Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR NUTRISI DAN CAIRAN PADA PASIEN TN. S


DI RUANG AT-TAQWA NO 10A
RSI BANJARNEGARA
LP MINGGU KE 1

Oleh:
Nama: Popy Sucianingsih
NIM: 210102050

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN I


PRODI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TAHUN AKADEMIK
A. Definisi
Nutrisi merupakan zat-zat penting yang berasal dari makanan yang
telah dicerna dan diolah oleh tubuh kita menjadi zat yang berguna untuk
membentuk serta memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur
sistem fisiologi organ di dalam tubuh dan melindungi tubuh terhadap
serangan penyakit (Chandra, 2009).
Nutrisi berarti sesuatu yang mempengaruhi proses perubahan semua jenis
makanan yang masuk ke dalam tubuh yang dapat mempertahankan
kehidupan. Sebagai unsur penting dalam tubuh, gizi atau nutrisi memainkan
peran penting dalam kehidupan makhluk hidup. (Soenardi, 2006)
Kebutuhan nutrisi dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari karena
nutrisi juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ
dalam tubuh serta sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh
(Hidayat, 2008). Gizi atau nutrisi menjadi sumber energi, didapatkan
melalui proses metabolisme yang begitu kompleks yang mampu
memberikan tenaga bagi manusia untuk beraktivitas (Hasdianah, dkk.
2013). Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut)
Menurut Simadibrata dan Daldiyono (2006) diare adalah buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200gram
atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air
besar encer lebih dari tiga kali per hari. Buang air besar encer tersebut
dapaftanpa disertai lendir dan darah (Simadibrata dan Daldiyono, 2006).
2. Etiologi Diare
Penyebab Gastroenteritis dapat dibagi menjadi beberapa faktor:
1. Faktor Infeksi
Faktor infeksi dapat dibagi menjadi 2: Infeksi Internal yang
merupakan infeksi saluran pencernaan yang menjadi penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. Colli,
Salmonela, Shigella), infeksi virus (Enterrovirus, Rota virus,
Andenovirus, Astrivirus) dan infeksi parasit (cacing yaitu Ascaris,
Ticturis, Oxyiuris, Stangloides, Protozoa meliputi Glarida
lambliatrichomonashominis dan jamur yaitu kandida, 1 2
albicans. Infeksi Parental infeksi di luar alat pencernaan (OMA,
Faringitis, Brochopneumonia, Ensepalitis).
2. Keracunan makanan Disebabkan oleh toksin bakteri dan toksin
yang dikeluarkan oleh makanan itu sendiri.
3. Faktor malabsorbsi Yaitu intoleransi disacarida (laktosa,
maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa dan
galaktosa) malabsorbsi lemak, protein pada bayi dan anak yang
terserang dalam intoleransi laktosa.
4. Faktor imunologik Difinisi IgA akan menyebabkan tubuh tidak
mampu mengatasi infeksi dan parasit dalam usus (Suharyono,
1999).
3. Manifestasi Klinis Diare
manifestasi klinik diare adalah sebagai berikut:
2. Suhu tubuh meningkat
3. Tinja cair, warna kehijau-hijauan, disertai lendir atau darah
4. Anus dan daerah sekitarnya lecet
5. Mual Muntah
6. Berat badan menurun
7. Dehidrasi
a). Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dan BB, turgor masih
baik, penderita belum jatuh dalam keadaan pre syok, haus.
b). Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-8% dari BB, turgor kulit
menurun, UUB cekung, mata cowong, nadi cepat, nafas cepat dan
dalam (kusmoul), penderita jatuh pada pre syok/syok. 4
c). Dehidrasi berat: kehilangan cairan 8-10 % dari BB, turgor jelek,
kesadaran turun (apatis sampai koma), otot kaku, sianosis, nadi cepat,
nafas cepat dan dalam, penderita jatuh pada pre syok/syok.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Rusepno (2005: 286), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada pasien diare adalah:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
cilinictest bila terdapat toleransi glukosa.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan
PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas
darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuatitatif, terutama pada penderita diare kronik.
4. Komplikasi Diare
Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare
adalah sebagai berikut:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).
b. Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).
c. Hipoglikemi.
d. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
5. Patofisiologi Diare
Sejumlah besar virus, bakteri/organisme protosoa dapat menyebabkan
gastroenteritis. Pada diare bayi yang paling sering patogen adalah virus dan
entero patogenik, Ecoli. Pada orang dewasa terdapat perbedaan yang
berkaitan dengan umur, apakah infeksi di daerah tropik dan faktor presipitasi
seperti pengorbanan antibiotik yang terdahulu atau imun. Enterokolitis
menyebabkan kram dan diare. Sedangkan gastro entero kolitis menimbulkan
mual, muntah dan kram. Dua cara utama dimana organisme patogen
menyebabkan diare : Invasi bakteri pada mukosa kolon menyebabkan
peradangan ulserasi. Hal ini menyebabkan diare berdarah dengan pasasi
mucus dan nanah (sering disebut disentri). Sekresi entero toksin bakterial
menyebabkan sekresi air dan elektrolit dengan diare berair yang banyak.
Enterotoksin dapat dihasilkan sesudah kolonisasi bakteri (tanpa invasi) pada
usus halus (masa inkubasi 6-24 jam). Enterotoksin ini mungkin masuk ke
dalam karena makanan yang terkontaminasi kurang dimasak terutama oleh
pencemaran makanan stafilokoki (Carpenito, 2000: 188)
6. Pemeriksaan Diagnosis
Pada pasien yang mengalami dehidrasi berat atau toksisitas berat
atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaannya antara lain pemeriksaan darah tepi lengkap
(hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit
serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja, pemeriksaan Enzym-linked
immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan tes serologi
amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,
biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau
limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang invasif ke
mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda.
Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin diperiksa
untuk mengetahui adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh.
Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang
menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam tiga bulan
sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa
tinja untuk pengukuran toksin clostridium difficile. Rektoskopi atau
sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien
yang toksik, pasien dengan diare berdarah atau pasien dengan diare akut
persisten. Pada sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin kuat sebagai
pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang mengalami diare,
kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab infeksi atau
limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan juga
jika mukosa terlihat inflamasi berat. (Wawan, 2013)
7. Penatalaksanaan Umum
Menurut Ovedoff (2002: 1999) dasar pemberian diare adalah:
1. Perbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi Faktor infeksi virus
bakteri toksin Faktor makanan basi, keracunan makanan Malabsorsi KH,
lemak protein Inflamasi Usus Mofilita usus Absorbsi tek-osmotik Pengeseran
air dan Elektroli dalam ringga usus Hiperperistaltik Faktor psikologis Saraf
simpatik terpengaruh Hiraperistatik Defekasi sering G3 Pola eliminasi BAB:
Diare G3 Nutrisi < keb Tubuh kehilangan cairan dan elektrolit Dehidrasi
Suhu badan Kulit sekitar anus merah dan lecet G3 < Ÿ Cairan elektrolit
Hipertermi G3 Intergritas Kulit 6
2. Pengobatan spesifik bila terdapat penyakit yang mendasarinya
3. Obat "Hydrophilis bulking"
4. Bismuth subsalicylate dosis tinggi mungkin dapat untuk mencegah dan
mengobati traveleris diarrhea.
5. Diare hebat mungkin menyebabkan banyak kehilangan cairan, asidosis
metabolic dan hipokalemia.
6. Banyak penyebab seperti obat-obatan dan jenis makanan yang dapat
dihilangkan sehingga menimbulkan diare.
7. Glukosa dan cairan peroral serta peningkatan elektrolit dapat
menyelamatkan penderita kolera.

8. Pathway
9. Fokus Pengkajian
1. Identitas Pasien : Tn. S
2. Umur : 65 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki laki
4. Pendidikan : Smp
5. Pekerjaan : Tidak Bekerja
6. Status Perkawinan :Menikah
7. Alamat : Sokanandi, Rt 01 Rw 02,Banjarnegara
8. No. CM : 233024
9. Tanggal Masuk : 9 Agustus 2022
10. Tanggal Pengkajian. : 9 Agustus 2022

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


KEPERAW
ATAN
1. DS: klien Diare Inflamasi
mengatak gastrointesti
an BAB nal
encer
selama
dua dan
BAB
lebih dari
2 tiga kali
perhari
disertai
rasa mual
dan perut
perih
DO:
Pasien
2. Gangguan Penurunan
tampak
Mobilitas kendali otot
lemas dan
Fisik
lesu serta
tidak bisa
berjalan
sendiri
DS: klien
mengatak
an tidak
bisa
menggera
kan tubuh
sebelah
kiri,
pasien
juga
mengeluh
ekstremit
as kaki
dan
tangan
rendah

DO:
Tangan
dan kaki
pasien
tampak
kaku,

10. Diagnosis Keperawatan

1. Diare berhubungan dengan Inflamasi gastrointestinal ditandai dengan BAB encer,


BAB lebih dari 3 kali sehari disertai rasa mual dan perut perih
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot ditandai
dengan sulit menggerakan ekstremitas dan kekuatan otot kiri menurun

11. Fokus Intervensi

NO DI LUARAN SLKI PE
A RE
G NC
N AN
O AA
S N
A KE
PE
RA
WA
TA
N
SIK
I
1. Di L. 04033 (I.03101)
ar Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen

e selama 3x24 jam diharapkan diare dapat diare


berkurang dengan kriteria hasil : Observasi :
- Konsistensi feses membaik 1. Identifikas
- Frekuensi defekasi membaik i
- Peristaltik usus membaik penyebab
diare

2. Identifikas
i riwayat
pemberian
makanan
3. Monitor
warna,
volume,
frekuensi,
dan
konsistens
i tinja
Terapeutik :
1. Pasang
cairan
intravena

2. Ambil
sampel
feses
untuk
kultur
Edukasi :
1. Anjurkan
pasien
untuk
memberik
an
makanan
porsi kecil
dan sering
secara
bertahap

2. Ga Setelah dilakukan tindakan Obs


ng keperawatan selama 3x24 jam erv
gu diharapkan mobilitas fisik dapat asi
meningkat dengan kriteria hasil :
an Ide
Pergerakan ekstremitas kekuatan
M ntifi
otot bertambah
ob kasi
Rentang gerak meningkat
ilit tole
1.
as rans
Fi i
sik fisi
k
mel
aku
kan
per
gera
kan
Mo
nito
r
frek
uen
si
jant
ung
dan
teka
nan
dara
h
seb
eli
m
me
mul
ai
mo
bilis
asi
Mo
nito
r
kon
disi
um
um
sela
ma
mo
bilis
asi
Ter
ape
utik
Fasi
litas
i
akti
vita
s
mo
bilis
asi
den
gan
alat
bant
u
Lib
atka
n
kelu
arga
unt
uk
me
mba
ntu
pasi
en
dala
m
men
ing
katk
an
per
gera
kan
Fasi
litas
i
mel
aku
kan
per
gera
kan
Ed
uka
si
Jela
ska
n
tuju
an
dari
pros
edu
r
mo
bilis
asi
Aja
rka
n
mo
bilis
asi
sed
erha
na
yan
g
har
us
dila
kuk
an

12. Jumlah Literatur


Kementerian Kesehatan RI. 2018. Perbaikan Asupan untuk Tingkatkan Berat
Badan Anak dengan Gizi Buruk. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/18012200002/perbaikan-asupan-
untuk-tingkatkan-berat-badan-anak-dengan-gizi-buruk.html [diakses tanggal
17 Juli 2019].
Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan. 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Rahayu, Sunarsih. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Wibisono, E., Deddy S. P. & Dewi A. 2015. Korelasi Status Gizi dan Durasi
Diare pada Balita Dengan Diare Akut di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Arifin
Achmad Provinsi Riau. JOM FK, Volume 2 No. 2: 2.
Departemen Kesehatan RI. (2011). Buku saku kesehatan petugas: Lintas
diare, lima langkah tuntaskan diare. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai