Makalah Kewirausahaan Bagi Mahasiswa Di Era Revolusi Industri 4.0
Makalah Kewirausahaan Bagi Mahasiswa Di Era Revolusi Industri 4.0
MAKALAH
Disusun oleh :
Nugroho Teguh Santoso 2115207001
1
Menurut Wikipedia, industri 4.0 merupakan nama tren otomasi dan pertukaran data
terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala,
komputasi awan, dan komputasi kognitif. dapat disimpulkan bahwa revolusi industri 4.0
adalah mengajak para pelaku usaha atau industri untuk lebih memaksimalkan peran dan
fungsi internet dalam mengembangkan bisnisnya. Hingga saat ini, Pemerintah juga tengah
untuk memgimplementasikan industri 4.0 juga tidak dapat dihindari, seperti konektivitas
internet. Hal ini masih menjadi PR untuk Pemerintah, agar seluruh pelosok negeri
mendapatkan akses internet. Kecanggihan dalam menggunakan internet, data dan mesin di
era revolusi industri 4.0 telah melahirkan berbagai terobosan brilian yang melahirkan
sepenuhnya. Tak cuma pada proses produksi, juga pada seluruh rantai nilai industri agar
menumbuhkan model bisnis yang kontemporer berbasis digital agar meraih efisiensi yang
Semua tahu, bisnis digital beberapa tahun belakangan ini telah menjadi sebuah tren
usaha yang cukup menggiurkan. Bukan hanya itu, bisnis digital juga menjadi wadah bagi
generasi muda untuk menyalurkan kreativitas menjadi sebuah peluang usaha. Banyak juga
wirausahawan muda inovatif yang ikut berkontribusi dalam memberikan solusi untuk
Beberapa tahun terakhir ini kita dikejutkan dengan perubahan-perubahan bisnis yang
sangat luar biasa. Masyarakat yang semakin sering mengonsumsi konten-konten berbentuk
digital setiap harinya, mulai dari akses melalui telepon genggam, laptop, pc kantor, dan
lainnya. Semua aktivitas dalam hidup kita sangat bergantung dengan internet. Mulai dari
bangun tidur, berolahraga, berangkat sekolah, berangkat kerja, makan siang, janji bertemu
2
dengan teman atau klien menonton hiburan, melakukan pembayaran, hingga membeli barang,
semuanya menggunakan internet. Digital marketing menjadi sangat begitu penting karena
akan menjadi masa depan kegiatan marketing, dan nampaknya media digital akan segera
digital marketing lebih praktis dan efisien serta menawarkan potensial yang lebih untuk para
pelaku marketing
Kecanggihan dalam men-sinergikan internet, data dan mesin di era revolusi industri
4.0 telah melahirkan berbagai terobosan brilian yang melahirkan efisiensi memudahkan
masyarakat dalam mengakses harga yang lebih terjangkau. Sebut saja transportasi on line
yang bisa meluluhlantahkan transportasi dengan metode manual konvensional. Demikian hal
nya dengan gerai-gerai supermarket yang eksistensinya terancam oleh dahsyatnya online
marketing yang memberi kesempatan luas bagi semua orang untuk berposisi sebagai penjual.
Seperti bisnis jual beli online yang semakin menjanjikan di era revolusi industri 4.0.
Memang bisnis jual beli online sudah besar sejak 10 tahun yang lalu berkat Forum Jual Beli
Di era revolusi industri 4.0, sangat penting membangun karakter bisnis atau
entrepreneurship generasi muda. Agar mereka memiliki kesadaran mengubah budaya kerja
'mencari kerja' menjadi budaya 'menciptakan kerja dan lapangan kerja'. Spirit enterpreneur
harus ada di dalam diri milenial " Maka penting, generasi muda sebagai generasi milenial
sebagai calon pemimpin bangsa harus tampil sebagai sumber daya berkualitas, di samping
memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Salah satunya, tentu dibangun melalui
karkater entreprenership
dengan cara :
3
1. menumbuhkan karakter wirausaha,
menemukan celah pasar yang tepat untuk meningkatkan peluang keberhasilan bisnis.
Mahasiswa di era revolusi industri 4.0 adalah kaum muda yang mempunyai
kompetensi akademik yang baik, berjiwa entrepreneur, menguasai future skills (soft & hard
skills) sebagai modal kompetensi diri. Dimana dalam perkembangannya revolusi industry 4.0
adalah Internet of Things (IoT) konsep dimana suatu alat fisik atau mesin yang terkoneksi
dengan jaringan internet, Big Data, dan Argumented Reality. Kemudian Cyber Security,
Meskipun salah satu dampak era revolusi industri 4.0 adalah butuh mengeluarkan
biaya yang tinggi, namun digitalisasi terhadap usaha yang dijalankan saat ini sangatlah
penting. Dengan adanya teknologi canggih ini dapat meningkatkan efektifitas dan
produktivitas. Produk yang dihasilkan lebih beragam dengan harga yang terjangkau.
Sehingga mampu mencukupi kebutuhan pasar. (Tri Sugiarti Ramadhan, Dosen FEB
MENTERI Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) Anak Agung Gede
Ngurah Puspayoga menyebut era revolusi industri 4.0 membuka peluang bagi siapa pun
Mereka bisa mengembangkan potensi yang ada dan membuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat sekitar. "Kalau ada kemauan, semua pasti bisa berwirausaha. Apa lagi kaum
milennial itu dikenal kreatif, inovatif," ujar Puspayoga di Kampus IKIP PGRI Denpasar, Bali,
pekan lalu.
4
Teknologi, lanjut dia, sudah bagaikan makanan sehari-hari bagi kaum muda dan itu
seharusnya digunakan untuk kegiatan positif dan menghasilkan nilai tambah. "Seperti anak
saya. Dulu dia sempat jualan baju secara daring. Sekarang mau buka usaha cukur rambut.
Anak muda memang harus seperti itu. Maksimalkan keahlian dan peluang yang ada,"
tegasnya Untuk mendorong peran pelajar yang lebih besar dalam dunia usaha, Kementerian
Denpasar. Para mahasiswa diberikan ilmu untuk menjadi digital enterpreneur dengan produk-
produk yang menjadi keunggulan di daerah tersebut. Mengingat Denpasar merupakan tujuan
utawa wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri, produk-produk kerajinan seperti
lukisan, patung, dan ukir-ukiran merupakan komoditas unggulan utama. Di sisi hulu,
pemerintah juga memberi pemahaman terkait upaya untuk mendapatkan modal usaha.
Pemula (WP). Sejak 2011 hingga 2018, Kementerian KUKM telah menyalurkan bantuan
sebesar Rp246,76 miliar kepada 20.382 wirausaha pemula. Pemerintah juga berkomitmen
membantu pengembangan usaha di sektor hilir hingga pemasaran. Komitmen lengkap itu
di kalangan mahasiswa yang ditandatangani Menteri Koperasi dan UKM dengan Rektor IKIP
PGRI Bali I Made Suarta. "Kami harap sinergi ini bisa memunculkan wirausaha-wirausaha
Gempuran era digital dan revolusi industri 4.0 sudah pasti tidak bisa dibendung lagi.
Pilihannya tinggal, kita bisa bertahan hidup di era teknologi canggih atau punah? Karena itu,
penting bagi mahasiswa dan kaum milenial untuk membangun karakter kewirausahaan atau
5
Itulah simpulan Dr. Syahril Chaniago, M.Pd. selaku Kepala Bagian Umum Ditjen
menciptakan peluang ekonomis dari sebuah ide usaha baik skala kecil maupun skala besar.
Karena itu, bagi kalangan perguruan tinggi, Kewirausahaan menjadi mata kuliah wajib agar
mahasiswa mampu menemukan inovasi bisnis di masyarakat dengan dukungan aplikasi ilmu
"Di era revolusi industri 4.0, sangat penting membangun karakter bisnis atau
'mencari kerja' menjadi budaya 'menciptakan kerja dan lapangan kerja'. Spirit enterprenuer
harus ada di dalam diri mahasiswa" ujar Dr. Syahril Chaniago di sela acara di Ambon.
Oleh karena itu, lanjut Dr. Syahril, Kemenristekdikti telah membuat program
"Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI)" sebagai wadah untuk mempraktikkan ilmu
dan keterampilan berwirausaha yang sudah didapat oleh mahasiswa melalui pemberian
modal.
wirausaha baru kreatif yang inovatif berbasis teknologi, dan 3) membantu mahasiswa dalam
menentukan keunikan bisnis berbasis teknologi dengan menemukan celah pasar yang tepat
untuk meningkatkan peluang keberhasilan bisnis. Jalan untuk sukses dan menuju kehidupan
6
Maka penting, mahasiswa sebagai generasi milenial sebagai calon pemimpin bangsa
harus tampil sebagai sumber daya berkualitas, di samping memiliki rasa tanggung jawab
sosial yang tinggi. Salah satunya, tentu dibangun melalui karkater entrepreneurship.
Mahasiswa di era revolusi industri 4.0 adalah kaum muda yang mempunyai
kompetensi akademik yang baik, berjiwa entrepreneur, menguasai future skills (soft & hard
"Dan untuk itu, seorang entrepreneur, bukanlah orang yang memilih usaha di semua
bidang, namun memilih bidang usaha yang cocok dengan kemampuan dan minat yang
dimiliki lalu mempelajari, mengamati dari dekat, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,
dan yang terpenting mau bergerak dengan pengetahuannya untuk membangun usaha" tambah
dituntut mengenai persoalan pendidikan saja. Tetapi mahasiswa dituntut untuk memiliki jiwa
gigih, ulet, sabar, tekun. Dalam upaya mensinergikan serta mengembangkan kemampuan
tema kegiatan “Strategi Menjadi Entrepreneur Muda di Era Revolusi Industri 4.0”
Seminar Kewirausahan ini diadakan di Gedung SAC UIN Sunan Ampel Surabaya dengan
peserta dalam kegiatan Seminar Nasional ini ialah seluruh Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Umum.
7
Tujuan dari kegiatan Seminar Nasional Kewirausahaan ini adalah untuk
pkepada para mahasiswa untuk berani berwirausaha, mengetahui strategi dalam mejalankan
Pedidikan IPA berharap dapat bermanfaat sebagai sarana ilmu pegetahuan untuk
meingkatkan aprsiasi generasi muda dalam bidang entrepreneur. Serta sebagai sarana untuk
Industri 4.0.
Seminar Nasional dibuka pukul 07.00 untuk Heregistrasi peserta. Setelah itu dimulai
pukul 09.45 dengan Sambutan oleh ketua pelaksana yaitu Imroatus Sholikhah, ketua
HIMAPTIKA yaitu M. Abdulloh Sahal, Ketua Prodi Pedidikan IPA yaitu Dr. Nur Wakhidah,
S.Pd, M.Si. serta Ketua Jurusan Pendidikan MIPA yaitu Dr. Suparto, M.Pd.I.
Setelah itu, tiba saat nya acara inti yang di isi oleh Narasumber Rahmi Awalia dan
Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. Narasumber mengisi materi sesuai dngan tema Seminar yaitu
“Strategi Menjadi Entrepreneur Muda di Era Revolusi Industri 4.0” serta dilanjut degan sesi
Sebelum penutupan acara, tedapat pembagian Doorprize dan pemberian Cindera mata
8
Hal tersebut ia sampaikan dalam kuliah umum di Universitas Tarumanegara, Jakarta
yang dihadiri lebih dari 200 mahasiswa “Kita harus menumbuhkan semangat kewirausahaan
bagi generasi muda dan mendorong mereka mempelajari konsep kewirausahaan yang relevan
baik dari segi mental, pengetahuan, dan keterampilan. Sehingga, saat era tersebut datang,
manusia-manusia di Indonesia sudah siap dan mampu berdaya saing. Enggar mengatakan,
pada 2018, di negara-negara maju, sebanyak 14 persen dari total penduduk usia kerja adalah
jumlah penduduk. "Ini yang perlu terus didorong untuk terus menumbuhkan minat
mitra dan tidak boleh ada yang dirugikan,” tambah Enggar. Selain itu, lanjut Enggar,
wirausahawan merupakan pimpinan yang visioner, artinya yang harus bisa memberdayakan
staf dan bawahannya untuk lebih maju dan siap menjadi pemimpin. Untuk menjadi visioner,
ada tiga hal yang diperlukan, yaitu ekspansif, berani mengambil risiko, berpikir di luar
dalam kecepatan menyampaikan dan menjual ide. Kuncinya adalah menciptakan kebutuhan
pasar, selalu belajar, dan meningkatkan produktivitas. Untuk itu, proses belajar di lembaga
pendidikan dan universitas harus berpusat pada mahasiswa dan tidak lagi mendengarkan
paparan pengajar satu arah. Proses belajar juga harus mengajak mahasiswa untuk berpikir
9
kreatif dan inovatif. Enggar juga menekankan para pengajar untuk menjadi mentor yang aktif
bahwa di era revolusi industri 4.0 ini diperlukan pendekatan dengan para mahasiswa. “Hal
tersebut dimaksudkan agar kita (Bank Mandiri, red) dapat memiliki literasi yang cukup baik
Lebih lanjut, Erwan mengatakan bahwa banyak kemungkinan yang akan dihadapi
dunia perbankan, diantaranya gejolak makroekonomi, persaingan dengan bank lain yang
semakin agresif, disrupsi financial technology (Fintech), serta kondisi politik yang tidak
menentu. “Perubahan perilaku konsumen juga berdampak besar di dunia perbankan, hal ini
aplikasi baru atau berwirausaha untuk bersaing di era ini. Untuk menjembatani potensi
mahasiswa yang ingin memulai berwirausaha, Bank Mandiri siap untuk menjadi wadah para
generasi milenial yang ingin berproses. “Karena kami (Bank Mandiri, red), ingin mahasiswa
bisa menata dirinya agar dapat berubah dan tidak tertinggal jauh,” lanjutnya.
Erwan menyebutkan bahwa kini banyak perusahaan asing yang bergabung dengan
sebagai langkah awal untuk menjadi wirausahawan muda. “Saya menunggu kontribusi
mahasiswa untuk berwirausaha, cukup mulai dengan fokus mengejar masa depan dan jangan
Senada dengan Erwan, Ir Mas Agus Mardiyanto ME PhD, Wakil Rektor II Bidang
Perencanaan, Keuangan dan Sarana Prasarana ITS, mendorong mahasiswa untuk memiliki
10
bakat wirausaha. Pria kelahiran 16 Agustus 1962 di Blora tersebut juga turut menyoroti
Alumni Teknik Sipil ITS tersebut juga menghimbau mahasiswa untuk berani memulai
serta tak gentar mengembangkan usaha-usaha baru. Para generasi milenial ini dirasa dapat
menyaingi perusahaan-perusahaan luar yang ada. “Kuncinya ada pada diri masing-masing
individu, jika ingin sukses maka bangkitkan semangat wirausahamu mulai sekarang,”
pesannya.
Sebagai penutup, Erwan mengingatkan mahasiswa bahwa di tahun 2020 mendatang, Bank
Mandiri akan menghelat kompetisi Wirausahawan Muda Mandiri (WMM) yang merupakan
program utama Bank Mandiri yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007. “Kompetisi ini akan
dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dan akan memilih calon-calon
Tidak hanya lokakarya, dalam acara ini nantinya PT Mandiri Capital Indonesia (MCI)
yang terpilih untuk bekerja sama dengan start-up yaitu Moka dan Jurnal untuk mendapatkan
Revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan inovasi dalam teknologi informasi
``internet of things'' memberikan dampak yang luas bagi perekonomian di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Peran serta perguruan tinggi bisa dilakukan melalui implementasi
tangguh, dan kompeten dalam terjun bermasyarakat. Tujuan dari penulisan artikel ini
11
tinggi untuk memberi bekal enterpreneur pada mahasiswa agar siap menghadapi dunia kerja
dengan memanfaatkan teknologi digital. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini
yang berupa gagasan teori tentang pentingnya pendidikan kewirausahaaan pada mahasiswa
dengan memanfaatkan teknologi digital. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa membekali
mahasiswa character building enterpreneur 4.0 yaitu cerdas, amanah dan kreatif termasuk di
Tuntutan bagi lulusan perguruan tinggi tidak hanya mampu bekerja di perusahaan dan
instansi lain, melainkan juga harus memiliki jiwa kewirausahaan untuk menciptakan
lapangan pekerjaan baru dengan memanfaatkan peluang yang muncul dari revolusi 4.0.
Perguruan tinggi akan menghadapi tantangan dalam mempersiapkan dan melengkapi SDM
dengan kompetensi serta ketrampilan yang tepat untuk menghadapi revolusi 4.0 agar terus
Sebuah PT harus mampu mencetak input (mahasiswa) melalui proses pendidikan yang
mampu melahirkan out put (lulusan) yang cakap, berkarakter, dan berdaya saing. Maka
perlunya penyesuaian terhadap sistem dan program pendidikan tinggi supaya relevan dengan
pendidikan tersebut UNESCO sejak tahun 1998 telah mengemukakan dua basis landasan:
pertama pendidikan harus diletakkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui (learning to
know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live
together) dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be); kedua belajar seumur hidup (life
12
long learning)Wijaya et al. (2016) . Perubahan pendidikan di abad 21 harus diikuti oleh
perguruan tinggi untuk diterapkan kepada mahasiswa, supaya mereka nanti setelah lulus siap
terjun di masyarakat. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan menjadikan sistem yang
dianut oleh setiap Perguruan Tinggi haruslah berangsur diubah. Seiring dengan kebutuhan
dan tuntutan tersebut, perubahan kurikulum ini menjadi upaya untuk pengembangan inovasi
terhadap suatu tuntutan tersebut. Pemerintah Indonesia di era Presiden Joko Widodo
menargetkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN pada tahun
2020 dengan proyeksi nilai transaksi e-commerce mencapai 130 juta USD. Ekonomi digital
merupakan suatu hal yang menandakan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi pada masa
yang akan datang, ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan bisnis atau transaksi
kolaborasi dan bekerjasama antar perusahaan atau individu. Maka untuk mewujudkan tujuan
pemerintah tersebut diperlukan peran perguruan tinggi dalam mencetak generasi penerus
bangsa yang siap menghadapi kompetisi global yaitu revolusi 4.0. Pendidikan kewirausahaan
yang selama ini diterapkan di perguruan tinggi masih belum memanfaatkan teknologi digital
terutama pada mata kuliah praktik KWU mahasiswa hanya membuat busnis plan sementara
pada saat praktik konsep busnis plan yang sudah dibuat kadang tidak terpakai. Maka disini
diperlukan sinkronisasi antara busniss plan dan praktik KWU dengan tujuan untuk
kewirausahaan yang diberikan pada perguruan tinggi bisa memanfaatkan teknologi digital,
meskipun kita tahu bahwa mahasiswa sekarang bukanlah golongan yang gaptek tetapi
kepandaian yang mereka miliki dibidang teknologi digital belum dimanfaatkan untuk peluang
menjadi enterpreneur. Dengan kondisi yang seperti itu maka dosen dituntut untuk bisa
13
Berdasarkan latar belakang di atas artikel ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya
Pada abad 21 dikenal dengan masa pengetahuan (knowledge age), dimana semua
alternative upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis
dalam bidang industri pun berbasis pengetahuan (knowledge based industry). Mukhadis
kemampuan akademis pada bidang keilmuan yang ditekuni yaitu perguruan tinggi. Maka
perguruan tinggi harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang dengan pesat guna melakukan penyebaran dan pembaharuan terutama
(enterpreneurship) berbasis Ipteks kepada mahasiswa agar dapat mengubah mindset dari job
seeker menjadi job creator serta menjadi pengusaha yang tangguh dan sukses dalam
menghadapi persaingan global. Oleh karena itu karakter kewirausahaan diantara mahasiswa
harus dibangkitkan agar jumlah wirausaha terdidik dari kalangan perguruan tinggi meningkat
dan jumlah pengangguran berkurang. Lulusan perguruan tinggi dan mempunyai gelar sarjana
tidak bisa dengan mudah mencari pekerjaan, meskipun banyak mahasiswa berkonsentrasi
untuk menjadi seorang pekerja atau karyawan namun faktanya banyak lulusan perguruan
tinggi yang masih menganggur. Maka melalui wirausaha akan mengarahkan mahasiswa
14
(lulusan) menemukan ide dan inovasi yang kreatif sehingga mampu membuat usaha baru
tidak lagi terfokus pada mencari kerja dan menjadi pekerja lagi, melainkan bisa menciptakan
dan membuka lapangan kerja. Kurnia et al. (n.d) Pada tahun 2030 Indonesia mengalami
bonus demografi dimana jumlah penduduk usia produktif diperkirakan 60% dan 27%
diantaranya adalah penduduk muda, dimana mereka berpotensi menjadi wirausaha. Pada
revolusi 4.0 perkembangan gaya hidup masyarakat sudah mengarah ke digitalisasi. Data dari
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 internet sudah
Ekonomi digital masih menjadi tantangan bagi sebagian pengusaha, karena bagi yang
mampu beradaptasi, keuntungan berlipat ganda akan didapat. Sebaliknya, pengusaha yang
tidak dapat mengikuti kecanggihan perkembangan zaman bukan tidak mungkin akan jauh
ketinggalan. Anak-anak muda menjadi kelompok yang sangat antusias menggeluti bisnis
berbasis digital. Maka disini sangat diperlukan implementasi pendidikan kewirausahaan pada
mahasiswa dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai upaya menghadapi revolusi 4.0.
