Anda di halaman 1dari 10

KISI-KISI AGAMA ISLAM

1. ETIKA ISLAM DALAM INTERPRENEURSHIP

Dalam islam, etika dalam interpreneurship harus berdasarkan pada prinsip-prinsip


yang berlandaskan al quran dan al-hadith. Menurut buku Ahmad Hasan Ridwan
“Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil”, Abdul Aziz menjelaskan secara terperinci
prinsip-prinsip etika bisnis Islami sebagai berikut:20

 Jujur dalam takaran dan timbangan


 Menjual barang yang halal.
 Menjual barang yang bermutu baik
 Jangan menyembunyikan kecacatan suatu barang
 Jangan main sumpah
 Longgar dan bermurah hati
 Jangan menyaingi kawan
 Mencatat utang piutang
 Larangan riba
 Anjuran berzakat, yakni menghitung dan mengeluarkan zakat barang dagangan
setiap tahun sebanyak 2,5 % sebagai salah satu cara untuk membersihkan harta
yang diperoleh dari hasil usaha

Selain dari pada itu Rasululah SAW sangat banyak memberikan petunjuk mengenai
etika bisnis, yang diantaranya:

 Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Kejujuran merupakan


prasyarat keadilan dalam hubungan kerja. Dan kejujuran terkait erat dengan
kepercayaan.
 Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam,
tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyakbanyaknya, sebagaimana yang
diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada
sikap ta‟awun (menolong orang lain) dan memberi kemudahan bagi orang lain
dengan menjual barang
 Tidak melakukan sumpah palsu.
 Ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan
bisnis.
 Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik
membeli dengan harga tersebut.
 Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya.
 Tidak melakukan Ihtikar, yaitu menumpuk dan menyimpan barang dalam masa
tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan
besar pun diperoleh.
 Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah.
 Tidak monopoli. Contoh sederhana adalah penguasaan individu tertentu atas hak
milik sosial, seperti air, udara dan tanah dan kandungan isinya seperti barang
tambang dan mineral.
 Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yang dapat
merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya, larangan
melakukan bisnis senjata disaat terjadi chaos (kekacauan) politik.
 Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan.
 Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya
 Memberi tenggang waktu apabila penghutang (kreditor) belum mampu membayar.
 Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba.

Etika bisnis dalam Islam dengan demikian memposisikan pengertian bisnis sebagai
usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah swt. Bisnis tidak bertujuan jangka
pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan kalkulasi
matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu
tanggung jawab pribadi dan sosial dihadapan masyarakat, Negara dan Allah swt.

2. DAKWAH AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

ma'ruf ialah segala perilaku, sifat, dan perbuatan yang bernilai baik dalam
pandangan agama maupun penilaian akal sehat, serta baik pula pandangan
masyarakat umum. sedangkan munkar adalah segala perilaku, sifat dan perbuatan
yang jelek atau jahat menurut syara' (agama), jelek menurut akal sehat serta jelek
menurut budaya dan adat masyarakat setempat. Amar ma'ruf nahi munkar telah
menjadi semboyan yang secara maknawi mengandung makna perjuangan membela
kebenaran dan membantas kemungkaran. perjuangan memberantas kejahatan,
kebatilan, kemaksiatan, dan kezhaliman seperti perlawanan terhadap perbuatan
zina, prostitusi, LGBT, narkoba, korupasi,judi dll dikategorikan sebgai perwujudan
amal ma'ruf nahi munkar.

ditinjau dari pengertian etimologis, kata dakwah mencakup aktivitas amar ma‟ruf
karena kegiatan amar ma‟ruf merupakan praktek dakwah untuk mengajak orang
mengikuti dan melakukan kebaikan, sedangkan kegiatan nahi munkar
merupakan kegiatan pelaksanaan dakwah untuk mengajak orang agar mereka
meninggalkan dan menjauhi segala perbuatan jelek, buruk atau jahat. Dengan
demikian, pada kedua macam kegiatan tersebut ada makna dakwah atau ajakan
untuk melakukan segala yang baik dan tidak melakukan segala yang jelek atau
munkar.

3. MEMBANGUN KELUARGA ISLAMI

Bagaimanakah ciri-ciri keluarga yang Islami yang nantinya dapat menciptakan


keluarga yang sakinah, mawaddah, dah warohmah?

1. Rumah tangga yang dibangun atas dasar ibadah

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ibadah merupakan salah satu unsur
yang penting dalam pembentukan sebuah keluarga yang islami. Hal ini dimulai
sebelum pernikahan terjadi, yaitu dalam proses memilih calon pasangan, khitbah,
hingga berlanjut dalam proses pernikahan. Jika hal-hal tersebut dilakukan secara
islami, InsyaAllah setiap permasalahan yang dihadapi akan menemukan
kemudahan dalan penyelesaiannya. Kenapa? Karena masing-masing dari mereka
tunduk pada aturan-aturan Allah SWT.
2. Terciptanya internalisasi nilai-nilai islam kepada setiap anggota keluarga.

Baik suami dan istri sama-sama memiliki peran yang penting dalam mendidik
anak-anak mereka. Oleh karena itu, hendaknya mereka lebih mampu menyerap
nilai-nilai islam ke dalam perilaku maupun sikap mereka, dan sudah menjadi
suatu kewajiban bagi mereka untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut kepada
anggota keluarga yang lain, misalnya pada anak-anak maupun asisten rumah
tangga yang ada.

3. Adanya keteladanan yang selalu bisa dicontoh

Anggota keluarga, terutama bagi anak-anak sangat memerlukan contoh yang


kongkrit dalam menerapkan nilai-nilai islam di kehidupan mereka sehari-hari. Hal
inilah yang menjadi tugas dan kewajiban bagi setiap orang tua, dimana kelak di
akhirat orang tua akan dimintai pertanggungjawaban atas hal tersebut. Oleh
karena itu sudah sepatutnya apabila orang tua memberikan contoh yang baik
bagi anak-anak, jangan sampai orang tua hanya menyuruh sementara mereka
sendiri tidak melakukannya.

4. Adanya perasaan saling tolong menolong

Tolong menolong sangat penting untuk dilakukan dalam setiap keluarga.


Misalnya saling nasihat menasihati, saling mengingatkan, dan lain sebagainya.
Hal ini akan mendorong terciptanya hubungan yang harmonis bagi sesama
anggota keluarga.

5. Kebutuhan yang bersifat materi dapat tercukupi secara wajar

Seorang kepala rumah tangga (suami/ ayah) memiliki tanggung jawab yang
besar dalam mencukupi segala kebutuhan, khususnya dalam hal yang bersifat
materi, seperti sandang, pangan, papan, maupun kebutuhan lainnya seperti
pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya. Hendaknya kebutuhan-kebutuhan
tersebut dipenuhi dengan jalan yang benar, jangan sampai dalam memberikan
nafkah bagi keluarga tercinta, seorang suami atau ayah memberikannya dari
jalan atau cara yang salah.

6. Menjaga rumah tangga dari pengaruh buruk

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya berpengaruh baik


bagi kehisupan, akan tetapi hal itu juga membawa pengaruh yang buruk. Anak-
anak merupakan object yang paling mudah terkena dampak dari pengaruh buruk
hal tersebut. Oleh karena itu, sebagai orang tua, sangatlah penting untuk selalu
mengawasi dan memperhatikan sikap dan perilaku buah hatinya, jangan sampai
mereka terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya narkoba,
seks bebas, dan lain sebagainya.

7. Memposisikan masing-masing anggota keluarga sesuai dengan syariat

Misalnya saja, seorang suami merupakan kepala rumah tangga yang


berkewajjiban untuk memimpin keluarga dan bertindak sebagai pengambil
keputusan. Jadi istri maupun anak-anak harus selalu menghormatinya. Akan
tetapi seorang suami juga harus menghormati dan menghargai keberadaan sang
istri disampingnya, yaitu dengan mengajaknya bermusyawarah dalam mengambil
setiap keputusan. Begitu juga dengan anak-anak mereka, seorang anak harus
selalu menghormati kedua orang tuanya dan mematuhi apa yang mereka
perintahkan selama perintah itu benar. Dan orang tua pun harus menghormati,
menyayangi, dan mengasihi anak-anak mereka.

8. Menjaga hubungan baik dengan lingkungan

Akan sangat baik jika sebuah keluarga memiliki hubungan yang baik pula dengan
lingkungan disekitarnya. Dengan begitu keluarga tersebut akan bisa mengetahui
hal-hal yang sedang terjadi dalam lingkungan tersebut, serta dapat menjaga tali
silaturahmi dengan anggota masyarakat lainnya. Membangun keluarga yang
islami dibutuhkan usaha yang keras, akan tetapi dengan adanya niat, kemauan,
dan kerjasama diantara sesama anggota keluarga maka hal tersebut akan dapat
terwujud.

4. ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN INTERNAL/EKSTERNAL (QS. ALKAFIRUN)

Islam membangun persatuan internal maupun eksternal + penjelasan al-


kafirun

Ketika nabi masih berada di tengah-tengah umat, semua persoalan dikembalikan


dan dijawab oleh beliau. Oleh karena itu, di era nubuwwah tidak terdapat perbedaan
mazhab. Kaum muslimin – baik suka maupun terpaksa – mengikuti aturan yang
diputuskan oleh Rasulullah saw. Perbedaan mazhab muncul ketika Nabi Muhammad
wafat, yakni ketika menetapkan tokoh yang paling layak memimpin umat
menggantikan Nabi Muhammad.

Cara islam membangun persatuan :

1. tidak ada paksaan dalam beragama (QS. al-Baqarah [2]: 256).


2. mengakui dan menghormati adanya perbedaan keragaman manusia.
3. Allah tidak berkehendak menciptakan manusia umat yang satu. Banyak ayat yang
berbicara tentang hal ini, diantaranya adalah QS. Hud [11]: 118-119

Setidaknya dari tiga poin yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan dengan tegas
bahwasannya Islam sangat menghargai keanekaragamaan. Pada saat yang sama,
juga menekankan akan persatuan. Demikianlah cara Islam membangun persatuan
dalam keberagaman. Cara ini-lah yang dicontohkan oleh Nabi ketika di Madinah
melalui Piagam Madinah.

Penjelasan surah Al-Kafirun

1. Allah hendak menjelaskan bahwa terdapat perbedaan besar antara sifat-sifat Tuhan
yang disembah oleh umatnya Nabi Muhammad SAW dan Tuhan yang disembah
oleh orang-orang kafir. Sebab Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tidak
beranak maupun diperanakkan.
2. Berkaitan dengan perbedaan sifat Tuhan dari keduanya, hal ini pun menjelaskan
bahwa adanya perbedaan dalam bentuk pelaksanaan ibadah.
3. Melalui surat Al Kafirun, Allah SWT menekankan perihal toleransi antar umat
beragama. Hal ini dilakukan melalui pengerjaan ibadah sesuai dengan ketentuan
agama masing-masing tanpa mencampur adukkan urusan keduanya.

5.PERBEDAAN PAJAK DAN ZAKAT

Zakat dan pajak memiliki makna yang berbeda, dari fungsi, peranan, tujuan
hingga penerapannya. 6 perbedaan antara zakat dan pajak :

1. Perbedaan tujuannya
Tujuan awal zakat dan pajak sangat berbeda. Umat muslim diwajibkan untuk
menunaikan rukun silam yang ke-4 yaitu zakat, dengan tujuan untuk mensucikan
jiwa dan membersihkan harta. Karena dalam setiap harta yang kita dapatkan,
terdapat hak orang-orang yang membutuhkan. Ibadah zakat merupakan perintah dari
Allah. Perintahnya sama pentingnya dengan ibadah sholat lima waktu. Dirikan sholat
dan tunaikan zakat. Sedangkan pajak merupakan aturan pemerintah melalui
kesepakatan dalam undang-undang yang harus dipenuhi oleh rakyat. Tujuan pajak
ialah agar masyarakat memperoleh fasilitas sosial secara adil dan merata. Orang
yang wajib membayar pajak dari berbagai kalangan, mulai ekonomi menengah atas
dan juga menengah bawah. 
2. Pengelolaan
Perbedaan antara zakat dan pajak juga terdapat pada pengelolanya. Pengelola
zakat disebut amil, yaitu mereka yang dapat dipercaya untuk mengelola zakat. Jika
kepengurusan masjid sehat, biasanya terdapat kepanitiaan zakat. Untuk pengelolaan
zakat, selain di masjid juga bisa disalurkan melalui amil zakat juga dapat ditemui dari
lembaga sosial yang terpercaya, salah satu lembaganya yaitu Dompet Dhuafa. Pajak
dikelola oleh negara. Masyarakat tidak boleh membuat kepengurusan pajak negara
sendiri. Pengelola pajak telah diatur di dalam undang-undang.
3. Berdasarkan golongan penerima
Secara spesifik, zakat disalurkan untuk delapan asnaf, yang telah ditentukan dalam
surat At-Taubah ayat 60. Delapat asnaf tersebut merupakan fakir, miskin, gharim,
riqab, mualaf, fisabilillah, ibnu sabil, dan amil zakat. Bentuk penyalurannya bisa
berupa dana, makanan, atau program pemberdayaan. Sedangkan penyaluran pajak
disalurkan ke setiap sektor masyarakat dalam cakupan yang sangat luas. Seperti
dalam bidang pendidikan, ekonomi, infrastruktur daerah, yang dapat dinikmati
manfaatnya oleh seluruh penduduk negara.
4. Syarat pembayaran
Syarat seseorang dapat membayar zakat yaitu beragama muslim, berakal sehat,
dewasa, harta yang dimiliki telah mencapai nisab dan haul. Nisab zakat telah
ditentukan dalam hadits serta ijtima’ para ulama. Sedangkan syarat pajak dilihat dari
minimal pendapatan yang diperoleh seseorang. Nominal yang harus dibayarkan
sudah ditentukan oleh negara. Pajak ini dikenakan kepada seluruh penduduk tanpa
memandang suku dan agama, asalkan memiliki pendapatan per bulannya memenuhi
syarat yang sudah ditentukan. Di Indonesia, wajib pajak diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 101/ PMK.010/ 2016 yang diterbitkan tanggal 27
Juni 2016. Penduduk dikenakan pajak ialah mereka yang memiliki pendapatan
sebesar Rp54 juta per tahun. Artinya, penduduk yang memiliki pendapatan minimal
4,5 juta sebulan, wajib membayar pajak kepada negara.
5. Perbedaan Alat dan Nominal Pembayaran yang Digunakan
Pembayaran pajak dibayarkan berupa uang. Sedangkan pembayaran zakat
dapat berupa makanan pokok, hasil pertanian, hewan ternak, ataupun uang
tunai. Nominal pajak yang dikenakan juga berbeda. Untuk masyarakat yang
memiliki pendapatan kisaran Rp4,5-50 juta dikenakan biaya pajak sebesar 5
persen. Pendapatan per bulan berkisar Rp50-250 juta, dikenakan pajak sebesar
15 persen. Pendapatan 250-500 juta dikenakan pajak sebesar 25 persen.
Hingga pendapatan per bulan yang mencapai di atas Rp500 juta juga dikenakan
pajak hingga 30 persen. Sedangkan untuk zakat, bila sudah mencapai nisab,
sebesar apapun nilai uang tunai yang dimiliki, hanya dikenakan sebesar 2,5
persen Nilainya jauh lebih kecil daripada pajak. Hal ini wajar berbeda karena
zakat difokuskan untuk membantu sesama umat muslim. Sedangkan pajak
diperuntukkan untuk kebutuhan bersama dalam membangun negara, yang
membutuhkan nominal lebih besar. Apabila zakat yang dibayarkan merupakan
hasil pertanian dan peternakan, nilainya tidak dihitung dari 2,5 persen. Setiap
hasil panen dan ternak memiliki nisab masing-masing, yang telah ditetapkan
dalam hadit Rasulullah serta ijtima’ para ulama. 

6. Waktu Pembayaran
Waktu untuk membayarkan zakat ada dua. Pertama saat bulan suci Ramadhan,
sebelum bulan Syawal. Waktu yang ditetapkan untuk membayar zakat fitrah.
Kedua saat harta yang dimiliki sudah mencapai nisab dan haul. Nisab
merupakan batas minimal harta yang dikenakan wajib zakat. Jika harta tersebut
telah mencapai satu tahun dimiliki, maka disebut telah mencapai haul. Jika
sudah tiba waktunya, maka wajib membayar zakat mal. Sedangkan untuk
pembayaran pajak di Indonesia dibayarkan setiap bulan. Jika terlambat
membayar pajak, maka akan dikenakan denda sebesar 2% per bulan. Dihitung
dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.

6.MUSTAHIQ ZAKAT ( QS ATTAUBAH:60)

Zakat merupakan salah satu dari 5 pilar rukun Islam selain mengucap dua kalimat
syahadat, mendirikan salat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan
ibadah haji bila mampu.Dari berbagai jenis zakat, terdapat satu zakat yang wajib
hukumnya yaitu zakat fitrah. Zakat ini diamalkan pada bulan puasa dan memiliki
berbagai manfaat antara lain menyempurnakan ibadah puasa dan diberikan
kelimpahan rezeki. Perlu diketahui, zakat tidak bisa diberikan pada sembarangan
orang. Zakat hanya bisa diberikan pada mustahiq zakat atau orang yang berhak
menerima zakat. Sebab, seperti yang disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 60:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan
Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

8 Mustahiq Zakat
1. Al – Fuqara (Fakir)
Orang-orang fakir atau melarat adalah orang yang hidupnya amat sengsara, tidak
memiliki harta dan tidak memiliki tenaga untuk mencukupi kebutuhan diri dan
keluarganya. Seseorang disebut fakir ketika yang bersangkutan membutuhkan Rp
100.000 rupiah untuk mencukupi kebutuhan hariannya, namun hanya mampu
mengumpulkan Rp 25.000 per harinya. Oleh karena itu, golongan orang seperti ini
disebut sebagai mustahiq zakat dan berhak menerima zakat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya.
2. Al – Masakin (Miskin)
Orang miskin berbeda dengan orang fakir, lho Toppers. Dalam keadaan miskin,
orang masih memiliki penghasilan dan pekerjaan tetap, namun dalam keadaan serba
kekurangan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dalam Islam, orang miskin
juga masuk dalam salah satu mustahiq zakat yang wajib dibantu agar dapat
memenuhi kebutuhannya dengan lebih baik.
3. Al – Amilin (Panitia Zakat)
Al’Amilin atau amil zakat merupakan orang yang bertugas mengumpulkan serta
membagikan zakat kepada golongan yang berhak menerimanya. Karenanya, Al-
Amilin juga termasuk sebagai mustahiq zakat sehingga berhak menerima pembagian
zakat yang dipilih terlebih dahulu oleh imam masjid. Panitia zakat sendiri memiliki
beberapa syarat agar terpilih sebagai amil zakat, antara lain merdeka (tercukupi),
adil, akil dan baligh, seorang muslim, mampu melihat, seorang laki-laki dan mengerti
tentang dasar hukum agama Islam dan zakat khususnya.
4. Mualaf
Istilah mualaf merujuk pada orang yang baru masuk Islam dan belum mantap dari
segi iman dan taqwa. Mualaf sendiri terbagi atas tiga bagian antara lain: Orang yang
masuk Islam dan hatinya masih bimbang, maka harus diberikan saran dan masukan
agar mendapatkan zakat. Lalu, ada orang yang masuk Islam agar diberikan zakat
bila bersungguh-sungguh belajar dan menjauhi larangan, dan yang terakhir mualaf
yang adil dan perlu bimbingan.
5. Dzur Riqab (Budak)
Para penerima zakat berikutnya adalah hamba sahaya atau budak yang ingin
memerdekakan dirinya dari majikan dan membutuhkan tebusan uang. Zakat bagi
Dzur riqab juga mencakup pembebasan seorang muslim yang ditawan oleh orang-
orang jahat, atau membebaskan seorang muslim dari penjara karena tidak mampu
membayar denda atau diat.
6. Algharim (Berutang)
Istilah ini merujuk pada orang yang berutang dan tidak sanggup membayar. Namun,
perlu diingat bahwa utang tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi dan bukan
untuk kebutuhan maksiat. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhamamd SAW dalam
H.R. Abu Daud: “Zakat tidak halal bila diberikan kepada orang kaya, kecuali lima
sebab: Berperang di jalan Allah, pengurus sedekah, orang yang berutang atau yang
membeli sedekah dengan hartanya, atau orang kaya yang mendapat hadiah dari
orang miskin dari hasil sedekah.”
7. Fii Sabilillah / Al – Mujahidin (Pejuang Islam)
Fisabilillah atau Al-Muhajidin merupakan orang yang berjuang di jalan Allah
(sabilillah) tanpa upah dan imbalan demi membela dan mempertahankan Islam dan
kaum muslimin untuk mendapatkan hak beribadah, hak asasi manusia serta
memperjuangkan kebebasan beribadah bagi seluruh umat Muslim/
8. Ibnu Sabil
Mustahiq zakat yang terakhir adalah musafir atao orang yang sedang dalam
perjalanan (ibnu sabil) yang bertujuan untuk mencari akidah, ilmu dan ridha Allah
SWT.
7. FUNGSI MASJID KAMPUS BAGI SIVITAS KAMPUS DAN MASYARAKAT
 Masjid kampus dan suasana religious
 Pembinaan salat wajib 5 waktu
 Pembinaan shalat jum’at
 Pembinaan kegiatan bulan ramadhan
 Program tutorial atau mentoring keislaman
 Unit Kegiatan dakwah mahasiswa
 Sub unit pengkajian islam
 Lembaga Pengkajian Ibadah Wanita Islami
 Prodi agama dan bahasa arab
 Kegiatan hari raya islam
8.PERKEMBANGAN ISLAM DINASTI ABASIYAH DAN TOKOH2NYA

Perkembangan islam pada dinasti abasiyah dan siapa saja tokoh-tokoh pada masa
itu

Selepas Bani Umayyah lengser, kekuasaan kekhalifahan Islam berpindah ke Dinasti


Abbasiyah yang berlangsung pada 750-1258 Hijriah atau 1261-1517 Masehi. Selama
masa Kekhalifahan Abbasiyah ini, sejarah ilmu pengetahuan berkembang pesat.
Kekhalifahan Abbasiyah dipelopori oleh Abu Al-Abbas As-Saffah yang meruntuhkan
Dinasti Umayyah pada 1261 Masehi. Abu Al-Abbas As-Saffah juga didaulat sebagai
khalifah pertama Dinasti Abbasiyah. Perkembangan sistem politik dan ilmu
pengetahuan maju pesat di masa Dinasti Abbasiyah yang melanggengkan
kekuasaannya sampai lima abad di kawasan Timur Tengah.
Di era Dinasti Abbasiyah, ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat. Masa
puncaknya ketika pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 H) dan Khalifah
Al-Ma'mun Ar-Rasyid (813-833 H). Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada
Masa Daulah Abbasiyah (2012), Khairul Umam merangkumnya sebagai berikut:

1. Ilmu Tafsir
Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran tafsir yang terus digunakan
hingga sekarang. Dua aliran tafsir itu adalah tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi ar-ra’yi.
Aliran pertama lebih menekankan kepada penafsiran ayat-ayat Alquran dengan
hadis dan pendapat-pendapat para sahabat. Sementara itu, aliran yang kedua lebih
banyak berpijak pada logika daripada nas syariat. Ahli tafsir Alquran yang terkenal di
masa itu adalah Ibn Jarir al-Thabari dengan karangannya yang bertajuk Jami’ Al-
Bayan fi Tafsir Alquran. Ada pula dikenal Al-Baidhawi dengan Mu’allim Al-Tanzil, Al-
Zamakhsyari dengan karangannya yang berjudul Al-Kasyaf, Al-Razi dengan Tafsir
Al-Kabir, dan lain sebagainya.
2. Ilmu Fikih
Setelah Nabi Muhammad wafat, muncul para ulama ahli fikih yang menjadi andalan
bagi umat Islam dalam menjelaskan persoalan fikih. Beberapa di antaranya adalah
Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali.
3. Ilmu Kalam
Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan. Ilmuwan termasyur
dalam bidang ini adalah Wasil bin Ata', Abu Hasan al-Asy'ari, Imam al-Ghazali, Abu
Huzail al-Allaf, dan Ad-Dhaam.
4. Ilmu Tasawuf
Tasawuf adalah ilmu yang membahas tentang cara ber-taqarub dengan benar
kepada Allah SWT. Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Al Gazali, Al-
Qusyairy, dan Syahabbudin.
5. Ilmu Tarikh (Sejarah)
Sejarah termasuk cabang ilmu yang mengalami perkembangan terus-menerus. Para
ilmuwan muslim dalam bidang ilmu tarikh adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Khatib
Bagdadi, Ibnu Hayyan, Ibnu Batutah, dan Ibnu Khaldun.
6. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran dalam Islam dikenal dengan nama at-Tib. Orang-orang Barat
bahkan juga menuntut ilmu di universitas milik umat Islam. Para dokter muslim yang
terkenal adalah sebagai berikut.
 Ibnu Sina, dikenal sebagai bapak dokter Islam
 Jabir bin Hayyan dikenal sebagai bapak kimia
 Ar-Razi, karyanya berjudul al-Hawi yang membahas tentang campak dan
cacar.
7. Ilmu Geografi
Ilmu Geografi berkembang seiring dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam
serta perdagangan. Pada saat itu, sering diadakan perjalanan ilmiah juga perjalanan
untuk pesiar, dan pengetahuan yang diperoleh akan dituangkan ke dalam kitab.
Beberapa ilmuwan dalam bidang geografi adalah Al-Muqaddasy, Yaqut al-Hamawy,
dan Ibnu Khardazabah.
8. Ilmu Bahasa
Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, Bahasa Arab ditetapkan sebagai
bahasa resmi negara. Ilmu bahasa yang berkembang meliputi ilmu nahwu, saraf,
ma'ani, bayan, dan badi. Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah
Sibawaihi, Muaz al-Harra', dan Al-Kisai.
9. Ilmu Astronomi
Ilmu Astronomi atau falak adalah ilmu yang memelajari tentang matahari, bulan,
bintang, dan planet-planet. Beberapa contoh ilmuwan dari bidang ini adalah sebagai
berikut.
 Ibnu Haitam, ilmuwan muslim pertama yang mengubah konfigurasi
Ptolomeus
 Abu Ishaq az-Zarqali, menemukan bahwa orbit planet adalah edaran eliptik,
bukan sirkular
 Ibnu Rusyid, ilmuwan yang menentang paham astronomi oleh Ptolomeus
 Ibnu Bajjah, yang mengemukakan gagasan adanya galaksi Bimasakti
10. Ilmu Matematika
Ilmu matematika juga berkembang pesat dan melahirkan tokoh-tokoh sebagai
berikut.
 Al-Khawarizmi, penemu angka nol dan dikenal sebagai Bapak Aljabar
 Umar bin Farukhan
 Banu Musa.

Anda mungkin juga menyukai