2540 6884 1 SM
2540 6884 1 SM
but termasuk kategori berpikir kritis. Berpikir tunya dipengaruhi oleh penguasaan siswa pada
kritis merupakan proses merumuskan alasan materi langkah-langkah perbaikan PC. Siswa
yang tertib secara aktif dan terampil dari me- mengungkapkan bahwa materi perbaikan PC
nyusun konsep,mengaplikasikan, menga- adalah materi yang sulit dan kompleks. Evalu-
nalisis, mengintegrasikan (sintesis), atau asi yang dilakukan oleh guru bahwa metode
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan pembelajaran dengan demonstrasi belum cu-
melalui proses pengamatan, pengalaman, re- kup efektif. Selama ini, dalam proses pembela-
fleksi, pemberian alasan (reasoning) atau ko- jaran kasus kerusakan PC yang diberikan ma-
munikasi sebagai dasar dalam menentukan tin- sih sederhana, padahal jika suatu PC memiliki
dakan. Berpikir kritis sangat penting dimiliki kerusakan yang kompleks gejala yang muncul
oleh siswa, karena memungkinkan siswa untuk pada saat diagnosa seringkali berbeda. Sehing-
dapat menyelesaikan masalah sosial, keilmuan ga siswa masih kesulitan jika dihadapkan pada
dan permasalahan praktis secara efektif. Pada permasalahan yang nyata. Melalui penggu-
era seperti sekarang ini, adanya pengetahuan naan keterampilan berpikir kritis, siswa akan
dan informasi belum cukup untuk menyele- terbantu dalam proses mengidentifikasi keru-
saikan masalah. Untuk dapat bekerja dengan sakan PC. Dari hasil identifikasi yang akurat
efektif didunia kerja dan dalam kehidupan maka akan ditemukan langkah perbaikan PC
sehari-hari siswa harus dapat menyelesaikan yang tepat.
permasalahan untuk dapat membuat keputusan Untuk dapat membangun keterampilan
yang tepat, maka berpikir kritis, guru dapat memberikan pen-
Salah satu Standar Kompetensi (SK) yang galaman belajar dengan mendesain proses
harus dikuasai oleh siswa SMK TKJ adalah ma- pembelajaran. Guru mendesain pembelajaran
teri SK perbaikan dan setting ulang sistem PC dengan memberikan permasalahan yang meli-
yang terdiri dari tiga kompetensi dasar yaitu, batkan keterampilan berpikir siswa dan meli-
menjelaskan langkah perbaikan, melaksanakan batkan proses menganalisis berdasarkan per-
perbaikan PC dan memeriksa hasil perbaikan. masalahan yang sebenarnya. Salah satu model
Materi perbaikan PC terdiri dari menjelas- pembelajaran yang dapat diterapkan adalah
kan langkah-langkah perbaikan, yaitu diawali Problem Based Learning (PBL) atau pem-
dari mendiagnosa kerusakan, menemukan dan belajaran berbasis masalah. Menurut Glazer
mengisolasi permasalahan, melaksanakan per- (2001) menyatakan bahwa PBL menekankan
baikan dan memeriksa hasil perbaikan. belajar sebagai proses yang melibatkan pem-
ecahan masalah dan berpikir kritis dalam
Pembelajaran praktik yang selama ini di-
konteks yang sebenarnya. Glazer selanjutnya
laksanakan belum optimal. Hal ini dikarena-
mengemukakan bahwa PBL memberikan ke-
kan ada siswa yang dominan dan aktif dan ada
sempatan kepada siswa untuk mempelajari hal
siswa yang cenderung pasif, sehingga pem-
lebih luas yang berfokus pada mempersiapkan
belajaran belum bisa maksimal. Permasala-
siswa untuk menjadi warga negara yang aktif
han kerusakan PC yang dipelajari siswa belum
dan bertanggung jawab. Melalui PBL siswa
banyak jenisnya sehingga pada saat prakerind
memperoleh pengalaman dalam menangani
siswa mengalami kesulitan. Hasil tes praktek
masalah-masalah yang realistis, dan menekan-
siswa pada tahun ajaran 2011/2012 menunjuk-
an pada penggunaan komunikasi, kerjasama,
kan bahwa pada SK4 pada kelas XA berjumlah
dan sumber-sumber yang ada untuk meru-
19 siswa (63%) dan pada kelas XB berjumlah
muskan ide dan mengembangkan keterampi-
13 siswa (44,8%) belum tuntas sehingga guru
lan penalaran. Hasil penelitian Abdullah dan
melaksanakan remidial beberapa kali. Selain
Ridwan (2008) menyatakan model PBL dapat
itu dalam pembelajaran praktek belum dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek
memberi kesempatan kepada siswa mengem- kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian
bangkan komunikasi dalam menyampaikan Hasrul Bakri (2009), menyatakan bahwa PBL
hasil praktek yang informatif. mampu meningkatkan minat belajar praktek
Berdasarkan hal diatas menunjukkan bah- menggulung trafo. Hasil penelitian Oon-Seng
wa hasil belajar siswa masih kurang, salah sa- Tan (2008) menyatakan PBL dapat mengantar-
kan siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan lingkungan belajar, dalam bergaul den-
hidup melalui proses menemukan, belajar dan gan orang, berinteraksi dengan benda-benda
berpikir secara independen . Melihat karakter- serta menghadapi peristiwa-peristiwa yang di-
istik dari PBL, model pembelajaran tersebut berikan dalam proses belajar.
sesuai jika diterapkan pada pembelajaran ma- Pembelajaran di SMK dilaksanakan dalam
teri perbaikan dan setting ulang PC. kerangka pembentukan Standar Kompetensi
Sesuai dengan latar belakang diatas, pene- Lulusan (SKL) peserta didik. Pembelajaran di
litian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan SMK menggunakan paradigma outcome yaitu
keterampilan berpikir kritis siswa pada ma- kompetensi apa yang harus dikuasai peserta
teri Perbaikan dan Setting Ulang PC melalui didik bukan pembelajaran yang memaksakan
penerapan model problem based learning; (2) apa yang harus diajarkan oleh seorang guru
meningkatkan hasil belajar siswa pada ma- (Putu Sudira, 2006: 9-10). Pavlova (2009: 7)
teri Perbaikan dan Setting Ulang PC melalui menyatakan, “Traditionally, direct prepara-
penerapan model problem based learning; (3) tion for work was the main goal of vocation-
mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa al education”. Pernyataan Pavlova tersebut
pada materi Perbaikan dan Setting Ulang PC mengandung makna bahwa tujuan utama dari
setelah penerapan model probem based learn- pendidikan kejuruan adalah mempersiapkan
ing; (4) mengetahui hasil belajar siswa pada peserta didik untuk memasuki dunia kerja.
materi Perbaikan dan Setting Ulang PC setelah Berdasarkan hal tersebut, maka dalam proses
penerapan model probem based learning. pembelajaran yang dilaksanakan di SMK me-
miliki porsi yang lebih banyak dalam pembe-
Belajar dan Pembelajaran di Sekolah lajaran praktik untuk membekali keterampilan.
Menengah Kejuruan
Dimyati dan Mudjiono (2009: 9) menge- Keterampilan Berpikir Kritis (Critical
mukakan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Thinking Skill)
Dalam belajar ditemukan adanya (1) kesempa- Berpikir merupakan aktivitas yang meli-
tan terjadinya peristiwa yang dapat menimbul- batkan proses memanipulasi dan merubah
kan respon, (2) respon siswa, (3) konsekuensi informasi yang ada dalam ingatan. Pada saat
yang menguatkan respon tersebut. Menurut berpikir, kita berpikir untuk membentuk suatu
Oemar Hamalik (2011: 27-28), menyatakan konsep, pertimbangan, berpikir kritis, mem-
bahwa (1) belajar adalah modifikasi atau mem- buat keputusan, berpikir kreatif dan memecah-
perteguh kelakuan melalui pengalaman, bela- kan masalah. Menurut R.Ennis dalam Nitko
jar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan dan Brookhart (2011:232):
bukan suatu hasil atau tujuan. Dalam proses .....Critical thinking is reasonable, reflec-
belajar yakni siswa mengalami secara lang- tive thinking that is focused on deciding
sung proses belajar, tidak sekedar menerima what to belief or do...
pengetahuan saja, (2) belajar merupakan suatu
Berpikir kritis bersifat reasonable dan ber-
proses perubahan tingkah laku individu melalui
pikir reflektif yang difokuskan pada memutus-
interaksi dengan lingkungan. Adanya interaksi
kan apa yang harus dipercayai dan apa yang
siswa dengan lingkungan akan menimbulkan
harus dilakukan. Artinya ketika menggunakan
pengalaman belajar. Karena belajar merupakan
berpikir kritis akan dapat memutuskan dengan
proses untuk mencapai tujuan, maka dalam be-
tepat apa yang seharusnya dipercayai dan apa
lajar terdapat langkah-langkah atau prosedur
yang harus dilakukan. Berpikir kritis merupak-
yang harus ditempuh. Menurut Winkel (2009:
an proses intelektual dan penuh konsep akan
59), belajar adalah semua aktivitas mental atau
keterampilan yaitu (1) mengaplikasikan; (2)
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
menganalisa; (3) mensintesa; (4) mengevaluasi
dalam lingkungan, yang menghasilkan peruba-
darimana suatu informasi diperoleh; (5) atau
han-perubahan dalam pengetahuan pemaha-
men-generalisasi hasil dari proses observasi,
man, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komu-
itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam
nikasi sebagai dasar untuk dipercaya dan apa
proses belajar terdapat interaksi antara siswa
rafino& Cicchelli, 2005 , Egen dan Kauchak, dari observasi, pengalaman, refleksi, penal-
2012: 307). PBL merupakan suatu pendeka- aran, atau komunikasi. Berpikir kritis tidak
tan pembelajaran yang menggunakan masalah serta merta melekat pada seseorang sejak lahir.
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta Akan tetapi, berpikir kritis merupakan keter-
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis ampilan yang dapat dikembangkan melalui
dan keterampilan pemecahan masalah, serta pengalaman langsung siswa dalam menghada-
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep pi permasalahan. Sehingga, jika siswa terbiasa
yang esensial dari materi pelajaran. PBL meru- menggunakan keterampilan diatas maka ket-
pakan pembelajaran berdasarkan teori kognitif erampilan berpikir kritis akan dapat berkem-
yang didalamnya termasuk teori belajar kon- bang. Tugas guru dalam rangka meningkat-
struktivisme. Menurut teori konstruktivisme, kan keterampilan berpikir kritis siswa adalah
keterampilan berpikir dan memecahkan ma- dengan menyediakan lingkungan belajar yang
salah dapat dikembangkan jika peserta didik dapat mendorong siswa menggunakan keter-
melakukan sendiri, menemukan, dan memind- ampilan berpikir. Model pembelajaran PBL
ahkan kekomplekan pengetahuan yang ada. adalah salah satu model pembelajaran yang
Anita Woolfolk (2007:352) mengatakan: dapat menyediakan lingkungan belajar yang
mendukung berpikir kritis. PBL didasarkan
The goals of problem based learning are
pada situasi bermasalah dan membingungkan
to help students develop flexible knowl-
sehingga akan membangkitkan rasa ingin tahu
edge that can be applied in many situa-
siswa sehingga siswa tertarik untuk menyeli-
tions, in contrast to inert knowledge. ....
diki permasalahan tersebut. Pada saat siswa
other goals of problem based learning are
melakukan penyelidikan, maka siswa meng-
to enhance intrinsic motivation and skills
gunakan tahapan berpikir kritis untuk menyeli-
in problem solving, collaboration, and self
diki masalah, menganalisa berdasarkan bukti
directed lifelong learning.
dan mengambil keputusan berdasarkan hasil
Menurut Arends (2008:55), langkah- penyelidikan.
langkah dalam melaksanakan PBL ada 5 fase Dalam website yang mengembangkan
yaitu (1) mengorientasi siswa pada masalah; keterampilan berpikir kritis menyatakan ....
(2) mengorganisasi siswa untuk meneliti; (3) PBL
can
help
students
develop
communica-
membantu investigasi mandiri dan berkelom- tion,
reasoning
and
critical
thinking
skills
pok; (4) mengembangkan dan menyajikan (http://depts.washington.edu/cidrweb). Dalam
hasil karya; (5) menganalisis dan mengevalu- hasil penelitian dari I Wayan Sadia (2008),
asi proses pemecahan masalah., permasalahan menurut persepsi guru model pembelajaran
yang digunakan dalam PBL adalah permasala- yang dipandang dapat memberi kontribusi
han yang dihadapi di dunia nyata. Meskipun dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kemampuan individual dituntut bagi setiap kritis adalah pembelajaran kontekstual, model
siswa, tetapi dalam proses belajar dalam PBL pembelajaran berbasis masalah (pbl), model
siswa belajar dalam kelompok untuk memaha- problem solving, model sains-teknologi ma-
mi persoalan yang dihadapi. Kemudian siswa syarakat, model siklus belajar dan model pem-
belajar secara individu untuk memperoleh in- belajaran berbasis penilaian portofolio. Ken-
formasi tambahan yang berhubungan dengan neth J. Oja (2011), menyatakan bahwa terdapat
pemecahan masalah. Peran guru dalam PBL hubungan positif antara penerapan PBL terha-
yaitu sebagai fasilitator dalam proses pembe- dap keterampilan berpikir kritis siswa keper-
lajaran. awatan. Tetapi perlu diperketat dalam penggu-
naan PBL untuk mengevaluasi berpikir kritis.
Keterkaitan PBL dan Berpikir Kritis
Scriven & Paul (2008) mengungkapkan Keterkaitan PBL dan Hasil Belajar
bahwa dalam berpikir kritis terdapat keter- Orhan & Ruhan (2007), menyatakan
ampilan mengaplikasikan, menganalisa, men- bahwa model PBL memberikan dampak posi-
sintesa, mengevaluasi informasi yang diper- tif pada prestasi akademik siswa dan sikap
oleh dan mengeneralisasi hasil yang diperoleh siswa terhadap sains. Dalam pelaksanaan PBL
Hasil perbaikan PC disajikan dalam lembar pe- Aktivitas siswa dalam PBL
nyelesaian masalah dan dipresentasikan. Beri- Data aktivitas siswa dalam PBL disaji-
kut disajikan data hasil penelitian kan pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3 diatas,
skor perolehan aktivitas siswa 197 dari skor
Siklus I
seharusnya 290. Prosentase skor aktivitas
Aktivitas guru dalam PBL siswa dalam melaksanakan PBL yaitu 67,9%.
Prosentase tersebut menunjukkan bahwa akti-
Data aktivitas guru diperoleh dengan ob-
vitas siswa dalam melaksanakan PBL belum
servasi selama pembelajaran berlangsung.
berjalan dengan optimal. Pada tabel tersebut
Data disajikan pada tabel 2. Berdasarkan tabel
menunjukkan skor perolehan untuk masing-
2 Skor perolehan aktivitas guru yakni 16 dari
masing indikator belum mencapai target se-
skor seharusnya yakni 16. Hal tersebut menun-
hingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
jukkan aktivitas guru dalam PBL sudah maksi-
belum berlngsung secara optimal. Perolehan
mal.
skor aktivitas masing-masing siswa dalam
PBL disajikan pada Tabel 4.
Berdasrkan tabel 4 dapat dianalisis akti- Data tabel 6 menunjukkan bahwa keter-
vitas siswa dalam PBL pada kategori sangat ampilan berpikir kritis siswa pada kategori
tinggi sebesar 59% (17), kategori tinggi 17% sangat tinggi yaitu 16 siswa (55%), kategori
(5), kategori rendah 10% (4) dan kategori san- tinggi 4 siswa (14%), kategori rendah yaitu 9
gat rendah 14% (4). Sehingga dapat disimpul- siswa (31%) dan kategori sangat rendah yaitu
kan siswa yang telah melaksanakan PBL den- 0 siswa (0%). Kriteria keberhasilan yang telah
gan baik atau termasuk kategori tinggi adalah ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sebanyak
22 siswa (76%). Hasil tersebut menunjukkan 80% atau 23 siswa dalam kategori tinggi. Dari
bahwa pelaksanaan PBL belum berjalan opti- data tabel 34 siswa yang termasuk pada kat-
mal sehingga perlu untuk ditingkatkan. egori keterampilan berpikir kritis sangat tinggi
dan tinggi yaitu 20 siswa atau sebesar 69%,
Keterampilan berpikir kritis siswa sehingga dapat disimpulkan bahwa pada sik-
Data hasil observasi keterampilan ber- lus pertama untuk keterampilan berpikir kritis
pikir kritis siswa pada siklus I disajikan pada belum tercapai. Perlu ditingkatkan pada aspek-
tabel 5. Perolehan skor keterampilan berpikir aspek keterampilan berpikir kritis diatas.
kritis sebesar 499 dari skor seharusnya 725,
prosentase keterampilan berpikir kritis siswa Hasil belajar siswa
yaitu 68,4%. Data tersebut menunjukkan bah- Data hasil belajar siswa yaitu hasil pe-
wa pencapaian skor indikator keterampilan nilaian unjuk kerja. Aspek yang dinilai terdiri
berpikir kritis belum memenuhi kriteria yang dari aspek persiapan, aspek proses kerja, hasil
ditetapkan sebesar 80%. kerja, sikap kerja dan waktu. Perolehan nilai
Keterampilan berpikir kritis siswa dikat- tertinggi 89,65, nilai terrendah 50,50 dan nilai
egorikan dalam 4 kategori yaitu sangat tinggi, rata-rata 78,16. Berdasarkan data diatas jum-
tinggi, rendah dan sangat rendah. Kategori ket- lah siswa yang tuntas KKM yaitu sebanyak
erampilan berpikir kritis siswa disajikan pada 20 siswa (68,97%) sedangkan siswa yang be-
tabel 6. lum tuntas KKM sebanyak 9 siswa (31,03%).
Tabel 9 menunjukkan bahwa aktivitas lai 83,2. Berdasarkan data diatas jumlah siswa
siswa dalam PBL pada kategori sangat tinggi yang tuntas KKM yaitu sebanyak 29 siswa
sebanyak 24 siswa (82,8%) dan kategori tinggi (100%). Dalam penelitian ini, pembelajaran
sebanyak 5 siswa (17,24%). Pada pelaksanaan dengan PBL dikatakan berhasil jika indikator
siklus II, tidak ada siswa yang termasuk pada keberhasilan telah tercapai yaitu 80% siswa
kategori rendah dan sangat rendah. tuntas KKM. Data tersebut menunjukkan bah-
wa indikator keberhasilan telah terpenuhi.
Keterampilan berpikir kritis siswa Siklus II
Perolehan skor keterampilan berpikir
kritis pada siklus II mengalami peningkatan. PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 10, perolehan skor keter-
Keterlaksanaan penerapan model problem
ampilan berpikir kritis sebesar 583 dari skor
based learning dalam pembelajaran materi
seharusnya 725, prosentase skor keterampilan
perbaikan dan setting ulang PC
berpikir kritis siswa yaitu 80,4%. Data tersebut
menunjukkan bahwa pencapaian skor indikator Penerapan pembelajaran dengan PBL
keterampilan berpikir kritis telah memenuhi dalam materi perbaikan dan setting ulang PC
kriteria yakni sebesar 80%. Ketercapaian skor selama penelitian tindakan dapat dikatakan
keterampilan berpikir kritis masing-masing berjalan dengan lancar. Hasil yang diperoleh
siswa pada sikus II selanjutnya disajikan pada menunjukkan penerapan model PBL dalam
tabel 11. meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
hasil belajar berjalan dengan baik melalui per-
Hasil Belajar Siklus II baikan-perbaikan pada tiap siklusnya dan dapat
Pada siklus II, perolehan nilai tertinggi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
88,18, nilai terrendah 78,38 dan rata-rata ni- dilaksanakan dalam dua siklus dimana pada
tiap siklus terdiri dari lima fase PBL. Pembela- paiannya adalah pada kegiatan mempresenta-
jaran diawali dengan guru menjelaskan tujuan sikan hasil eksperimen. Siswa belum berani
dari pelaksanaan pembelajaran dengan model mengemukakan pendapat dan hasil pemikiran
PBL, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan didepan kelas. Pada kegiatan membuat kesim-
dalam PBL dan aktivitas-aktivitas yang akan pulan, bahwa keterlibatan siswa masih kurang,
dilaksanakan oleh guru dan siswa. Guru mem- siswa masih mengandalkan anggota kelompok
bagi kelas menjadi 6 kelompok. Masing-mas- yang lain jika mengalami kesulitan dan cend-
ing kelompok diberikan PC dengan jenis keru- erung pasif. Pada indikator 4 berkaitan dengan
sakan berbeda-beda. Tiap kelompok harus me- keaktifan siswa dalam menggunakan sumber
nentukan sendiri tugas-tugas belajar apa saja belajar untuk menyelesaikan permasalahan.
yang dibutuhkan terkait dalam upaya meny- Dalam hal ini siswa cenderung menunggu
elesaikan perbaikan PC dan juga menentukan jawaban dari guru ketika kesulitan dalam
peralatan dan bahan apasaja yang diperlukan mendefinisikan dan menafsirkan gejala keru-
dalam penyelesaian masalah. Dalam pembela- sakan PC, padahal dalam pembelajaran dengan
jaran tersebut, peneliti berperan sebagai guru PBL telah disiapkan fasilitas untuk mengakses
dan dibantu oleh seorang guru yang berperan berbagai informasi baik buku atau sumber di
sebagai kolaborator. Peran utama guru dalam internet. Pada indikator 2 dan 3 keterlibatan
PBL adalah sebagai fasilitator. siswa dalam eksperimen juga belum terpenuhi.
Siswa belajar dalam lingkungan kelompok Masih ditemukan siswa yang pasif dan masih
untuk melaksanakan eksperimen perbaikan ada dominasi pada saat praktik (belum merata).
PC. Masing-masing kelompok melakukan pe- Skor aktivitas siswa dalam PBL pada kategori
nyelidikan terhadap kerusakan PC diawali den- sangat tinggi sebanyak 17 siswa (59%), kat-
gan mengidentifikasi gejala kerusakan, menaf- egori tinggi sebanyak 5 siswa (17%), kategori
sirkan gejala kerusakan dengan tepat, meru- rendah sebanyak 4 siswa (10%) dan kategori
muskan langkah perbaikan dan melaksanakan sangat rendah sebanyak 4 siswa (14%). Hal ini
perbaikan. Dalam tahapan ini siswa akan menunjukkan belum semua siswa terlibat se-
mempelajari tentang berbagai gejala kerusakan cara optimal dalam pembelajaran.
PC , makna gejala kerusakan PC dan langkah Hasil refleksi dari siklus I menunjukkan
perbaikan yang tepat. Siswa harus menentu- bahwa pembelajaran dengan PBL belum ber-
kan sendiri komponen-komponen yang ses- jalan dengan optimal meskipun berdasar ob-
uai dengan spesifikasi PC pada kelompoknya. servasi peran guru dalam menerapkan setiap
Perbaikan yang dilakukan antara kelompok langkah PBL telah maksimal. Oleh karena itu
satu dengan yang lain tidak sama persis karena siklus II dirancang dengan merevisi dari siklus
permasalahan kerusakan PC yang diberikan I.
adalah benar-benar berasal dari orang lain yang Pelaksanaan siklus II dilakukan tiga kali
memang sedang rusak (kerusakan PC nyata). pertemuan. Pada pembelajaran melaksanakan
Siswa harus mampu memanfaatkan sumber kelima fase PBL. Agar pembelajaran lebih op-
referensi yang ada, karena masing-masing ke- timal, guru menjelaskan kembali tujuan dari
lompok telah disediakan PC yang terhubung pelaksanaan PBL, aktivitas-aktivitas yang
internet dan buku referensi. Sehingga siswa akan dilaksanakan oleh guru dan siswa. Untuk
memperoleh pengalaman belajar yang secara menghindari siswa yang pasif, maka guru men-
langsung dialami. Pembelajaran dengan PBL dorong masing-masing ketua kelompok untuk
diakhiri dengan masing-masing kelompok selalu melibatkan anggota kelompoknya dalam
mempresentasikan hasil eksperimen perbaikan setiap tahapan pembelajaran. Untuk mendo-
PC agar kelompok lain juga memperoleh pen- rong siswa yang masih pasif dalam pembelaja-
getahuan baru dari kelompok lain. ran dan presentasi, maka guru menunjuk siswa
Hasil pelaksanaan siklus I masih terdapat pada masing-masing kelompok untuk menjadi
kekurangan pada aspek aktivitas siswa dalam presenter utama dalam presentasi berikutnya
PBL yang belum tercapai indikator keberhasi- agar semua siswa turut berperan dalam penya-
lannya. Indikator yang paling rendah keterca- jian hasil eksperimen dan semua siswa mem-
elidiki, menilai dan mengolah informasi yang belum dapat menilai dengan tepat informasi
relevan dan bernilai sebesar 159 (68,5%); in- gejala kerusakan PC yang muncul karena ada
dikator 3 berpikir reflektif/analogi sebesar 66 kesalahan awal dari proses identifikasi sehing-
(75,8%); indikator 4 membuat kesimpulan ga informasi yang diperoleh belum tepat. Hal
yang logis(masuk akal), luas dan mendalam yang tidak kalah penting dalam indikator ket-
sebesar 52 (59,8%); indikator 5 berpemikiran erampilan berpikir kritis adalah siswa mampu
terbuka sebesar 108 (74,5%);dan indikator 6 mengkomunikasikan hasil pemikiran, solusi
mampu mengkomunikasikan hasil pemikiran, permasalahan kerusakan PC yang telah di-
solusi permasalahan dan saran 73 (62,9%). dapatkan. Pada indikator ini, ketercapaian skor
Berdasarkan data diatas perolehan skor sebe- masih tergolong rendah. Siswa masih belum
sar 499 dari skor seharusnya 729, prosentase berani mengungkapkan hasil pemikiran dide-
keterampilan berpikir kritis siswa yaitu 68,4%. pan oranglain, karena khawatir melakukan ke-
Data tersebut menunjukkan bahwa pencapa- salahan. Kesimpulan pada siklus I aspek keter-
ian skor indikator keterampilan berpikir kritis ampilan berpikir kritis siswa masih kurang, dil-
belum memenuhi kriteria yakni sebesar 80%. ihat dari skor total ketercapaian adalah 68,4%.
Dilihat dari skor perolehan masing-masing Berdasarkan hasil tersebut dalam pelaksanaan
siswa keterampilan berpikir kritis siswa pada PBL perlu dilakukan perbaikan dan diperbaiki
kategori sangat tinggi yaitu 16 siswa (55%), pada pelaksanaan siklus II. Pelaksanaan pada
kategori tinggi 4 siswa (14%), kategori rendah siklus II guru fokus dalam peninkatan keterca-
yaitu 9 siswa (31%) dan kategori sangat ren- paian indikator diatas tetapi tetap meningkat-
dah yaitu 0 siswa (0%). Kriteria keberhasilan kan indikator yang telah terpenuhi.
yang telah ditetapkan dalam penelitian ini yai- Pelaksanaan siklus II, guru dan kolabora-
tu sebanyak 80% atau 23 siswa dalam kategori tor meningkatkan perannya sebagai fasilitator.
tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pada siklus Guru membantu kelompok yang kesulitan den-
pertama untuk kriteria keberhasilan keterampi- gan mengajukan pertanyaan yang dapat me-
lan berpikir kritis belum tercapai. macu proses penyelidikan yang lain. Memberi
Keterampilan berpikir kritis yang diter- contoh bagaimana mengaitkan secara logis ad-
apkan dalam pembelajaran materi perbaikan anya gejala kerusakan PC dengan kelanjutan
dan setting ulang PC sebenarnya membantu penyelidikan lain. Melalui hal tersebut siswa
siswa dalam upaya menyelesaikan permasala- terdorong untuk menggunakan keterampilan
han kerusakan PC. Untuk dapat merumuskan dalam mengaitkan secara logis gejala keru-
solusi perbaikan dan juga kesimpulan maka sakan yang ada. Selain itu apabila ada siswa
harus diawali dengan mengidentifikasi melalui atau kelompok yang bertanya atau mengalami
mengajukan pertanyaan yang tepat seperti : kesulitan maka guru mengrahkan siswa un-
bagaimanakah kondisi hardware komponen tuk mencari sumber referensi yang tepat dan
PC?; Apakah terdapat bunyi beep kode kes- mendampingi dalam pencarian tersebut. Se-
alahan?; apakah ada tampilan pada monitor?; lanjutnya agar semua siswa terlibat dalam
apakah tidak berfungsinya power supply dise- mengkomunikasikan hasil pemikiran, pada
babkan karena rusaknya komponen power saat presentasi berlangsung guru mengaju-
supply; dan pertanyaan lain yang mengarah kan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing
pada penyelidikan yang tepat. Bermula dari siswa yang belum aktif agar mampu mengko-
pertanyaan tepat yang diajukan akan menjadi munikasikan dan menjelaskan hasil pemikiran
petunjuk bagi siswa dalam melakukan lang- terhadap eksperimen perbaikan PC yang telah
kah-langkah penyelidikan berikutnya. Pada dilaksanakan.
pelaksanaan data observasi menunjukkan bah- Hasil pelaksanaan siklus II pada aspek
wa dalam mengawali eksperimen perbaikan keterampilan berpikir kritis menunjukkan
PC, siswa belum dapat mengajukan pertan- peningkatan. Perolehan skor sebesar 583 dari
yaan tepat dan dalam mengidentifikasi belum skor seharusnya 729, prosentase keterampilan
mendalam. Selanjutnya pada indikator men- berpikir kritis siswa sebesar 80,4%. Berdasar-
gumpulkan, menyelidiki, menilai dan mengo- kan perolehan skor diatas menunjukkan bahwa
lah informasi yang relevan dan bernilai, siswa kriteria keberhasilan telah tercapai. Masing-
masing indikator keterampilan berpikir kritis masalahan dan terlibat untuk menggunakan
mengalami peningkatan. Data peningkatan keterampilan berpikir kritis.
keterampilan berpikir kritis siswa disajikan
pada tabel 14. Hasil belajar siswa setelah penerapan model
problem based learning
Skor perolehan keterampilan berpikir kri-
Berhasil atau tidaknya pembelajaran den-
tis masing-masing siswa mengalami peningka-
gan model PBL pada siswa dianalisis dengan
tan. Pada akhir siklus II kategori keterampilan
melihat hasil tes. Diakhir penerapan PBL,
berpikir kritis mengalami peningkatan. Ket-
dilakukan tes unjuk kerja untuk mengetahui
erampilan berpikir kritis siswa kategori san-
apakah materi pembelajaran dapat terserap.
gat tinggi sebanyak 20 siswa (69%), kategori
Tes unjuk kerja dilaksanakan dua kali yaitu
tinggi sebanyak siswa 7 (24,1%), kategori
diakhir siklus I dan diakhir siklus II. Tes unjuk
rendah sebanyak 2 siswa (6,9%), kategori san-
kerja merupakan tes untuk melihat unjuk kerja
gat rendah sebanyak 0 siswa (0%). Siswa yang
siswa dalam melaksanakan tahap-tahap dalam
telah mencapai keterampilan berpikir kritis
perbaikan PC. Tes dilaksanakan secara indivi-
kategori tinggi yaitu 27 siswa (93,1%) dengan
du sehingga guru dapat mengetahui siswa yang
kata lain kriteria keberhasilan pada siklus II
belum dapat menyerap materi, dan dapat me-
telah tercapai. Data peningkatan keterampilan
lihat secara rinci aspek mana saja yang masih
berpikir kritis masing-masing siswa disajikan
kurang.
pada tabel 15.
