Anda di halaman 1dari 6

KEGIATAN BELAJAR 1

Otonomi Daerah

A. LATAR BELAKANG OTONOMI DAERAH

1. Sentralisasi Ekonomi

•Survei-survei perekonomian daerah selama Orde Baru era menyimpulkan tentang amat dominannya
peranan pemerintah pusat dalam anggaran provinsi dan pemerintah daerah di bawah provinsi,

•Laporan Horld Bank (1994) menunjukkan bahwa sistem keuangan negara di Indonesia paling terpusat

•adanya ketimpangan fiskal vertikal (vertical fiscal imbalance) yang tinggi, yakni adanya
ketidaksepadanan antara penerimaan dengan pengeluaran yang dibutuhkan oleh daerah.

2. Ketimpangan Antardaerah

•Pertumbuhan ekonomi nasional relatif tinggi, namun pola pertumbuhannya timpang

•Ketimpangan serupa bisa dilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor industri besar dan sedang.

•Pengklasifikasian 26 provinsi berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per
kapita regional,pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita regional, bahwa provinsi-
provinsi di Pulau Jawa terkonsentrasi dalam satu kuadran yang tingkat pertumbuhan dan
pendapatannya tinggi high growth, high income).

•Ketimpangan antardacrah ini juga diperkuat oleh sistem pengalokasian anggaran regional yang ada.

•bantuan-bantuan pusat tidak banyak membantu mengimbangi kelemahan sumber daya daerah.

•rendahnya desentralisasi fiskal di Indonesia, Hal ini disebabkan pola hubungan fiskal antara pemerintah
pusat dengan daerah-daerah sangat terpusat, dan upaya untuk mengembangkan keuangan daerah
sangat rendah.

B. DESENTRALISASI FISKAL DAN PEMBANGUNAN DAERAH

•pendekatan Keseimbangan umum terapan antar-regional, menunjukkan pendelegasian sebagian


kewenangan pemerintah pusat kepada provinsi dan kabupaten/kota dapat dilakukan tanpa mengganggu
kepentingan ekonomi nasional. Oleh karena itu, direkomendasikan reformasi kebijakan fiskal yang
berlaku, diarahkan pada sistem desentralisasi fiskal

•perlunya suatu reformasi dalam hubungan fiskal antartingkatan pemerintahan, yang meliputi
desentralisasi kewenangan dalam pengeluaran dan penerimaan pemerintah.

•konteks otonomi dan desentralisasi fiska mengemukakan tiga misi utama dari kebijakan tersebut:

~meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat


~menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah,

~memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan

•desentralisasi pemerintahan dan fiskal didorong oleh desakan untuk menyediakan pelayanan-
pelayanan pemerintah yang lebih efisien dan aspiratif.

•empat kriteria untuk menjamin sistem hubungan keuangan Pusat-Daerah yang baik.

~harus memberikan pembagian kewenangan yang rasional dari berbagai tingkat pemerintahan
mengenai penggalian sumber dana pemerintah dan kewenangan penggunaannya

~menyajikan suatu bagian yang memadai dari sumber-sumber dana masyarakat secara keseluruhan
untuk membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi penyediaan pelayanan dan pembangunan yang
diselenggarakan pemerintah daerah

~sejauh mungkin membagi pengeluaran pemerintah secara adil di antara daerah-daerah, atau
sekurang-kurangnya memberikan prioritas pada pemerataan pelayanan kebutuhan dasar tertentu

~pajak dan retribusi yang dikenakan pemerintah daerah harus sejalan dengan distribusi yang adil atas
beban keseluruhan dari pengeluaran pemerintah dalam masyarakat

C. POLITIK-EKONOMI OTONOMI DAERAH

•Sejak dikeluarkannya UU 22/1999 tentang Pemerintah Daerah,pemerintah kota/kabupaten seolah-olah


berlomba untuk mengejar ketertinggalan akibat sentralisme di masa lalu.

•Pemberdayaan rakyat melalui kebijakan desentralisasi juga masih menjadi tanda tanya besar manakala
kecenderungan yang terjadi adalan beralihnya kekuasaan dari elit-elit pusat kepada elit-elit daerah.

•Munculnya UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai koreksi (perombakan) terhadap UU


22/1999 ditanggapi secara kritis oleh banyak kalangan.

1. Kesenjangan Fiskal (Fiscal Gap)

ada beberapa masalah mendasar yang dihadapi pemerintah daerah yang terkait dengan kurangnya
sumber daya keuangan:

•Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) sementara penerimaan daerah (fiscal capacity)
tidak cukup untuk membiayai kebutuhan daerah, sehingga keadaan tersebut menimbulkan fiscal gap.

•Kualitas pelayanan publik yang masih memprihatinkan

•Rendahnya kualitas sarana dan prasarana

•DAU dari pemerintah pusat yang tidak mencukupi


•Belum diketahui potensi PAD yang mendekati kondisi riil.

2. Ekonomi Biaya Tinggi

•masalah politik-ekonomi dalam penerapan desentralisasi fiskal adalah kecenderungan makin


lestarinya ekonomi biaya tinggi di daerah.

•Salah satu penyebab terjadinya ekonomi biaya tinggi adalah maraknya praktik-praktik "politik
uang" (money politics) di daerah, yang ditengarai dilakukan dalam pemilihan kepala daerah,

•Fenomena yang masih terjadi di dalam politik Indonesia adalah uang diperlakukan sebagai alat
mencapai kekuasaan.

•Ekonomi biaya tinggi juga terjadi karena biaya birokrasi daerah yang ditunjang adanya peraturan-
peraturan daerah (Perda) yang semata-mata berorientasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

D. KERJA SAMA EKONOMI DAERAH

•Pembangunan ekonomi regional pada hakikatnya merupakan pelaksanaan suatu strategi


pembangunan yang bersifat terpadu dan menyeluruh

•akibat pembangunan pada suatu daerah seringkali harus dipikul oleh daerah lainnya,Kesemuanya
ini, hanya mungkin akan diatasi melalui suatu kerja sama antar daerah, di mana kepentingan-
kepentingan mereka dapat terwujud tanpa mengorbankan pihak lain.

•Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, secara nyata akan berdampak pada mobilitas input
antarwilayah dan tenaga kerja,Dari sisi penawaran tenaga kerja dan akan terjadi transfer teknologi.

•Adanya kebijakan desentralisasi, pemerintahan daerah diharapkan mampu melaksanakan otonomi


daerah tanpa perlu lagi berharap yang terlalu besar kepada pemerintah pusat.

•ada beberapa motivasi utama dari suatu kerja sama antardaerah

~Sebagai suatu usaha untuk mengurangi kemungkinan adanya kemajuan

pembangunan yang pesat di satu daerah dengan membawa akibat dikstruktif (eksternalitas negatif)
terhadap daerah-daerah sekitarnya.

~Sebagai usaha untuk memecahkan masalah bersama dan atau untuk mewujudkan tujuan
bersama.

~Dengan orientasi pada berbagai kepentingan untuk meningkatkan investasi, antar


kabupaten/kota harus melaksanakan koordinasi bahkan

•melalui kerja sama antar daerah akan diperolen beberapa manfaat

~Mengurangi persaingan yang tidak sehat antardaerah


~Memperkuat posisi tawar daerah. Dalam upaya menarik investor

~Meningkatkan efisiensi promosi.

~Sinkronisasi peraturan perundang-undangan.

~Efektivitas penyiapan infrastruktur.

~Memudahkan dibangunnya link bottom up.

E. STUDI KASUS: OPTIMALISASI POTENSI EKONOMI RAKYAT

DI ERA OTONOMI

•Pelaksanaan otonomi daerah membawa pengaruh yang signifikan dalam upaya pengembangan
ekonomi kerakyatan.

•signifikansi penyerapan tenaga kerja dan pemberdayaan ekonomi daerah dari investasi masih perlu
diragukan, ketímbang model investasi yang berbasis potensi daerah

•krisis moneter yang dimulai pada pertengahan 1997 memang memukul telak sektor industri modern
yang berpusat di kota-kota besar

•kebijakan otonomi daerah memberi peluang yang lebih besar bagi daerah-daerah untuk
mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan, yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
rakyat secara merata.

•banyak daerah yang mengajukan pemekaran wilayah dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan ataupun dengan alasan bahwadengan pemekaran menjadikan daerah
lebih mampu meningkatkan pelayanan publik

KEGIATAN BELAJAR 2

Pembangunan Manusia Indonesia

A. PENGUKURAN PEMBANGUNAN MANUSIA

•Perdebatan tentang indikator pembangunan sosíal-ekonomi sudah sejak lama berlangsung.

•Konsep IPM mulai mendapat perhatian sejak laporan pertama yang dipublikasikan UNDP melalui
Human Development Report tahun 1990, yang kemudian berlanjut setiap tahun.
•Indonesia belakangan juga banyak memantaatkan IPM ini untuk melihat kemajuan nasional maupun
daerah.

•Bagi Indonesia, perhatian pada variabel Indeks Pembangunan Manusia ini sangat penting karena:

(1) Pembangunan pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia itu sendiri, sehingga aspek ini
perlu mendapatkan prioritas anggaran

(2) Pembangunan manusia Indonesia saat ini masih sangar tertinggal dibanding banyak negara lain di
dunia.

(3) Pengeluaran pemerintah yang dapat berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia, yakni untuk
pendidikan dan kesehatan, porsinya sangat kecil, lebih rendah dibandingkan dengan negara seperti
Pakistan, Sri Lanka., dan negara Asia Selatan lainnya (UNSFIR, 2000, h. V-48).

(4) Umumnya kajian mengenai desentralisasi fiskal mengabaikan dampaknya pada pembangunan
manusia.

•Di negara maju, investasi pada sumber daya manusia juga merupakan sumber utama pertumbuhan
ekonominya

B. MASALAH PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA

•Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar,

•Di seluruh dunia Indonesia berada di urutan ke empat negara dengan penduduk terbesar.

•Jumlah penduduk yang sedemikian besar diikuti dengan timbulnya persoalan distribusi yang tidak
merata.

•pembangunan ekonomi scjak masa kolonial lebih banyak dilakukan di KBI sehingga penduduk Indonesia
seringkali melakukan migrasi dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

•ketidakmerataan pembangunan ini yang menyebabkan terjadi berbagai konflik sosial, konflik sosial
membuat sebagian penduduk mengungsi ke wilayah KBI sehingga ketimpangan distribusi makin
mencolok.

•Pembangunan manusia Indonesia menghadapi masalah klasik yaitu pendidikan dan kesehatan.

•Di era Otonomi Daerah seperti sekarang ini, anggaran yang diberikan pemerintah daerah terhadap
sektor pendidikan tidak jauh berubah.

•Anggaran pendidikan yang rendah tentu saja mempengaruhi kualitas pendidikan,Pendidikan yang
rendah akan berdampak pada kemampuan dan kreativitas peserta didik.

•Persoalan pendidikan yang buruk di atas mengakibatkan persoalan kependudukan yang baru yaitu
pengangguran.
•sebagian besar penganggur lebih dari 75 persennya tinggal di perkotaan. Hal ini terjadi karena sebagian
besar orang melihat kota adalah pusat pertumbuhan ekonomi.

•Persoalan lain yang harus diselesaikan bangsa ini menyangkut pembangunan manusia adalah masalah
kesehatan,sektor kesehatan juga hanya mendapatkan porsi yang minim dalam anggaran pembangunan
pusat dan daerah.

•Dana Kompensasi BBM sebagian memang diberikan pemerintah untuk memperbaiki kualitas kesehatan
manusia baik melalui instansi kesehatan seperti Rumah Sakit dan Puskesmas maupun secara langsung
diberikan kepada penduduk miskin.

•saat ini pemerintah bertujuan meliberalisasi pelayanan pendidikan dan kesehatan,Liberalisasi


pelayanan kesehatan juga dilakukan untuk mendapatkan keuntungan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai