Anda di halaman 1dari 4

Definisi

Gangguan ini juga dikenal sebagai "ketergantungan rumah sakit", "sindrom pasien profesional",
"sindrom kecanduan rumah sakit" dan "sindrom hopper rumah sakit". Gangguan buatan adalah
gangguan kejiwaan di mana seseorang berperan sebagai pasien yang sakit tanpa tujuan
keuntungan eksternal (libur dari pekerjaan). Pasien mengambil peran sakit untuk menerima
perawatan dan perhatian terkait dari orang lain untuk mengatasi tekanan emosional atau
psikologis mereka.

Berdasarkan (DSM- 5) gangguan buatan termasuk kedalam golongan Gejala Somatik dan
Gangguan yang Berkaitan (Somatic Symptom and Related Disorders) dengan kode F68.10 atau
300.19

Epidemiologi
Pasien gangguan buatan dengan manifestasi tanda dan gejala bersifat psikologis cenderung
berjenis kelamin laki-laki paruh baya tidak memiliki pekerjaan, belum menikah, dan tidak
memiliki hubungan sosial atau keluarga yang signifikan. Sedangkan pasien yang didiagnosis
dengan gangguan buatan yang disertai tanda dan gejala fisik cenderung terjadi pada Wanita.
Mereka biasanya berusia 20 sampai 40 tahun. Gangguan buatan yang dikenakan pada orang lain,
atau yang sering disebut sebagai Factitious disorder by Proxy, umumnya lebih sering dilakukan
oleh ibu terhadap anaknya yang masih kecil. Prevalensi kasus ini sangat kecil,

Etiologi
• Faktor psikososial. Pada pasien yang memiliki riwayat pengalaman kekerasan dan
riwayat rawat inap berulang pada masa kecil, gangguan buatan muncul karena konsep
pemikiran pasien bahwa tinggal di rumah sakit dikaitkan dengan kesempatan untuk lari
dari situasi rumah yang traumatis dan pasien merasa bahwa ia aman, diperdulikan dan
disayangi oleh tenaga medis yang merawatnya (dokter, perawat dan pekerja rumah sakit)
• Faktor biologi, Beberapa peneliti telah mengusulkan bahwa disfungsi otak mungkin
menjadi salah satu faktor dalam gangguan buatan. Sebagaimana telah dihipotesiskan
bahwa gangguan pemrosesan informasi berkontribusi pada munculnya manifestasi
gangguan spesifik pada isi pikiran yaitu pseudologia fantastica dan perilaku
menyimpang. Pseudologia Fantastika merupakan suatu jenis kebohongan yang tidak
dapat dikendalikan, dimana seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya
yang terperinci dan mereka berkomunikasi dan bertindak atas kenyataan tersebut

Kriteria diagnostik

Menurut DSM-V, Gangguan buatan memiliki kode 300.19 (F68.10) dan digolongkan sebagai
bagian dari gangguan somatoform. Berdasarkan klasifikasinya, gangguan buatan memiliki dua
tipe yaitu

1. Gangguan buatan yang dikenakan pada diri sendiri


• Pemalsuan tanda dan gejala fisik maupun psikologis, atau induksi cedera ataupun
penyakit berkaitan dengan desepsi yang teridentifikasi.
• Pasien terlihat sakit, terganggu ataupun cedera saat mempresentasikan dirinya ke
orang lain.
• Perilaku desepsi tetap terlihat walau tanpa diberikan imbalan eksternal yang jelas.
• Perilaku tidak lebih baik dijelaskan sebagai gangguan mental lain, seperti
gangguan waham atau gangguan psikosis lainnya.

Tentukan apakah gangguan buatan ini:


a. Episode tunggal (single episode)
b. Episode berulang (recurrent episode): dua atau lebih peristiwa pemalsuan
penyakit dan/atau induksi cedera.

2. Gangguan buatan yang dikenakan pada orang lain (sebelumnya dikenal sebagai,
Factitious Disorder by Proxy)

• Pemalsuan tanda atau gejala fisik, psikologis, induksi cedera atau penyakit, terkait
dengan penipuan yang teridentifikasi.
• Pasien terlihat sakit, terganggu ataupun cedera saat mempresentasikan dirinya ke
orang lain.
• Perilaku desepsi tetap terlihat walau tanpa diberikan imbalan eksternal yang jelas.
• Perilaku tidak lebih baik dijelaskan sebagai gangguan mental lain, seperti
gangguan waham atau gangguan psikosis lainnya.

Tentukan apakah gangguan buatan ini:


a. Episode tunggal (single episode)
b. Episode berulang (recurrent episode): dua atau lebih peristiwa pemalsuan
penyakit dan/atau induksi cedera.

Pada gangguan buatan jenis ini, yang menerima diagnosis adalah pelaku,
bukan korban

Diagnose banding

1. Somatic Symptom Disorder

Dalam Somatic Symptom Disorder, dapat dijumpai perilaku mencari perhatian dan pengobatan
untuk gejala yang dianggapnya ada, tetapi berbeda dengan gangguan buatan, pada kasus ini tidak
ditemukan adanya bukti, individu yang mengalaminya memberikan informasi palsu atau
bertindak deseptif.(2,5)

2. Malingering

Malingering merupakan pemalsuan yang disengaja atas gejala-gejala fisik maupun psikologis
yang dilakukan guna menggapai suatu capaian sekunder seperti menghindari wajib militer,
menghindari pekerjaan, mendapatkan kompensasi finansial, mengelakkan persekusi criminal,
ataupun demi mendapatkan obat-obatan. Sedangkan pada gangguan buatan tidak untuk
mendapatkan keuntungan sekunder
3. Gangguan Konversi (Functional Neurological Symptom Disorder)

Gangguan konversi adalah sebuah kondisi dimana seseorang mengalami satu atau lebih gejala
neurologis yang tidak dapat dijelaskan sebagai gangguan medis atau neurologis lain. Gangguan
buatan dibedakan dengan gangguan konversi melalui keberadaan gejala yang dipalsukan secara
volunter, riwayat rawat inap yang ekstrem, dan kecenderungan bersedia untuk menjalani
berbagai prosedur medis yang invasive dan menyakitkan. Hal ini berbeda dengan ciri pasien
dengan gangguan konversi, biasanya pasien akan tidak begitu mahir dalam terminology medis
dan rutinitas rumah sakit.

4. Borderline Personality Disorder

Perbuatan mencelakakan diri yang disengaja tanpa adanya niat untuk membunuh diri dapat juga
ditemukan pada gangguan mental lain seperti borderline personality disorder. Yang menjadi
pembeda gangguan ini dengan gangguan buatan, pada gangguan buatan, induksi cedera
berlangsung secara berkaitan dengan desepsi yang diutarakan(2,5).

5. Medical Condition or mental disorder not associated with Intentional Symptom Falsification

Manifestasi tanda dan gejala penyakit yang tidak sesuai dengan daftar kondisi medis ataupun
gangguan mental yang ada meningkatkan kemungkinan adanya gangguan buatan. Tetapi,
diagnosis dari gangguan buatan tidak mengekslusikan keberadaan kondisi medis ataupun
gangguan mental yang nyata, melihat dimana penyakit komorbid sering terjadi pada individu
bersamaan dengan gangguan buatan. Sebagai contoh, individu yang secara sengaja memanipulasi
kadar gula darah agar pada saat pemeriksaan dapat memunculkan gejala, memiliki kemungkinan
untuk memang menderita diabetes.

Tatalaksana

Studi menunjukkan bahwa satu-satunya pengobatan efektif yang tersedia saat ini untuk gangguan
buatan adalah psikoterapi. Beberapa penelitian merekomendasikan penggunaan psikoedukasi
diikuti dengan konfrontasi gejala dan gangguan pasien. Selama fase psikoedukasi, mereka
merekomendasikan bahwa dokter (1) memberikan pendidikan tentang gangguan buatan, (2)
membantu pasien memahami perbedaan antara gangguan buatan dan berpura-pura untuk
meminimalkan reaksi negatif, (3) membantu pasien memahami gejala sebagai permintaan untuk
bantuan, dan (4) menggambarkan hasil pengobatan dan membantu mengelola reaksi keluarga
terhadap diagnosis gangguan buatan.

Pengobatan psikofarmakologis untuk gangguan buatan dan bukti kemanjurannya masih kurang,
karena psikoterapi dianggap sebagai pengobatan lini pertama. Selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRIs) dapat digunakan untuk mengobati impulsif pada pasien yang memainkan peran
dalam produksi gejala pura- pura
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) dapat berguna untuk mengurangi perilaku
impulsif bila perilaku tersebut merupakan komponen utama perilaku berpura-pura. SSRI
termasuk kedalam golongan obat Anti Depressan. Obat golongan ini diantaranva Sertraline,
paroxetine. Fluvoxamine, Fluoxetine, dan Citalopram. Mulai dengan dosis rendah untuk
penyesuaian efek samping, Sertraline 50 mg/hari, dinaikkan secara bertahap, sampai tercapai
dosis efektif (100-150 mg/h). Meskipun respon terhadap pengobatan SSRI sudah dapat terlihat 1
sampai 2 minggu, untuk mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2
sampai 3 bulan serta bertahan untuk jangka waktu yang panjang (1 - 2 tahun), Sertraline dapat
diberikan sesuai dosis pemeliharaan yaitu sekitar 100 mg/h, sambil dilakukan terapi perlikau dan
psikoterapi lainnya.

Prognosis

Gangguan buatan juga pada umumnya membuat penderitanya tidak berdaya dan sering
sekali menimbulkan trauma berat ataupun reaksi yang tidak diinginkan yang
berhubungan dengan pengobatan. Akibat dari rawat inap yang berulang dan berdurasi
panjang, pasien tidak dapat melaksanakan pekerjaan dan pasien juga tidak mampu untuk
mempertahankan hubungan interpersonal dengan orang lain. Tidak jarang ditemukan,
pasien dengan gangguan buatan kadang kala dipenjara atas kriminalitas ringan, pasien
juga mungkin memiliki sejarah rawat inap psikiatri yang intermitten, Inilah yang menyebabkan
prognosis untuk gangguan buatan menjadi buruk, belum lagi mempertimbangkan bahwa
hasil pengobatan baik obat-obatan ataupun tindakan operatif yang tidak dibutuhkan akan
menyebabkan cedera iatrogenic yang akan memperburuk kondisi kesehatan pasien secara nyata

Anda mungkin juga menyukai