Anda di halaman 1dari 4
Bagian Ketiga Pajak Hiburan Paragraf 1 Nama, Objek dan Subjek Pajak Pasal 20 Dengan nama Pajak Hiburan dipungut pajak atas setiap Penyelenggaraan Hiburan. Pasal 21 (1) Objek pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. (2) Hiburan sebagimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. tontonan film; - pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana; konteks kecantikan, bina raga dan sejenisnya; pameran; diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya; rp Be sirkus, acrobat, dan sulap; permainan bilyar, dan bolling; za pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan; panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran; dan j. pertandingan olahraga. (3) Tidak termasuk objek Pajak Hiburan adalah Penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran antara lain hiburan yang diselenggarakan dalam rangka perkawinan, upaca adat, kegiatan keagamaan, hari-hari besar nasional dan daerah. Pasal 22 (1) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati hiburan, 2) Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan hiburan. Paragraf 2 Dasar Pengenaan, Tarif, Dan Cara Perhitungan Pajak Pasal 23 (1) Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya di terima oleh penyelenggara hiburan. (2) Jumlah wang yang scharusnya diterima scbagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang dliberikan kepada penerima jasa hiburan, Pasal 24 (1) Tarif Pajak Hiburan ditetapkan untuk setiap jenis hiburan ditetapkan sebagai berikut : a, Tontonan film sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga tanda masuk; b. Pagelaran kesenian rakyat / tradisional,sebesar 5% (lima persen) dari harga tanda masuk; c. Pertunjukan pagelaran musik,tari sebesar 10 % (sepuluh persen) dari harga tanda masuk: d. Pameran,pertunjukan sirkus, acrobat, sulap, pertandingan olah raga sebesar 15 % (lima belas persen). (2) Tarif pajak untuk penyelenggaraan hiburan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. Permainan ketangkasan sebesar 10 % (sepuluh persen pembayar: b. Pantai pijat, refleksi, permainan billyard, bolling, golf sebesar 10% (sepuluh persen) dari pembayaran; dari c. Mandi uap/spa, pagelaran busana, kontes kecantikan sebesar 10% (sepuluh persen) dari pembayaran; d. Karaoke sebesar 10% (sepuluh persen) dari pembayaran; dan €. Diskotik, Klab Malam sebesar 10% (sepuluh persen) dari pembayaran: (3) Penyelenggaraan hiburan yang seharusnya menggunakan tanda masuk tetapi tidak menggunakan tanda masuk atau tidak mencantumkan harga tanda masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan tarif pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah yang seharusnya dibayar, kecuali untuk jenis hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huraf b dietapkan sebesar 20% (Dua Puluh Persen) (4) Setiap penyelenggara hiburan pagelaran musik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf ¢ yang diselenggarakan di hotel atau tempat lainv- wajib menyetor uang jaminan. a Pasal 25 () Besaran pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengon cara mengalikan tarif sebagimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23. (2) Pajak Hiburan dipungut diwilayah ~—dacrah_~— tempat _—Hiburan diselenggarakan, Pasal 26 Pajak Hiburan terutang terjadi pada saat pembayaran atas jasa penyclenggara hiburan Pasal 27 (1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan : a. SKPDKB dalam hal : 1) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar; 2) SPTPD tidak disampaikan kepada Bupati dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis dan tidak disampaikan pada waktunya sebagimana ditentukan dalam surat teguran; 3) Jika diwajibkan mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan. b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula berum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnyz dengan jumlah kredit pajak. (2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak (3) Jumlah kekuranngan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. (4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan. (6) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Bagian Keempat Pajak Reklame Paragraf 1 Nama, Objek dan Subjek Pajak Pasal 28 Dengan nama Pajak Reklame dipungut pajak atas setiap penyelenggaraan reklame. Pasal 29 (1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame (2) Objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a, Reklame papan/billboard/vidiotron/ megatron dan sejenisnya; Reklame kain; Reklame melekat, stiker; Reklame selebaran; Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan; Reklame udara; Reklame apung; Reklame suara; Reklame film/slide; dan j. Reklame peragaan (3) Tidak termasuk objek Pajak Reklame adalah : a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya; b. Lebel/ merek produk yang melekat pada sejenis barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya. c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut; d. Reklame yang diselenggarakan semata-mata untuk kepentingan i peribadatan/keagamaan dan sosial. @. Reklame yang diselenggarakan olch Pemerintah atau Pemerintah Daerah; “rope os aos wis

Anda mungkin juga menyukai