Hasil penilaian pada siklus I menunjuk-
Meningkatnya jumlah siswa yang terma-
kan bahwa nilai tertinggi 89,65, nilai terren-
suk pada kategori tinggi dikarenakan siswa
dah 50,50, nilai rata-rata 78,16. Jumlah siswa
telah dapat menerapkan tahap-tahapan dalam
yang tuntas KKM yaitu 21 siswa (68,97%)
berpikir kritis melalui PBL. Melalui perma-
dan siswa yang belum tuntas KKM 9 siswa
salahan yang disajikan dalam PBL siswa dapat
(31,03%). Dilihat dari rekapitulasi nilai untuk
lebih terlibat dalam upaya menyelesaikan per-
tiap indikator unjuk kerja, masih ada siswa memanfaatkan adanya sumber refferensi yang
yang memperoleh skor nol (0) pada aspek si- akan membantu dalam menyelesaikan perma-
kap kerja, hasil kerja dan waktu. Hal ini dikare- salahan kerusakan PC. Peningkatan aktivitas
nakan ada siswa yang pada saat penilaian unjuk siswa dalam pembelajaran menjadikan pen-
kerja kurang menerapkan keselamatan kerja getahuan siswa bertambah sehingga pada saat
sehingga pada saat ujicoba PC terdapat kom- menyelesaikan permasalahan kerusakan PC,
ponen Random Access Memory (RAM) yang siswa dapat menerapkan tahapan-tahapan un-
terbakar karena pemasangan pada slot memori tuk melaksanakan perbaikan PC dengan tepat.
kurang tepat. Kesalahan tersebut menyebabkan
PC tidak dapat selesai diperbaiki karena waktu
SIMPULAN DAN SARAN
telah habis sehingga komponen penilaian hasil
kerja dan waktu juga memperoleh nilai nol (0). Simpulan
Mempertimbangkan hasil dari penilaian Berdasarkan penelitian yang telah dilak-
unjuk kerja siklus I, guru kemudian mem- sanakan dan data-data yang diperoleh, peneliti
berikan penjelasan kepada siswa pentingnya dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
menerapkan keselamatan kerja pada saat prak-
1. Melalui penerapan model problem based
tik demi keamanan dan keselamatan peralatan
learning dalam pembelajaran materi per-
dan diri sendiri. Agar siswa dalam menyele-
baikan dan setting ulang PC dalam peneli-
saikan permasalahan PC dapat memanfaatkan
tian ini dapat meningkatkan keterampilan
waktu yang disediakan, guru memotivasi siswa
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran.
agar menggunakan teknik pada keterampilan
berpikir kritis sehingga dapat fokus menyele- 2. Melalui penerapan model problem based
saikan perbaikan sesuai dengan hasil identifi- learning dalam pembelajaran materi per-
kasi yang tepat dan akurat. baikan dan setting ulang PC dalam pene-
litian ini dapat meningkatkan hasil belajar
Hasil penilaian menunjukkan peningkatan siswa .
penilaian pada aspek-aspek yang sebelumnya
3. Keterampilan berpikir kritis siswa setelah
masih kurang. Berdasarkan rekapitulasi data
penerapan problem based learning menin-
diperoleh nilai tertinggi 88,18 , nilai terrendah
gkat sebesar 24,2%. Jumlah siswa dengan
78,38, nilai rata-rata 83,2. Jumlah siswa yang
kategori keterampilan berpikir kritis tinggi
mencapai nilai KKM yaitu 29 siswa (100 Data
pada akhir siklus II yaitu sebanyak 27
peningkatan nilai hasil belajar dan rata-rata ni-
siswa (93,1%).
lai disajikan pada tabel 16.
4. Peningkatan hasil belajar siswa setelah
Peningkatan hasil belajar siswa pada sik- penerapan problem based learning yakni
lus II terkait dengan semakin meningkatnya sebesar 31,03%. Jumlah siswa yang men-
penguasaan siswa pada langkah-langkah per- capai KKM pada akhir siklus II yakni se-
baikan PC dengan menggunakan keterampilan banyak 29 siswa (100%).
berpikir kritis melalui penerapan PBL. Selain
itu pada siklus II siswa berupaya meningkat- Saran
kan keterlibatan dalam pembalajaran PBL Berdasarkan kesimpulan beberapa saran
dalam eksperimen mencari penyelesaian ma- yang dapat diberikan tentang penerapan PBL
salah kerusakan PC. Siswa juga telah dapat sebagai berikut: