Anda di halaman 1dari 8

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang sering tidak terdeteksi karena tidak ada gejala

maupun keluhan, seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan jiwa. Biasanya ditemukan dalam tahap
lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau kematian dini. Hal ini
menimbulkan beban pembiayaan yang besar bagi penderita, keluarga dan negara. PTM dapat dicegah
melalui pengendalian faktor risiko, yaitu merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat, dan
konsumsi alkohol. Peningkatan kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko PTM
sangat penting dalam pengendalian PTM (Kemenkes RI, 2009). Pemberdayaan dan peran serta
masyarakat ini terwadahi dalam pelayanan yang dikenal dengan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
PTM.

Tujuan utama kegiatan Posbindu PTM adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Oleh karena itu sasaran Posbindu PTM cukup luas
mencakup semua masyarakat usia 15 tahun ke atas baik itu deng an kondisi sehat, masyarakat beresiko
maupun masyarakat dengan kasus PTM.

Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai permasalahan di Indonesia yang sangat tinggi, dan banyak juga
yang telat terdeteksi sejak dini

Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai permasalahan di Indonesia yang sangat tinggi, dan banyak juga
yang telat terdeteksi sejak dini

Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai permasalahan di Indonesia yang sangat tinggi, dan banyak juga
yang telat terdeteksi sejak dini

Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai permasalahan di Indonesia yang sangat tinggi, dan banyak juga
yang telat terdeteksi sejak dini
Survey Jentik Nyamuk dan Pemberian Penyuluhan terkait PSN

Setiap tahun kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia cenderung meningkat pada
pertengahan musim penghujan sekitar bulan Januari dan cenderung turun pada bulan Februari hingga
ke penghujung tahun. Sepanjang Januari 2016 Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonosis Kementerian Kesehatan mencatat 3.298 kasus DBD dengan jumlah kematian sebanyak 50
kasus di Indonesia. Sementara di daerah KLB tercatat 492 kasus, 25 kasus diantaranya meninggal. KLB
terjadi di 11 Kabupaten/Kota di 7 Provinsi. Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk
menekan kasus ini sangat menentukan. Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada
musim penghujan

Kejadian DBD yang cenderung meningkat setiap tahunnya

Melakukan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan
secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan.

1. Melakukan survey jentik nyamuk

2. Memberikan penyuluhan terkait program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara
3M

• Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti
bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain

• Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi,
toren air, dan lain sebagainya

• Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi
tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.

3. 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti

• Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan

• Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk

• Menggunakan kelambu saat tidur

• Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk

• Menanam tanaman pengusir nyamuk

• Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah

• Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat
istirahat nyamuk, dan lain-lain.

Monitoring terkait kegiatan PSN dengan 3M dan evaluasi angka kejadian DBD warga Puskesmas Kunir,
Lumajang
KB Implan

Kondisi kependudukan saat ini baik yang menyangkut kuantitas, kualitas maupun persebarannya
merupakan tantangan yang harus diatasi bersama guna tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa.
Selama ini, hal-hal atau tindakan upaya pengendalian penduduk yang telah dilakukan yaitu melalui
pengaturan kelahiran atau keluarga berencana.

Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima

NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) yang berorientasi


pada “catur warga” atau zero population growth (pertumbuhan seimbang). Gerakan keluarga berencana
nasional Indonesia telah berumur Panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia
berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima hampir semua
metode medis teknis keluarga berencana yang dicanangkan oleh pemerintah.

Strategi program KB yang digunakan dalam mengembangkan kebijakan

pemerintah yaitu MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) (BKKBN, 2014) sesuai dengan kebutuhan
untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan yaitu kondom, suntik,
pil, intravagina, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), Implant, dan kontrasepsi mantap (Hartanto,
2010).

Kontrasepsi hormonal susuk (Norplant atau Implant) diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1982 yang
dapat diterima masyarakat sehingga Indonesia merupakan negara terbesar pemakai Norplant. KB ini
merupakan alat kontrasepsi jangka panjang dipakai di lengan atas bagian dalam. Berbentuk silastik
(lentur). Alat ini berukuran sebesar korek api biasanya dipakai pada lengan kiri yang ditanam diantara
kulit dan daging sehingga akan teraba dan menonjol (Irianto, 2014).

Tingginya angka kelahiran yang membuat kondisi kependudukan menjadi tidak terkendali

Pemasangan KB implan

-Proses pemasangan KB implan dimulai dengan penyuntikan bius lokal pada bagian bawah lengan atas.

-Dilakukan incisi kurang lebih 2 cm untuk memasukkan KB implan. Lalu memasukkan KB implan dengan
menggunakan alat khusus.

-Setelah proses pemasangan KB implan selesai, dilakukan verban pada lokasi pemasangan KB tersebut.
Perban biasanya boleh dilepas setelah beberapa hari.

Monitoring terkait efek samping penggunaan KB implan


Posyandu Balita

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Salah satu program
utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan balita secara rutin. Hal ini penting
dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak dan mendeteksi sejak dini bila anak mengalami
gangguan tumbuh kembang.

Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh kembang, imunisasi dasar lengkap,
serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian dicatat di
dalam buku KIA atau KMS.

Melalui kegiatan pemantauan gizi, posyandu berperan penting dalam mencegah risiko stunting pada
anak. Pelayanan gizi di posyandu meliputi pengukuran berat dan tinggi badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan gizi, dan pemberian suplemen.

Imunisasi wajib merupakan salah satu program pemerintah yang mengharuskan setiap anak usia di
bawah 1 tahun untuk melakukan vaksinasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah
menetapkan ada 5 jenis imunisasi yang wajib diberikan, yaitu imunisasi hepatitis B, polio, BCG, campak,
dan DPT-HB-HiB. Dalam hal ini, posyandu menjadi salah satu pihak yang berhak menyelenggarakan
program imunisasi tersebut. Tak hanya anak, ibu hamil pun juga dapat melakukan vaksinasi di posyandu,
misalnya vaksinasi tetanus, hepatitis, dan pneumokokus.

Masih banyaknya angka gizi buruk, gizi kurang, stunting maupun gangguan pertumbuhan yang lain

Penyelenggaraan pemeriksaan bayi dan balita secara rutin, serta penyuluhan dan konseling tumbuh
kembang.

- Persiapan alat dan bahan

- penimbangan berat badan

- pengukuran tinggi badan

- pengukuran lingkar kepala anak

- evaluasi tumbuh kembang

- imunisasi dasar lengkap

- penyuluhan dan konseling tumbuh kembang.

Monitoring terkait tumbuh kembang anak dan mendeteksi sejak dini bila anak mengalami gangguan
tumbuh kembang
Vaksinasi Covid-19

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang sebelumnya dikenal dengan nama 2019 Novel Corona Virus
(2019-nCoV) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru yaitu Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS CoV-2) yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya
pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut
seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. COVID-19 berawal dari munculnya kasus
Pneumonia misterius yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan China pada tanggal 31 Desember 2019,
yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) China Country Office. Tanggal 7 Januari 2020,
China mengidentifikasi dan mengumumkan bahwa kasus tersebut sebagai Coronavirus jenis baru yang
kemudian diberi nama SARS CoV-2. Transmisi atau penularan COVID-19 berjalan sangat cepat, sehingga
menjadi salah satu dasar WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) pada
tanggal 30 Januari 2020. Kemudian 2 bulan setelahnya atau pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Kasus COVID-19 terus menyebar di berbagai negara di dunia,
termasuk Indonesia. Dalam rangka upaya penanggulangan dini wabah COVID-19, Menteri Kesehatan
telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang
Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya. Penetapan KMK tersebut salah satunya didasari
oleh pertimbangan semakin meluasnya penyebaran COVID-19 ke berbagai negara dengan risiko
penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas penduduk, sehingga memerlukan upaya
penanggulangan terhadap penyakit tersebut. Sampai saat ini, pemberian vaksin Covid-19 adalah solusi
yang dinilai paling jitu dalam mengurangi jumlah kasus infeksi SARS-CoV-2 sebagai penyebab penyakit
Covid-19.

Covid-19 yang menjadi pandemi

Vaksinasi Covid-19 terhadap masyarakat umum

Hari ini diadakan vaksinasi terhadap masyarakat umum, lansia, ibu hamil maupun anak usia 6-12 tahun
yang bertempat di Balai Desa Sukoanyar Kec. Mojo, Kab, Kediri. Dengan jumlah sasaran sebanyak 200
orang yang dilaksanakan oleh Tim Vaksinator dari Puskesmas Mojo

Monitoring keluhan, ttv akibat efek samping vaksin covid-19


Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi terhadap penyakit PD3I
(Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia anak sekolah. Hal ini disebabkan karena
sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang
diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan
pada anak usia sekolah dasar atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia
dengan nama Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Penyelenggaraan BIAS ini berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada himbauan UNICEF, WHO dan
UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun
2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun). BIAS
adalah salah satu bentuk kegiatan operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang
dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar
(SD) atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 5 di seluruh Indonesia. Imunisasi lanjutan sendiri adalah
imunisasi ulangan yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas ambang
perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang diberikan berupa vaksin Difteri
Tetanus (DT) dan Vaksin Campak Rubella untuk anak kelas 1 SD atau sederajat (MI/SDLB) serta vaksin
Tetanus Difteri (TD) pada anak kelas 2 dan kelas 5 SD atau sederajat (MI/SDLB).

Pemberian imunisasi bagi para anak usia SD atau sederajat (MI/SDLB) ini merupakan komitmen
pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Selain itu, berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indionesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi bahwa
imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan
tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga
mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan.

Adanya penurunan tingkat kekebalan tubuh pada anak usia sekolah dasar yang dapat menyebabkan
timbulnya penyakit.

Penyelenggaraan program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)

- Persiapan alat dan bahan

- Edukasi siswa kelas 5 perempuan tentang imunisasi ca serviks

-Pelaksanaan imunisasi Gardasil untuk kelas 5 SD

- Pengamatan efek samping

Monitoring dan evaluasi terkait efek samping dari pemberian imunisasi


Antenatal care (ANC)

Pelayanan Antenatal Terpadu adalah Pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan
kepada ibu hamil dengan tujuan kehamilan yang sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi
yang sehat. Dimana tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal,
mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara
adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.

Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu
dokter, bidan, dan perawat terlatih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Masalah dan penyakit pada ibu hamil

Menyediakan pelayanan antenatal care terpadu secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan normal

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk
skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK) dimana LILA < 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK
akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

4. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal dengan tujuan mengetahui letak janin.

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal dengan
tujuan mengetahui adanya kegawatan janin (DJJ lambat < 120x/menit atau cepat > 160x/menit)

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan untuk
mencegah terjadinya tetanus neonatorum pada ibu hamil.

7. Beri tablet tambah darah (tablet besi) untuk mencegah anemia gizi besi pada ibu hamil

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)


Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu
hamil yaitu golongan darah, hemoglobin, dan pemeriksaan spesifik daerah endermis (malaria, HIV,sifilis
dll)

Pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi
pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal (kadar gula darah,BTA dll).

9. Tatalaksana/penanganan kasus

Hasil pemeriksaan antenatal yang ditemukan kelainan harus ditangani sesuai standar dan kewenangan
tenaga kesehatan. kasus-kasus yg tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10. Temu wicara (konseling)

Konseling antenatal meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami/keluarga
dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan,persalinan dan nifas serta
kesiapan komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, inisiasi menyusu
dini (IMD), KB pasca persalinan, imunisasi.

Monitoring keluhan, ttv, dan status kehamilan pada pemeriksaan berikutnya

Anda mungkin juga menyukai