Anda di halaman 1dari 11

RESUME BAB 8

“KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN WILAYAH


KEPULAUAN”
I. RUANG LINGKUP KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN
WILAYAH KEPULAUAN
Kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan kurikulum operasional
yang diterapkan oleh satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum oleh
satuan pendidikan merupakan jawaban berbagai tantangan kehidupan pada
abad ke-21. Kurikulum satuan pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi. Sekolah yang sebagai unit pelaksana pendidikan formal
terdepan dituntut untuk mendesain kurikulum pendidikannya sesuai prinsip
pengembangan kurikulum. Kurikulum akan bersifat lebih dinamis dan kreatif
serta berkualitas dalam menjawab perkembangan, tantangan, dan tuntutan
zaman.
Pengembangan kurikulum pendidikan di Maluku perlu diadakan, dengan
harapan kurikulum pendidikan mampu menyerap substansi materi dari potensi
yang ada di daerah. Kepulauan Maluku yang berada pada salah satu kawasan
biogeografi Wallacea Indonesia menandakan bahwa Maluku memiliki
kekayaan flora dan fauna dengan karakter tersendiri dan memiliki endimisitas
yang tinggi. Karakteristik budaya di daerah kepulauan Maluku harus
dipelihara dan dikembangkan untuk menjaga kelestarian budaya bangsa.
Dalam hal pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dalam kurikulum
pendidikan di wilayah kepulauan Maluku yaitu mampu mengangkat budaya
lokal sebagai potensi sekolah menjadi unggulan lokal. Implikasinya dunia
pendidikan di Maluku dapat menjaga dan melestarikan budaya bangsa.
Pendidikan di Maluku diselenggarakan sampai masyarakat di pulau-pulau
kecil.

II. DIVERSIFIKASI KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN


Diversifikasi kurikulum adalah aktivitas penyusunan kurikulum di daerah
atau sekolah dengan cara menjabarkan, memperkaya, memperdalam,
menambah, memperluas, dan memodifikasi kurikulum nasional karena
adanya keragaman karakteristik daerah.
Potensi sumber daya alam Maluku yang melimpah bila dikelola dan
dikembangkan ke dalam diversifikasi kurikulum sekolah, akan mampu
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah Maluku. Pengembangan
diversifikasi kurikulum dengan materi disesuaikan dengan potensi dan
karakteristik, serta kebutuhan daerah akan menggali berbagai ragam potensi
kearifan daerah dan keunggulan daerah baik budaya, ekonomi, pertanian,
budidaya, jasa, maupun kemaritiman sebagai dampak dari pembelajaran
kepada peserta didik.
Dalam konteks sumber daya manusia, pengembangan diversifikasi
kurikulum di setiap daerah Maluku diperlukan tenaga yang profesional.
Tenaga profesional tersebut dikenal dengan tim pengembang kurikulum
(TPK) daerah.

III. INTEGRASI MUATAN WILAYAH KEPULAUAN DALAM


KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN
A. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal di Maluku
1. Pengertian Muatan Lokal
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Bahan kajian muatan
lokal adalah materi yang bernuansa keunikan dan keunggulan lokal
untuk diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lai. Sementara yang
dimaksud dengan keunikan lokal adalah potensi lokal yang memiliki
kelebihan tertentu dan menunjukkan jati diri daerah tersebut.
Kegiatan pembelajaran muatan lokal pada dasarnya dirancang
melalui kurikulum agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap kepada
peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang
keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-
nilai, aturan, dan kebudayaan yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan
nasional.
Untuk menyentuh langsung kearifan lokal pada kehidupan sosial
masyarakat banyak hal yang dapat diangkat dalam proses
pembelajaran, seperti bahasa daerah, seni daerah, adat-istiadat, serta
tata cara dan tata krama khas daerah, legenda cerita rakyat, dan lain-
lain. Dengan terlaksananya pembelajaran muatan lokal pada setiap
satuan pendidikan yang ada di daerah, tentunya sangat diharapkan
agar peserta didik dapat mengenal dan menjadi lebih akrab dengan
lingkungan alam, sosial, dan budayanya.
Kurikulum muatan lokal berfungsi untuk melestarikan kebudayaan
daerah, meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu,
meningkatkan kemampuan berwiraswasta, dan meningkatkan
kemampuan berbahasa Inggris khusus daerah wisata. Serta membekali
peserta didik memiliki kemampuan berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
2. Prinsip Pengembangan Muatan Lokal
Berdasarkan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014,
pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan beberapa prinsip
berikut:
a) Kesesuaian dengan Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan peserta didik yang bersifat menyeluruh misalnya
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan memiliki
hubungan satu sama lain.
b) Keutuhan Kompetensi
Substansi kurikulum muatan lokal mencakup keseluruhan dimensi
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan).
c) Keterkaitan dengan Potensi dan Keunikan Daerah
Pengembangan kurikulum muatan lokal mengacu pada potensi dan
keunikan daerah.
d) Fleksibilitas dalam Jenis, Bentuk, dan Pengaturan Waktu
Penyelenggaraan
e) Kebermanfaatan untuk Kepentingan Nasional dan Menghadapi
Tantangan Global
Penetapan muatan lokal berorientasi pada upaya pengenalan,
pelestarian, dan pengembangan potensi daerah untuk kepentingan
nasional dan menghadapi tantangan global.
f) Apresiatif
Hasil-hasil pembelajaran muatan lokal memiliki potensi mendapat
penghargaan atas keunggulan atau keunikannya di tingkat satuan
Pendidikan, daerah, dan/atau nasional.

B. Jenis Muatan Lokal


1. Kurikulum Muatan Lokal Wajib Pendidikan Musik Kota Ambon
Substansi mata pelajaran muatan lokal pendidikan musik
ditentukan oleh pemerintah Kota Ambon yang disesuaikan dengan
karakteristik daerah Maluku, yaitu menjawab kebutuhan Kota Ambon
sebagai Ambon City of Music yang ditetapkan oleh UNESCO.
Pendidikan dasar Kota Ambon menyelenggarakan kurikulum
muatan lokal musik setiap semester merupakan mata pelajaran yang
berdiri sendiri. Ini berarti bahwa dalam satu tahun, SMP di Kota
Ambon dapat menyelenggarakan kurikulum muatan lokal musik
dengan enam jenis alat musik untuk kelas VII-kelas IX, yaitu suling
bambu, tifa, rebana, ukulele, totobuang, dan hawaiian. Untuk SD
empat jenis alat musik untuk kelas I-kelas VI, yaitu suling bambu, tifa,
rebana, dan ukulele.
a) Tujuan Muatan Lokal Pendidikan Musik
Agar peserta didik pendidikan dasar di Kota Ambon dapat:
 Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan musik;
 Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta
pengetahuan mengenai musik Maluku khusus Kota Ambon
yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat
pada umumnya;
 Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan
nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerah Maluku, serta
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
orang Maluku tentang musik dalam rangka menunjang
pembangunan nasional;
 Memiliki keterampilan khusus yang dapat menciptakan
lapangan kerja dalam bidang musik.
b) Kedudukan Muatan Lokal Pendidikan Musik
Muatan lokal pendidikan musik mempunyai kedudukan yang sama
dengan mata pelajaran lain yaitu memiliki alokasi waktu sebanyak
dua jam per minggu pada setiap satuan pendidikan.
c) Ruang Lingkup Muatan Lokal Pendidikan Musik Kota Ambon
 Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Pendidikan Dasar
Keadaan dan kebutuhan pendidikan dasar Kota Ambon pada
dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan
sosial, dan lingkungan sosial budaya.
 Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal Pendidikan Musik
1) Seni Musik Lokal Maluku
Adalah keseluruhan yang kompleks dari pendidikan seni
musik khas daerah Maluku.
2) Muatan Lokal Wajib Pendidikan Musik Kota Ambon
Kurikulum muatan lokal wajib pendidikan musik,
diharapkan dapat mempersiapkan lulusan yang memiliki
sikap kewirausahaan melalui pendidikan life skill.
2. Kurikulum Muatan Lokal Gandaria (Bouea Macrophylla)
Salah satu tumbuhan endemic Maluku yaitu gandaria, masih
banyak yang kurang memahami tentang memiliki potensi sebagai
sumber pangan buah dan memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Populasi tumbuhan ini semakin menurun. Untuk mencapainya, perlu
dilakukan perumusan kebijakan, evaluasi, dan pengendalian, agar
masyarakat setempat mendapatkan manfaatnya, khususnya
masyarakat yang tinggal di sekitar lumbung hutan gandaria.
a) Gandaria sebagai Potensi Lokal Daerah Maluku
Gandaria merupakan tanaman buah tropic Maluku yang sangat
spesifik dan dikenal sebagai exotic fruit (Rehatta, 2005).
Penyebaran gandaria di daerah Maluku pada umumnya di Pulau
Ambon dan Pulau Saparua. Potensi gandaria sebagai muatan lokal
yang unggul di masyarakat Maluku, khususnya di Ambon sangat
potensial karena mudah dikembangkan, banyak dukungan,
prospeknya sangat bagus/banyak keuntungan, dan memiliki
keunggulan tertentu yang jarang atau tidak dimiliki oleh daerah
lain.
b) Lingkup Gandaria sebagai Muatan Lokal
Lingkup gandaria merupakan potensi dan keunikan lokal yang
terkait dengan beberapa pengkajian antara lain:
 Pembibitan dan perbanyakan tanaman untuk reboisasi pada
lokasi-lokasi tertentu di Kota Ambon.
 Teknologi pengolahan hasil panen gandaria dalam bentuk
berbagai produk makanan dan minuman, antara lain dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Papilaya (2020) ditemukan 17
produk olahan buah gandaria dalam berbagai cita rasa: Jelly
drink Gandaria, Nata de Gandaria, Youghurt Gandaria,
Wine/Anggur Gandaria, Bubble Tea Daun Gandaria, Selai
Gandaria, Ice Cream Gandaria, Bubur Gandaria, Keripik Kulit
Buah Gandaria, Pudding Gandaria, Nutrisari Gandaria,
Manisan Gandaria, Asinan Gandaria, Pewarna makanan dari
biji Gandaria, Sirup Gandaria, Dodol Gandaria, dan Jus
Gandaria.

AKTIVITAS 8.1

TABEL 1. FAKTOR-FAKTOR STRATEGI INTERNAL UNGGULAN


OBJEK MUATAN LOKAL
NAMA MUATAN LOKAL : SAGU
ASAL DAERAH : AMBON
No Faktor-Faktor Strategi Internal Keteranga
. n
Kekuatan
1. Sagu memiliki manfaat bagi kesehatan
2. Sagu dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan
minuman
3. Masih banyak ditemukan pohon sagu di kepulauan Maluku
Kelemahan
1. Potensi sagu belum dimanfaatkan secara maksimal oleh
masyarakat
2. Mulai berkurangnya minat dari masyarakat untuk
mengkonsumsi sagu

TABEL 2. FAKTOR-FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL UNGGULAN


OBJEK MUATAN LOKAL
NAMA MUATAN LOKAL : SAGU
ASAL DAERAH : AMBON
No Faktor-Faktor Strategi Eksternal Keteranga
. n
Peluang
1. Mengembangkan sumber daya alam “sagu”
2. Menciptakan lapangan kerja dalam bidang kewirausahaan
Tantangan
1. Perlu peningkatan keterampilan sumber daya manusia
2. Pengaruh globalisasi yang mempengaruhi kondisi alam dan
masyarakat Maluku

LATIHAN SOAL 8

1. Jelaskan mengapa penyusunan kurikulum muatan lokal perlu


mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik yang akan
mempelajari kurikulum tersebut!
Karena peserta didik akan dijadikan sebagai makhluk sosial yang adaptif
(mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan perubahan sosial budaya) dan transformatif
(mampu memahami, menerjemahkan, dan mengembangkan seluruh
pengalaman dan kontak sosialnya bagi diri dan lingkungannya pada masa
depan).
Peserta didik sebagai sumber daya manusia menjadi penentu atau pusat
keberhasilan dari semua aspek atau potensi muatan lokal karena dapat
memberi dampak positif dan negatif terhadap muatan lokal yang
dikembangkan.

2. Jelaskan hubungan program muatan lokal dengan kebutuhan suatu


daerah dan berikan contoh!
Dalam program muatan lokal harus memuat isi dan bahan pelajaran yang
ditetapkan oleh daerah sesuai dengan kebutuhan daerah serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Hal
ini dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap
potensi di daerah tempat tinggalnya.
Bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan, dan pembentukan sikap kepada peserta didik agar mereka
memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai, aturan, dan kebudayaan yang berlaku di
daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta
pembangunan nasional.
Contohnya kebutuhan daerah Maluku adalah meningkatkan kemampuan
dan keterampilan di bidang seni musik di Kota Ambon, sehingga dibuatlah
kurikulum muatan lokal wajib pendidikan musik Kota Ambon, yang substansi
mata pelajaran muatan lokal ini ditentukan oleh pemerintah Kota Ambon
yang disesuaikan dengan karakteristik daerah Maluku, dan menjawab
kebutuhan Kota Ambon sebagai Ambon City of Music yang ditetapkan oleh
UNESCO. Dalam satu tahun, SMP di Kota Ambon dapat menyelenggarakan
kurikulum muatan lokal musik dengan enam jenis alat musik untuk kelas VII-
kelas IX, yaitu suling bambu, tifa, rebana, ukulele, totobuang, dan hawaiian.
Untuk SD empat jenis alat musik untuk kelas I-kelas VI, yaitu suling bambu,
tifa, rebana, dan ukulele.

