingkat kematian tertinggi.

Khusus di Indonesia, para peneliti memperkirakan sekitar 230.097 orang berusia


di atas 14 tahun meninggal tiap tahun akibat konsentrasi PM2.5 pada polusi
udara yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Angka tersebut, kata
para peneliti mewakili 15,4 persen dari total 1.495.066 kematian tahunan
orang-orang yang berusia di atas 14 tahun di Indonesia.
➔ Perkembangan kendaraan bermotor dan
peningkatan kepadatan lalu lintas
perkotaan di Indonesia, tentunya
menimbulkan masalah pada sistem
transportasi, dan merupakan salah satu
yang mempengaruhi udara sebagai
commons, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Hardin Z dalam
tulisannya "Tragedy of the commons".
Udara sebagai commons dirusak oleh
beberapa kepentingan (Sudrajad, 2006).

➔ Emisi transportasi adalah penyumbang


pencemaran udara tertinggi, yakni sekitar
85%.
➔ Emisi kendaraan bermotor mengandung
berbagai senyawa kimia. Komposisi dari
kandungan senyawa kimianya tergantung
dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat
pengendali emisi bahan bakar, suhu
operasi dan faktor lain yang semuanya ini
membuat pola emisi menjadi rumit
(Kusuma et al., 2017).

➔ Jenis bahan bakar pencemar yang


dikeluarkan oleh mesin dengan bahan
bakar bensin maupun bahan bakar solar
sebenarnya sama saja, hanya berbeda
proporsinya karena perbedaan cara
operasi mesin (Muziansyah et al., 2015)
➔ Bahan bakar tertentu seperti
hidrokarbon dan timbel organik,
dilepaskan ke udara karena adanya
penguapan dari sistem bahan bakar.

➔ Lalu lintas kendaraan bermotor, juga


dapat meningkatkan kadar partikular
➔ Bahan pencemar yang terutama debu yang berasal dari permukaan
terdapat didalam gas buang jalan, komponen ban dan rem.
kendaraan bermotor adalah karbon
monoksida (CO), berbagai senyawa ➔ Setelah berada di udara, beberapa
hindrokarbon (HC), berbagai oksida senyawa yang terkandung dalam gas
nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), oksida buang kendaraan bermotor dapat
sulfur (SO2), suspended particulate berubah karena terjadinya suatu reaksi,
matter (SPM), oksida fotokimia (Ox) misalnya dengan sinar matahari dan
serta partikulat debu termasuk timbal uap air, atau juga antara
(PB) (Buanawati et al., 2017; Haryanto, senyawa-senyawa tersebut satu sama
2019; Wardoyo, 2016). lain. Proses reaksi tersebut ada yang
berlangsung cepat dan terjadi saat itu
juga di lingkungan jalan raya, dan
adapula yang berlangsung dengan
lambat (Heriadi et al., 2015; Inayah,
2016)
➔ Reaksi kimia di atmosfer kadangkala
berlangsung dalam suatu rantai reaksi
yang panjang dan rumit, dan
menghasilkan produk akhir yang dapat
lebih aktif atau lebih lemah
dibandingkan senyawa aslinya
(Haryanto, 2019).
➔ Emisi gas buang kendaraan bermotor
➔ Adanya reaksi di udara yang mengubah juga cenderung membuat kondisi
nitrogen monoksida (NO) yang tanah dan air menjadi asam(Amalia,
terkandung di dalam gas buang 2017).
kendaraan bermotor menjadi nitrogen
dioksida (NO2 ) yang yang dapat ➔ Pengalaman di negara maju
menyebabkan asap awan fotokimi membuktikan bahwa kondisi seperti ini
(photochemical smog). (Haryanto, dapat menyebabkan terlepasnya
2019). ikatan tanah atau sedimen dengan
beberapa mineral/logam, sehingga
➔ Bahan pencemar yang sifatnya lebih logam tersebut dapat mencemari
stabil seperti limbah (Pb), beberapa lingkungan.
hidrokarbonhalogen dan hidrokarbon
poliaromatik, jatuh ke tanah bersama
air hujan atau mengendap bersama
debu, dan mengkontaminasi tanah dan
air.
07
DAMPAK
➔ Dampak Terhadap Kesehatan ➔ Kerusakan Lingkungan Ekosistem

Berdasarkan sifat kimia dan Efek yang ditimbulkan pada


perilakunya di lingkungan, dampak bahan lingkungan ekosistem adalah kerusakan
pencemar yang terkandung di dalam gas dimana lingkungan ekosistem tempat
buang kendaraan bermotor digolongkan tinggal berbagai macam makhluk hidup
sebagai berikut : seperti akibat kebakaran hutan merusak
1. Bahan-bahan pencemar yang terutama tumbuh-tumbuhan dan hewan.
mengganggu saluran pernafasan. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah
oksida sulfur, partikulat, oksida
nitrogen, ozon dan oksida lainnya.
2. Bahan-bahan pencemar yang
menimbulkan pengaruh racun sistemik,
seperti hidrokarbon monoksida dan
timbel/timah hitam.
3. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai
menimbulkan kanker seperti
hidrokarbon.
4. Kondisi yang mengganggu
kenyamanan seperti kebisingan, debu
jalanan, dll
➔ Hujan Asam

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur)


yang merupakan polutan dalam bahan bakar fosil serta
nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen dioksida.
Polutan tersebut berasal dari knalpot mobil dan industri
yang menggunakan bahan bakar minyak dan batubara.
Diatmosfir, polutan tersebut membentuk asam sulfat
(H2SO4) dan asam nitrat (HNO3). Akhirnya mereka jatuh
ke tanah sebagai hujan asam. Selanjutnya yang terjadi
adalah bencana bagi kehidupan makhluk hidup.

Sebagai contoh peristiwa kebakaran yang terjadi


di Kalimantan dan Pekanbaru tentunya mengakibatkan
kondisi udara yang sangat membahayakan kesehatan.
Masyarakat akan terjangkit penyakit infeksi saluran
pernapasan (ISPA) akibat menghirup udara yang
bercampur asap hasil kebakaran hutan.
08
REGULASI
REGULASI PENGENDALIAN
Beberapa regulasi yang mengatur pengendalian pencemaran udara di Indonesia

Permen LHK No.17 Permen LHK No. 15 Permen LHK No. 19


Tahun 2019 Tahun 2019 Tahun 2017
Tentang produksi urea Tentang PLTU Tentang industri semen

Undang – Undang Peraturan


Permen LHK No. 20 Nomor 32 Tahun Pemerintah Nomor
Tahun 2017 2009 42 Tahun 1999
Tentang penerapan Euro Tentang Perlindungan Tentang Pengendalian
4 untuk kendaraan dan Pengelolaan Pencemaran Udara
Lingkungan Hidup
9
PENCEGAHAN &
PENANGANAN
Pengendalian polusi udara dapat diawali dari penurunan emisi dari sumbernya.

Guna menurunkan kontribusi emisi dari kendaraan, strategi yang dapat


dilakukan, antara lain:
● Pengurangan kendaraan dan menurunkan durasi perjalanan
● Mengadopsi standar ramah lingkungan untuk kendaran
● Meningkatkan uji emisi kendaraan bermotor
● Menerapkan penggunaan kendaraan listrik
● Meningkatkan layanan angkutan umum
● Mengoptimalkan penghijauan pada sarana dan prasarana publik, misal
dengan menanam tanaman berdaya serap polutan tinggi
● Mendorong adopsi prinsip green building di seluruh gedung
10
HAMBATAN
➔ Faktor utama penyebab polusi udara adalah pembakaran bahan bakar
fosil. Emisi di wilayah perkotaan dikontribusikan oleh kendaraan
bermotor. Pembakaran bahan bakar fosil mengemisikan polutan ke udara
dan menyebabkan polusi udara. Polutan yang diemisikan beberapa di
antaranya adalah gas karbon monoksida, gas nitrogen oksida, gas
nitrogen dioksida, gas sulfur dioksida, gas sulfur trioksida, dan juga
timbal.

➔ Dari upaya pencegahan yang telah disebutkan, ditemukan beberapa


hambatan dalam realisasinya:
1. Semakin lama, semakin tinggi penggunaan kendaraan bermotor.
Kebutuhan akan kendaraan bermotor akan selalu ada.
2. Di daerah perkotaan selalu mengalami perubahan pembangunan fisik,
seperti gedung, jalan aspal, dll sehingga mengurangi luas area lahan
terbuka hijau.
3. Perhatian pemerintah terhadap pencemaran udara masih dinilai kurang.
11
KESADARAN
MASYARAKAT
➔ Kesadaran = Sadar akan perilaku atau perbuatan yang dilakukan.

➔ Kesadaran tentang lingkungan hidup mencakup banyak segi, antara lain segi
kognitif (pengetahuan dan ketrampilan), segi afektif (sikap), dan segi perilaku
seseorang ketika terlibat dalam sebuah aksi lingkungan secara perorangan atau
kelompok.

➔ Melalui pendidikan formal maupun non formal kesadaran tersebut dapat dicapai.

➔ Banyak cara sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan diantara
dengan membuang sampah pada tempatnya, melakukan penghijauan dengan
menanam kembali tumbuhan atau pohon baik disekitar rumah, pinggir jalan
maupun hutan -> Memberikan udara yang segar dan membantu mengurangi efek
dari pencemaran udara.

➔ Perlu adanya kesadaran bagi semua pihak baik itu masyarakat, pemerintah maupun
penghasil limbah polusi udara, agar dapat bersama-sama menjaga dan mengatasi
pencemaran udara.
12
PROTOKOL
KYOTO
APA SIH PROTOKOL
KYOTO ITU?
Protokol Kyoto merupakan suatu persetujuan internasional
yang mengatur pelaksanaan konvensi perubahan iklim bagi
para Pihak Lampiran I UNFCCC dalam upaya menurunkan
emisi gas rumah kaca (GRK) dalam rangka menjaga
kestabilan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berada
pada tingkat tertentu.
Protokol Kyoto dibuat untuk mencapai MENGAPA PROTOKOL
tujuan dari Konvensi Perubahan Iklim; KYOTO DIBUAT?
dimana dilatarbelakangi oleh adanya
kekhawatiran masyarakat internasional
terhadap dampak dari penggunaan bahan
bakar fosil yang kurang efisien dan
menghasilkan GRK yang berlebihan Konvensi Perubahan Iklim yang
dengan CO2 sebagai GRK utama. Nah, memuat komitmen umum, perlu
dampak tersebut mengganggu sistem penjabaran agar dapat
dilaksanakan. Oleh karena itu, hal
alami efek rumah kaca atmosfer bumi;
tersebut diatasi dengan cara
menyebabkan meningkatnya suhu bumi
mengikat negara industri untuk
dan mengganggu sistem alami iklim bumi.
menekan emisi GRK melalui suatu
Pada akhirnya dampak tersebut akan
perjanjian. Kyoto Agreement
merugikan ekosistem alami dan kehidupan
manusia.
APA TUJUAN DARI PROTOKOL KYOTO?

Protokol Kyoto dibuat untuk mencapai tujuan


konvensi; agar kestabilan konsentrasi GRK di
atmosfer berada pada tingkat tertentu.
PRINSIP YANG DIANUT PROTOKOL KYOTO

Common but Differentiated The Precautionary Principle


Responsibilities Principle

Prinsip 7 Deklarasi Rio Prinsip 15 Deklarasi Rio

"Semua negara mempunyai semangat "Bila terdapat ancaman serius atau


yang sama untuk menjaga integritas kerusakan yang tidak dapat dipulihkan,
ekosistem bumi namun dengan kekurangan ilmu pengetahuan
kontribusi yang berbeda disesuaikan seharusnya tidak dijadikan sebagai
dengan kemampuannya" alasan menunda langkah cost effective
untuk mencegah kerusakan lingkungan
MATERI POKOK PROTOKOL KYOTO

a. Pengaturan kewajiban negara industri untuk menurunkan emisi GRK


b. Penetapan target penurunan emisi
c. Penetapan penyetaraan emisi GRK dengan CO2 melalui indeks global
potential warning
d. Penetapan tata cara penurunan emisi GRK melalui 3 mekanisme
e. Penekanan kewajiban negara industri maupun negara berkembang

Setiap negara harus mencapai target dalam jangka waktu 5 tahun


Masa Berlaku Protokol Negara Mana Saja yang
Kyoto? sudah meratifikasi?

Protokol Kyoto berlaku mulai hari Sampai dengan 14 Mei 2003, sudah 108
ke-90 setelah paling sedikit 55 negara yang telah menyerahkan
negara meratifikasinya dimana instrumen ratifikasi Protokol Kyoto,
jumlah emisinya mencapai 55% dari dengan emisi mencapai 43,9%
total emisi yang ditargetkan.
KEWAJIBAN NEGARA YANG TERMASUK DALAM LAMPIRAN 1
UNFCCC (PASAL 3)

a. Pengaturan kewajiban negara industri untuk menurunkan emisi GRK dunia


secara kolektif sebesar 5% di bawah tingkat emisi mereka tahun 1990 dalam
periode komitmen tahun 2008 s.d. 2012
b. Penetapan target penurunan emisi dihitung sebagai rata-rata selama 5 tahun
sesuai dengan tahun dasar yang kemajuannya dilihat pada tahun 2005
c. Cara perhitungan penurunan emisi GRK, CO2, CH4, N2O, HFC, PFC, SF6
dihitung setara dengan CO2 berdasarkan indeks Global Warning Potential
(GWP). Penurunan emisi 3 unsur terpenting yaitu CO2, CH4, N20, dihitung
menggunakan tahun dasar 1990 (kecuali untuk negara dalam ekonomi transisi),
3 unsur lainnya yang merupakan gas rumah, kaca yang dihasilkan dari dari
proses industri yang berumur panjang yaitu: HFCs, PFCs, dan SF6 dihitung
dengan menggunakan tahun dasar 1990 atau 1995, sedangkan untuk gas
industri CFCs mengikuti aturan Montreal Protokol
d. Negara industri dapat menurunkan emisinya melalui 3 mekanisme yang
fleksibel yaitu: Joint Implementation, Clean Development Mechanism, Emission
Trading
KEWAJIBAN NEGARA INDUSTRI DAN NEGARA BERKEMBANG
DALAM PROTOKOL KYOTO (PASAL 10)

a. Merumuskan program nasional dan regional


b. Merumuskan, melaksanakan, menerbitkan. dan memperbarui
program-program nasional yang berisikan tindakan mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim
c. Melakukan kerja sama internasional
d. Mengembangkan arsip data
e. Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan
f. Mendorong untuk bekerjasama dalam bidang efisiensi energi, perubahan
energi, transportasi dan meningkatkan sumber energi, membatasi emisi
methan dengan cara pengelolaan sampah dan sistem energi serta melindungi
hutan dan rosot karbon lainnya
MEKANISME PROTOKOL KYOTO

a. Clean Development Mechanism (CDM), yaitu mekanisme penurunan emisi gas


rumah kaca yang dapat dilakukan antara negara industri dengan negara
berkembang untuk menghasilkan Certified Emission Reduction (CER). Di bawah
mekanisme ini perusahaan perusahaan di negara industri menginvestasikan
dananya pada proyek-proyek di negara berkembang dalam rangka
mengurangi emisi GRK tanpa menghindarkan efek gas rumah kaca
b. Joint Implementation (JI), yaitu mekanisme penurunan emisi gas rumah kaca
yang hanya dapat dilakukan antar negara industri untuk menghasilkan
Emission Reduction Unit (ERU). Mekanisme ini merupakan alat dimana
perusahaan di negara industri melakukan investasi di negara indsutri lainnya,
termasuk negara dengan ekonomi transisi, dengan maksud mengurangi emisi
gas rumah kaca. Kredit akan didapat dalam bentuk emission reduction units
tersebut
c. International Emission Trading (IET), yaitu mekanisme perdagangan emisi yang
hanya dapat dilakukan antar negara maju untuk menghasilkan Assigned
Amount Unit (AAU) Mekanisme
KEPENTINGAN KEPENTINGAN DAN MANFAAT PEMERINTAH INDONESIA

a. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim/UNFCCC melalui Undang


Undang Nomor 6 Tahun 1994
b. Menekankan kembali komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai kestabilan
konsentrasi GRK di atmosfir pada tingkat yang dapat mencegah gangguan
perbuatan manusia yang membahayakan sistem iklim
c. Turut berpartisipasi aktif dalam menekan negara industri untuk melaksanakan
pembangunan berkelanjutan:
1) Pemerintah Indonesia sudah meratifikasi UNFCC
2) Protokol Kyoto merupakan pelaksanaan UNFCCC
3) UNFCCC dan Kyoto Protokol merupakan langkah untuk mencegah dan
mengurangi dampak perubahan iklim
4) Hingga saat ini Protokol Kyoto belum mulai berlaku (entry into force), karena
jumlah emisi GRK negara industri yang meratifikasi belum mencapai 55% dari
jumlah emisi globaL
5) Sebagian besar negara ASEAN telah meratifikasi Protokol Kyoto, yaitu: Thailand,
Malaysia, Singapura, Vietnam, Laos, Cambodia
d. Membuka peluang investasi dalam proyek CDM (Mekanisme Pembangunan
Bersih/Clean Development Mechanism)
MANFAAT KEPENTINGAN DAN MAMFAAT PEMERINTAH INDONESIA

a. Di Bidang Ekonomi
1) Walaupun CDM bukan bagian dari bantuan pembangunan dari negara indsutri,
tetapi CDM merupakan kucuran dana segar dan bebas hutang yang diberikan
negara Lampiran I kepada negara berkembang
2) Partisipasi dalam proyek CDM bersifat sukarela, artinya negara anggota atau
bukan dapat ikut serta atau tidak dalam proyek CDM, tergantung kepada
kepentingan nasional dalam mencapai pembangunan berkelanjutan
3) Pembagian hasil dari kegiatan proyek digunakan untuk biaya administrasi dan
untuk membantu negara berkembang terutama yang sangat rentan terhadap
dampak yang merugikan dari perubahan iklim atau kebijakan yang disusun
untuk mengurangi dampak tersebut
b. Di Bidang Partisipasi Masyarakat
Dengan adanya proyek-proyek CDM, membuka peluang partisipasi masyarakat baik
dalam sektor publik maupun swasta.
c. Mendapatkan bantuan teknis dan non teknis untuk pengembangan sumber daya
manusia, pengembangan perataan nasional, dan alih teknologi yang ramah
lingkungan.
KEWAJIBAN DAERAH APABILA PROTOKOL KYOTO DI RATIFIKASI

1. Memperbaiki mutu emisi di daerah


2. Untuk mendukung kewajiban di tingkat nasional, daerah harus merumuskan,
melaksanakan, dan memberikan program di daerah yang :
a. Mendorong tindakan mitigasi perubahan iklim
b. Melakukan tindakan untuk memfasilitasi adaptaso yang memadai terhadap
perubahan iklim
3. Program-program tersebut meliputi sektor energi, perhubungan, industri, pertanian,
dan pengelolaan limbah. Sedangkan teknologi dan metode adaptasi untuk
memperbaiki tata ruang dapat memperbaiki adaptasi terhadap perubahan iklim.
a. Memanfaatkan peluang akses terhadap alih teknologi yang difasilitasi oleh
kerjasama di antara negara-negara anggota
b. Memanfaatkan kerjasama riset ilmiah dan teknik
c. Memanfaatkan peluang untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan di
bidang perubahan iklim.
PERATURAN NASIONAL YANG TERKAIT DENGAN PROTOKOL KYOTO

● Kehutanan
a. UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
b. PP Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Alam
c. PP Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka dan Kawasan Pelestarian
Alam
d. Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
● Penatagunaan Tanah/Penataan Ruang
a. UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria
b. UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
c. UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
d. Pertambangan
e. UU Nomor 44 Tahun 1990 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
f. UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
g. UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
h. PP Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 1967
i. PP Nomor 17 Tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan
Eksploitasi Minyak dan Gas
PERATURAN NASIONAL YANG TERKAIT DENGAN PROTOKOL KYOTO

● Pertambangan
a. UU Nomor 44 Tahun 1990 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
b. UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
c. UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
d. PP Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 1967
e. PP Nomor 17 Tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan
Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Daerah Lepas Pantai.
f. Keppres Nomor 43 Tahun 1991 tentang Konservasi Energi
g. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1989 tentang Pengelolaan
Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.
● Lingkungan Hidup
a. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
b. PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
c. PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
d. Kepmen LH Nomor 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara
PERATURAN KELEMBAGAAN DALAM PROTOKOL KYOTO

1. Conference of Parties/Meeting of Parties (COP/MOP) – Pasal 13


2. Sekretariat – Pasal 14
3. Badan-badan pembantu/Subsidiary bodies – Pasal 15
13
TANYA JAWAB
KELOMPOK LAIN
1. Bagaimana cara melakukan uji emisi kendaraan motor ?

JAWAB :

Pengukuran emisi gas buang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu, muali dari 6
(enam) bulan sekali atau 1 (satu) tahun sekali. Alat ukur yang sering disebut sebagai
instrumen gas detector yang digunakan untuk membantu pengukuran, menganalisa, dan
mengetahui tingkat konsentrasi dari nilai HC, CO, dan OZ yang mengikat berubah didalam
zat gas. Pengujian juga dapat dilakukan untuk menguji perubahan kandungan gas
berlebih.

Uji emisi gas buang kendaraan bermotor dilakukan dengan memasangkan alat pendeteksi
gas pada knalpot kendaraan. Kendaraan yang diuji harus berada pada posisi hidup, tetapi
tidak menyalakan alat elektronik dalam kendaraan, seperti radio, pendingin udara, atau
lampu. Pengujian emisi dilakukan selama 5-7 menit.
Beberapa institusi melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor dengan melibatkan
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah untuk
melakukan uji emisi pada kendaraan bermotor. Contohnya pada uji emisi di daerah
Gunungkidul DIY bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul
pada tanggal 17 September 2019 sebanyak 200 kendaraan roda dua untuk parameter HC
dan CO dan tanggal 19 September 2019 di RSUP Sardjito sebanyak 10 kendaraan roda dua
dan 10 kendaraan roda empat untuk parameter HC,CO, CO2, Lamda.

2. Kenapa upaya pemerintah dalam menangani polusi udara di Indonesia dianggap


kurang? Pengendalian pemerintah yang sudah dilakukan dan yang seharusnya dilakukan
pemerintah itu apa?

JAWAB :

Kenapa dinilai masih kurang ?

Karena program pengendalian pencemaran udara di DKI Jakarta itu masih dilakukan
secara sektoral jadi tidak diberlakukan ketat di semua daerah. Selanjutnya, monitoring
program bahan bakar ramah lingkungan juga belum secara optimal dilakukan. Pemerintah
sendiri juga belum ada kebijakan yang lengkap sehingga tidak ada target yang jelas.
Upaya apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk menangani polusi udara ?

Dengan cara menggalakkan dan menegaskan kebijakan-kebijakan yang diwajibkan.


Selanjutnya, mengimplementasikan skenario low carbon dan melakukan strategi dalam
mengelola kualitas udara di Indonesia. Pengelolaan kualitas udara untuk sumber tidak
bergerak dapat dilakukan dengan upaya penggunaan bahan bakar bersih, produksi bersih,
pemantauan ambien, serta efisiensi energi. Sementara itu, pengelolaan kualitas udara
untuk sumber yang bergerak dapat dilakukan upaya pengurangan kendaraan,
menurunkan durasi perjalanan, menggunakan angkutan umum, serta budayakan bijak
dalam berkendara. Tidak lupa juga penegakan hukum harus dilakukan oleh berbagai
pihak yang terlibat dalam pengelolaan udara di daerah di Indonesia.
14
TANYA JAWAB
BU SEVIANA
Adakah kesepakatan selain dari
protokol kyoto untuk mengurangi gas
emisi dan gas rumah kaca atau global
warming? jikalau ada berikan 1 saja
contohnya!
JAWABAN

Terdapat kesepakatan dunia internasional dan beberapa kebijakan dalam rangka mencegah dan
meminimalisir global warming selain protokol kyoto, antara lain seperti Konvensi Kerangka Kerja
Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC),IPCC (Intergovernmental Panel on
Climate Change), Asia Pacific Partnership on Clean Development and Climate (APPCDC), Protokol
Montreal, Kesepakatan Glass Glow, dan Paris Agreement.

Selanjutnya akan dibahas satu per satu secara mendetail beserta contoh dari masing-masing
kesepakatan dunia tersebut.
United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)

UNFCCC (Perubahan Iklim PBB) adalah badan di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang


bertugas mendukung respons global terhadap ancaman perubahan iklim. UNFCCC (United
Nations Framework Convention on Climate Change) memiliki keanggotaan hampir seluruh dunia
(197 pihak) dan merupakan induk dari Paris Agreement. Paris Agreement secara resmi mengakui
kebutuhan mendesak untuk lebih meningkatkan respons masyarakat dunia terhadap perubahan
iklim, yang mendukung tujuan yang lebih besar dari pada pemerintah sendiri. Komitmen dari
semua pelaku dan pemangku telah diakui dalam teks keputusan Paris Agreement.
UNFCCC juga merupakan induk dari Protokol Kyoto. Penjelasan Protokol Kyoto bisa dilihat
pada slide-slide sebelumnya. Tujuan akhir dari ketiga perjanjian di bawah UNFCCC adalah untuk
menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang akan mencegah
campur tangan manusia yang berbahaya dengan sistem iklim, dalam kerangka waktu yang
memungkinkan ekosistem untuk beradaptasi secara alami dan memungkinkan pembangunan
berkelanjutan. Misi UNFCCC adalah untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah dan
pemangku kepentingan utama untuk segera menurunkan emisi dan meningkatkan ketahanan
terhadap dampak iklim. Tindakan ini dipandu oleh tujuan jangka panjang Paris Agreement dan
dilakukan dalam konteks Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.
IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)

IPCC (Intergovernmental Panel Climate Change) merupakan panel ilmiah yang terdiri dari
para ilmuwan dari seluruh dunia dan didirikan oleh 2 (dua) organisasi PBB, yaitu: World
Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP) pada
1988.
Pada tahun 1988, Badan PBB untuk lingkungan (United Nations Environment Programme)
dan organisasi meteorologi dunia (World Meteorology Organization) mendirikan sebuah panel
antar pemerintah untuk perubahan iklim yang dikenal dengan IPCC (Intergovernmental Panel on
Climate Change) yang terdiri atas 300 lebih pakar perubahan iklim dari seluruh dunia. Tugasnya
menyediakan data-data ilmiah terkini yg menyeluruh, tidak berpihak dan transparan mengenai
informasi teknis, sosial, dan ekonomi yg berkaitan dengan isu perubahan iklim. Termasuk
informasi mengenai sumber penyebab perubahan iklim, dampak yg ditimbulkan serta strategi
yang perlu dilakukan dalam hal mengurangi emisi, pencegahan, dan adaptasi. IPCC bersekretariat
di Jenewa (Swiss) dan bertemu satu tahun sekali di sebuah rapat pleno yang membahas tiga hal
utama :
a. Informasi ilmiah mengenai perubahan iklim
b. Dampak, adaptasi dan kerentanan
c. Mitigasi perubahan iklim
Pada tahun 1990 dan 1992, IPCC menyimpulkan bahwa penggandaan jumlah gas rumah
kaca di atmosfer mengarah pada konsekuensi serius bagi masalah sosial, ekonomi, dan sistem
alam di dunia. Selain itu, IPCC menyimpulkan bahwa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
aktivitas manusia juga memberikan kontribusi pada gas rumah kaca alami dan akan menyebabkan
atmosfer bertambah panas. IPCC memperkirakan penggandaan emisi gas rumah kaca akan
menyebabkan pemanasan global sebesar 1,5 – 4,5 derajat celcius.
Majelis umum PBB menanggapi seruan IPCC dengan secara resmi membentuk sebuah
badan negosiasi antar pemerintah, yaitu Intergovernmental Negotiating Commitee (INC) untuk
merundingkan sebuah konvensi mengenai perubahan iklim. Laporan IPCC terakhir tahun 2007
secara garis besar terdiri dari :
a. Laporan Kelompok Kerja I dikeluarkan pada Februari 2007, menekankan bahwa manusia
adalah penyebab utama peningkatan gas rumah kaca (GRK) di lapisan udara.
b. Laporan Kelompok Kerja II mengenai dampak dan adaptasi perubahan iklim dikeluarkan
awal April 2007, membeberkan perkiraan ancaman bencana di banyak negara apabila tidak
dilakukan upaya segera untuk mengurangi kegiatan yang dapat menyebabkan pemanasan
global.
c. Laporan kelompok kerja III yang dikeluarkan Mei 2007 menganalisis proses pengurangan
emisi karbon yang sudah dan harus dilakukan, dan strategi adaptasi untuk bertahan
terhadap dampak perubahan iklim yang tidak bisa dihindari.
Laporan IPCC tahun 2021 :
a. Dengan kondisi saat ini, bumi akan mencapai kenaikan suhu 1,5 derajat C dalam dua dekade
mendatang (antara tahun 2021 dan 2040 (diperkirakan awal 2030-an) mencapai lebih dari
50 persen).
b. Kita masih bisa membatasi pemanasan global di tingkat 1,5 derajat C pada akhir abad ini,
namun dibutuhkan perubahan transformasional untuk itu. Upaya mencakup mengubah cara
kita menggunakan dan menghasilkan energi, membuat dan mengonsumsi barang dan jasa
serta mengelola lahan yang kita miliki.
c. Ilmu atribusi yang menghubungkan peristiwa ekstrem dengan pemanasan yang disebabkan
manusia juga sudah berkembang jauh berkat sumber data pengamatan yang lebih besar,
rekonstruksi paleoklimat, model dengan resolusi yang lebih tinggi, kemampuan simulasi
pemanasan yang lebih baik serta berbagai teknik analisis baru. Sebagai contoh, manusia
diduga sebagai faktor pendorong utama dari curah hujan yang lebih sering dan intens,
seperti hujan lebat akibat Badai Harvey.
d. Laporan IPCC menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim akan menjangkau semua
kawasan di dunia tanpa terkecuali, sehingga kerugian manusia dan ekonomi yang
diakibatkan akan sangat besar - jauh lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan
untuk mengambil tindakan sekarang.
e. Laporan IPCC menjelaskan dampak yang akan terjadi jika kenaikan suhu dunia mencapai 1,5
derajat C dan seberapa buruk dampak yang akan dihasilkan jika kenaikan suhu mencapai 2
derajat C atau 4 derajat C. Setiap tingkat kenaikan suhu akan membawa perubahan nyata —
baik terkait intensitas dan frekuensi curah hujan ekstrem, tingkat kekeringan dan
gelombang panas atau hilangnya es dan salju.
Kesepakatan Glass Glow

Konferensi iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (COP26) di Glasgow, Skotlandia, yang


diadakan pada 31 Oktober-13 November 2021, menghasilkan Glasgow Climate Pact. Kesepakatan
Glasgow Climate Pact menekankan pentingnya upaya bersama dalam membatasi kenaikan suhu
global 1,5°C. Serta, Glasgow Climate Pact juga merupakan dokumen pertama dalam forum
perubahan iklim global yang memberikan referensi khusus untuk mengurangi penggunaan batu
bara, atau coal phase down.

Kesepakatan Glasgow Climate Pact memuat :


1. Adaptasi.
2. Mitigasi.
3. Pendanaan Iklim.
4. Kolaborasi.

Namun,
1. Kesepakatan yang diharapkan untuk menghilangkan penggunaan batu bara → pengurangan
penggunaan batu bara secara bertahap.
2. Bantuan pendanaan dari negara maju ke negara berkembang masih “desakan” semata.
3. Meskipun terdapat komitmen baru, bumi masih terancam mengalami kenaikan suhu 2,4°C
pada tahun 2100.
Asia Pacific Partnership on Clean Development and Climate (APPCDC)

● Asia Pacific Partnership on Clean Development and Climate (APPCDC) merupakan


kerjasama internasional yang bersifat sukarela antara Australia, Kanada, India, Jepang,
Republik Rakyat Cina, Korea Selatan yang mengumumkan pembentukannya pada tanggal
28 Juli 2005 dan diresmikan pada 2006 di Sydney, Australia.

● Enam negara tersebut mempunyai tingkat pencemaran emisi gas rumah kaca terbesar di
dunia karena hampir menghasilkan setengah dari gas rumah kaca di dunia.

● Menteri Luar Negeri, Lingkungan dan Energi dari negara-negara peserta sepakat untuk
bekerja sama dalam pengembangan dan transfer teknologi yang memungkinkan
pengurangan emisi gas rumah kaca yang bersesuaian dengan UNFCC dan perangkat
internasional lainnya seperti Protokol Kyoto.
Paris Agreement

Paris Agreement adalah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum tentang perubahan iklim. Itu
diadopsi oleh 196 Pihak pada COP 21 di Paris, pada 12 Desember 2015 dan mulai berlaku pada 4
November 2016. Tujuannya adalah untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2, lebih disukai
hingga 1,5 derajat Celcius, dibandingkan dengan tingkat pra-industri.

Paris Agreement bekerja pada siklus 5 tahun aksi iklim yang semakin ambisius yang dilakukan oleh
negara-negara. Pada tahun 2020, negara-negara menyerahkan rencana mereka untuk aksi iklim yang
dikenal sebagai  Nationally Determined Contributions (NDCs). Untuk lebih membingkai upaya menuju
tujuan jangka panjang, Paris Agreement mengundang negara-negara untuk merumuskan dan mengajukan
pada tahun 2020 strategi pembangunan rendah emisi gas rumah kaca jangka panjang.

Paris Agreement menyediakan kerangka kerja untuk dukungan keuangan, teknis dan pengembangan
kapasitas  bagi negara-negara yang membutuhkannya. Dengan Paris Agreement, negara-negara
membentuk Enhanced Transparency Framework (ETF). Mulai tahun 2024, negara-negara akan melaporkan
secara transparan tentang tindakan yang diambil dan kemajuan dalam mitigasi perubahan iklim,
langkah-langkah adaptasi dan dukungan yang diberikan atau diterima.
Meskipun tindakan perubahan iklim perlu ditingkatkan secara besar-besaran untuk mencapai tujuan Paris
Agreement, tahun-tahun sejak berlakunya telah memicu solusi rendah karbon dan pasar baru. Semakin
banyak negara, wilayah, kota, dan perusahaan menetapkan target netralitas karbon. Solusi tanpa
karbon menjadi kompetitif di seluruh sektor ekonomi yang mewakili 25% emisi. Tren ini paling terlihat di
sektor listrik dan transportasi dan telah menciptakan banyak peluang bisnis baru bagi para penggerak
awal. Pada tahun 2030, solusi nol-karbon dapat menjadi kompetitif di sektor-sektor yang mewakili lebih
dari 70% emisi global .
PROTOKOL MONTREAL
Cara lain mengatasi pemanasan global sesuai kesepakatan dunia adalah mengadakan protokol
montreal, yaitu sebuah traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon.

Dilakukan dengan meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini menjadi penyebab terbesar
berkurangnya lapisan ozon.

Traktat ini terbuka untuk ditandatangani pada 16 September 1987 dan berlaku sejak 1 Januari
1989. Sebagai hasil dari perjanjian internasional tersebut, lubang ozon di Antartika secara
perlahan pulih. Proyeksi iklim menunjukkan bahwa lapisan ozon akan kembali ke tingkat 1980
antara tahun 2050 dan 2070. Dikarenakan tingkat penerapan dan implementasinya yang luas,
traktat ini dianggap sebagai contoh kesuksesan kerjasama internasional.

Traktat difokuskan pada beberapa kelompok senyawa hidrokarbon, halogen, yang diyakini
memainkan peran penting dalam penipisan lapisan ozon. Semua zat tersebut memiliki klorin atau
bromin.

Negara yang meratifikasi traktat ini berjumlah 197 yang terdiri dari seluruh anggota PBB, serta
Niue, Kepulauan Cook, Tahta Suci dan Uni Eropa.
TERIMA
KASIH
DO YOU HAVE ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai