Anda di halaman 1dari 13

PENILAIAN SAHAM

A. Pengertian Saham
Saham memiliki beberapa pengertian, seperti tanda bukti investor baik perorangan
maupun instansi memiliki hak kepemilikan atas aset-aset suatu perusahaan, kertas yang
tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban
yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya, dan persediaan yang siap untuk dijual. Seorang
investor menginvestasikan dana dengan membeli saham guna memperolah keuntungan dari
hasil penjualan kembali saham tersebut. Besarnya saham yang dimiliki investor menunjukkan
proporsi kepemilikan dalam perusahaan tersebut. Investor yang membeli saham mendapatkan
keuntungan yang disebut dengan dividen, yaitu sebagian keuntungan perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham. Kemudian, tinggi rendahnya harga saham ini dipengaruhi
oleh prospek perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi nilai dan kualitas perusahaan,
maka harga saham akan terus meningkat. Dengan begitu, pemegang saham akan mendapatkan
capital gain yaitu pendapatan yang diterima oleh pembeli saham akibat dari kenaikan harga
saham.
Dividen sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu dividen tunai (cash dividend), dividen properti
(property dividens) dan dividen likuidasi (liquidating dividens). Dividen tunai (cash dividens)
adalah dividen yang dinyatakan dan dibayarkan pada jangka waktu tertentu yang berasal dari
dana yang diperoleh secara legal. Dividen ini dapat bervariasi dalam jumlah bergantung kepada
keuntungan perusahaan. Dividen properti (property dividends) yaitu distribusi keuntungan
perusahaan dalam bentuk properti atau barang. Sedangkan dividen likuidasi (liquidating
dividends) merupakan dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan dan dividen ini
merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham.

B. Karakteristik Saham
Saham termasuk earning asset, pemodal membeli saham agar dapat memperoleh
penghasilan baik dividen maupun capital gain. Saham mengandung risiko, harga saham dapat
naik dan turun, bahkan dapat berupa barang yang tidak ada harganya sama sekali jika
perusahaan emiten mengalami kebangkrutan. Saham mengandung ketidakpastian. Jual beli
saham hanya dapat terjadi di tempat tertentu saja yaitu harus melalui pialang dan terjadi di
lantai bursa.

1
C. Jenis-Jenis Saham
Salah satu indikator penting dalam berhasilnya kinerja perusahaan adalah tinggi
rendahnya harga saham. Harga saham ditentukan dari arus pembayaran kas kepada pemilik
saham, penentuan waktu arus kas dan risiko. Risiko arus kas ini terpengaruh oleh investasi,
kondisi keuangan, pembiayaan dan kebijakan dividen dari manajer keuangan. Menurut
Brigham (dalam Fadah 2013:83), “the firm’s stock price is dependent on the following factors:
projecting earning per share, timing of earning steam, riskiness of the projected earnings, us
a of debts and dividend policy”. Artinya, harga saham perusahaan dapat dipengaruhi oleh
faktor- faktor seperti proyeksi earning per share, perolehan laba, risiko proyeksi laba, besarnya
utang perusahaan terhadap modalnya dan kebijakan pembagian dividen.
Terdapat dua jenis saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen
(preffered stock).
1. Saham Biasa (common stock)
Pada umumnya, saham biasa memiliki tiga karakteristik utama, pendapatan dari saham
biasa bersifat fluktual atau tidak tetap, pemegang saham berhak ikut dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) yang memiliki kekuasaan tertinggi di dalam perusahaan, dan
tidak memiliki jatuh tempo tertentu. Sebagai pemilik suatu perusahaan, pemegang saham
biasa juga memiliki hak-hak tertentu, yaitu:
a. Berhak memilih dewan direksi perusahaan dan petugas yang mengelola
perusahaan;
b. Memiliki hak preemtif (preemptive right), yaitu ketentuan dalam AD/ART perusahaan
yang diberikan kepada pemegang saham biasa;
c. Berhak membeli saham biasa atau surat berharga konvertibel yang baru diterbitkan.
Macam-macam saham biasa seperti blue chip-stock (saham unggulan), growth stock,
defensive stock (saham-saham defensif), cyclical stock, seasonal stock, speculative stock.
a. Blue Chip-Stock (saham unggulan)
Merupakan saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah
laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas. Saham-saham IBM dan Du Pont
merupakan contoh blue chip.
b. Growth Stock
Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi
dari rata-rata saham-saham lain, dan karenanya mempunyai PER (Price Earning Ratio)
yang tinggi.

2
c. Defensive Stock (saham-saham defensif)
Merupakan saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian
yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. Contoh
perusahaan yang masuk kategori ini biasanya perusahaan yang produknya memang
dibutuhkan oleh publik seperti perusahaan yang masuk kategori food and beverage.
d. Cyclical Stock
Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan
jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu. Contohnya saham pabrik mobil dan real
estate.
e. Seasonal Stock
Yaitu perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, seperti
karena cuaca dan liburan. Contohnya adalah pabrik mainan.
f. Speculative Stock
Merupakan saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang
kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya lebih rendah atau negatif. Biasanya
digunakan untuk membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak.
2. Saham Preferen (preffered stock)
Saham preferen merupakan saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang berhak
diistimewakan dan diutamakan ketika pembagian dividen dan pembagian asset jika
perusahaan dilikuidasi. Pada saham jenis ini, pemegang saham akan memperoleh
pendapatan tetap berupa dividen yang akan diberikan setiap kuartal (tiga bulanan). Adapun
macam-macam saham preferen yaitu:
a. Saham preferen yang dapat dikonversikan ke saham biasa (convertible
preferred stock);
b. Saham preferen yang dapat ditebus (callable preferred stock);
c. Saham preferen dengan tingkat dividen yang mengambang (floating atau adjustable-
rate preferred stock).

D. Kategori Saham dan Macam-Macam Pasar Saham


Reilly dan Brown mengelompokkan saham-saham per sektor industri menjadi lima,
yaitu:
1. Saham-saham sektor finansial (financial stocks excel);
2. Saham-saham sektor barang-barang konsumen tahan lama (consumer durables excel);
3. Saham-saham sektor barang modal (capital goods excel);
3
4. Saham-saham sektor industri dasar (basic industries excel);
5. Saham-saham sektor barang-barang kebutuhan pokok (consumer staples excel).
Di samping itu, saham-saham di atas dapat diperdagangkan melalui tiga macam pasar di
bawah ini.
1. Pasar perdana (primary market), pasar yang digunakan perusahaan untuk menerbitkan atau
menawarkan saham baru;
2. Pasar sekunder (secondary market), pasar dimana saham mulai diperdagangkan setelah
diterbitkan oleh perusahaan;
3. Bursa emisi baru (new issue market), pasar untuk menawarkan saham perusahaan yang baru
pertama kali dipasarkan.

E. Pelaku Saham
Pelaku saham sebagai pihak-pihak yang melakukan jual beli saham terbagi ke dalam tiga
macam, yaitu:
1. Emiten
Perusahaan yang terlibat dalam penjualan saham di pasar modal.
2. Underwriter atau penjamin
Pihak yang menjamin perusahaan tersebut dalam penjualan saham di pasar modal.
3. Broker atau pialang
R.J. Shook menjelaskan bahwa broker adalah perantara antara pembeli dengan penjual
sekuritas. Lebih jauh R.J. Shook menekankan bahwa pialang, yang biasanya mengenakan
komisi, harus terlebih dahulu terdaftar pada bursa sebelum bisa berdagang pada bursa yang
dimaksud.

F. Penyebab Fluktuasi Saham


Kondisi mikro dan makro ekonomi. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk
ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang
pembantu (sub brand office) baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri. Pergantian
direksi secara mendadak. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak
pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan. Kinerja perusahaan yang terus mengalami
penurunan. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan
menyebabkan perusahaan ikut terlibat. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu
menekan kondisi teknikal jual beli saham.

4
G. Alasan Perusahaan Menjual Saham
Kebutuhan dana dalam jumlah yang besar dan pihak perbankan tidak mampu untuk
memberikan pinjaman karena berbagai alasan seperti tingginya risiko yang akan dialami jika
terjadi kemacetan. Keinginan perusahaan untuk mempublikasikan kinerja perusahaan secara
lebih sistematis. Menginginkan harga saham perusahaan terus naik dan terus diminati oleh
konsumen secara luas, sehingga ini nantinya akan memberi efek kuat bagi perusahaan seperti
rasa percaya diri di kalangan manajemen perusahaan. Mampu memperkecil risiko yang timbul
karena permasalahan risiko diselesaikan dengan pembagian dividen. Perbandingan saham dan
obligasi sebagai instrumen pendanaan:
Tabel 1. Perbandingan Saham dan Obligasi
Variabel Saham Obligasi
1. Term dan kondisi:
Sifat Penyertaan modal Utang
Jangka waktu Tidak terbatas Terbatas
Instrumen Terbatas Variatif
Biaya moda Dividen Kupon
Struktur biaya Persentase laba bersih Fixed/Floading
Rating Tidak diperlukan Diharuskan
2. Aspek hukum
Hak suara Hak suara dalam RUPS Tidak punya hak suara dalam
RUPS
Pailit Hak klaim paling akhir atas Hak klaim lebih dahulu
aset perusahaan atas aset perusahaan
Aspek pajak Dividen yang dibayarkan tidak Kupon/bunga dibayarkan
mengurangi pajak sebagai pengurang pajak
Jenis aktiva Jangka panjang Jangka menengah/panjang
Siklus bisnis Fluktuatif Stabil
Risiko aktiva Relatif besar dan tidak pasti Relatif kecil

H. Penilaian Saham
Pada kenyataannya, beberapa saham yang terdapat di bursa efek tidak menjanjikan hasil
yang cukup menguntungkan. Oleh karena itu, analisis harga saham sangat diperlukan oleh
investor. Hal ini dilakukan guna meminimalisir risiko yang muncul saat memutuskan untuk
menjual, membeli atau menanam saham tersebut. Selain itu, harga saham akan mengalami
fluktuasi setiap waktu, sehingga nilai wajar menjadi acuan bagi investor untuk memutuskan
investasi. Nilai wajar suatu saham didapatkan dengan membandingkan nilai intrinsik dengan
harga saham di pasaran. Terdapat tiga jenis nilai dalam penilaian saham, yaitu:
1. Nilai pasar, adalah harga jual beli saham di bursa efek yang ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran di pasaran;

5
2. Nilai buku, merupakan nilai yang didapatkan dari perhitungan jumlah seluruh kekayaan
perusahaan dikurangi total utang atau jumlah seluruh utang dibagi jumlah saham yang
beredar;
3. Nilai intrinsik saham, merupakan nilai dari saham yang sebenarnya.
Apabila nilai instrinsik lebih kecil daripada nilai pasar, maka harga saham dikatakan
overvalued sehingga layak dijual. Sedangkan, jika nilai instrinsik lebih besar daripada nilai
pasar, maka harga saham tersebut dikatakan undervalued sehingga layak untuk dibeli.
1. Penilaian Saham Biasa (common stock)
Untuk menilai saham biasa, terdapat dua model penilaian yang dapat digunakan, yaitu:
a. Model diskonto dividen, yang memiliki karakteristik, merupakan analisis present value,
harga aktiva sama dengan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan, arus kas
merupakan pembayaran dividen dan harga penjualan saham yang diharapkan:

b. Model pertumbuhan konstan, apabila tingkat pertumbuhan dividen (g) dianggap


konstan, maka persamaan satu akan menjadi:

Apabila N dianggap mencapai nilai tak terhingga, maka persamaan 2 akan menjadi
seperti:

Keterangan:
D1 = Dividen yang akan datang
g = Pertumbuhan dividen
r = Kcs = Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor
Persamaan 3 disebut model pertumbuhan konstan/model Gordon = Shapiro

6
Contoh:
Saham PT Jaya Abadi memiliki nilai nominal sebesar Rp 1.200,- per lembar. dividen
yang akan datang diestimasikan sebesar Rp 250,- per lembar. Dividen ini diperkirakan
akan mengalami pertumbuhan sebesar 4%. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
investor sebesar 16%. Dari data tersebut berapakah nilai wajar dari saham biasa
tersebur?
Jawab:

Maka, nilai wajar atau nilai intrinsik saham tersebut sebesar Rp2.083.330,00
c. Model harga pendapatan
Apabila perusahaan menahan sebagian dari pendapatannya, maka persamaan 3 sebagai
berikut:

2. Penilaian Saham Preferen (preffered stock)

Keterangan:
Vps = Nilai wajar dari saham preferen
D = Dividen tahunan dari saham preferen
Kps = Tingkat pengembalian yang disyaratkan
Contoh:
Saham preferen dari PT Nusantara membagikan dividen tahunan sebesar Rp200 per
lembarnya. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor sebesar 15% per tahun.
Nilai nominal saham sebesar Rp1.000 per lembarnya. Berapakah nilai wajar dari saham
preferen apabila harga pasar (market value) dari saham preferen adalah sebesar Rp1.200
tindakan apa yang sebaiknya dilakukan investor?