3. Jelaskan masalah-masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan


program muatan lokal di sekolah!
Masalah-masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan program muatan
lokal di sekolah adalah:
 Terbatasnya media pembelajaran. Selain sedikitnya persediaan media
pembelajaran, ada juga guru yang kurang memperhatikan atau bahkan
tidak menggunakan media yang telah tersedia secara maksimal. Sehingga
terkesan hanya membahas materi pelajaran apa adanya.
 Kurangnya bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru. Guru
kurang berkreasi dan berinovasi dalam memilih metode pembelajaran,
sehingga terkadang pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
metode ceramah.
 Kendala sarana, diantaranya kebutuhan alat-alat penunjang dalam
pembelajaran muatan lokal yang masih kurang di sekolah-sekolah,
sehingga membuat tidak semua peserta didik dapat mengikuti
pembelajarannya.
 Kurangnya perhatian peserta didik mengikuti pembelajaran muatan lokal
karena status pembelajaran muatan lokal hanya sebagai mata pelajaran
tambahan. Pusat perhatian guru dan peserta didik lebih berfokus pada
pelajaran-pelajaran yang ada ujian nasionalnya.
 Kendala kerjasama, yaitu antar rekan guru atau pemerintah yang kurang
mendukung dalam hal peningkatan kemampuan dan keterampilan di
daerah.

4. Jelaskan apa saja yang menjadi alasan untuk mengangkat suatu bahan
kajian atau objek yang dapat dijadikan muatan lokal wajib di suatu
daerah!
 Karena masing-masing daerah memiliki keunggulan dan keunikan
lokalnya. Potensi lokal yang dimiliki suatu daerah memiliki kelebihan
tertentu dan untuk menunjukkan jati diri daerah tersebut maka perlu
dijadikan sebagai muatan lokal wajib
 Karena bahan kajian atau objek yang menjadi potensi daerah itu perlu
dilestarikan dan dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya
yang ada di daerah tersebut.
 Karena dengan dijadikannya sebagai muatan lokal di daerah tersebut
maka dapat mengajarkan kepada peserta didik untuk mengenal, mencintai,
dan memiliki kemampuan, keterampilan serta pengetahuan tentang
budaya di daerahnya.

5. Jelaskan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan


dalam pembelajaran muatan lokal!
 Pendekatan Kontekstual 
Pada pendekatan ini guru akan memberikan gambaran tentang materi
pelajaran muatan lokalnya dengan mencontohkan kejadian di dunia nyata.
Tujuannya adalah untuk mendorong peserta didik agar bisa menemukan
suatu hubungan antara pengetahuan dalam materi pelajaran dengan
konteks kehidupan sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan
pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Pendekatan ini memerlukan daya
pikir yang kritis dari peserta didik sehingga secara tidak langsung dapat
membantu menemukan potensi diri mereka.

 Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran
kerena belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan
menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang
sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan
pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
 Pendekatan Induktif
Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya
pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran
penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan
melakukan pengamatan terhadap hal-hal khusus dan
menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah
kontekstual. Siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan
prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri (Sulistyani,
2010:3).
 Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada
peserta didik untuk mengetahui, memahami, mempraktikkan apa yang
sedang dipelajari secara ilmiah. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran diajarkan agar peserta didik pencari tahu dari berbagai
sumber melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran) (Sudarwan,
2013).
 Pendekatan Konsep dan Proses
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti peserta
didik dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep
yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut
penguasaan konsep dan sub konsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa
metode peserta didik dibimbing untuk memahami konsep. Dan pada
pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam keterampilan proses seperti mengamati,
berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.
Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak
kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan
langsung peserta didik dalam kegiatan belajar.

Anda mungkin juga menyukai