Anda di halaman 1dari 16

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERKAIT

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA GUNTING


STEK DAN GERGAJI ROCKWOOL

LAPORAN MATA KULIAH


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MUHAMAD ALFADILAH
021120085

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas ridha dan petunjuk-
Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja mengenai Standar Operasional Prosedur Terkait
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Gunting Stek Dan Gergaji Rockwool sesuai
pada waktunya.

Penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada orang tua, yang


telah mendoakan penulis agar mendapat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
laporan ini, serta penulis mengucapkan terima kasih pula kepada keluarga walaupun
tidak secara langsung mempunyai andil dalam penulisan laporan ini, namun mereka
merupakan motivasi bagi penulis.

Tidak lupa penyusun mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada Dosen Pengampu mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dalam hal
ini Nawangwulan Widyastuti, SP., M. Si. yang telah memberikan pemahaman
tentang Standar Operasional Prosedur Terkait Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
dalam pembelajaran mata kuliah terkait, sehingga penulis dapat merealisasikannya
ke dalam bentuk hasil berupa laporan ini.

Penulis menyadari bahwa pada penulisan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak selalu penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Penyusun berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi yang
membacanya.

Bogor, 2 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 2
Kegunaan 2
TINJAUAN PUSTAKA
Standar Operasional Prosedur (SOP) 4
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 4
Kecelakaan Kerja 5
METODE
Waktu dan Tempat 6
Metode 6
PEMBAHASAN
Hubungan K3 dengan APD 7
K3 dalam Bidang Pertanian 7
Standar Operasional Prosedur Gunting Stek 8
Standar Operasional Prosedur Gergaji Rockwool 9
PENUTUP
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Standar Operasional Prosedur atau SOP merupakan hal yang perlu


diperhatikan agar dalam menjalankan operasional sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan sebelumnya, sehingga dapat membantu suatu kegiatan agar
berjalan dengan lancar (Soemohadiwidjojo 2014). SOP merupakan sekumpulan
prosedur operasional yang berfungsi untuk memastikan bahwa segala keputusan
dan tindakan, serta pemakaian fasilitas proses yang dilakukan oleh pelaku kegiatan
dapat berjalan secara efektif, efisien, konsisten, standar dan sistematis. Standar
operasional prosedur dapat menjadi pedoman untuk mengetahui langkah-langkah
apa saja yang dapat dilaksanakan dan apa saja yang tidak boleh dilaksanakan. Selain
itu, standar operasional prosedur dapat menjaga konsistensi kinerja dan dapat
meminimalisir kesalahan pelaku kegiatan dalam melakukan pekerjaan.

Selain standar operasional prosedur, terdapat unsur penting lain yang tidak
dapat ditinggalkan, yakni keselamatan dan kesehatan kerja atau K3. Keselamatan
dan kesehatan kerja ialah sesuatu yang tidak terpisahkan dalam sistem tenaga kerja
yang berhubungan langsung dengan sumber daya manusia dan menentukan
produktivitas suatu pekerjaan. Hal ini berdampak positif terhadap pelaku kegiatan,
maka dari itu keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya suatu kewajiban yang
harus diperhatikan, akan tetapi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh sistem
pekerja. Dengan kata lain, keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu kewajiban
melainkan suatu kebutuhan bentuk kegiatan pekerjaan serta pelakunya.

Program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat


menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Berbagai faktor yang menyebabkan
kecelakan di tempat kerja diantaranya: kurangnya perawatan terhadap
perlengkapan kerja, peralatan kerja dan perlengkapan kerja yang tidak tersedia
ataupun tak layak pakai (Buntarto, 2015).

Penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah ketidakpatuhan terhadap SOP


dan berpendapat bahwa SOP hanya akan membebani, serta tidak dapat menghemat

1
waktu mereka dalam proses pekerjaannya. Penyebab lain kecelakaan kerja adalah
tidak terpenuhinya kualifikasi dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan
kerja serta minimnya wawasan pelaku kegiatan mengenai penerapan K3 dan
rendahnya kesadaran akan pemakaian APD atau alat pelindung diri.

Dengan melihat kondisi tersebut, khususnya dalam kegiatan pertanian dalam


penggunaan alat tentunya harus memperhatikan hal di atas. Penggunaan alat berupa
gunting stek dan gergaji rockwool menjadi fokus utama bahasan, mengingat
pertanian merupakan sektor yang rentan akan terjadinya kecelakaan kerja serta
ketidakefektifan dalam penggunaan alat pertanian.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa permasalahan


yang menjadi fokus dalam laporan ini adalah :
1. Apa saja ketentuan yang mendasari penggunaan alat berdasarkan SOP
dalam pelaksanaan program K3?
2. Bagaimana cara penggunaan alat gunting stek dan gergaji rockwool dengan
baik dan benar?

Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan
dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui ketentuan dasar penggunaan alat berdasarkan SOP dalam
implementasi program K3.
2. Menguasai penggunaan alat berupa gunting stek dan gergaji rockwool
dengan baik dan benar.

Kegunaan

Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Manfaat khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui serta menerapkan SOP penggunaan alat di segala
kegiatan pertanian dalam menjalankan program K3 dengan baik dan benar

2
2. Mahasiswa dapat memperoleh ilmu yang mendukung teori yang dipelajari dan
mengimplementasikan ke dalam bentuk laporan ini.
3. Mahasiswa dapat menguasai tata cara penggunaan alat pertanian.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk


melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja
instansi pemerintah berdasarkan indikator teknis, administratif dan prosedural
sesuai dengan tata kerja prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan. Hal ini tidak saja bersifat internal tetapi juga bersifat eksternal.
Karena SOP selain digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik yang
berkaitan dengan ketepatan program dan waktu, juga digunakan untuk menilai
kinerja organisasi publik. Kinerja publik yang mempunyai satu set instruksi yang
memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. Hal ini akan mencakup hal
- hal dari operasi yang memiliki suatu prosedur pasti atau tersetandarisasi, tanpa
kehilangan keefektifan (Fandi, 2010).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya
Paragraf 5 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86
ayat 1 berbunyi: “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperolah
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 86 ayat 2: “Untuk
melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 87:
“Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan”.

Chris Rowley & Keith Jackson (2012:177), mengatakan bahwa :“ Kesehatan


dan keselamatan atau dengan lebih tepatnya, kesehatan dan keselamatan kerja ( K3
) – memperhatikan mengenai masalah manajemen risiko di tempat kerja yang mana
risiko tersebut dapat berakhir dengan sebuah kecelakaan, luka-luka, atau kesehatan
yang buruk “.

4
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan proses perlindungan pekerja
dalam kegiatan yang dilakukan pekerja pada suatu perusahaan atau tempat kerja
yang menyangkut risiko baik jasmani dan rohani para pekerja. Perlindungan bagi
pekerja merupakan kewajiban perusahaan demi menjaga lingkungan dan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.

Kecelakaan Kerja

Menurut Sayuti (2013: 196) Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak
terduga dan tidak diharapkan terjadi dalam pelaksanaan hubungan kerja. Adapun
yang termasuk kecelakaan kerja adalah celaka akibat langsung pekerjaan, saat
waktu kerja, perjalanan (dari rumah ke tempat kerja, melalaui jalan atau sarana yang
wajar), dan penyakit akibat kerja.

Menurut Suryadi dalam Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan dan


keselamatan kerja adalah menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang
menjamin kesehatan dan keselamatan keryawan agar tugas pekerjaan di wilayah
kerja perusahaan dapat berjalan lancar. Nasution dalam Sayuti (2013:196)
mengemukakan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah segala yang
menyangkut hal-hal berikut ini:

a. Pembuatan, percobaan, segala jenis produk yang mempergunakan mesin-


mesin atau peralatan;
b. Segala perawatan, perbaikan perlatan produksi; dan
c. Segala pembersihan pembangunan limbah dalam produksi.

5
METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 2 – 3 April 2022 di Kampus


Polbangtan Bogor Jurusan Pertanian

Metode

Dalam metode penulisan, sumber data yang digunakan oleh penulis adalah
data sekunder dengan mempelajari masalah dan literatur-literatur maupun sumber
data lainnya yang berkaitan dengan penulisan laporan ini sebagai dasar
penganalisaan data penulisan.

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan


mencari berbagai sumber data valid di internet. Metode penulisan disajikan secara
kualitatif menggunakan data-data sekunder yang diperoleh, dengan menekankan
aspek kedetailan dan kevalidan informasi yang disajikan dalam laporan ini. Metode
penulisan yang digunakan penulis dilengkapi dengan teknik pengolahan dan
analisis data dan informasi yang diperoleh agar terdapat kedetailan dan kebenaran
data dan informasi yang disajikan dalam laporan ini.

6
PEMBAHASAN

Hubungan K3 dengan APD

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya


untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani pekerja.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika
apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, risiko yang mungkin muncul dapat
dihindari.
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya di tempat kerja atau kecelakaan kerja. APD
juga merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan
risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD
yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai, memberikan perlindungan efektif
terhadap bahaya.
Program K3 merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah adanya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Program K3 yang dibuat oleh perusahaan
harus sinkron dengan kondisi dan kebutuhan sesuai dengan potensi bahaya yang
ada di tempat kerja. Namun dalam pelaksanannya, program K3 harus selalu
ditinjau ulang sesuai dengan perkembangan yang ada sehingga program K3 dapat
bersifat dinamis. Keefektifan keberjalanan program K3 sangat ditentukan oleh
komitmen dan partisipasi seluruh pekerja.

K3 dalam Bidang Pertanian

Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting, mengingat


sebagian masyarakatnya menggantungkan hidupnnya pada sektor ini. Namun,
penggunaan peralatan beserta mesin dapat menjadi sumber bahaya yang dapat
mengakibatkan cedera dan kecelakaan kerja yang fatal. Selain itu, faktor lain yang
memicu terjadinya kecelakaan kerja di bidang ini adalah terbatasnya waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang diakibatkan oleh target tanam

7
dan batasan iklim, sehingga petani cenderung bekerja terburu-buru tanpa
memperhatikan keselamatan dirinya. Hal-hal tersebut dipengaruhi oleh perspektif
masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.

Standar Operasional Prosedur Gunting Stek

Gambar 1. SOP Gunting Stek


Alat ini memiliki spesifikasi tangkai yang umumnya terbuat dari plastik yang
kuat dengan material keras, tahan benturan, dan halus sehingga nyaman untuk
digunakan. Untuk pisaunya terbuat dari bahan besi baja atau besi stainless. Fungsi
gunting stek ini adalah untuk memotong dahan atau batang yang akan diperbanyak
secara vegetatif. Berikut rincian SOP penggunaan alat gunting stek :
1. Sebelum digunakan, pastikan gunting stek ini dipersiapkan terlebih
dahulu. Lihat kaitan antara mata pisau gunting tajam, bersih, dan
tangkainya dalam keadaan kuat.
2. Lakukan perawatan selama pemakaian. Untuk menjaga agar gunting stek
tetap dalam kondisi baik dan siap pakai maka selama proses pemakaian
harus dicegah dari benda yang keras (seperti batu, besi, dan kaca)
terhadap mata guntingnya.
3. Pada waktu memotong ambillah dahan atau ranting yang bisa dipotong
dengan menggunakan gunting stek, seandainya gunting stek tidak mampu
untuk memotong yang dipaksakan.
4. Pastikan gunting stek, setelah digunakan harus dijaga agar tetap dalam
kondisi baik dan siap pakai.

8
Hal-hal yang perlu diperhatikan selain SOP penggunaannya, khususnya
dalam perawatan dijelaskan di bawah ini :
1. Gunting stek (tangkai dan mata gunting) setelah digunakan untuk
memotong, biasanya kotor oleh getah maupun kulit yang menempel pada
mata gunting stek.
2. Bahan kotor hasil potongan harus dibersihkan, karena apabila gunting
stek tidak bersih dapat mengakibatkan proses pengkaratan pada mata
gunting stek yang ditandai dengan munculnya warna kehitaman dan
kecoklatan. Dalam jangka pendek mata gunting stek akan cepat rusak
(aus) untuk itu mata gunting stek diupayakan dalam kondisi bersih dan
kering, agar gunting stek enak digunakan dan tajam serta tahan lama.
3. Untuk menjaga ketajaman gunting stek, maka dilakukan pengasahan pada
mata gunting stek dengan menggunakan asahan dari batu yang halus.
4. Setelah dibersihkan gunting stek sebaiknya di lap dengan kain yang
kering, selanjutnya disimpan pada tempat penyimpanan agar tetap baik
dan mudah mencarinya.

Standar Operasional Prosedur Gergaji Rockwool

Gambar 2. SOP Gergaji Rockwool


Gergaji rockwool memiliki spesifikasi pada umumnya tidak bertangkai,
namun biasanya dimodifikasi mandiri sehingga terdapat gagang yang terbuat dari
karet. Mata gergaji terbuat dari bahan baja atau stainless, lalu untuk ukuran serta
bentuknya disesuaikan dengan permukaan rockwool yang bertekstur halus. Fungsi

9
gunting stek ini adalah untuk memotong rockwool yang bentuknya dikehendaki
sesuai dengan kebutuhan. Berikut rincian SOP penggunaan alat gergaji rockwool :
1. Pastikan gergaji rockwool ini dipersiapkan terlebih dahulu sehingga siap
dipakai. Pilihlah gergaji yang sesuai untuk memotong rockwool dan
mudah dalam penggunaannya.
2. Lakukan perawatan selama pemakaian. Untuk menjaga agar gergaji tetap
dalam kondisi baik dan siap pakai maka selama proses pemakaian harus
dicagah dari gigi gergaji tidak terbentur oleh benda yang keras (besi) agar
supaya gigi gergaji tidak potong. Pada waktu menggunakan posisi gergaji
dalam keadaan yang benar (tidak melengkung).

Hal-hal yang perlu diperhatikan selain SOP penggunaannya, khususnya


dalam perawatan setelah pemakaian dijelaskan di bawah ini :
1. Kotoran yang dihasilkan dari proses gergaji harus dibersihkan karena
apabila gergaji dalam keadaan kotor maka akan mengakibatkan proses
pengkaratan.
2. Untuk menjaga ketajaman gergaji, maka dilakukan pengasahan
(pengikiran) pada gigi gergaji dengan menggunakan kikir. Satu demi satu
pada gigi gergaji dikikir hingga tajam.
3. Setelah itu gergaji dibersihkan dengan kain yang bersih dan kering agar
supaya tetap terjaga kebersihannya dan ketajamannya selanjutnya
disimpan pada tempatnya agar mudah mencarinya.

10
PENUTUP

Simpulan

Untuk membangun kualitas kesehatan dan produktivitas petani diperlukan


kemampuan atau kapasitas pengelolaan program. Kemampuan pemerintah dalam
mengolah tenaga kerja khususnya petani perlu melibatkan kemampuan
profesionalisme tenaga ahli di bidang kesehatan. Pelatihan dan pemahaman tentang
masalah kesehatan harus dikelola secara tepat sebagai modal awal pencegahan.
Prosedur penggunaan dari kedua alat ini harus diperhatikan dengan baik dan
seksama. Tidak hanya dalam penggunaannya saja, setelah digunakan harus dirawat
dan dibersihkan agar alat tersebut bisa digunakan kembali serta menghindari
kerusakan.

Saran

Pemerintah harus meiliki komitmen yang cukup terhadap permasalahan


kesehatan dan keselamatan kerja petani serta penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan petani. Komitmen terhadap masalah kesehatan
petani sangat penting untuk mendukung perekonomian wilayah maupun
regional. Keberpihakan terhadap permasalahan petani perlu ditumbuhkan untuk
membangun komitmen ini. Sebagai contohnya adalah program sanitasi dasar
untuk rumah tangga penduduk miskin, petani sebagai sektor informal harus
dianggap sebagai investasi daerah untuk mendukung investasi
perekonomian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. Jalaluddin Sayuti. 2013. Manajemen Kantor Praktis. Alfabeta: Bandung.

Arini T. Soemohadiwidjojo. 2014. Mudah Menyusun SOP. Jakarta: Peneba Pila.

Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja untuk Industri.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Chris Rowley & Keith Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia; The Key
Concepts. Cetakan Kesatu: PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Fandi Tjiptono. 2010. Sistem Standar Operasional Prosedur. Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

12
DOKUMENTASI

Gunting Stek dan Gergaji Rockwool

Standar Operasional Prosedur Praktikum

13

Anda mungkin juga menyukai