Nadya Salsabila Elkarasjzi - 04084822225090 - Phacomorphic Glaucoma (Referat)
Nadya Salsabila Elkarasjzi - 04084822225090 - Phacomorphic Glaucoma (Referat)
PHACOMORPHIC GLAUCOMA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
di Departemen Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Oleh:
04084822225090
Pembimbing:
PHACOMORPHIC GLAUCOMA
Oleh:
Nadya Salsabila Elkarasjzi, S.Ked
04084822225090
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUP
Mohammad Hoesin Palembang Periode 23 Mei – 18 Juni 2022.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Phacomorphic Glaucoma” untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan bagian
dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Ilmu
Kesehatan Mata RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Prima Maya Sari, SpM(K),
Subsp. GL, selaku pembimbing yang telah membantu memberikan arahan dan
masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat penulis selesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah
ini, semoga bermanfaat.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1. Anatomi Bilik Mata Depan ............................................................................ 2
2.2. Fisiologi Humor Akuos.................................................................................. 3
2.3. Phacomorphic Glaucoma .............................................................................. 4
2.3.1 Definisi........................................................................................................... 4
2.3.2 Epidemiologi.................................................................................................. 5
2.3.3 Etiologi........................................................................................................... 5
2.3.4 Patofosiologi .................................................................................................. 5
2.3.5 Tanda dan Gejala Klinis................................................................................. 6
2.3.6 Diagnosis........................................................................................................ 7
2.3.7 Diagnosis Banding .......................................................................................
11 2.3.8 Prognosis......................................................................................................
11 2.3.9 Tatalaksana...................................................................................................
12 BAB III
KESIMPULAN......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
iv
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Bilik Mata Depan
Pengaturan tekanan intraokular tidak lepas dari struktur bilik mata depan. Hal
tersebut disebabkan oleh aliran humor akuos yang melewati bilik mata depan
sebelum memasuki kanal Schlemm. Bilik mata depan dibentuk oleh sudut antara
komea perifer dan iris. Berdasarkan Vaughan (2010), ciri-ciri anatomi bilik mata
depan adalah:3
1. Terdapat garis Schwalbe yang merupakan batas akhir endotel dan membrane
Descement komea.
2. Terdapat anyaman trabekula (trabecular meshwork) yang terletak di atas kanal
Schlemm. Anyaman ini tampak berbentuk segitiga dengan dasarnya yang
mengarah ke korpus siliaris pada potongan melintang. Anyaman trabekula
sendiri tersusun atas jaringan kolagen dan elastik sebagai lembaran-lembaran
berlubang yang membentuk semacam saringan. Anyaman yang menghadap
ke bilik mata depan disebut anyaman uvea, sedangkan yang menghadap ke
korpus siliaris disebut anyaman komeoskleral.
3. Terdapat taji sklera (scleral spur), yaitu penonjolan sklera ke arah dalam dan di
antara korpus siliaris dan kanal Schlemm.
Selain struktur disebut di atas, iris dan korpus siliaris juga membentuk bilik mata
depan. Iris merupakan bagian uvea sebagai perpanjangan korpus siliaris ke anterior.
Iris memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang dan terletak
bersambungan dengan permukaan anterior lensa. Fungsi iris adalah untuk mengatur
cahaya yang masuk ke mata.
2
3
Gambar 1. Trabecular Meshwork
Dari potongan melintang, korpus siliaris bentuk segitiga dan membentang ke
depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Berdasarkan Vaughan (2010),
korpus siliaris terdiri dari:3
Prosesus siliaris, yang terbentuk dari kapiler dan vena yang bermuara ke vena
vorteks. Fungsi prosesus siliaris dan epitel yang melapisi memproduksi humor akuos.
Epitel terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di sebelah dalam, dan
merupakan perluasan neuroretina ke anterior dan tidak mempunyai pigmen. Lapisan
kedua terletak di sebelah luar merupakan perluasan lapisan epitel pigmen retina.
Muskulus siliaris adalah otot polos yang tersusun dari gabungan serabut otot
longitudinal, sirkuler dan radier. Serabut longitudinal berfungsi untuk membuka dan
menutup trabekula sehingga mengatur aliran keluar humor akuos. Kontraksi otot
longitudinal akan membuka anyaman trabekula dan mempercepat aliran humor akuos
melalui sudut bilik mata depan. Serabut sirkuler dan radier mempunyai fungsi
akomodasi karena kedua serabut ini melekat pada lensa kristalina.3
Humor akuos adalah cairan bening yang mengisi dan membantu membentuk
ruang anterior dan posterior mata. Lensa dan kornea harus tetap jelas untuk
memungkinkan transmisi cahaya, dan karena itu tidak dapat diinvestasikan dalam
pembuluh darah. Humor akuos analog dengan pengganti darah untuk struktur
avaskular ini dan menyediakan nutrisi, menghilangkan produk ekskresi dari
4
2.3.1 Definisi
Glaukoma adalah kumpulan penyakit dengan karakteristik umum berupa
neuropati optik yang berhubungan dengan hilangnya lapang pandang dengan
peningkatan tekanan intraokular (TIO) merupakan faktor risiko utama.6 Glaukoma
farkomorfik merupakan salah satu glaukoma akibat kelainan lensa. Glaukoma
fakomorfik adalah glaukoma sekunder sudut tertutup akut yang disebabkan oleh
intumesensi lensa atau lensa yang membesar.7
5
2.3.2 Epidemiologi
Meskipun tidak ada statistik epidemiologi formal yang tersedia, penutupan
sudut dari katarak hipermatur lebih sering terjadi di negara-negara di mana katarak
sering terjadi dan pembedahan tidak tersedia yang dapat menyebabkan glaucoma
fakomorfik. Glaukoma fakomorfik dapat terjadi pada semua ras. Glaukoma
fakomorfik terjadi sama pada pria dan wanita.8
Umumnya, glaukoma fakomorfik diamati pada pasien yang lebih tua dengan
katarak senilis, tetapi dapat terjadi pada pasien yang lebih muda setelah katarak
traumatis atau katarak intumescent yang berkembang pesat.8
2.3.3 Etiologi
Faktor-faktor tertentu mempengaruhi pasien untuk glaukoma fakomorfik,
sebagai berikut:8
• Katarak intumesen
• Katarak traumatis
• Katarak senilis yang berkembang pesat
Glaukoma fakomorfik lebih sering terjadi pada mata hiperopia yang lebih kecil
dengan lensa yang lebih besar dan Anterior Chamber yang lebih dangkal. Angle
closure attack dapat dipicu oleh dilatasi pupil dalam cahaya redup. Dilatasi ke posisi
tengah merelaksasi iris perifer sehingga dapat membungkuk ke depan, bersentuhan
dengan anyaman trabekula, menyebabkan blok pupil. Penutupan sudut juga
difasilitasi oleh tekanan yang berasal dari posterior lensa dan pembesaran lensa itu
sendiri. Kelemahan zonula akibat pengelupasan kulit, trauma, atau usia dapat
berperan dalam menyebabkan glaukoma fakomorfik.8
2.3.4 Patofosiologi
Pada mata dengan pembentukan katarak senilis, lensa menjadi bengkak atau
intumescent. Reduksi progresif terjadi pada sudut iridokorneal. Pada mata seperti ini,
glaukoma blok pupil disebabkan oleh perubahan ukuran lensa dan posisi permukaan
lensa anterior. Penutupan sudut mungkin disebabkan oleh mekanisme blok pupil yang
meningkat, atau mungkin karena perpindahan diafragma lensa-iris ke depan.1
Aposisi iridolenticular ini mengganggu aliran aqueous humor dari bilik posterior ke
bilik anterior ruang. Hal ini menyebabkan akumulasi akuos di ruang posterior,
mendorong akar iris ke depan, yang pada akhirnya dapat membentuk koneksi
6
2. Gonioskopi
Gonioskopi adalah penilaian keadaan sudut bilik mata depan dengan visualisasi
langsung struktur – struktur sudut. Apabila keseluruhan trabekular Meshwork, taji
sklera, processus iris dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis
Schwalbe atau sebagian kecil dari trabekular Meshwork yang dapat terlihat, sudut
dinyatakan sempit. Apabila garis Schwalbe tidak terlihat, sudut dinyatakan tertutup.3
2.3.8 Prognosis
Tujuan terapi glaukoma adalah menghentikan kecepatan kerusakan visual.
Sampai saat ini, penurunan tekanan intraokular (TIO) masih merupakan terapi utama.
Beberapa pasien masih akan tetap mengalami kehilangan penglihatan meski terdapat
penurunan tekanan yang bermakna. Namun, penurunan tekanan intraokular (TIO)
dengan cepat menurunkan laju progresivitas secara bermakna. Jika diagnosis
terlambat ditegakkan, bahkan ketika telah terjadi kerusakan penglihatan bermakna,
mata kemungkinan besar mengalami kebutaan meski diberikan terapi. Jika tekanan
12
intraokular (TIO) tetap terkontrol setelah terapi akut glaukoma sudut tertutup, maka
kecil kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif. Demikian pula untuk
glaukoma sekunder jika terapi penyebab dasar menghasilkan penurunan tekanan
intraokular (TIO) ke kisaran normal.11
2.3.9 Tatalaksana
1. Medikamentosa
a. Bahan hiperosmotik
1) Gliserin (Osmoglyn)
Gliserin umumnya diberikan per oral dalam larutan 50% dengan air (1 ml gliserin
beratnya 1,25 g). Dosisnya 1,5 g /kg. Efek hipotensif maksimum tercapai dalam 1
jam dan bertahan 4 – 5 jam. Pemberian per oral dan tidak terjadi efek diuretik
adalah keuntungan gliserin dibanding obat lain.3
2) Mannitol (Osmitrol)
Sediaannya dalam bentuk larutan 5-25% untuk suntikan. Dosis 1,5 – 2 g / kg
intravena, biasanya dengan kadar 20%. Efek hipotensif maksimum terjadi dalam 1
jam dan bertahan 5 – 6 jam. Masalah “overload” kardiovaskuler dan paru lebih
sering terjadi pada obat ini.3
Dosis : 1 tetes larutan 0,25 % atau 0,5 % di setiap mata, diberikan 1 – 2 x sehari bila
perlu. 1 tetes gel 1 x sehari.
2. Tindakan pembedahan
a. Bila katarak matur dan tensi sudah turun dengan obat, segera ekstraksi katarak.
Apabila tensi tidak turun dengan obat, dapat dilakukan sklerostomi posterior untuk
aspirasi viterous melalui pars plana untuk menurunkan TIO, kemudian dilakukan
ekstraksi katarak melalui iridektomi perifer.9
b. Bila katarak imatur dan tensi dapat turun dengan obat, dilakukan laser iridotomi
atau iridektomi melalui kornea. Selanjutnya, gonioskopi ulang, bila hasilnya sudut
tertutup atau terbuka sempit, dilakukan trabekulektomi. Apabila tensi tidak turun
dengan obat, dilakukan bedah filtrasi lebih dulu. Ekstraksi katarak dilakukan pada
tahap berikutnya. Operasi katarak diusahakan dengan insisi kecil melalui kornea
untuk mengurangi kerusakan konjungtiva.9
BAB III
KESIMPULAN
14
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelly L, Sarwat S. Lens-Induced Glaucoma. Ophtalmic Pearls: Glaucoma.
2016. 55-56.
2. Abdul Rasheed. Phacomorphic Glaucoma: An Easy Approach. Pak J
Ophtalmol. 2007; 23(2): 77-79
3. Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC; 2010. 4. Goel M,
Picciani RG, Lee RK, Bhattacharya SK. Aqueous humor dynamics: a review.
Open Ophthalmol J. 2010;4:52-59. Published 2010 Sep 3.
doi:10.2174/1874364101004010052.
5. Ahmad, Syed Shoeb. Acute Lens Induced Glaucomas: A review. Journal of
Acute Disease 2017. 6. 47-52. 10.12980/jad.6.2017JADWEB-2016-0065. 6.
Ulilil C. Glaukoma. Buku Ajar Kepaniteraan Klinik SMF Mata RSU Haji
Surabaya. 2013. Surabaya: RSU Haji.
7. American Academy of Ophthalmology (AAO). Glaucoma. 2005. USA:
American Academy of Ophthalmology.
8. Harpreet G. Phacomorphic Glaucoma Clinical Presentation.2021. Available on
https://emedicine.medscape.com/article/1204917-clinical#b5 9. Nurwasis.
Glaukoma. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. 2013. Surabaya: Airlangga
University Press.
10. AK Khurana. Comprehensive Ophthalmology Fourth Edition. 2007. New
Delhi: New Age International.
11. James. Lecture Notes Oftalmologi Edisi Kesembilan. 2006. Jakarta: Penerbit
Erlangga.