Anda di halaman 1dari 11

KEHIDUPAN MASYARAKAT DEMOKRASI DI INDONESIA

DALAM MENGHADAPI KOMUNISME


file:///C:/Users/hp/Downloads/424-Article%20Text-908-3-10-20200405.pdf

file:///C:/Users/hp/Downloads/3028-Article%20Text-5800-1-10-20171215.pdf

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan masyarakat pada komunisme


yang memiliki dampak besar terhadap sejarah pada periode Karl Marx dan Frederick
Engels. Oleh karena itu, komunisme adalah sebuah doktrin pembebasan proletariat
menuju masyarakat tanpa kelas (classless). Komunisme memiliki berbagai konsep
dasar, yaitu: filosofi marxis, ekonomi marxian, materialisme historis, pertentangan
kelas, dan lain-lain. kalimat ini menunjukan bahwa komunisme tidak memiliki
korelasi dalam proses pemilihan ketua partai politik. Proses pemilihan ketua partai
politik tidak akan berjalan secara demokrasi apabila dalam Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga suatu partai politik tidak mendapatkan legalisasi dari
Pemerintah. Pemikiran Marx tentang dunia komunis adalah agama, keluarga, huku,
hak, dan yang berkaitanm harus dihancurkan. Marx menginginkan dunia di mana
orang tidak memiliki property, menerima perintah tanpa pertanyaan, dan membiarkan
kehidupan keluarga masyarakatnya menjadi tanpa agama, moral, atau cita-cita

Kata kunci: Komunisme, Demokrasi, Partai politik, Agama.

PENDAHULUAN

Kata “demokrasi” mungkin menjadi salah satu istilah politik yang paling dikenal
oleh banyak orang. Ungkapan “democracy is a government of the people, by the
people, for the people” yang disampaikan oleh Abraham Lincoln pun telah melekat
begitu kuat dalam ingatan kita sehingga demokrasi lebih sering dikenal dengan
sebutan pemerintahan rakyat. Demokrasi begitu dibanggakan oleh para penganutnya
karena konsep dasarnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia,
mengedepankan keadilan, kebebasan berpendapat, dan lainnya. Demokrasi dianggap
sebagai satu-satunya sistem politik yang memungkinkan adanya praktik kebebasan
politik secara bebas dan setara di suatu negara. Oleh karena itu, negara-negara
demokrasi tanpa segan menyebarkan prinsip-prinsip demokrasi ke negara lainnya
dengan harapan negara-negara tersebut akhirnya ikut menerapkan dan merasakan
dampak positif dari demokrasi.
Demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara dan atau masyarakat, yaitu
warga negara dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang
dipilih melalui pemilu.. Pemerintah di negara demokrasi juga mendorong dan
menjamin kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat, berserikat bagi setiap
warga negara, menegakkan rule of law, adanya pemerintahan mayoritas yang
menghormati hak-hak kelompok minoritas dan masyarakat yang warga negaranya
saling memberi peluang yang sama untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Seperti halnya dengan Teori Demokrasi Dewey (1916/1996) mengatakan bahwa
demokrasi adalah model kehidupan sosial yang tidak hanya berbicara soal politik an
sich. Demokrasi dalam implementasinya membutuhkan peran dan kerja sama semua
pihak, seperti institusi sosial, lembaga politik, ekonomi, lembaga pendidikan, saintis,
lembaga agama artistik dan semua warga dalam sebuah negara. Inilah demokrasi
dalam sudut yang komprehensif dan bersifat integratif konektif antara yang satu
dengan yang lainnya.
PKI dan komunisme yang kembali dibicarakan oleh masyarakat awam, seakan
menimbulkan teror baru dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Komunisme
dianggap kembali mengancam Indonesia dan menimbulkan keresahan di masyarakat.
Kondisi ini membuat aparat penegak hukum bersikap sigap untuk peka terhadap
potensi kebangkitan PKI pada masa kini. Aparat pun segera melakukan tindakan razia
terhadap atribut berlambang palu-arit mirip lambang PKI dan menyita buku-buku
berbau komunis atau sejarah PKI di sejumlah daerah Indonesia. Demikian pula
terhadap lagu yang dinilai merupakan simbol gerakan PKI, yaitu lagu Genjer-genjer.
Melalui aksi razia di Mojokerto. Seorang musikus yang menyanyikan lagu itu
ditangkap dan diperiksa oleh aparat kepolisian. 
Dasar dari tindakan aparat kepolisian kembali merazia dan menertibkan
kemungkinan berkembangnya komunisme adalah Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara, yaitu TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966
Tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan sebagai Organisasi
Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis
Indonesia dan Larangan setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan
Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme. Selain TAP MPRS tersebut,
larangan terhadap paham komunisme juga terdapat di dalam Pasal 107 Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana yang berkaitan dengan Kejahatan terhadap Keamanan Negara.

PEMBAHASAN

A. Awal Mula Masuknya Komunisme di Indonesia


Komunisme pada mulanya di Indonesia merupakan ajang untuk melawan
kekuasaan belanda maka dalam perjalanan nya menjadi terpecah belah sehingga
menjadi politisasi banyak pihak. Maka kesalahan nya kepada pemimpin PKI Ketika
beliau menjadi mangsa dari pada semboyan, tidak mau berusaha keras untuk
menjelaskan keadaan. Akibat dari ini semua ialah timbul persatuan di antara musuh
yang setia dengan yang menjadi musuh untuk bangkit melawan partai. Hal tersebut
berakibat partai mengisolasi diri sendiri dan ini sangat melemahkan partai. Partai
tidak cukup mengarahkan perhatian anggota-anggotanya kepada pekerja kecil, yang
ada hubungan nya dengan kebutuhan sehari-hari dari kaum buruh, kaum tani, kaum
kerja, dan lain-lain. Padahal dalam pekerjaan ini, partai bisa mempersatukan massa
pekerja yang luas di sekelilingi partai. Namun, pekerjaan ini bukan pekerjaan yang
menyenangkan atau enak dan sonder kesukaran-kesukaran. Tetapi, tidak ada jalan
lain untuk mengeratkan hubungan partai dengan massa pekerja.
1. Kritik dan Runtuhnya kekukasaan komunisme

2. Hakikat komunis di Indonesia


Pada golongan kelas buruh, bahwa revolusi-revolusi politik saja tidak cukup dan
memperlukan nya perombakan masyarakat secara radikal disebut komunis. Golongan
kelas buruh dimaksud dalam komunis yang memiliki perbedaan dengan buruh-buruh
lainnya yaitu menginginkan penghapusan kepemilikan borjuis. Kaum komunis
berbeda dengan partai lainnya bahwa di satu pihak mereka menegaskan dan
mempertahankan kepentingan bersama dalam perjuangan proletariat di berbagai
negeri, dan tidak tergantung pada bangsa. Selain itu, pihak dalam harus meningkatkan
perkembangan yang dilalui oleh para perjuangan antara proletariat dengan borjuasi.
Partai Komunis Indonesia (PKI) yang didirikan pada tanggal tahun 1920. PKI
lahir dalam jaman imperialism, sesudah Indonesia ada kelas buruh, sesudah dibentuk
serikat buruh-buruh dan ISDV (Indonesische Social Democrastische Vereniging). Di
lahirkannya PKI karena keharusan jaman menjadi jelas dari tulisan kawan stalin dalm
buku “Dasar-Dasar Leninisme”. Menurut D.N. Aidit, tidak akan mencampuri soal-
soal internal daripada partai lain walaupun untuk mempersatukan sekalipun.
Kewajiban PKI yaitu mengajak partai-partai yang jujur untuk bekerja sama dengan
PKI gunanya menggalang front persatuan nasional dan front persatuan di berbagai
kalangan yaitu kalangan kaum buruh, kaum tani, kaum pelajar, kaum pecinta dan
ahili kebudayaan, kaum wanita, kaum pemuda, dan lain-lain. Oleh karena itu, kaum
komunis secara praktik adalah bagian yang paling teguh, bagian yang terus
mendorong maju ke bagian lainnya dari partai buruh di semua negara. Secara teori
komunis mempunyai kelebihan dari masa proletariat lain tentang syarat-syarat, proses
dan hasil umum gerakan proletary.
Yang dijelaskan bahwa, gerakan yang memperjuangkan emansipasi dan keadilan
sosial disebut “gerakan kiri” yang memiliki spektrum yang luas, merentang dari
Gerakan-gerakan yang memperjuangkan kesetaraan gender dan hak kaum
perempuan, hak ekonomi, sosial dan budaya. Mereka semua muncul dalam
bermacam-macam kelompok yaitu gerakan buruh dan kaum bekerja, kaum tani dan
nelayan, dan lain-lain. Dalam sejarah, gerakan kiri yang berbalut dengan perjuangan
pembebasan nasional, dan melakukan aksi-aksi revolusioner dengan beragam cara
tetang “revolusi sosial” di satu titik hingga ke “revolusi jalan parlementer”
.
3. Agama dalam perspektif komunisme
Marx (1970: 35) tidak henti-hentinya memasuki agama beserta kegiatanya dan
isntitusi keagamaan melalui pidato-pidato maupun karya tulisnya, namun tidak
mempraktikan atau menganjurkan taktik yang dirancang untuk menghancurkan
agama secara paksa. Namun, dengan cara menanamkan statement kepada anggota
pekerja agar membebaskan diri dari pengaruh-pengaruh agama, sehingga secara tidak
langsung agama akan mati karena terjadi kelalaian dan kehilangan fungsi daripada
serangan secara langsung.
Bagi Marx tidak ada doktrin agama dari sumber mana pun yang dianggap
benar. Karena tidak membedakan antara kepercayaan dan takhayul agama, antara
agama yang benar dan yang salah, meskipun beliau percaya bahwa beberapa
manifestasi keagamaan lebih berkembang daripada yang lain. Namun Marx
berpendapat bahwa agama itu epifenomenal. Sebab beliau terkadang membuat poin
secara eksplisit seperti ia lakukan dalam menyebut dunia religious “refleksi dari dunia
nyata” (Marx, 1904: 372).
Maka jelas bahwa ide Marx tentang dunia komunis adalah agama, keluarga,
huku, hak, dan yang berkaitanm harus dihancurkan. Marx menginginkan dunia di
mana orang tidak memiliki property, menerima perintah tanpa pertanyaan, dan
membiarkan kehidupan keluarga masyarakatnya menjadi tanpa agama, moral, atau
cita-cita. Demikian Marx menolak keberadaan tuhan sebab tanpa kehadiran tuhan,
manusia dapat merasakan kebahagian, makanan yang berkecukupan, kekayaan
bahkan kesuksesan di dunia. Dari pertikaian tersebut munculah ide untuk bebas dari
agama dan kebebasan melakukan tindakan berdasarkan hati nurani.
Dengan demikian, bahwa konsep komunis yaitu menganggap agama sebagai
reaksi sejarah dari rangkaian peristiwa kehidupan manusia. Pada mulanya agama
merancang manusia sebagai tradisi atau kultur yag menyimpan seluruh aspek
kebaikan, keadilan dan keindahan, yang bertujuan untuk menjaga kesinambungan
antara manusia dan alam semesta. Selain itu, mengacu pada sejarah agama di dunia
barat. Awal mulanya bertujuan untuk pembebasan manusia melalui pemimpin
revolusioner para nabi, maka agama mampu menjadi alat perlawanan untuk bertinda
kepada yang berkuasa.
Salah satu tujuan awal dari lahirnya komunisme adalah kebebasan kaum
buruh dari kaum borjuis. Mereka menuntut keadilan dan kebebasan, namun
kebebasan yang diraih hanyalah kebebasan duniawi belaka, sedangkan kebebasan
sejati memancarkan hikmah, ilmu dan adab. Maka, hendaknya kebebasan individu
diiringi dengan hukum dan hikmah, agama dan etika agar tidak luluh dalam sistem
kehidupan alam semesta, serta dapat membawa kebahagian di dunia dan di akhirat.

B. PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

1. Demokrasi Rakyat
Menurut peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah bentuk khusus
demokrasi yang memenuhi fungsi diktator proletar (a special form of democracy
fulfilling the functions of proletarian dictatorship). Bentuk khusus ini tumbuh dan
berkembang di negara-negara Eropa Timur seperti Cekoslovakia, Polandia, Hongaria,
Rumania, Bulgaria, dan Yugoslavia, serta Tiongkok. Menurut Georgi Dimitrov,
seorang tokoh yang pernah menjabat sebagai perdana menteri Bulgaria, demokrasi
rakyat merupakan: “Arah dalam masa transisi yang bertugas untuk menjamin peran
negara ke arah sosialisme (a state in the transitional destined to development on the
path to socialism).
Pertumbuhan demokrasi rakyat berbeda di tiap-tiap negara sesuai dengan
situasi sosial politik setempat. Di Uni Soviet, sebagai hasil dari perkembangan politik
yang amat kaku dan penuh ketegangan antara golongan komunis dan golongan anti
komunis, pada akhirnya hanya diakui adanya satu partai dalam masyarakat;
golongan-golongan lainnya disingkir kan secara paksa.
Di negara-negara Eropa Timur secara resmi terdapat sistem multi-partai
dengan kedudukan serta peranan partai komunis yang dominan. Hal ini disebabkan
karena perkembangan selama dan sesudah Perang Dunia II, yakni ketika pendudukan
Nazi Jerman atas negara-negara Eropa Timur memaksa golongan-golongan komunis
untuk bekerja sama dengan golongan golongan lainnya dalam masyarakat setempat
dalam rangka melancarkan perlawanan terhadap tentara pendudukan. Setelah Nazi
Jerman dapat ditundukkan, pasukan-pasukan Uni Soviet yang tergabung dalam
Tentara Merah mengambil alih kekuasaan. Berkat kehadiran dan kekuatan Tentara
Merah itu, partai-partai komunis setempat yang umumnya merupakan minoritas
berhasil merebut pucuk pimpinan dan kekuasaan pemerintahan negara.

2. Demokrasi Nasional
Pada tahun 1960, dalam pertemuan ke-81 partai komunis di Moskow gagasan
Khrushchev dirumuskan secara lebih terperinci dan dicetuskan suatu pola baru, yaitu
negara Demokrasi Nasional (national democratic state). Demokrasi Nasional
dianggap suatu tahapan dalam perkembangan negara demokrasi borjuis (national
bourgeois state) menjadi demokrasi rakyat sebagai suatu bentuk diktator proletariat.
Pada akhir tahun 1964 disadari bahwa konsep Demokrasi Nasional tidak
realistis, karena beberapa negara yang tadinya dianggap sudah matang untuk
terbentuknya Demokrasi Nasional, seperti Guinea, Ghana, Mali, Republika
Południowej Afryki (R.P.A. - Republik Afrika Selatan), Aljazair, dan Burma ada
yang tidak memperlihatkan kemajuan ke arah demokrasi rakyat, bahkan ada di
antaranya yang membubarkan partai komunis setempat. Sekali lagi, golongan
komunis terpaksa meninjau kembali konsep Demokrasi Nasional yang baru
dicetuskan itu dan menentukan sikap terhadap negara borjuis nasional yang tidak
memihak tetapi membatasi ataupun menutup sama sekali ruang gerak partai-partai
komunis setempat.
Upaya untuk pembaharuan sistem politik dilakukan secara bertahap di China
dengan membuka keran kebebasan terlebih dulu di tingkat lokal melalui pemilihan
langsung memilih kepala desa. Upaya reformasi sistem politik yang lebih substantif
belum sepenuhnya berhasil dijalankan walaupun saat ini, jika dibandingkan dengan
situasi di masa sebelumnya, masyarakat China sudah menikmati lebih banyak
kebebasan. Sementara itu, karakteristik sistem politiknya tidak lagi sering dicirikan
sebagai totaliter dan otoriter, tapi sudah mengarah ke soft authoritarianism. Meskipun
demikian, harapan munculnya demokrasi dalam arti sesungguhnya seperti yang kita
kenal dewasa ini di banyak negara tampaknya belum akan terjadi dalam waktu dekat
di China.

3. Hakikat Demokrasi Dalam Proses Pemilihan Ketua Partai


Untuk mengetahui hakikat demokrasi dalam proses pemilihan ketua partai di
Indonesia, dalam melakukan pembagian penulisan secara singkat proses pemilihan
ketua partai politik berdasarkan:
1. Pasal 4 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai Islam Damai Aman
Tahun 2015, dijelaskan bahwa pengurus pusat terdiri dari dewan Pembina dan
dewan syuro ditetapkan oleh ketua umum.
2. Pasal 8 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia Tahun 2015, dijelaskan ketua umum dipilih oleh kongres.
3. Pasal 22 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai Keadilan Sejahtera
Tahun 2013, dijelaskan bahwa dewan pengurus pusat dipimpin oleh presiden
partai.
4. Pasal 12 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai Kebangkitan
Bangsa Tahun 2008, dijelaskan bahwa dewan pengurus pusat adalah pimpinan
tertinggi partai.
5. Pasal 18 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai Gerakan Indonesia
Raya Tahun 2012, dijelaskan bahwa dewan Pembina dipimpin oleh ketua
dewan Pembina.
Berdasarkan pembahasan diatas, bahwa proses pemilihan ketua partai cenderung
berdasarkan pimpinan atau kongres dimana anggotanya berkumpul. Ada beberapa
pemikiran tokoh terkait demokrasi yaitu:
1. Socrates, mengungkapkan 5 (lima) bentuk pemerintahan sesuai dengan sifat
manusia:
 Aristoraksi
 Timokrasi
 Oligarki
 Demokrasi
 Tirani
2. Aristoteles, mengungkapkan 6 (enam) bentuk pemerintahan berdasarkan
jumlah orang yang memegang pucuk pemerintahan dan kualitas pemerintah,
yaitu:
 Monarki (Satu orang pimpinan demi kepentingan kelompok)
 Tirani (Satu orang pimpinan demi kepentingan pribadi)
 Aristoraksi (dipimpin sekelompok cendekiawan dalam kepentingan
umum)
 Oligarki (dipimpin sekelompok cendekiawan dalam kepentingan
kelompok)
 Politeia (pemerintahan konstitusional)
 Demokrasi (dipimpin orang-orang tertentu demi kepentingan sebagian
orang)
3. Polybius
 Monarki (masyarakat primitif)
 Kingship (ada kekuatan dalam moral dan keadilan)
 Tirani (satu orang pria terbaik)
 Oklorasi (biadab/kekacauan)
4. Jean Jacques Rousseau
 Demokrasi (penguasa menjadikan rakyat sebagai hakim)
 Aristokrasi (penguasa menjadikan rakyat berkelompok sebagai hakim)
 Despotisme (sewenang-wenang)
5. St Thomas Aquinas
 Tirani (seorang diri, segala sesuatu dari satu orang)
 Demokrasi (control dari rakyat)
 Aristoraksi (noble man called optimates)

4. Wacana Sosial Demokrasi Indonesia


Sosial Demokrasi dan Sosialisme Demokrasi merupakan paradigma alternatif
dalam level domestik maupun global. Untuk memudahkannya definisi Sosial
demokrasi sebagai suatu istilah, penulis mengambil sebuah panduan ilmiah terkait
Teori Sosial Demokrasi menurut Thomas Meyer. Meyer menerangkan, pada
prinsipnya Sosial Demokrasi sebagai model gagasan dan Sosial Demokrasi sebagai
partai politik (atau aliran) selalu memiliki titik-titik temu, meskipun keduanya tidak
sama. Pandangan Meyer sebenarnya mengaburkan istilah “demokrasi
liberal/kapitalis” yang patut dikoreksi, tetapi Sosial Demokrasi sebagai perangkat
teori dan paradigma yang memiliki definisi keilmiahan.
Sosialisme untuk melihat terlebih dahulu relasi antara demokrasi dan kapitalisme
pasar. Yang keduanya mengalami relasi tegang dan berpotensi bagi terkuburnya
demokrasi itu sendiri. Pada kapitalisme pasar yang menganggap kebebasan
memproduki dan mempertukarkan barang, sementara Demokrasi yaitu kebebasan
bagi semua manusia sebagai hak dasar keputusan demokratis. Di lain pihak,
kapitalisme pasar yang memakai istilah “demokrasi” mengalami penilihan bagi
Demokrasi itu sendiri, hasilnya menyebabkan ketimpangan ekonomi antar manusia,
perbedaan alokasi sumberdaya materil mengakibatkan perbedaan kesempatan guna
berpartisipasi dalam masyarakat dan demokrasi, kapitalisme pasar berfungsi semakin
menggelobal, sementara partisipasi demokratis hanya berkutat di tataran nasional.
Hasilnya, paradigma ini mengancam struktur-struktur demokrasi di setiap negara. Hal
ini kemudian menjadikan Sosial Demokrasi sebagai upaya pelurusan filosofis dan
historis dari demokrasi itu sendiri.
Dalam nilai dasar atau prinsip Sosial Demokrasi mengandung tiga, yaitu:
1. Kebebasaan: memiliki beberapa tuntunan yaitu kebebasan individu secara
mendasar dijamin dan dipastikan, kebebasan mesyaratkan bahwa keputusan
politik dilakukan secara demokratis.
2. Kesetaraan/keadilan: terdapat nilai mendasar, jika menyangkut soal pembagian
barangbarang/kekayaan masyarakat materril dan nonmaterial.
3. Solidaritas: yang bisa perekat sosial sebuah masyarakat bila didukung oleh
(sistem) kelembagaan, namun bukan menjadi pencetusnya. Ketiga prinsip
tersebut harus melekat ditengah-tengah masyarakat agar tujuan Sosial Demokrasi
yaitu masyarakat berkeadilan mampu tercapai.

Anda mungkin juga menyukai