Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI

6C

Nama : Ratu Miswa Yusifa

Nim : 1111190073

Mata Kuliah : Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

Dosen : Fathkul Mu'in, S.H.,LL.M.

Semester / Kelas : 6 C

Hari / Tanggal : Senin, 30 Mei 2022

SOAL

1. Dalam pandangan Aristoteles, bahwa Etika digunakan untuk menunjukan filsafat moral yg
menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan, dan
suara hati. Coba anda hubungkan makna etika dalam kerangka profesi Hukum?Jelaskan!

Jawab :

Etika profesi hukum (kode etik profesi) merupakan bagian yang terintegral dalam mengatur perilaku
penegak hukum sebagai wujud penegakan hukum yang baik sekaligus berkeadilan. Penegakan
hukum menuntut sikap integritas moral, sikap ini menjadi modal bagi penyelenggara profesi hukum
dalam menjalankan tugas profesinya.

2. Dalam Kode Etik jaksa: Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER
014/A/JA/11/2012 Tentang Kode Perilaku Jaksa, dimana paling tidak mengatur 4 (empat)
kewajiban jaksa sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas. Coba anda Jelaskan masing-
masing dalam impelentasinya?

Jawab :

Pasal 3

1. Kewajiban Jaksa kepada negara :


a. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. bertindak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, mengindahkan
norma agama, kesopanan, kesusilaan yang hidup dalam masyarakat dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia; dan
c. melaporkan dengan segera kepada pimpinannya apabila mengetahui hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara.

Pasal 4

2. Kewajiban Jaksa kepada Institusi:


a. menerapkan Doktrin Tri Krama Adhyaksa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya;
b. menjunjung tinggi sumpah dan/atau janji jabatan Jaksa;
c. Menjalankan tugas sesuai dengan visi dan misi Kejaksaan Republik Indonesia;
d. melaksanakan tugas sesuai peraturan kedinasan dan jenjang kewenangan;
e. menampilkan sikap kepemimpinan melalui ketauladanan, keadilan, ketulusan dan
kewibawaan; dan
f. mengembangkan semangat kebersamaan dan soliditas serta saling memotivasi
untuk meningkatkan kinerja dengan menghormati hak dan kewajibannya.

Pasal 5

3. Kewajiban Jaksa kepada Profesi Jaksa:


a. menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya dengan integritas, profesional, mandiri, jujur dan adil;
b. mengundurkan diri dari penanganan perkara apabila mempunyai kepentingan
pribadi atau keluarga;
c. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan kedinasan;
d. meningkatkan ilmu pengetahuan, keahlian, dan teknologi, serta mengikuti
perkembangan hukum yang relevan dalam lingkup nasional dan internasional;
e. menjaga ketidakberpihakan dan objektifitas saat memberikan petunjuk kepada
Penyidik;
f. menyimpan dan memegang rahasia profesi, terutama terhadap tersangka/terdakwa
yang masih anak-anak dan korban tindak pidana kesusilaan kecuali penyampaian
informasi kepada media, tersangka/keluarga, korban/keluarga, dan penasihat
hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
g. memastikan terdakwa, saksi dan korban mendapatkan informasi dan jaminan atas
haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan hak asasi manusia; dan
h. memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan hukum, penegakan
hukum atau tindakan hukum lain secara profesional, adil, efektif, efisien, konsisten,
transparan dan menghindari terjadinya benturan kepentingan dengan tugas bidang
lain.

Pasal 6

4. Kewajiban Jaksa kepada masyarakat:


a. memberikan pelayanan prima dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak
asasi manusia; dan
b. menerapkan pola hidup sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa wajib:

 mentaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang


berlaku;

 menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan;

 mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai keadilan dan
kebenaran;

 bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan /ancaman opini publik secara langsung atau
tidak langsung;

 bertindak secara obyektif dan tidak memihak;

 memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka /terdakwa


maupun korban;

 membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak hukum dalam
mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu;

 mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau
keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai
ekonomis secara langsung atau tidak langsung;

 menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya dirahasiakan;


 menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan;

 menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak kebebasan sebagaimana yang
tertera dalam peraturan perundang-undangan dan instrumen Hak Asasi Manusia yang
diterima secara universal;

 menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana;

 bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan;

 bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan pemerintah dan aspirasi
masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.

Sementara itu dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa dilarang:

1. menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak


lain;

2. merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;

3. menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan secara fisik dan/atau
psikis;

4. meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta melarang keluarganya


meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya;

5. menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai


hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung
atau tidak langsung;

6. bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun;

7. membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan penegakan hukum;

8. memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal teknis perkara yang
ditangani.

3. Etika Profesi Polri adalah kristalisasi nilai-nilai Tribrata dan Catur Prasetya yang dilandasi
dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap Anggota Polri dalam wujud
komitmen moral yang meliputi etika kenegaraan, kelembagaan, kemasyarakatan, dan
kepribadian. Coba anda jelaskan berkiatan dengan makna substansi diatas tentang etika
polri berdasarkan kepada Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mengamanatkan pengaturan Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia?

Jawab :

• Makna tentang etika polri berdasarkan kepada Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dokumen UU
Nomor 2 Tahun 2002 ini mengatur tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai aparat
pemeliharaan keamanan dalam negeri.

Dalam pasal 34 Ayat (3) berbunyi :

(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dengan
Keputusan Kapolri.

Kode etik profesi Polri yang selanjutnya disebut kode etik profesi Polri adalah norma-norma atau
aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan peraturan perilaku
maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh anggota
Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan.

• Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat Negara
yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat menegakan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
b. Anggota Polri adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia dari
pangkat terendah sampai dengan pangkat tertinggi yang berdasarkan undang-undang
memiliki tugas, fungsi dan wewenang Kepolisian.
c. Profesi Polri adalah profesi yang berkaitan dengan tugas Polri baik dibidang operasional
maupun dibidang pembinaan.
d. Etika Profesi Polri adalah kristalisasi nilai-nilai Tribrata dan Catur Prasetya yang dilandasi dan
dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap Anggota Polri dalam wujud
komitmen moral yang meliputi etika kenegaraan, kelembagaan, kemasyarakatan, dan
kepribadian.
e. Kode Etik Profesi Polri yang selanjutnya disingkat KEPP atau aturan-aturan yang merupakan
kesatuan landasan etik atau filosofis yang berkaitan dengn perilaku maupun ucapan
mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, patut, atau tidak patut dilakukan oleh anggota
Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawaab jabatan.
f. Komisi Kode Etik Polri yang selanjutnya disingkat KKEP adalah suatu wadah yang dibentuk di
lingkungan Polri yang bertugas memeriksa dan memutus perkara dalam persidangan
pelanggaran KEPP sesuai dengan jenjang kepangkatan.
g. Sidang KKEP adalah sidang untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran KEPP yang
dilakukan oleh anggota Polri.
h. Pelanggaran adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh anggota Polri yang bertentangan
dengan KEPP.
i. Terduga pelanggar adalah setiap anggota Polri yang karena perbuatannya atau keadaannya
patut diduga
j. Etika kelembagaan adalah sikap moral anggota Polri terhadap institusi yang menjadi wadah
pengabdian dan patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir batin dari semua insan
Bhayangkara dengan segala martabat dan kehormatannya sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Tribrata dan Catur Prasetya.

4. Secara umum bahwa Kode Etik Notaris merupakan seluruh kaidah moral yang ditentukan
oleh perkumpulan INI (termasuk didalamnya pejabat sementara Notaris, Notaris pengganti,
Notaris pengganti khusus). Coba anda jelaskan terhadap penyelesaian pelanggaran kode
etik oleh notaris?

Jawab :

Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Oleh Notaris Bahwa Prosedur pelaporan klien atas dugaaan
pelanggaran notaris masih banyak yang tidak mengerti mengenai mekanisme pelaporan tersebut,
maka Majelis Pengawasan Notaris dapat mensosialisasikan kepada masyarakat yang tidak
mengetahui hal tersebut karena dugaan pelanggaran terhadap notaris pun mulai banyak
pelanggaran pelanggaran yang dilakukan agar notaris dapat di tindak lanjut oleh Majelis Pengawasan
Notarisbentuk-bentuk pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris berupa pelanggaran perdata dan cukup
banyak terjadi di Wilayah Provinsi Banten.

Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Notaris sebagaimana telah diatur dalam Kode Etik Ikatan
Notaris Indonesia, Merupakan kaidah dengan harapan agar seluruh anggota Notaris dapat
mengikuti, menaati dan melaksanakan Kode Etik Notaris dalam segala kehidupan karena Notaris
meskipun Notaris bukan pejabat Negara namun Notaris masuk kedalam Ruang lingkup
Kemnkumham yang dimana jika tidak ada Notaris masyarakat tidak bisa di buatkan Akta Tanah dll,
sebagai suatu bukti sah dalam Hukum.

Jenis pelanggaran Kode Etik notaris dan Undang –Undang Jabatan notaris yang dilakukan oleh
notaris bisa berupa: Wanprestasi, Pembuatan AJB, Pembuatan Akta PPJB, Kode Etik, Pembuatan
Akta Perjanjian Kerjasama dan hal lain sebagaimana tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdatadan Undang-Undang No 2 Tahun 2014 atas perubahan Undang-Undang No. 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan notaris. Dalam Pasal 8-14 Undang-Undang Jabatan notaris No. 2 Tahun 2014
Tentang Pemberhentian Jabatan notaris .

Dijelaskan bahwa jenis tindakan yang bisa menyebabkan seorang notaris dapat diberhentikan tidak
dengan hormat adalah melakukan Tindak Perdata, pidana, atau Melakukan Pelanggaran dan
Meninggalkan tugas atau hal lain Pada dasarnya notaris melanggar Undang-Undang ataupun Kode
Etik Ikatan notaris Indonesia dalam Perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah di
jelaskan bahwa dalam pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH perdata, berbunyi
“penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan,
bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika
sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam
waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”. Unsur-Unsur Wanprestasi adalah: ada
perjanjian oleh para pihak, ada pihak melanggar.

Notaris yang diberikan sanksi atas pelanggaran Kode Etik dapat melakukan upaya pembelaan diri
dan dapat mengajuakan banding secara bertingkat terhadap putusan Dewan Kehormatan Daerah,
kepada Dewan Kehormatan Wilayah dan Dewan Kehormatan Pusat sebagai pemeriksaan tingkat
akhir.

Anda mungkin juga menyukai