Sejarah Lubuklinggau
Sejarah Lubuklinggau
Sejarah Lubuklinggau
menjadi suatu studi yang menarik dalam proses berkelanjutan dari masa kemasa. (Ravico &
Andriana, 2019:35). Selain itu, dalam sejarah kota Lubuklinggau, penduduk asli kota
Lubuklinggau berasal dari negeri Ulak Lebar yang telah mendiami kawasan daratan sempit
yang memanjang dari arah Barat hingga ke Timur di kaki sebelah Selatan Bukit Sulap.
Tepatnya berada disebelah Utara daerah aliran sungai Kelingi, pusat pemerintahan
masyarakat negeri Ulak Lebar ditandai adanya benteng yang terbuat dari tanah yang disebut
dengan “Kute”. Kute merupakan tanah yang ditinggikan hingga berbentuk pematang atau
gundukan yang ditinggikan berfungsi sebagai pagar atau pembatas bagian luar dan dalam.
(Suwandi, 2005:1).
Dimulai dari era kedatuan Sriwijaya, Palembang dikenal sebagai bandar perdagangan
dan daerah iliran dari muara sungai-sungai Uluan. Sebut saja sungai Musi yang mengalir dari
pergunungan Bukit Barisan, dan anak-anak sungai Musi Meliputi sungai Kelingi, sungai
Rawas, dan sungai Beliti, semuanya bermuara mengalir ke sungai Musi. dengan ini
Lubuklinggau yang dilewati salah satu sungai Uluan yaitu sungai Kelingi, dan ada beberapa
sungai-sungai kecil yang terdiri dari sungai Malus, Kasie, dan Ketue, memposisikan diri
sebagai daerah Uluan. Setelah Kesultanan Palembang jatuh ke tangan Belanda tahun 1821,
status kesultanan berubah menjadi Keresidenan palembang pada tahun 1925. Pemerintahan
Lubuklinggau sebagai daerah kepentingan perdagang kolonial Belanda baik dalam dari segi
ekomoni maupun keamanan. Akhirnya Lubuklinggau didirikan sebuah marga yang berstatus
Sindang Kelingi Ilir oleh Belanda untuk kepentigan kekuasaan, selanjutnya menaikkan
Lubuklinggau dari status marga menajadi ibukota Onder Afdeeling Moesi Oeloe di Tahun