7
Jawab:

Maka, nilai wajar dari saham preferen tersebut adalah sebesar Rp1.333.330,00. Bila harga
pasar (market value) dari saham preferen tersebut sebesar Rp1.200,- maka saham tersebut
mengalami “undervalued” artinya saham dinilai terlalu rendah, maka sebaiknya investor
membeli sahan tersebut, karena harga saham akan naik menuju nilai yang wajar, yakni
sebesar Rp1.333,33,- dengan kata lain pada kondisi tersebut saham preferen potensial
untuk dibeli.

I. Model CAPM (Capital Assets Pricing Model)


Model CAPM dikembangkan oleh William. F. Sharpe dan John Lintner pada tahun 1960
dengan karakteristik berikut
1. Menurut teori CAPM dalam kondisi seimbang, pengembalian yang diharapkan dari saham
merupakan fungsi linier dari suku bunga bebas risiko, beta saham dan pengembalian yang
diharapkan dari portofolio pasar;
2. Hubungan linier ini disebut garis sekuritas pasar (Security Market Line/SML);
3. Ri = Rf + (Rm - Rf) βi
Asumsi-Asumsi CAPM:
1. Evaluasi terhadap portofolio didasarkan pada keuntungan yang diharapkan dan deviasi
standar portofolio selama satu periode waktu tertentu;
2. Tindakan investor semata-mata didasarkan atas pertimbangan keuntungan yang diharapkan
dan deviasi standart portofolio;
3. Aset-aset individual sepenuhnya dapat dipecah sampai bagian yang terkecil sehingga
investor bisa membeli aset pada jumlah yang ia inginkan;
4. Terdapat tingkat bunga pinjaman dan tabungan bebas risiko yang berlaku untuk semua
investor;
5. Tidak ada transaksi dan pajak penghasilan;
6. Informasi dapat diperoleh secara langsung (instantly) dan cuma-cuma oleh semua investor;
7. Tindakan pemodal secara individual tidak dapat mempengaruhi harga saham, sebaliknya
tindakan seluruh pemodal secara bersamaan dimungkinkan dapat mempengaruhi harga
sekuritas di pasar;
8. Setiap pemodal memiliki pengharapan yang sama;

8
9. Semua aset dapat diperjual belikan (marketable).

J. Perhitungan Saham
1. Rate of Return
Rate of return adalah rata-rata pengembalian investasi yang diperoleh dari suatu investasi
yang ditanamkan. Seseorang yang memiliki saham istimewa dilihat dari prespektif rate of
return, saham ini biasanya dapat memberikan dividen yang tetap setiap tahunnya seperti
halnya obligasi. Rate of return dari saham preferen dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Salah satu keuntungan yang paling dominan dari kepemilikan saham jenis ini adalah
pembayaran dividen bersifat lebih diutamakan disbanding saham biasa. Penentuan
besarnya rate of return dan nilai dari saham biasa (common stock) lebih sulit dibandingkan
dengan obligasi dan saham preferen, karena forecasting dari pendapatan, dividen dan harga
saham diwaktu yang akan datang adalah sukar, dan pendapatan dan dividen saham biasa
diharapkan meningkat setiap tahunnya, dan tidak tetap/konstan.
2. Capital Gain
Bentuk rumus Capital Gain (CG)

Keterangan:
Pit = harga saham akhir periode
Pit-1 = harga saham akhir periode sebelumnya
3. Laba yang Diharapkan dari Saham

Keterangan:
r = Keuntungan yang diharapkan dari saham
D1 = Dividen tahun 1
P0 = Harga beli

9
P1 = Harga jual
4. Nilai Buku per Lembar Saham

Keterangan:
Nbp = Nilai buku per lembar saham
Te = Total ekuitas
Jsb = Jumlah saham yang beredar
5. Pembayaran Dividen yang Tidak Teratur

Keterangan:
P0 = Nilai intrinsik saham
D = Dividen
K = Tingkat diskonto
6. Earning per Share

Keterangan:
EPS = Earning per share
EAT = Earning after tax atau pendapatan setelah pajak
Jsb = Jumlah saham yang beredar
7. Price Earning Ratio (PER)

Keterangan:
PER = Price earning ratio
MPS = Market price pershare
EPS = Earning per share

10
Faktor-faktor yang memengaruhi PER adalah semakin tinggi payout ratio (DPR), semakin
tinggi PER. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan, yaitu, r, semakin rendah
PER. Semakin tinggi pertumbuhan dividen, yaitu g maka semakin tinggi PER.

K. Analisis Cross Sectional Menggunakan PER


Penilaian saham dapat dilakukan dengan teknik analisis teknikal dan analisis
fundamental. Pada umumnya, para investor menggunakan pendekatan Price Earning Ratio
(PER) dan Price Book Value (PBV). Pendekatan Price Earning Ratio (PER) juga disebut
dengan pendekatan multiplier, yaitu perbandingan antara harga saham dengan laba/keuntungan
per lembar saham perusahaan. Sedangkan pendekatan Price Book Value (PBV) adalah
perbandingan nilai pasar saham dengan nilai buku.
Analisis cross sectional berarti bahwa analisis dilakukan terhadap banyak saham pada
periode waktu yang sama. Analisis ini bertujuan mengetahui bagaimana posisi suatu saham
relatif terhadap saham-saham lain menggunakan variabel PER. Faktor yang dapat
mempengaruhi PER adalah pertumbuhan dividen atau laba. Semakin tinggi pertumbuhan
dividen semakin tinggi PER dengan misal faktor lain sama. Perusahaan industri yang masih
pada tahap pertumbuhan akan memiliki PER yang lebih tinggi dibanding peusahaan yang telah
mapan.
Cara memperkirakan PER adalah dengan menghubungkan PER dengan pertumbuhan.
Dibuatkan grafik, dengan PER adalah sumbu tegak dan pertumbuhan pada sumbu datar. Maka
dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Salah satu model yang menghubungkan PER dengan tingkat keuntungan yang
diperkirakan. Dicantumkan dalam Elton dan Gruber (1991). Titik-titik yang diplot dalam
gambar diatas dihitung persamaan regresinya dan ditemukan hasil sebagai PER = 4 + 2,3
(pertumbuhan laba).

11
L. Wait and See
Kebijakan “wait and see” lumrah terdengar pada kondisi ekonomi dan pasar yang
berfluktuasi. Keputusan ini seringkali dipengaruhi oleh berbagai kondisi dan situasi,
diantaranya:
1. Kondisi pasar yang tidak stabil dan ketidakmenentuan baik faktor internal dan eksternal;
2. Terjadi kekacauan politik seperti keributan di parlemen dalam rapat yang mnyangkut
pengesahan berbagai rancangan undang-undang;
3. Reaksi berlebihan para pengambil keputusan politik dalam menyikapi kondisi politik
sehingga menimbulkan kebingungan bagi publik dan investor;
4. Daya tawar politik dari para oposisi dalam ranah politik tidak memberi ruang tumbuhnya
nuansa demokrasi, sehingga pembangunan politik berpendidikan tidak tercapai bahkan
menyimpang dari cita-cita yang diharapkan;
5. Terjadi kecurangan dalam pemilihan umum sehingga menghambat jalannya pembangunan
dan memperpanjang pertikaian di kalangan politisi;
6. Berada pada fase pergantian menteri ekonomi, keuangan dan gubernur bank sentral;
7. Konflik dalam militer, dimana menyebabkan kerusuhan sehingga terdapat korban,
tewasnya beberapa pimpinan di militer, dan kekosongan jabatan pada beberapa posisi
penting;
8. Terjadi kudeta militer sehingga menimbulkan kekacauan dan kerusuhan dalam bidang
politik di negara yang bersangkutan;
9. Krisis moneter global yang menerpa dan memberi pengaruh pada kondisi domestik suatu
negara;
10. Pergantian jabatan pimpinan perusahaan yang berlangsung tidak demokratis dan bersifat
penunjukan dengan mengabaikan kualifikasi dan kompetensi yang tidak sesuai dengan
persyaratannya.
Kondisi seperti ini akan memberikan kesimpulan dan memberi reaksi pengaruh positif atau
negatif dalam pengambilan keputusan bagi para investor pada sejumlah dana yang telah
ditempatkannya, baik pada saham preffered maupun common stock bahkan pada obligasi
disejumlah perusahaan.

Daftar Pustaka
Astawinetu, E., & Handini, S. (2020). Manajemen Keuangan Teori dan Praktik. Surabaya:
Scopindo Media Pustaka.
Fadah, I. (2013). Manajemen Keuangan Suatu Konsep Dasar. Jember.
12
Iryani. (2018). Penilaian Saham Dengan Pendekatan Nilai Buku (Price to Book Value) Sebagai
Dasar Keputusan Investasi Saham. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, Vol. 13,
45-51.

13

Anda mungkin juga menyukai