TENTANG
TATA BERACARA BADAN KEHORMATAN
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan DPRD ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4. Anggota DPRD Kabupaten Bulukumba yang selanjutnya disebut Anggota
adalah wakil rakyat yang telah bersumpah atau berjanji sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan dalam melaksanakan tugasnya
sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan rakyat;
5. Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Bulukumba yang selanjutnya
disebut sebagai Badan Kehormatan adalah alat kelengkapan DPRD
Kabupaten Bulukumba yang bersifat tetap sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan dan peraturan Tata Tertib DPRD
Kabupaten Bulukumba;
6. Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Bulukumba adalah peraturan
yang mengatur kedudukan, susunan, tugas, wewenang, hak, dan
tanggung jawab Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bulukumba
beserta alat kelengkapannya dalam rangka melaksanakan kehidupan
kenegaraan yang demokratis konstitusional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2
7. Tata beracara adalah Aturan pelaksanaan tuntutan hak baik yang
mengandung pelanggaran maupun yang tidak mengandung pelanggaran
yang diajukan oleh pihak yang bekepentingan.
8. Pelanggaran adalah perbuatan yang melanggar norma atau aturan
mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan
oleh Anggota;
9. Pengaduan atau Pelaporan yang selanjutnya disebut dengan Pengaduan
adalah pemberitahuan yang dibuat secara tertulis disertai bukti-bukti
awal terhadap suatu tindakan dan/atau peristiwa yang patut diduga
sebagai suatu pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota;
10. Pengadu adalah Pimpinan DPRD Kabupaten Bulukumba, Masyarakat
baik secara individual maupun kelompok atau Pemilih;
11. Teradu ialah Pimpinan DPRD, Pimpinan alat kelengkapan, atau Anggota
yang diadukan atau dilaporkan;
12. Klarifikasi adalah proses pemeriksaan secara tatap muka dan langsung
untuk mengetahui kebenaran atas suatu dugaan pelanggaran tentang
kehadiran Anggota dan pelanggaran-pelanggaran lain yang merupakan
jenis pelanggaran kepatutan;
13. Verifikasi adalah proses pemeriksaan silang kepada para pihak yang
mengetahui tentang dugaan pelanggaran, melalui tatap muka, alat bukti
lainnya, atau keterangan yang akan menjelaskan tentang
peristiwa/kejadian;
14. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan untuk mencari dan
menemukan informasi baik berupa bukti maupun kesaksian atas suatu
peristiwa/kejadian yang diduga sebagai dugaan pelanggaran, guna
menentukan pelanggaran tersebut terbukti atau tidak terbukti;
BAB II
TUJUAN, TUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN
Pasal 2
(1) Tujuan tata beracara Badan Kehormatan adalah untuk menegakkan Tata
Tertib dan Kode Etik Anggota DPRD.
(2) Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD yang merupakan alat
kelengkapan DPRD bersifat tetap dan bertujuan menjaga serta menegakan
kehormatan dan keluhuran martabat DPRD sebagai Lembaga Perwakilan
Rakyat Daerah.
(3) Badan Kehormatan mempunyai tugas, fungsi, dan tujuan:
a. memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap
Tata Tertib dan Kode Etik dalam rangka menjaga martabat, kehormatan,
citra dan kredibilitas DPRD;
b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan Anggota DPRD terhadap
Peraturan Tata Tertib dan/atau Kode Etik;
c. melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan
Pimpinan DPRD, Anggota DPRD, dan/atau masyarakat;
d. melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas penyelidikan, verifikasi,
dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c dalam rapat
paripurna DPRD; dan
e. merehabilitasi nama baik Anggota yang terbukti tak bersalah.
(4) Dalam melaksanakan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Badan Kehormatan dapat meminta bantuan
kepada ahli independen.
Pasal 3
(1) Menerima surat dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan
dan/atau pemanggilan, penyidikan kepada Anggota DPRD atas dugaan
melakukan tindak pidana;
3
(2) Meminta keterangan dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan,
pemanggilan dan/atau penyidikan kepada Anggota DPRD atas dugaan
melakukan tindak pidana;
(3) Meminta keterangan dari Anggota DPRD yang diduga melakukan tindak
pidana;
(4) Dapat memberikan atau tidak memberikan persetujuan secara tertulis
mengenai pemanggilan dan permintaan keterangan dari pihak penegak
hukum kepada Anggota DPRD yang diduga melakukan tindak pidana;
(5) Mendampingi penegak hukum dalam melakukan penggeledahan dan
penyitaan terhadap Anggota DPRD yang diduga melakukan tindak
pidana.
(6) Badan Kehormatan memberikan rekomendasi advokasi kepada pimpinan
DPRD bagi anggota DPRD yang terindikasi melakukan tindak pidana.
Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas, Badan Kehormatan berwenang:
a. memanggil Anggota DPRD untuk memberikan penjelasan dan pembelaan
terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan; dan
b. meminta keterangan pelapor, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang
terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain.
Pasal 5
(1) Badan Kehormatan menjatuhkan sanksi kepada Anggota DPRD yang
terbukti melanggar Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik berdasarkan hasil
penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi oleh Badan Kehormatan.
(2) Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan tentang
Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik dapat dijatuhi sanksi berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD;
(3) Keputusan Badan Kehormatan mengenai sanksi berupa teguran lisan,
teguran tertulis, pemberhentian sebagai Pimpinan Alat Kelengkapan
DPRD, disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Anggota DPRD yang
bersangkutan, Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Partai Politik yang
bersangkutan.
Pasal 6
(1) Badan Kehormatan bertugas melakukan penyelidikan dan Verifikasi atas
Pengaduan terhadap Anggota DPRD karena:
a. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang;
b. tidak menghadiri Rapat Paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan
DPRD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali
berturut-turut tanpa penyampaian;
c. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalamTata Tertib
dan Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(2) Kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah kehadiran
fisik Anggota DPRD yang dibuktikan secara administratif melalui tanda
tangan daftar hadir.
(3) Sekretariat Rapat Paripurna dan sekretariat alat kelengkapan DPRD
setelah rapat selesai, menyampaikan daftar kehadiran Anggota DPRD
kepada Badan Kehormatan
Pasal 7
(1) Pelanggaran yang tidak memerlukan Pengaduan adalah pelanggaran yang
dilakukan oleh Anggota DPRD berupa:
a. ketidakhadiran dalam rapat DPRD yang menjadi kewajibannya;
b. dugaan pelanggaran Tata Tertib dan Kode Etik yang sudah tersiar
di beberapa media cetak dan/atau elektronik; dan
4
(2) Penanganan pelanggaran yang tidak memerlukan Pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan:
a. hasil Verifikasi terhadap pelanggaran yang tidak memerlukan
Pengaduan; dan
b. usulan anggota Badan Kehormatan atau pimpinan Badan Kehormatan.
(3) Rapat Badan Kehormatan memutuskan tindak lanjut terhadap
penanganan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Badan Kehormatan menyampaikan pemberitahuan kepada Pimpinan
DPRD terhadap penanganan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
BAB III
MATERI DAN TATA CARA PENGADUAN
Pasal 8
Badan Kehormatan melakukan tugas dan wewenangnya terhadap materi
pengaduan yang memenuhi syarat secara materiil dan administratif.
Pasal 9
Pengaduan atau pelaporan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia
oleh Pengadu yang memuat:
a. Identitas Pengadu, meliputi:
Nama :
Tempat/tanggal lahir/umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Kewarganegaraan :
Alamat lengkap :
Nomor telepon/faksimili/telepon :
seluler/email (bila ada):
b. Uraian mengenai hal yang menjadi dasar permohonan yang meliputi: tugas
dan wewenang Badan Kehormatan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan dan Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik, kedudukan
pengadu dan keterkaitannya langsung dengan materi pengaduan, alasan
pengaduan harus diuraikan secara jelas dan rinci bahwa seorang Teradu
telah patut diduga melanggar ketentuan larangan, melanggar kewajiban,
dan/atau melanggar kepatutan, yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan, Peraturan Tata Tertib DPRD dan Kode Etik DPRD.
c. Pengaduan atau pelaporan harus disertai dengan alasan dan/atau alat
bukti yang mendukung pengaduan atau pelaporan tersebut.
d. Hal-hal yang dimohonkan untuk diputus dalam pengaduan, yaitu:
mengabulkan pengaduan Pengadu, menyatakan bahwa perilaku Teradu
tidak sesuai dengan Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPRD, meminta
agar Teradu diberi sanksi sesuai ketentuan dalam Peraturan Tata Tertib dan
Kode Etik DPRD.
Pasal 10
Pengaduan yang diajukan wajib ditandatangani/cap jempol langsung oleh
pengadu dan dapat didampingi oleh pihak yang ditunjuk.
Pasal 11
Dalam hal absensi, sebagaimana diatur dalam Tata Tertib dan Kode Etik, tidak
diperlukan pengaduan.
5
Pasal 12
Tata cara pengajuan pengaduan yaitu:
a. pengaduan diajukan kepada Badan Kehormatan melalui Sekretariat;
b. sekretariat wajib memeriksa kelengkapan administrasi dan alat bukti
yang mendukung pengaduan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
sekurang-kurangnya berupa:
1. Bukti diri Pengadu yaitu:
a) surat resmi dengan logo DPRD dalam hal Pengadu adalah
Pimpinan DPRD;
b) foto copy identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk dalam hal
Pengadu adalah masyarakat perorangan warga negara Indonesia;
c) foto copy identitas diri berupa kartu anggota dalam hal Pengadu
adalah selaku pemilih.
2. bukti surat atau tulisan yang berkaitan dengan alasan pengaduan;
3. bila diperlukan, pengadu dapat mengajukan daftar calon saksi disertai
pernyataan singkat tentang hal-hal yang akan diterangkan terkait
dengan alasan pengaduan, serta pernyataan bersedia menghadiri
persidangan, dalam hal ini Pengadu bermaksud mengajukan saksi;
4. daftar bukti-bukti lain yang dapat berupa informasi yang terkait
dengan alasan pengaduan.
c. apabila berkas pengaduan dinilai telah lengkap, berkas pengaduan
dinyatakan diterima oleh Sekretariat dengan memberikan Surat
Penerimaan Berkas Perkara kepada Pengadu;
d. apabila berkas pengaduan belum lengkap, Sekretariat memberitahukan
kepada Pengadu tentang kelengkapan pengaduan yang harus dipenuhi,
dan Pengadu harus sudah melengkapinya dalam waktu selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya Surat Pemberitahuan
kekurang-lengkapan Berkas;
e. apabila kelengkapan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak dipenuhi, maka Sekretariat menerbitkan surat yang menyatakan
bahwa pengaduan tersebut tidak diregistrasi dalam Buku Registrasi
Perkara Etik dan diberitahukan kepada Pengadu.
f. pengaduan diajukan tanpa dibebani biaya.
Pasal 13
(1) Badan Kehormatan wajib merahasiakan identitas pengadu.
(2) Apabila diperlukan, Badan Kehormatan dapat meminta kepada penegak
hukum untuk memberikan perlindungan keamanan kepada pengadu.
BAB IV
REGISTRASI PENGADUAN, PENJADWALAN RAPAT DAN PANGGILAN SIDANG
Bagian Kesatu
Registrasi Pengaduan
Pasal 14
Pengaduan yang sudah lengkap dan memenuhi persyaratan dicatat dalam
Buku Registrasi Perkara Etik dan diberi nomor perkara.
Pasal 15
6
Pasal 16
(1) Dalam hal pengaduan yang telah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara
Etik dan dilakukan penarikan kembali oleh Pengadu, maka Sekretariat
menerbitkan Surat Pembatalan Registrasi atas pengaduan yang telah
diajukan Pengadu, dan diberitahukan kepada Pengadu disertai dengan
pengembalian berkas pengaduan jika diminta;
(2) Teradu dinyatakan tidak melakukan pelanggaran kode etik apabila terjadi
penarikan kembali, sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Kedua
Penjadwalan Rapat
Pasal 17
Sekretariat menyampaikan berkas perkara yang sudah diregistrasi kepada
Pimpinan Badan Kehormatan untuk menetapkan jadwal pemeriksaan perkara
tersebut.
Pasal 18
Pimpinan Badan Kehormatan menetapkan hari sidang pertama dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari.
[
Bagian Ketiga
Panggilan Sidang
Pasal 19
(1) Badan Kehormatan menyampaikan panggilan kepada Teradu setelah
lewat 14 (empat belas) hari sejak salinan surat pengaduan disampaikan
kepada Teradu;
(2) Surat panggilan harus diterima oleh Teradu paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum Sidang Badan Kehormatan yang ditentukan;
(3) Teradu harus datang/memenuhi panggilan sendiri dalam persidangan
yang dilakukan oleh Badan Kehormatan dan tidak dapat memberi kuasa
kepada orang lain;
(4) Dalam hal Teradu tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sampai 3 (tiga) kali, Badan Kehormatan dapat segera
membahas tanpa kehadiran Teradu.
BAB V
VERIVIKASI
Bagian kesatu
Sidang Verivikasi
Pasal 20
(1) Pemeriksaan persidangan dilakukan dalam sidang Badan Kehormatan
yang bersifat tertutup.
(2) Pemeriksaan persidangan dilakukan secara tertutup dan rahasia yang
dipimpin oleh Ketua Badan Kehormatan.
(3) Dalam hal Ketua Badan Kehormatan berhalangan memimpin
pemeriksaan, maka pemeriksaan dipimpin oleh Wakil Ketua Badan
Kehormatan.
(4) Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Badan Kehormatan berhalangan
memimpin pemeriksaan, maka pemeriksaan ditunda sampai dengan salah
seorang pimpinan Badan Kehormatan hadir.
7
Pasal 21
Badan Kehormatan wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
Pengadu, Teradu, Saksi atau Pihak Terkait.
Pasal 22
Pemeriksaan persidangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 adalah:
a. pemeriksaan pokok-pokok pengaduan;
b. pemeriksaan alat-alat bukti;
c. mendengarkan keterangan pengadu;
d. mendengarkan keterangan teradu ;
e. mendengarkan keterangan saksi;
f. mendengarkan keterangan ahli;
g. mendengarkan keterangan pihak terkait;
h. pemeriksaan rangkaian data, keterangan, perbuatan, keadaan dan/atau
peristiwa yang bersesuaian dengan alat-alat bukti lain yang dapat
dijadikan petunjuk;
i. pemeriksaan alat-alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik atau yang serupa
dengan itu.
Pasal 23
Dalam hal Pengadu mengajukan permohonan penarikan kembali di tengah
jalannya pemeriksaan persidangan, Rapat Badan Kehormatan dapat
mengambil keputusan penarikan kembali dan meminta kepada Sekretariat
untuk mencatat dalam Buku Registrasi Perkara Etik.
[
Bagian Kedua
Pembuktian
Pasal 24
(1) Pembuktian dibebankan kepada Pengadu.
(2) Apabila dipandang perlu, Badan Kehormatan dapat pula membebankan
pembuktian kepada Teradu.
(3) Pengadu, Teradu, Saksi dan Pihak Terkait dapat mengajukan bukti
sebaliknya.
Bagian Ketiga
Alat Bukti
Pasal 25
(1) Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum, tidak dapat dijadikan sebagai alat
bukti yang sah;
(2) Badan Kehormatan menentukan sah atau tidak sahnya suatu alat bukti
dalam persidangan di Badan Kehormatan;
(3) Badan Kehormatan menilai alat-alat bukti yang diajukan dalam
pemeriksaan dengan memperhatikan persesuaian antara alat bukti yang
satu dan alat bukti yang lain.
Pasal 26
(1) Pemeriksaan alat bukti surat atau tulisan dimulai dengan menanyakan
cara perolehannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum;
(2) Pemeriksaan alat bukti, surat atau tulisan yang berupa foto copy meliputi:
a. materi pengaduan; dan
b. legalisasi dan/atau pencocokan dengan surat asliya.
(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipenuhi,
Ketua Sidang menyatakan sah dalam persidangan Badan Kehormatan.
8
Pasal 27
(1) Saksi dapat diajukan oleh Pengadu, Teradu, Pihak Terkait atau dipanggil
atas perintah Badan Kehormatan.
(2) Pemeriksaan saksi dimulai dengan menanyakan identitas (nama, tempat
tanggal lahir/umur, Jenis Kelamin, agama, pekerjaan, dan alamat) saksi
dan kesediaannya diambil sumpah atau janji berdasarkan agamanya
untuk menerangkan apa yang didengar, dilihat, dan dialaminya sendiri.
Bagian Keempat
Verivikasi terhadap Pimpinan dan/atau Anggota Badan Kehormatan
Pasal 28
(1) Ahli dapat diajukan oleh Pengadu, Teradu, Pihak Terkait atau dipanggil
atas perintah Badan Kehormatan.
(2) Pemeriksaan ahli dimulai dengan menanyakan identitas (nama, tempat
tanggal lahir/umur, Jenis Kelamin, agama, pekerjaan, dan alamat) dan
Riwayat hidup serta keahliannya, dan ditanyakan pula kesediaannya
diambil sumpah atau janji berdasarkan agamanya untuk menerangkan
sesuai keahliannya.
(3) Keterangan ahli dapat dipertimbangkan oleh Badan Kehormatan bila tidak
memiliki kepentingan yang bersifat pribadi dengan Pengadu, Teradu,
Pihak Terkait dan kasus yang diadukan.
Pasal 29
Pemeriksaan terhadap pihak terkait dilakukan dengan mendengar keterangan
yang berkaitan dengan pokok pengaduan. [
Pasal 30
Dalam hal diperlukan untuk memperoleh keyakinan dalam melakukan
pembuktian, Badan Kehormatan dapat melakukan penyelidikan di daerah dan
kelembagaan tertentu.
Bagian Kelima
Pembelaan
Pasal 31
(1) Pengadu dapat mengemukakan alasan pembelaan berdasarkan alat bukti
di hadapan Sidang Badan Kehormatan;
(2) Teradu dapat mengemukakan alasan pembelaan berdasarkan alat bukti
di hadapan Sidang Badan Kehormatan.
(3) Sidang Badan Kehormatan harus mempertimbangkan alasan pembelaan.
Pasal 32
(1) Pengadu dapat didampingi oleh pihak yang ditunjuk;
(2) Teradu dapat didampingi oleh pihak yang ditunjuk;
(3) Pihak pendamping tidak mempunyai hak berbicara dalam persidangan
Badan Kehormatan.
Pasal 33
(1) Sidang Badan Kehormatan dapat menerima atau menolak sebagian atau
keseluruhan alasan pembelaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28;
(2) Sidang Badan Kehormatan memasukkan alasan pembelaan sebagaimana
dimaksud Pasal 31 ayat (3) kedalam naskah Keputusan Badan
Kehormatan.
9
BAB VI
RAPAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 34
(1) Rapat pengambilan keputusan Badan Kehormatan dilakukan secara
tertutup dan rahasia yang dipimpin oleh Ketua Badan Kehormatan.
(2) Dalam hal Ketua Badan Kehormatan berhalangan memimpin sidang,
rapat pengambilan keputusan dipimpin oleh Wakil Ketua Badan
Kehormatan.
(3) Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Badan Kehormatan berhalangan
memimpin sidang, rapat pengambilan keputusan ditunda sampai dengan
salah seorang pimpinan Badan Kehormatan hadir.
Pasal 35
Rapat pengambilan keputusan melakukan verifikasi terlebih dahulu terhadap:
a. risalah rapat atau transkrip pemeriksaan persidangan; dan
b. pendapat etik Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Kehormatan.
Pasal 36
Rapat pengambilan keputusan Badan Kehormatan mengambil keputusan
setelah menimbang:
a. asas-asas dalam Tata Tertib dan Kode Etik;
b. fakta-fakta dalam hasil pemeriksaan persidangan;
c. fakta-fakta dalam pembuktian;
d. fakta-fakta dalam pembelaan; dan
e. ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, Peraturan
Tata Tertib DPRD serta Kode Etik DPRD.
BAB VII
KEPUTUSAN
Pasal 37
(1) Keputusan Badan Kehormatan sedapat mungkin diambil secara
musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal tidak dicapai mufakat maka pengambilan keputusan ditunda
paling lambat 3 (tiga) hari sampai rapat berikutnya.
(3) Setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh dan tidak dapat dicapai
mufakat maka keputusan diambil dengan suara terbanyak.
(4) Dalam menghormati pendapat anggota Badan Kehormatan yang berbeda
terhadap keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka pendapat
tersebut dapat dimuat dalam keputusan, kecuali anggota Badan
Kehormatan yang bersangkutan tidak menghendaki.
Pasal 38
Setiap keputusan Badan Kehormatan harus memuat:
1. Kepala putusan berbunyi “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA”;
2. Identitas Pengadu;
3. Identitas Teradu;
4. Ringkasan pengaduan;
5. Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pemeriksaan
persidangan;
6. Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembuktian;
7. Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembelaan;
8. Pertimbangan hukum yang menjadi dasar keputusan;
9. Amar putusan;
10. Pendapat etik yang berbeda dari anggota Badan Kehormatan; dan
11. Hari dan tanggal keputusan, nama dan tanda tangan seluruh Pimpinan
dan Anggota Badan Kehormatan.
10
Pasal 39
Amar keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 angka 9 berbunyi:
(1) Menyatakan pengaduan Pengadu tidak dapat diterima;
(2) Mengabulkan pengaduan Pengadu;
(3) Menyatakan pengaduan Pengadu ditolak;
(4) Menyatakan Teradu tidak terbukti melanggar Peraturan Tata Tertib dan
Kode Etik dan memperoleh Rehabilitasi;
(5) Menyatakan Teradu terbukti melanggar Peraturan Tata Tertib dan Kode
Etik, serta diberi sanksi.
Pasal 40
Keputusan Sidang Badan Kehormatan bersifat mengikat.
Pasal 41
Salinan keputusan Badan Kehormatan dikirimkan kepada Pengadu dan/atau
Teradu, serta tembusan kepada Pimpinan DPRD, dalam jangka waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan dalam rapat
pengambilan keputusan Badan Kehormatan.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Peraturan DPRD ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
DPRD ini dengan Penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Bulukumba.
Ditetapkan di Bulukumba
pada tanggal
KETUA DPRD KABUPATEN BULUKUMBA,
Diundangkan di Bulukumba
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA,
A. B. AMAL
BERITA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2018 NOMOR 3
11