Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan
jumlah penderita hiperglikemi terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
Menurut data Depkes, jumlah pasien hiperglikemi rawat inap dan rawat jalan di rumah
sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI 2005).Jumlah
orang yang menderita hiperglikemi diperkirakan akan meningkat dengan cepat dalam 25
tahun, dengan perkiraan peningkatan sebesar 42 persen terjadi pada negara berkembang.
Perkiraan ini didasarkan pada perubahan demografi pada masyarakat, tanpa
mempertimbangkan perubahan gaya hidup. Di negara berkembang angka kejadian
kelebihan berat badan dan kegemukan terus meningkat dengan cepat karena menurunnya
aktivitas fisik dan banyak makan.
1
Kejadian ini meningkat dengan cepat pada angka kejadian hiperglikemi(Glumer et
al. 2003). Hiperglikemi merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan mutu sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi juga pada sistem kesehatan suatu negara. Walaupun
belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan
masyarakat Indonesia diperkirakan penderita hiperglikemi ini semakin meningkat,
terutama pada kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASA
Hiperglikemia adalah kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Hiperglikemia pada
bayi baru lahir lebih jarang terjadi penyebab pada bayi yang sangat kecil, gula yang
diberikan melalui infus bisa menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang berlebihan.
2.2 Etiologi
Hiperglikemia pada bayi baru lahir lebih jarang terjadi. Bayi yang sehat
biasanya memiliki pengendalian kadar gula darah yang baik. Hormon yang berperan
penting dalam mengatur gula darah didalam tubuh adalah insulin. Pada bayi yang tidak
sehat, insulin tidak berfungsi dengan baik atau terdapat dalam jumlah yang rendah,
sehingga menyebabkan gangguan dalam mengendalikan kadar gula darah. Akibatnya,
kadar gula darah bisa menjadi tinggi (hiperglikemia), misalnya pada bayi baru lahir yang
mengalami stress berat atau menderita infeksi yang berat(sepsis). Pada kasus yang jarang,
bayi juga mungkin memiliki diabetes, dengan kadar insulin yang rendah, sehingga
menyebabkan tingginya kadar gula darah.
Kadar gula darah yang tinggi juga mungkin terjadi pada bayi yang mendapatkan
gula (glukosa) tambahan melalui pembuluh darah, misalnya pada bayi-bayi prematur atau
bayi yang awalnya mengalami hipo glikemia.
1. Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin
adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting.
2. Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau
langerhans.
3. Faktor predisposisi herediter, obesitas.
3
4. Faktor imunologi pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya
suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggap sebagai jaringan asing.
2.3 Patofisiologi
Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding
pembuluh darah yang membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras
(arterisklerosis) dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus.
Thrombus ini dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
lain (tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal
dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata dapat
menyebabkan retinopati) bahkan kematian.
Bayi dengan gula darah yang tinggi (hiperglikemia) seringkali tidak memiliki
gejala. Terkadang, bayi dengan kadar gula darah yang tinggi akan menghasilkan jumlah
air kencing yang banyak dan bisa mengalami dehidrasi.
4
Tingginya kadar gulah darah bisa merupakan suatu tanda bahwa bayi memiliki
stress pada tubuh akibat adanya gangguan tertentu, misalnya infeksi, gangguan nafas, atau
gagal jantung.
1. Gejala awal umumnya yaitu (akibat tingginya kadar glukosa darah) polipagi,
polidipsi, dan poliuri.
2. Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering.
3. Rasa kesemutan, kram otot.
4. Visus menurun..
5. Penurunan berat badan.
6. Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh.
1. Komplikasi akut
A. Komplikasi metabolic
1. Ketoasidosis diabetic
2. Koma hiperglikemik hiperosmoler non ketotik
3. Hipoglikemia
4. Asidosis laktat
B. Komplikasi akut
1. Komplikasi vaskuler
a. Makrovaskuler : PJK, stroke, pembuluh darah perifer
b. Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
2. Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare,
diabetic, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan reflex
kardiovaskuler.
C. Campuran vascular neuropati
a. Ulkus kaki
D. Komplikasi pada kulit
5
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg% (Plasma
vena). Bila GDS 100–200 mg%, maka perlu pemeriksaan toleransi glukosa oral. Kriteria
baru penentuan diagnostic DM menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl.
Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien DM adalah :
1. Hb
2. Gas darah arteri
3. Insulin darah
4. Elektrolit darah
5. Urinalisis
6. Ultrasonografi
2.7 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan/cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri/kenyamanan
8. Pernapasan
9. Keamanan
10. Seksualitas
11. Penyuluhan/pembelajaran
6
dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
7. Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositiosis, hemokonsentrasi,
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal).
10. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan
dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisiten insulin dapat berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat.
14. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
2.10 Penatalaksanaan
Untuk bayi yang memerlukan glukosa tambahan, maka pemberian glukosa pada bayi
dapat diturunkan. Pada bayi dengan diabetes transient, hiperglikemia hanya berlangsung
7
sementara dan akan membaik dengan sendirinya, biasanya dalam waktu beberapa minggu.
Selama waktu tersebut kadar gula darah harus dipantau dan dijaga dengan baik. Selain itu,
hidrasi tubuh bayi-bayi yang mengalami hiperglikemia yang harus diperhatikan agar bayi
tidak mengalami dehidrasi. Setiap cairan dan elektrolit yang hilang pada bayi harus diganti.
Tetapi jika terjadi hiperglikemia menetap, maka perlu dilakukan penangananan lebih lanjut.
1. Diet
A. Komposisi makanan :
1) Karbohidrat = 60–70%
2) Protein 10–15%
3) Lemak 20–25%
B. Jumlah kalori perhari
1) Antara 1100–2300 kkal
2) Kebutuhan kalori basal : laki-laki : 30 kkal/kg BB, Perempuan : 25
kkal/kg BB
C. Penilaian status gizi
1) BB
2) BBR = x 100 %
3) TB – 100
4) Kurus : BBR 110%
5) Obesitas bila BBRR > 110%
6) Obesitas ringan 120 – 130%
7) Obesitas sedang 130 – 140%
8) Obesitas berat 140 – 200%
9) Obesitas morbit > 200%
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja
biasa adalah :
1) Kurus : BB x 40 – 60 kalori / hari
2) Normal (ideal) : BB x 30 kalori / hari
3) Gemuk : BB x 20 kalori / hari
4) Obesitas : BB x 10 – 15 kalori / hari.
8
2. Latihan Jasmani
3. Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko tinggi; umur diatas 45 tahun, kegemukan lebih
dari 120% BB idaman atau IMT > 27 kg/m, hipertensi > 140/90 mmHg, riwayat
keluarga DM, dislipidemia, HDL 250 mg/dl, parah TGT atau GPPT (TGT : > 140
mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa plasma puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan <
126 mg/dl).Obat berkaitan hiperglikemia
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk bayi yang memerlukan glukosa tambahan, maka pemberian glukosa pada bayi
dapat diturunkan. Pada bayi dengan diabetes transient, hiperglikemia hanya berlangsung
sementara dan akan membaik dengan sendirinya, biasanya dalam waktu beberapa minggu.
Selama waktu tersebut kadar gula darah harus dipantau dan dijaga dengan baik.
Selain itu, hidrasi tubuh bayi-bayi yang mengalami hiperglikemia yang harus
diperhatikan agar bayi tidak mengalami dehidrasi. Setiap cairan dan elektrolit yang hilang
pada bayi harus diganti. Tetapi jika terjadi hiperglikemia menetap, maka perlu dilakukan
penangananan lebih lanjut
3.2 Saran
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar pembaca
mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah referensi bacaan dari
yang lain untuk meyenmpurnakan makalah ini dan menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan kita semua sebagai penulis dan pembaca agar dapat bermanfaat dan diterapkan
didalam prakteknya.
10