Alasan apa yang mendasari yaitu pertama; posisi kewirausahaan dalam perekonomian
Indonesia di abad 21 pada ekonomi kreatif dan digital. Indonesia mengalami beberapa tahap
industri, abad 20 ekonomi informasi dan abad 21 sekarang ini masuk pada ekonomi kreatif
perekonomian yaitu abad 18 masa ekonomi pertanian, abad 19 ekonomi industri, abad 20
ekonomi informasi dan abad 21 sekarang ini masuk pada ekonomi kreatif dan digital.
Ekonomi kreatif menjadi salah satu konsep untuk pengembangan perekonomian di Indonesia.
Dimana Indonesia bisa mengembangkan model ide dan talenta dari rakyat untuk dapat
menginovasi dan menciptakan suatu hal. Pola pikir kreatif sangat diperlukan untuk tetap
tumbuh berkembang serta bertahan dimasa yang akan datang. Purnomo (2016) Pertumbuhan
15
ekonomi yang terjadi di Indonesia selama tahun 2017 didorong oleh banyaknya pengguna
internet yang bertransaksi melalui daring. Bisnis pada era digital bukan lagi mempersoalkan
produk apa yang dijual, melainkan bagaimana cara menjual dan mempromosikannya. Potensi
bisnis pada era digital sangat lebar, terutama untuk industri kreatif. Berbagai platform
perdagangan elektronik yang terus tumbuh menjadi angin segar bagi Usaha Kecil dan
berbagai kegiatan ekonomi dan sosial yang dilakukan orang-orang melalui internet dan
teknologi terkait. Hal ini mencakup infrastruktur fisik, yang didasarkan pada teknologi digital
(broadband lines, routers), perangkat yang digunakan untuk mengakses (Google, Salesforce),
serta aplikasi yang memiliki power (IoT, data analytics, dan cloud computing). Pertumbuhan
ekonomi digital yang sedang tren di Indonesia apa saja? Ada 3 sektor yang sedang
mengalami pertumbuhan pesat, yaitu on-demand services, financial technology (fintech), dan
apapun tanpa memperhatikan bidang yang ditekuni atau profesi seseorang Susilaningsih
membangun karakter wirausaha, pola pikir wirausaha yang selalu kreatif dan inovatif,
menciptakan nilai tambah atau nilai-nilai baik, memanfaatkan peluang dan berani mengambil
resiko. Menghadapi tantangan masa depan yang sangat kompetitif, maka perilaku
kewirausahaan diperlukan bagi semua bidang pekerjaan atau profesi. Oleh karena itu
semua mahasiswa tanpa memandang bidang ilmu yang dipelajari. Ketiga; mahasiswa mampu
membangun jiwa kewirausahaan dengan menciptakan berbagai ide dan inovasi yang kreatif,
16
kemudian mampu memanfaatkan dan mengikuti perkembangan digital technology yang
sangat pesat sehingga akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan jumlah pengangguran
menurun Kurnia et al. (n.d) . Perguruan tinggi perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan
dikalangan mahasiswa dengan memanfaatkan ekonomi digital sebagai bekal mereka ketika
lulus di masyarakat. Banyak lulusan dari perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka berlomba-lomba mencari pekerjaan dan kadang mereka harus menganggur karena
mengembangkan inovasi atau ide baru menjadi sebuah usaha. Di abad 21 yang serba canggih
ini seharusnya generasi muda khususnya mahasiswa lebih mengerti dan bisa memanfaatkan
teknologi digital. Keempat; tantangan era industry 4.0 yaitu dengan menjadi wirausahawan
dibidang ilmunya, caranya dengan menjadi seorang wirausahawan yang peduli, mandiri,
kreatif dan adaptif Hakim and Rahman (2019) . Era revolusi industri 4.0 merupakan era
teknologi modern, tidak terkecuali perubahan juga terjadi dalam bidang pendidikan.
17
Dari beberapa alasan di atas, mengapa begitu pentingnya pendidikan kewirausahaan
diberikan kepada mahasiswa dengan memanfaatkan teknologi digital karena bisa membekali
diharapkan pengangguran dari lulusan perguruan tinggi bisa terkurangi. Seperti kita ketahui
tinggi masih tertumpu pada kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi saja.
Padahal idealnya perguruan tinggi juga harus berorientasi pada paradigma enterpreneur
education. Artinya, mengubah pola pikir dari menjadi pekerja ke bagaimana menciptakan
lapangan kerja atau menjadi wirausaha. Prasetyo (2019) “Dalam konteks paradigma
perlu diberikan secara konsisten dari awal masuk hingga mahasiswa lulus. Sehingga lulusan
perguruan tinggi tidak hanya memiliki character building dan employbility skill, tapi juga
enterpreneur skill. Oleh karena itu kurikulum pendidikan seharusnya dirancang bertujuan
untuk membentuk lulusan agar bisa sukses dalam karier sebagai pekerja maupun sebagai
pebisnis atau wirausaha. Dengan demikian tidak ada lulusan perguruan tinggi yang
menganggur karena mereka yang terserap ke pasar kerja memiliki kemampuan untuk
18
berwirausaha. Karakter yang akan dibentuk melalui pendidikan kewirausahaan yaitu cerdas,
amanah dan kreatif termasuk di dalamnya upaya peningkatan aspek 5C (creative, cognitive,
Digitalpreneur merupakan pelaku bisnis yang bergerak dibidang teknologi informasi dan
kepandaian mereka dalam penggunaan Medsos (Media Sosial) bisa menjadikan sebuah
peluang usaha melalui bisnis online. Menggunakan pengetahuan mereka untuk hal-hal yang
meliputi kreatif, kognitif, kollaboratif, kompeten dan keterpaduan Unpatti,- Kuliah Umum
yang digelar di Aula lantai 2 Gedung Rektorat Unpatti Sabtu (18/5) menghadirkan
Narasumber Kepala Bagian Umum Ditjen Belmawa Kemenristekdikti Dr. Syahril Chaniago.
Rektor Universitas Pattimura Prof. Dr. M.J. Saptenno ,SH,M.Hum saat membuka
kegiatan dalam sambutannya menyampaikan terimakasih kepada Dr. Syahril Chaniago yang
telah meluangkan waktu memberikan kuliah Umum bagi mahasiswa Unpatti. Beliau juga
mengucap terimakasih bagi Wakil Rektor III Dr. Jusuf Madubun, MSi yang mengadakan
mahasiswa. Dilihat dari perkembangan sekarang ini mahasiswa harus mengubah pola pikir
bahwa ketika lulus kuliah nanti akan menjadi Pegawai Negeri Sipil melainkan sedari
sekarang haruslah berusaha membuat sesuatu atau membangun sesuatu yang nantinya bisa
Menurut Rektor, pada jaman sekarang mahasiswa harusnya lebih berkompetisi untuk
membuat hal-hal yang baru, membangun usaha sendiri yang nantinya jika setiap lapangan
pekerjaan sudah penuh kita mampu bertahan dan berlomba di Era Revolusi Industri 4.0
19
Melalui acara ini Dr. Syahril Chaniago mengharapkan mahasiswa memiliki
kemampuan individu dalam menciptakan peluang ekonomi dari sebuah ide usaha, baik skala
kecil maupun skala besar. Karena itu bagi kalangan Perguruan Tinggi, kewirausahaan
menjadi mata kuliah wajib agar mahasiswa mampu menemukan inovasi bisnis di masyarakat
Gempuran era digital dan Revolusi Industry 4.0 sudah pasti tidak bisa di bendung
lagi, pilihannya apakah kita bisa bertahan hidup di era teknologi canggih atau punah? Karena
itu, penting bagi mahasiswa dan kaum milenial untuk membangun karakter kewirausahaan
ekonomi wilayahnya dan mampu memberikan nilai ekonomis kepada masyarakat, itulah
Kuliah umum ini dihadiri oleh Wakil Rektor III Dr. Jusuf Madubun, M.Si, Kabag
Kemahasiswaan dan Humas French Olifir Pattiruhu, S.Sos, Wakil Dekan III Fakultas Teknik
Ir. L. Wattimury, MT dan diikuti oleh mahasiswa penerima BIDIKMISI angkatan 2018.
Walaupun lambat dibanding negara-negara maju, Indonesia sudah masuk dalam era
industri 4.0. Menurut Faisal, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE),
menyatakan bahwa gejala revolusi industri 4.0 mulai tampak pada industri padat modal dan
tren investasi tahun 2017 yang cenderung masuk ke industri minim tenaga kerja (Angriani,
2018). Industry 4.0 menggunakan teknologi utama Cyber-Physical System (CPS), yaitu
kombinasi sistem fisik dan cybernetic (Klingenberg, 2017). CPS memfasilitasi perbaikan
mendasar untuk proses industri yang terlibat dalam manufaktur, teknik, penggunaan material,
rantai pasokan, dan manajemen siklus hidup (Haeffner & Panuwatwanich, 2018). Sistem
tersebut akan membawa perusahaan menjadi smart, akibatnya peran manusia akan tergeser
20
(Kagermann, Wahlster, & Helbig, 2013) pekerjaan manusia banyak digantikan oleh mesin
dan robot sehingga orang yang terlibat dalam produksi semakin sedikit (Haeffner &
Panuwatwanich, 2018). Wolter et.al juga menyatakan hal yang sama bahwa tantangan yang
dihadapi dalam era industri 4.0 antara lain berkurangnya banyak pekerjaan karena proses
teknologi informasi dan otomatisasi (Sung, 2018). Berkenaan dengan kehidupan di era
industri 4.0, Herlambang, (2018) mengungkapkan bahwa manusia Indonesia harus memiliki
kompetensi utuh sebagai bekal kehidupan dewasa ini yaitu sikap keterbukaan dan
keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dapat berkomunikasi dan berkolaborasi. Agar
manusia memiliki bekal kompetensi tersebut diperlukan adanya pendidikan. Terkait dengan
pendidikan, Moravec menyatakan bahwa industri 4.0 menuntut pendidikan melompat dari
kerangka pendidikan 2.0 atau 3.0 saat ini ke pendidikan 4.0, yaitu pendidikan yang
membangun praktik inovasi individu maupun tim atau memberdayakan siswa untuk
menghasilkan inovasi, sebagai tindak lanjut produksi pengetahuan pada pendidikan 3.0
(Harkins, 2008; Diwan, 2017). Sejalan dengan itu, Cepi Riyana mengungkapkan bahwa
tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0 berupa perubahan dalam mengembangkan
Menurut Tilaar (2012), apabila Indonesia mau mengadakan quantum leap untuk dapat
sejajar dengan bangsa yang telah maju, maka pendidikan entrepreneur harus digalakkan,
diadasarkan pada kemampuan berpikir kreatif dan invatif. Pertanyaannya yang timbul dan
perlu dijawab berkenaan dengan pendidikan untuk era industri 4.0 adalah “Apakah
pendidikan kewirausahaan dapat menjadi solusi bagi kehidupan manusia di era industri 4.0
jenjang pendidikan yang ada?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu dikaji tentang
konsep teoretik pendidikan kewirausahaan sebagai solusi dampak era industri 4.0 Indonesia.
21
Pendidikan kewirausahaan diartikan sebagai isi, metode, dan aktivitas yang mendukung
untuk menerapkan, mengelola, dan berpartisipasi dalam proses pemberian nilai tambah
(Rasmussen, Moberg, & Revsbech, 2015). Pendidikan kewirausahaan yang mencakup isi,
sikap, motivasi, keterampilan, dan pengalaman kewirausahaan (Sumarno, Gimin, Haryana, &
bekerja dengan orang lain; pengembangan berbagai bentuk bisnis; kompetensi pribadi:
kepekaan sosial, kepercayaan diri, empati, berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan
orientasi tindakan (Čapienė & Ragauskaitė, 2017). Konten aktif dalam pendidikan
serta niat positif menuju memulai bisnis melalui pengalaman (Williamson, Beadle, &
samping itu juga dapat melakukan sesuatu yang praktis dan kesempatan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan serta menstimulasi sikap (Arasti, Mansoreh, &
Imanipour, 2012). Untuk melatih dan atau mengembangkan kreativitas, dapat dilakukan
Proses kreativitas, dan 4) Produk kreatif (Kodrat & Christina, 2015). Bagi Indonesia,
kewirausahaan itu penting karena Indonesia membutuhkan kebijakan baru yang mendorong
2013) karena jumlah wirausahawan di Indonesia baru sekitar 1,6 persen (Sumarno &
Suarman, 2017) atau kurang dari 2% (Jati & Priyambodo, 2015). Selain itu, pendidikan
22
merupakan hal yang penting untuk menstimulasi kewirausahaan; dan hubungan yang positif
dan kuat antara pendidikan dan kinerja kewirausahaan juga telah terbukti (Raposo & Paço,
Secara terpisah yaitu dengan cara mengadakan pelajaran atau perkuliahan kewirausahaan
yang menjadi mata pelajaran atau mata kuliah tersendiri dan tercantum dalam kurikulum.
Secara terintegrasi dilaksanakan melalui mata pelajaran atau mata kuliah non-kewirausahaan
ekstra kurikuler (dalam perguruan tinggi dikenal dengan unit kegiatan mahasiswa).
Cokurikuler bersifat penunjang mata pelajaran atau mata kuliah seperti praktek lapangan,
pendirian koperasi siswa, atau unit produksi sekolah; sedangkan ekstra kurikuler bersifat
tidak menunjang mata pelajaran atau mata kuliah secara langsung seperti klub
memiliki kecakapan kreatif dan inovatif serta kecakapan sosial lainnya. Menurut Bourgeois
(2012), pendidikan kewirausahaan sangat penting tidak hanya untuk membentuk pola pikir
kaum muda, tetapi juga untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan yang penting untuk
bagi penyiapan SDM di era industri 4.0 juga karena alasan adanya peningkatan digitalisasi
manufaktur yang didorong oleh munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis (Lee,
Lapira, Bagheri, & Kao, 2013). Untuk dapat memenuhi kebutuhan itu, maka pendidikan
kewirausahaan harus dapat dilaksanakan secara kolaboratif antar berbagai pihak baik dalam
bentuk pelatihan maupun pendidikan. Pendidikan kewirausahaan tidak hanya penting bagi
perguruan tinggi tetapi dipersiapkan sejak pendidikan dasar bahkan sejak pendidikan usia
23
dini (Tilaar, 2012). Dampak Negatif Revolusi Industri 4.0 Bagi Tenaga Kerja
Berkembangnya teknologi digital pada era industri 4.0 ditandai adanya revolusi internet yang
dikenal dengan internet of thing dan juga munculnya robot-robot yang akan mendisrupsi
sebelumnya dilakukan oleh manusia, digantikan oleh sistem digital internet dan robot.
Akibatnya pada era industri 4.0 akan banyak pekerjaan hilang (Harususilo, 2018;
Safuan, 2018) yaitu 35% job (jenis pekerjaan) yang dipelajari di perguruan tinggi saat ini
akan hilang dalam 5 tahun mendatang dan 75% job akan hilang pada 10 tahun mendatang
mendatang (Tanaya, 2018). Akibat dari itu semua adalah meningkatnya pengangguran
sebagai hasil akumulasi dari tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan dan pertumbuhan
angkatan kerja baru yang tidak mendapatkan pekerjaan. Dampak positif revolusi industri 4.0
bagi tenaga kerja Selain dampak negatif yang muncul, revolusi industri 4.0 sebenarnya
memunculkan dampak positif. Revolusi industri 4.0 memiliki potensi besar yang akan
menghasilkan cara-cara baru untuk menciptakan nilai dan model bisnis baru, yang akan
(Kagermann et al., 2013). Industri 4.0 membawa perubahan yang luas, oleh karena itu,
pengembangan Industri 4.0 tidak hanya akan membuka peluang bagi industri manufaktur,
tetapi juga membuka peluang baru lainnya untuk membuat perkembangan ini terjadi; banyak
pekerjaan baru yang diciptakan (Haeffner & Panuwatwanich, 2018; Safuan, 2018). Revolusi
industri 4.0 menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan
disruptif dengan cakupan yang luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial
masyarakat, hingga pendidikan (Suwardana, 2017). Adanya efektivitas dan efisiensi industri
24
di era industri 4.0 secara tersembunyi mengindikasikan adanya potensi peluang usaha yang
lebih menarik yang pada gilirannya akan meningkatkan peluang kerja. Industry 4.0
mendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas gaya hidup kita saat ini, yang salah
satunya mengarah ke penciptaan produk dan pasar baru (Diwan, 2017). Menurut Irianto
(2017), industri 4.0 memiliki peluang: innovation ecosystems, competitive industrial base,
Era Industri 4.0 Pada era industri 4.0, tugas pekerjaan yang bersifat manual berulang
sederhana akan digantikan oleh robot dan mesin, tenaga kerja (manusia) akan mengambil alih
tugas yang terkait dengan manajemen, oleh karenanya memerlukan keterampilan pribadi
yang lebih kuat seperti komunikasi, koordinasi, dan keterampilan lunak lainnya untuk
mengambil alih tanggung jawab dan pengambilan keputusan (Haeffner & Panuwatwanich,
2018). Menurut Andoko (Harususilo, 2018), ada beberapa kompetensi yang dibutuhkan untuk
(leadership), dan kreatifitas serta inovasi (creativity and innovation). Menurut Brodjonegoro
(2018), kecakapan era 4.0 adalah kemampuannya dalam menangani persoalan yang kompleks
melalui kecakapan non-rutin dan kecakapan sosial. Menurut Muhadjir Effendy, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, ada lima kemampuan yang harus dimiliki generasi
muda dalam rangka menghadapi revolusi industri keempat ialah kemampuan berpikir kritis,
kreatif dan inovatif, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, dan percaya diri,
sebagai modal yang sangat dibutuhkan untuk bisa masuk abad 21 dan menguasai serta
bergaul dalam revolusi industri 4.0 (Ariyanti, 2018). Untuk memenuhi tuntutan kompetensi
era industri 4.0 maka diperlukan literasi baru dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi,
25
Pendidikan Kewirausahaan Sebagai Solusi Dampak dan Tuntutan Era Industri 4.0
empati, berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan orientasi tindakan untuk menerapkan,
mengelola, dan berpartisipasi dalam proses pemberian nilai tambah. Konten aktif dalam
positif. Menurut Mulyani dkk., nilainilai pokok kewirausahaan dapat dirinci menjadi 17,
kerjasama, 12) pantang menyerah, 13) komitmen, 14) realistis, 15) rasa ingin tahu, 16)
komunikatif, dan 17) motivasi kuat untuk sukses (Mulyani et al., 2010). Untuk dapat
memiliki pekerjaan atau meraih peluang (kerja dan usaha) di era industri 4.0, sumber daya
manusia dituntut memiliki kompetensi atau kemampuan yang berkenaan dengan berpikir
kritis, kreatif, inovatif, berkomunikasi, bekerja sama, dan percaya diri, dan lainnya.
Tuntutan kemampuan era industri 4.0 tersebut ternyata juga terkait erat dengan atau jiwa dan
sikap wirausaha atau wiraswastawan; dan juga sesuai dengan inti dari kewirausahaan yaitu
kreativitas dan inovasi (Alma, 2010; Jati & Priyambodo, 2015; Sumarno & Suarman, 2017).
Proses kreatifitas hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap
kewirausahaan (Suryana, 2013). Bila disimak, dapat dengan jelas diketahui bahwa
kemampuan yang dituntut dari era industri 4.0 (antara lain berupa kemampuan berpikir kritis,
kreatif dan inovatif, berkomunikasi, bekerja sama, percaya diri, berkoordinasi, tanggung
merupakan nilai-nilai pokok atau jiwa dan sikap kewirausahaan yang dihasilkan dari
26
atas tuntutan era industri 4.0, karena melalui pendidikan kewirausahaan, kemampuan atau
kompetensi sumber daya manusia yang dituntut era industri 4.0 dapat dipenuhi. Terpenuhinya
tuntutan kemampuan sumber daya manusia pada era industri 4.0, akan mampu meraih
dampak positifnya yang berupa peluang usaha baru seperti: cara-cara baru untuk menciptakan
nilai dan model bisnis baru, pengembangan dan penyediaan layanan hilir, penciptaan produk
technologies, dan integrate SME & enterpreneurship. Bila peluang usaha yang ada dapat
diraih, maka tercipta peluang kerja yang baru. Peluang kerja yang baru dapat diraih karena
kemampuan sumber daya manusia yang ada sudah sesuai tuntutannya. Diraihnya peluang
kerja dan peluang usaha era industri 4.0, akan mengatasi dampak negatifnya yang berupa
pendidikan kewirausahaan dapat menjadi solusi atas dampak era industri 4.0. Implementasi
Pembentukan sikap kewirausahaan seharusnya dimulai dari jenjang pendidikan pra sekolah,
seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Education, Audiovisual and Culture Executive
Agency juga menyatakan bahwa pendidikan adalah kunci untuk membentuk sikap,
keterampilan, dan budaya anak muda, maka pendidikan kewirausahaan harus ditangani sejak
Membangun nilainilai atau sikap kewirausahaan pada anak usia dini lebih kepada
bagian membangun sifat dan karakter yang mandiri dan bertanggungjawab melalui
pendidikan wirausaha secara teoritis maupun praktis, serta contoh nyata (Santika, 2017).
Metode pendidikan kewirausahaan pada jenjang pra sekolah cocok dilaksanakan melalui
Pendidikan kewirausahaan pada jenjang pendidikan dasar Sekolah Dasar (SD) antara lain
27
berkenaan dengan berbagai keterampilan akademik dan keterampilan sosial (soft skill) yang
berupa berpikir kritis, berpikir kreatif, berkomunikasi jelas, asertif, dan solutif (Zuchdi,
Prasetya, & Masruri, 2013). Selain itu, nilai-nilai inovatif, mandiri, nilai tambah, berani
mengambil risiko, dan mampu melihat peluang juga dapat dituangkan dalam kurikulum
kewirausahaan di sekolah dasar (Suryaman & Karyono, 2017). Hasil penelitian di Maroko
menunjukkan bahwa anak usia 11-12 tahun merupakan periode yang cukup untuk
wirausaha (Hassi, 2016). Pendidikan kewirausahaan yang berkenaan dengan karakter dapat
dilaksanakan secara terintegrasi dalam semua mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan
kegiatan pembiasaan. Di samping itu, juga dapat dilakukan melalui kegiatan Market Day
secara rutin sehingga siswa mengenal kegiatan berdagang kemudian terbiasa, dan dari
kebiasaan tersebut tumbuh dalam diri siswa karakter wirausahawan yaitu: rasa percaya diri,
berani mengambil resiko, bertanggungjawab, komunikatif serta terbiasa untuk memiliki ide
barang jualan, dan mengatur keuangan, serta memimpin (Sulistyowati & Salwa, 2016).
kewirausahaan secara terintegrasi pada Mata Pelajaran (Mapel) Seni Budaya dan Prakarya.
Mapel tersebut diarahkan untuk memunculkan kreativitas peserta didik, yang ditekankan
pendekatan tematik (Kemdikbud RI, 2016). Tidak beda dengan SD, pendidikan
percaya diri, kreatif, berpikiran ke depan, berorientasi kepada hasil, kerja keras, ber-tanggung
28
jawab, inovatif dan jujur (Saputra, 2011). Selain itu juga karakter kepemimpinan, tanggung
jawab, disiplin, kreatif, inovatif, berani mengambil resiko, kerja keras, motivasi kuat, pantang
menyerah, kerja sama, dan komunikatif (Syaifuddin & Kalim, 2016). Untuk penanaman dan
kegiatan spontan, pemodelan, pengajaran, dan penguatan lingkungan sekolah (Safitri, 2015).
Pengembangan minat kewirausahaan siswa SMP dapat diintegrasikan pada pelajaran melukis
dengan pendekatan scientific sell, yaitu pendekatan ilmiah ditambah kegiatan menjual hasil
Fitroni sebenarnya tidak hanya nilai-nilai karakter atau sikap dan jiwa kewirausahaan saja,
kewirausahaan yang dapat diungkap atau ditanamkan kepada siswa seperti konsep menjual,
SMP sederajat meliputi mandiri, kreatif, berani mengambil risiko, berorientasi pada tindakan,
pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan pada jenjang pendidikan SMP sesuai dengan
tujuan SMP yang antara lain membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, dan percaya
SMP diitegrasikan melalui Mapel Prakarya. Mapel ini diarahkan pada pengembangan
dilakukan melalui penyelarasan antara kemampuan dan minat dengan motif berwirausaha
29
yang bertujuan melatih koordinasi otak dengan keterampilan teknis (Kemdikbud RI, 2016).
Pendidikan kewirausahaan untuk jenjang pendidikan menengah sudah mulai mengarah pada
pengembangan pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan yang lebih luas dan dalam.
Pada Sekolah Mengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), lebih ditekankan pada aspek
pengetahuannya. Namun demikian, aspek sikap atau karakter kewirausahaan tetap perlu
pendidikan SMA juga dilakukan pada sebagian besar negara-negara di Eropa (Bourgeois,
dilaksanakan secara terintegrasi, seperti Mata Pelajaran (Mapel) Ekonomi untuk aspek
pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan, dan Mapel lainnya untuk aspek sikap
kewirausahaan; dan juga secara terpisah melalui Mapel tersendiri yaitu Prakarya dan
hidup berbasis seni, teknologi dan ekonomi, melatih keterampilan mencipta karya, melatih
memanfaatkan media dan bahan berkarya seni dan teknologi, serta menumbuh kembangkan
jiwa wirausaha melalui melatih dan mengelola penciptaan karya (produksi), mengemas, dan
penelitian (Faidah, Harti, & Subroto, 2018), pengalaman ekonomi berpengaruh signifikan dan
positif terhadap perilaku ekonomi siswa. Pengalaman ekonomi dan perilaku ekonomi
mengemas, dan menjual produk secara menguntungkan. Pengalaman dan perilaku ekonomi
30
(SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), pendidikan kewirausahaan juga
dilaksanakan secara terintegrasi dan terpisah. Pelaksanaan secara terintegrasi yaitu melalui
Mapel lain dalam Kelompok Mapel Umum untuk pengembangan sikap kewirausahaan dan
dalam Kelompok Mapel Muatan Peminatan Kejuruan (Kelompok Dasar Bidang Keahlian,
Dasar Program Keahlian, dan Kompetensi Keahlian) untuk pembentukan dan pengembangan
keterampilan. Di samping itu, ada Mapel Produk Kreatif dan Kewirausahaan sebagai Mapel
tersendiri yang merupakan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan secara terpisah. Mapel ini
merupakan perubahan atas Mapel Prakarya dan Kewirausahaan yang ada pada kurikulum
2013 sebelum revisi 2017. Mapel Produk Kreatif dan Kewirausahaan mengintegrasikan
bidang keahliannya. Inti pokok materi belajarnya yaitu mulai dari menganalisis peluang
dilaksanakan melalui praktik yang berbasis produksi dan bisnis pendukung mata pelajaran.
Praktik tersebut diantaranya: Teaching Factory, Techno Park, Business Center dan Koperasi
Siswa. Teaching factory adalah pembelajaran berbasis produksi/jasa yang mengacu kepada
standar dan prosedur yang berlaku di industri, dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang
terjadi di industri (Manalu et al., 2017). Menurut Hadlock et al., (2008), dalam learning
factory peserta belajar cara mendefinisikan masalah, membangun prototipe, menulis proposal
bisnis, dan membuat presentasi tentang solusi mereka, bagaimana memenuhi tenggat waktu
dan harapan, membangun dan bekerja di tim multidisiplin, dan menggunakan beragam bakat
31
mengatasi hambatan/halangan; Kemampuan berkompetisi: inovasi, efisiensi, kreatif;
Interaksi dengan industri secara alami berdasarkan manfaat (Khurniawan et al., 2016).
Berbagai teaching factory dari berbagai SMK dihimpun kedalam satu wadah yang disebut
Technopark yang merupakan salah satu bentuk wadah (integrator) untuk menghubungkan
antara SMK-SMK teaching factory dengan dunia industri. Technopark SMK menggabungkan
ide, inovasi, dan knowhow dari berbagai SMK pelaksana teaching factory dan kemampuan
finansial (dan marketing) dari dunia bisnis (Khurniawan et al., 2016). Secara konseptual
teoretik, pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakan melalui praktik teaching factory dan
technopark memberikan bekal bagi siswa dan lulusan SMK untuk dapat memasuki era
industri 4.0 secara kompetitif. Menurut (Hidayat, 2011), model teaching factory efektif
meningkatkan kompetensi produktif siswa. Kompetensi tergambarkan pada nilai kognitif dan
Business center atau Pusat Bisnis SMK merupakan kegiatan ekonomi yang
diselenggarakan oleh sekolah dan ditujukan untuk masyarakat umum. Pada pusat bisnis
dilakukan bisnis berbasis bidang keahlian siswa yang disebut bisnis center tehnopreneurship,
seperti Bidang Otomotif membuka Bengkel Motor, Bidang Multi Media & Broadcasting
membuka Studio Foto dan Shooting, Bidang Audio Video dengan Bengkel Audio Video,
bidang pemesinan dengan bengkel las dan bubut, dan bidang lain untuk bisnis lainnya seperti
Bank mini, Apotik, Klinik kesehatan, dll (Hadam, Rahayu, & Ariyadi, 2017). Pusat bisnis
SMK dimulai tahun 2011 dan merupakan pengembangan dari program Unit Produksi. Unit
Produksi merupakan bentuk pengembangan SMK berbasis industri yang paling sederhana
(dimulai tahun 2000); kemudian dikembangkan lagi menjadi Unit Bisnis atau Bisnis Center
32
sebagai pengembangan SMK berbasis industri yang berkembang; dan mulai tahun 2011
dikembangkan menjadi teaching factory sebagai pengembangan SMK berbasis industri yang
berkembang dalam bentuk factory sebagai tempat belajar (Manalu et al., 2017). Praktik
teaching factory, techno park, dan business center bagi Indonesia dapat diimplementasikan
melalui wadah Koperasi Siswa. Pengaruh pusat bisnis terhadap kewirausahaan siswa SMK
dibuktikan oleh penelitian (Rimadani & Murniawaty, 2018) dan (Kuat, 2015) yang
menyimpulkan bahwa kegiatan bisnis center berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan siswa.
Koperasi siswa juga dapat meningkatkan skill berwirausaha (Arnila, 2017). Pada jenjang
melalui mata kuliah kewirausahaan dan atau kegiatan ekstra kurikuler kewirausahaan,
sedangkan yang terintegrasi diselenggarakan melalui mata kuliah non kewirausahaan ataupun
kegiatan intra kurikuler. Tingkatan kompetensi kewirausahaan pada pendidikan tinggi dapat
dibagi menjadi kompetensi kewirausahaan dasar, menengah, dan lanjut, yang ranahnya
mencakup ranah afektif, kognitif, dan psikomotor (Sumarno et al., 2018). Tiga tingkatan
dasar hingga lanjut, sedangkan mahasiswa yang berasal dari SMK/MAK cenderung cukup
dengan kompetensi kewirausahaan lanjut atau menengah. Hasil penelitian Kurjono, Mulyani,
& Murtadlo (2018) menunjukkan bahwa minat kewirausahaan mahasiswa jurusan ilmu sosial
lebih tinggi dibanding mahasiswa jurusan sains. Hal itu dapat dimaklumi karena mahasiswa
jurusan ilmu sosial pada umumnya berasal dari SMA/MA jurusan Ilmu Sosial yang telah
mendapat pelajaran terkait kewirausahaan atau ekonomi. Di samping itu juga dapat berasal
dari SMK/MAK yang sudah banyak mendapatkan kewirausahaan baik dari pelajaran maupun
33
melalui perkuliahan kewirausahaan, pelatihan kewirausahaan, Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K), Magang atau Coop Usaha, Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW) atau Kompetisi Bisnis Mahasiswa (KBMI), Inkubator Bisnis, Kuliah
Kerja Usaha (KKU), maupun Koperasi Mahasiswa (Sumarno et al., 2018); (Siswoyo, 2009).
agar kewirausahaan yang dijalankan mahasiswa atau lulusannya berbasis ilmu pengetahuan
yang memadai sehingga tidak menjadi pesaing usaha-usaha kecil. Untuk dapat
kedalam perkuliahan bidang ilmu jurusan sehingga mahasiswa mampu memanfaatkan ilmu
dalam kuliah bidang ilmu jurusan/program studi (prodi), diperlukan juga adanya unit khusus
Melalui pendidikan kewirausahaan, tuntutan sumber daya manusia era industri 4.0
yang berupa kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif, komunikatif, kolaboratif,
beradaptasi, dan kepemimpinan) dapat dipenuhi oleh nilai-nilai pokok atau jiwa dan sikap
kemampuan sumber daya manusia pada era industri 4.0, dampak positif yang
ditimbulkannnya dapat diraih. Bila peluang usaha yang ada dapat diraih, maka tercipta
peluang kerja yang baru karena kemampuan sumber daya manusia yang ada sudah sesuai
tuntutannya. Diraihnya peluang kerja dan peluang usaha era industri 4.0, akan mengatasi
dampak negatifnya yang berupa pengangguran akibat pergeseran pekerjaan. Hal yang
demikian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat menjadi solusi atas dampak
34
dan tuntutan era industri 4.0 Indonesia. Pendidikan kewirausahaan seharusnya
diselenggarakan mulai dari pendidikan pra sekolah hingga pendidikan tinggi. Pada jenjang
atau sikap dan karakter kewirausahaan. Pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP),
non kewirausahaan. Tujuannya untuk membentuk dan mengembangkan sikap dan karakter
kewirausahaan harus dipraktikkan melalui kegiatan usaha nyata dalam bentuk pendirian dan
bidang keahlian dan kewirausahaannya seperti Teaching factory, Techno park, Business
center ataupun Koperasi Siswa. Pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan kewirausahaan
Kuliah (Makul) Kewirausahaan dan juga terintegrasi melalui Makul lainnya. Makul
Mahasiswa, dan unit-unit bisnis lainnya yang sebaiknya dikoordinasikan oleh lembaga/unit
khusus pengelola kewirausahaan perguruan tinggi atau terintegrasi pada unit-unit kegiatan
35
mahasiswa mulai dari level program studi hingga level perguruan tinggi. Penyelenggaraan
pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi akan memberikan kompetensi kewirausahaan
yang komprehensif untuk meraih peluang era industri 4.0 melalui penciptaan pekerjaan bagi
kewirausahaan secara lebih efeektif, disarankan: 1. Perlu koordinasi dan sinkronisasi antar
/berkelanjutan. 2. Perlu koordinasi dan integrasi antar guru atau dosen, mata pelajaran atau
mata kuliah, unit dalam internal satuan pendidikan untuk efektifitas pendidikan
Badan Pengurus Cabang Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (27/5/2021). Penandatanganan
Nota Kesepahaman ini menjadi langkah awal Unkris berbenah dalam membekali para
mahasiswa untuk mempersiapkan diri sebagai intelektual terdidik yang mampu menjadi
Hadir dalam penandatangan nota kesepahaman ini dari Unkris, Rektor, Warek 3,
Kreativitas dan Kebangsaan, Kepala Humas , Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Badan
Eksekutif Mahasiswa. Dari HIPMI BPC Kota Bekasi hadir Ketua, Bendahara dan jajarannya,
36
Rektor dalam sambutannya mengatakan bahwa salah satu tantangan mahasiswa ke depan
menjadi solusi dalam mempersiapkan generasi pencetak dunia usaha minimal untuk diri
yakin bahwa kewirausahaan menjadi “instrumen” yang tepat dalam mengatasi persoalan
“Banyak teori yang menyampaikan bahwa wirausaha itu tidak dilahirkan namun diciptakan
Dan Unkris telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan bekal dan wawasan
yang cukup bagi mahasiswa dalam bidang kewirausahaan. Salah satu langkah kongkritnya
adalah dengan membentuk Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan pada bulan
november 2020 yang diketuai oleh Dr. Susetya Herawati ST, M.Si. Lembaga ini merupakan
upaya Unkris untuk lebih dapat menjawab kebutuhan mahasiswa di era Revolusi Industri 4.0
yang menuntut mahasiswa lebih kreatif, inovatif, solutif, berdaya saing dan mandiri.
untuk menyelesaikan hambatan dan ancaman dengan solusi yang baik, kuat, tangguh, tidak
mudah menyerah.
Lebih lanjut Parbuntian menyampaikan bahwa Unkris saat ini memiliki 14 Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM). Namun ia tidak terlalu yakin apakah selama ini UKM-UKM tersebut
“Ini yang harus dimotivasi, mereka sudah memilih mengikuti UKM artinya mereka memiliki
minat ke sana, namun apakah minat itu terbimbing dengan baik ? Ini yang menjadi pekerjaan
37
Untuk mendorong itu semua, tegas Parbuntian saatnya Unkris membuka diri melalui
pandangan yang lebih luas dengan melakukan kerjasama -kerjasama, dan salah satunya
kerjasama dengan Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) BPC Kota Bekasi. “Kita para orang
tua dan pendidik di Unkris ini menginginkan bahwa mahasiswa Unkris adalah mereka yang
tidak saja berilmu dan berpengetahuan, tetapi mereka para mahasiswa yang mampu memiliki
emphati pada kehidupan dirinya sendiri dan lingkungannya dalam memberikan solusi
solusi,” tukasnya.
sinergitas percepatan program kewirausahaan mahasiswa di era digital Revolusi Industri 4.0
bersama HIPMI BPC Kota Bekasi. Dan rancangan program -program tersebut hendaknya
juga dapat dikolaborasikan dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat yang di ketuai ibu Dr.
Siswantari SH MH MM.
Parbuntian bahkan menyebut dua Srikandi Unkris ini memiliki kekuatan spiritual
Sementara itu, Ketua BPC HIPMI Kota Bekasi, Yogi Kurniawan , S.I Kom,
menyambut baik respon yang sangat positif dan bersemangat dari para pimpinan Unkris
dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Mencerdaskan dengan implementasi yang langsung
terasa dalam mendorong pembangunan , khususnya pada ketahanan ekonomi dengan basis
HIPMI sendiri memiliki program yang sama di seluruh Indonesia baik di tingkat
pusat, daerah sampai cabang untuk terus meradiasikan mindset kewirausahaan bagi generasi
muda. “Hal ini penting karena merekalah nanti yang akan mewudutkan Indonesia sampai
Dan Unkris salah satu kampus swasta dengan usia yang sudah tua yang berada di
lingkungan wilayah kota Bekasi tentu dengan sinergi program dengan BPC HIPMI Kota
38
Bekasi akan menjadi satu terobosan menarik di mana Unkris bekerjasama dengan organisasi
professional di luar kampus. “Kami tidak akan menggurui tetapi kami akan bersama sama
dengan bapak dan ibu dosen , pembimbing di Unkris untuk terus memberikan dorongan,
motivasi pada mahasiswa dalam berwirausaha. Wirausaha tidak seperti membangun candi
Prambanan yang jadi hanya semalam, tetapi ada proses , kesabaran, ketekunan,dan pelaksana
program di Unkris nanti akan langsung dilaksanakan oleh Ketua HIPMI PT Kota Bekasi yang
Kepala PPBK Unisbank, Fitika Andraini, M.Kn menyampaikan bahwa kuliah umum
ini adalah agenda yang rutin dilaksanakan PPBK Unisbank untuk memberikan motivasi dan
Lebih lanjut, Fitika menjelaskan bahwa jumlah mahasiswa di Unisbank yang saat ini
menggeluti usaha mandiri semakin banyak, salah dua narasumber nya diambilkan dari alumni
Unisbank yang saat ini menggeluti dunia usaha. “Ini memang kami hadirkan narasumber dari
alumni, Sasi Batik Mangrove dan Ismarbani dari Lindungi Hutan” ungkapnya. Selaku
Para narasumber menceritakan pengalamannya kepada para peserta mulai dari saat
masih menjadi mahasiswa sambil bekerja hingga saat ini memiliki usaha sendiri yang
Menjalankan bisnis bukanlah ajang coba-coba yang bisa dilakukan tanpa mempuyai
perencanaan. Maka dari itu langkah awal dalam memulai bisnis harus mencari tahu siapa
target pasar dari usaha yang akan dijalankan. Dengan mengetahui target pasar maka usaha
tersebut dapat menentukan seperti apa produk yang diinginkan oleh konsumen.
39
“Pembisnis yang sukses adalah orang-orang yang mampu memanfaatkan momen
gabungan dari kreativitas, inovasi dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan
cara kerja keras untuk membentuk usaha baru. .DWD ³:LUDXVDKD¥ PHUXSDNDQ
WHUMHPDKDQ dari istilah bahasa inggris entrepreneur, yang artinya adalah orang-orang
yang mempunyai kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan peluang bisnis.J. B. Say
ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat produktivitas tinggi karena mampu
menghasilkan produk yang lebih banyak. Kewirausahaan berasal dari kata wira dan
usaha.Menurut dari segi etimologi (asal usul kata).Wira, artinya pejuang, pahlawan, manusia
unggul, teladan, gagah berani, berjiwa besar, dan berwatak agung.Usaha, artinya perbuatan
amal, bekerja, berbuat sesuatu.Jadi, wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat
sesuatu. Wirausaha dapat mengumpulkan sumber daya yang di butuhkan guna mengambil
keuntungan dari padanya, dan mengambil tindakan yang tepat guna untuk memastikan
keberhasilan usahanya. Wirausaha ini bukan faktor keturunan atau bakat, tetapi sesuatu yang
dapat dipelajari dan dikembangkan. Fungsi dan peran adanya wirausaha dalam menentukan
perkembangan dan kemajuan suatu bangsa telah dibuktikan oleh beberapa negara maju
seperti Amerika, Jepang, juga tetangga terdekat Indonesia yaitu Malaysia dan Singapura.Di
negara Amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12% penduduknya menjadi pengusaha dan
banyak terlibat langsung dalam kegiatan wirausaha.Hal itulah yang menjadikan negara
Amerika sebagai negara yang terus mengalami perkembangan dan kemajuan. Kemudian
40
negara Jepang lebih dari 10% warganya sebagai pelaku wirausaha dan lebih dari 240
perusahaan Jepang skala kecil, menengah dan besar berdiri di wilayah Indonesia.
Padahal negara Jepang mempunyai luas wilayah yang kecil dan memiliki sumber
daya alam yang masih kurang mendukung namun dengan tekad dan semangat serta jiwa
wirausahanya yang menjadikan negara Matahari tersebut sebagai salah satu negara terkaya di
benua Asia dalam bidang iptek dan perekonomianya. dan pembangunan negaranya dapat
berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan negara Indonesia. Di negara kita
Indonesia, usaha dalam menanamkan jiwa dan semangat kewirausahaan bagi mahasiswa di
perguruan tinggi terus digalakan dan ditingkatkan, tentunya dengan berbagai metode dan
kepada seluruh lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, dari pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi diwajibkan untuk memberikan mata pelajaran atau mata kuliah
Kewirausahaan tersebut. Ada beberapa usaha atau teknik yang perlu diterapkan dalam
meningkatkan minat dan kegiatan kewirausahaan bagi para peserta didik, yaitu: 1.
Entrepreneur Program (CEP) UGM, d. Center for Entrepreneurship Development & Studies
(CEDS) di UI, e. BSI Entrepreneruship Center (BEC) di BSI, f. Center for Entrepreneurship,
Change, & Third Sector (CECT) di Univ. Tri Sakti, Melalui media pembentukan pusat
kewirausahaan kampus tersebut, akan banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan seperti:
Seminar, Pelatihan, Loka karya, Praktek usaha, kerjasama usaha, dll. 2. Menganggap penting
kewirausahaan dikampus dan menjadikan mata kuliah kewirausahaan sebagai hal yang harus
diberikan kepada mahasiswa, materi kewirausahaan tidak sebatas formalitas, sehingga harus
41
memanfaatkan Program kewirausahaan yang digagas oleh lembaga pemerintah, seperti:
pendidikan tinggi (Dikti) melalui Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti dan disampaikan
kepada para PTS melalui Kopertis. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan
Produktivitas
menyiapkan dosen atau tenaga pendidik, usaha, perguruan tinggi harus mempersiapkan 4.
Program sarasehan dengan mitra tenaga pendidik atau Dosen yang mampu usaha, melakukan
paradigma baru tentang dosen baru. pentingnya kewirausahaan. Dengan program tersebut,
tentunya setiap 2. Menginspirasi dan memotivasi dosen tidak hanya sekedar mengajar
mahasiswa menjadi SDM yang kewirausahaan saja, tetapi mampu mandiri. mewujudkan dan
merealisasikan apa yang 3. Merubah atau mengarahkan pola pikir telah diberikan kepada
mahasiswa pada mahasiswa menjadi seorang yang saat mengajar. berjiwa wirausaha. 4.
wirausaha sukses. perguruan tinggi harus mendesign mata kuliah atau materi kewirausahaan
untuk Program peningkatan Dosen sebagai mahasiswanya disesuaikan dengan target tenaga
pendidik ini dapat dilakukan dengan yang akan dicapai. Diawali dari pembuatan melalui
berbagai cara, diantaranya sebagai konsep pembelajaran yang harus dipantau berikut: oleh
pengajaran (SAP), Slide untuk tenaga pendidik, Presentasi dan handout, modul teori, modul
42
Kerjasama ini penting dilakukan oleh perguruan tinggi, dengan adanya kerja sama
akan meningkatkan kualitas dosen dan mahasiswa, memberikan kesempatan magang usaha
bagi dosen dan mahasiswa, serta memberikan kesempatan kerjasama usaha khususnya untuk
mahasiswa atau alumni. Sehingga mahasiswa dapat menganalisa dan mengamati bentuk
usaha nyata yang pada akhirnya akan mempunyai gambaran ketika kelak lulus dan berencana
sebagai seorang wirausaha, perguruan tinggi harus memberikan fasilitas dan kemudahan bagi
mahasiswanya dalam membuka usaha, salah satunya dengan cara menjadi fasilitator dan
mediator antara mahasiswa dengan lembaga keuangan dalam hal kemudahan kredit usaha
bagi mahasiswa ketika berkeinginan untuk melakukan wurausaha. Kerjasama ini dapat
menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk mewujudkan menjadi wirausahawan muda. Pada
umumnya mahasiswa ketika memiliki keinginan untuk berwirusaha terkendala dengan modal
dana. Kerjasama inilah yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi. g. Membuat kebijakan
harus sudah memiliki usaha sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Salah satu pemicu
syarat kelulusan, selain masa studi, indeks prestasi, dan syarat-syarat lain, syarat harus sudah
Semakin maju suatu negara dapat tercermin dari semakin banyak orang yang terdidik
dan sekaligus kemungkinan semakin banyak pula yang menganggur, oleh sebab itu, semakin
dirasakan akan pentingnya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang
oleh keberadaan wirausaha yang dapat membuka lapangan kerja, karena kemampuan
pemerintah untuk itu sangat terbatas. Wirausaha merupakan salah satu pelaku pembangunan
yang potensial, baik dalam jumlah maupun mutunya. Di satu sisi, kuantitas dan kualitas
wirausaha di Indonesia masih tergolong kurang memadai, jika dibandingkan jumlah total
43
penduduk. Di sisi lain, keberadaan wirausaha dirasakan sangat diperlukan sebagai salah satu
faktor pendukung kemajuan perekonomian suatu bangsa. Perkembangan teori dan definisi
wirausaha berawal dari terjemahan dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yaitu orang yang
mendobrak sistem ekonomi dengan memperkenalkan barang dan jasa baru, dengan
menciptakan bentuk organisasi baru ataupun mengolah bahan baku baru (Alma, 2008).
Definisi ini menekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang mampu melihat
peluang dan menciptakan manfaat dari peluang tersebut. Proses kewirausahaan meliputi
semua kegiatan dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang. Kewirausahaan
adalah konsep dasar yang menghubungkan berbagai bidang ilmu yang berbeda, antara lain;
ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Kewirausahaan bukan hanya di bidang interdisiplin yang
menghubungkan kerangka konseptual utama dari berbagai disiplin ilmu dan dianggap sebagai
kunci dari blok bangunan ilmu sosial yang terintegrasi (Casson, 2012). Sisi lain mengenai
kewirausahaan adalah salah satu dari sejumlah masukan yang berkontribusi terhadap
keseluruhan penampilan ekonomi suatu negara, bersama-sama dengan komponen modal dan
sumberdaya manusia. Hal tersebut adalah dipandang sebagai faktor masukan (input) yang
Kewirausahaan diakui sebagai suatu aspek bisnis yang menempati posisi penting untuk
meningkatkan vitalitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Mahasiswa dan lulusan
bergengsi daripada pekerjaan sebagai karyawan pada suatu perusahaan/organisasi (Luthje &
dan/atau diskriminasi di pasar kerja, dan sebagai jalur pengentasan kemiskinan (Singh et al.,
44
2008). Di banyak negara, kewirausahaan dipandang sebagai agen revitalisasi untuk mengatasi
masalah pengangguran, katalis potensial dan inkubator kemajuan teknologi, produk, dan
berkembang (Ali et al., 2011). Sejalan dengan itu, Raab et al. (2005) mengemukakan bahwa
rendahnya intensitas kegiatan kewirausahaan di suatu negara merupakan faktor utama yang
konsensus bahwa pewirausaha adalah seseorang yang secara bebas memiliki dan secara aktif
mengelola bisnis skala kecil (Collins et al., dalam Rahman & Rahman, 2011), atau secara
operasional, didefinisi sebagai seseorang yang menciptakan usaha baru dan menerapkan
Unsur esensial dari kewirausahaan adalah adanya dimensi keberanian untuk menanggung
risiko. Seperti dikemukakan oleh Ali et al. (2011), pewirausaha adalah mereka yang biasanya
mengatur dan mengembangkan usahanya sendiri dan memetik manfaat dari berbagai bidang
penanggungan risiko. Tahun 2009, pemerintah (melalui perguruan tinggi) juga telah
(PKMK). Tujuan program ini adalah agar para lulusan perguruan tinggi tidak hanya sebagai
apakah kewirausahaan itu bakat atau dapat diajarkan. Melalui program bantuan dalam bentuk
PMW dan PKMK ini, mahasiswa dilatih menjadi wirausaha dengan dana hibah Dirjen Dikti
yang besarnya berkisar antara Rp. 4–25 juta per kelompok. Kemudian, karena sesuatu hal,
program PMW dihentikan dan hanya ada program PKMK saja. Di samping program
kewirausahaan yang diluncurkan oleh pemerintah, pihak swasta juga tergerak secara aktif
45
berpartisipasi dalam pengembangan kewirausahaan. Orientasi pembelajaran kewirausahaan
ditujukan kepada mahasiswa didasarkan pada pemikiran sederhana dengan keyakinan bahwa
jika orang-orang yang tidak berpendidikan formal atau setidak-tidaknya bukan berpendidikan
tinggi bisa berhasil, apalagi mereka adalah mahasiswa atau lulusan perguruan tinggi. Alma
(2008) menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun perekonomiannya apabila
memiliki wirausaha minimal 2 persen dari jumlah penduduknya. Data Badan Pusat Statistis
Indonesia untuk negara Indonesia dengan jumlah penduduk per tahun 2014 sebesar 253,60
juta orang, mengindikasikan idealnya harus ada 5.07 juta wirausaha untuk membangun
perekonomian Indonesia. Berdasarkan jumlah tersebut, tercermin peluang besar, baik dari sisi
Hendra (2011), menyatakan bahwa sebagian besar perguruan tinggi di Singapura, Malaysia,
Australia, Inggris, Amerika dan negara lain, telah menjadikan entrepreneurship sebagai mata
kuliah penting. Hal tersebut juga dijawab oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana dengan memberikan kewirausahaan sebagai salah satu mata kuliah wajib yang
dalam lingkup pendidikan tinggi memiliki potensi yang sama besarnya dalam upaya
menumbuhkan benih-benih karakter yang baik. Proses pendidikan pada perguruan tinggi
memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan idealisme membentuk karakter manusia
Indonesia yang baik dan unggul. Pengajar juga memiliki peran penting dalam menularkan
semangat membangun karakter anak bangsa. Salah satu upaya nyata dalam membangun
karakter anak didik adalah dengan melakukan internalisasi dalam proses pembelajaran.
dikaji secara mendalam tentang potensi dari mata kuliah terkait dengan materi yang
disampaikan dan nilai-nilai yang bersesuaian untuk dibangun melalui suatu strategi
46
dipertimbangkan sebagai faktor yang turut menentukan potensi kewirausahaan. Sigh et al.
hubungan yang jelas antara pendidikan atau pengetahuan kewirausahaan dengan gagasan
serta intensi untuk memulai usaha baru. Oleh sebab Itu pula mengapa banyak perguruan
tinggi mencantumkan mata kuliah kewirausahaan pada kurikulumnya. Tujuannya tidak lain
Peran jasa pendidikan seperti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
masuk dan bersaing di pasar usaha. Pemahaman tentang potensi kewirausahaan mahasiswa,
maka fakultas akan dapat memfasilitasi apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
mahasiswanya, serta memberikan saran pertimbangan dan konsultasi mengenai usaha atau
bisnis yang bisa disesuaikan dengan minat dan potensinya masing-masing. Hal tersebut
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, sehingga dapat diketahui
lebih awal dan mengembangan potensi tersebut menjadi peluang usaha yang layak. Pemilihan
mahasiswa sebagai subjek penelitian berdasarkan pandangan bahwa kelompok ini dapat
pengetahuan yang relatif lebih komprehensif tentang dunia usaha dibandingkan dengan
karena variabel-variabel umur, pengalaman belajar, dan tahun sukses, dapat dikontrol. Tujuan
47
dilakukan. Akan tetapi, sebagian studi memfokuskan kajiannya pada tingkat individu, karena
menurut Thang et al. (2009) dan Muller dan Goic (2002), potensi kewirausahaan
dipresentasikan oleh segmen penduduk yang tidak hanya mempersepsikan bahwa peluang
ada di lingkungannya, namun juga memiliki karakteristik personal untuk mendirikan usaha
baru.
Teori yang digunakan sebagai pedoman untuk mengkaji hubungan antara karakteristik
personal dan potensi kewirausahaan adalah teori atribusi. Pendekatan atribusi digunakan
untuk menganalisis, mengapa beberapa orang menjadi berpotensi sebagai wirausaha (Raab et
al., 2002). Komparasi wirausaha perempuan dan laki-laki adalah berbeda dalam hal kinerja,
gaya pengambilan keputusan, dan strategi yang diterapkan. Dengan demikian, dapat
pencapaian suatu tujuan (Green, 1995). Hudges dan Fatkin (1985) menggambarkan bahwa
kaum laki-laki, sehingga menunjukkan keberanian yang lebih kecil untuk menanggung risiko
dibandingkan laki-laki. Maka dari itu, dikatakan bahwa laki-laki menunjukkan toleransi
terhadap risiko yang lebih besar dibandingkan perempuan dalam upaya pengembangan usaha
baru. Satu hal perlu digarisbawahi bahwa semua karakteristik tersebut diperbandingkan
antara pewirausaha perempuan dan laki-laki yang sudah eksis dan menjalankan usahanya.
antara perempuan dan laki-laki dalam hal niat (potensi) untuk membangun usaha baru atau
memulai suatu bisnis. Dengan kata lain, studi-studi ini tidak berada dalam posisi
membandingkan perempuan dan laki-laki dalam hal propensitas untuk memulai usaha. Risiko
merupakan hal yang berkaitan erat dengan upaya memulai bisnis baru. (Collins et al., 2004)
menyatakan bahwa risiko adalah unsur esensial yang dihadapi oleh pewirausaha, sehingga
48
preferensi terhadap risiko dapat mempengaruhi keputusan individu untuk memulai usaha
mengatasi situasi yang penuh risiko (Raab et al., 2002). Dijelaskan bahwa individu yang
memiliki risk taking propensity yang tinggi, cenderung untuk mengambil keputusan yang
lebih baik dalam situasi tidak pasti, dibandingkan dengan yang memiliki propensitas
positif dengan potensi kewirausahaan. Perkembangan teori dan definisi wirausaha adalah
terjemahan dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang berarti orang yang mendobrak
system ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan
Kewirausahaan menurut Ciputra (2009) adalah mengubah kotoran dan rongsokan menjadi
emas. Pola pikir mahasiswa dengan struktur kritis-analitis dan skeptis seharusnya mampu
mengubah mindset atau pola pikir yang dianut. Pola pikir entrepreneur menurut Kasali, dkk
(2012) adalah pola pikir positif, kreatif, keuangan dan pola pikir produktif, sebagai contoh
pola pikir adalah “saat balita, kita mampu berjalan”. Kita mampu karena tidak banyak
berpikir negatif akan resiko, takut jatuh dan sebagainya. Pada definisi ini ditekanklan bahwa
seorang wirausaha adalah orang yang melihat peluang dan menciptakan manfaat dari peluang
tersebut. Proses kewirausahaan meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar
berbagai bidang ilmu yang berbeda antara lain ekonomi, sosiologi, dan sejarah.
Kewirausahaan bukanlah hanya bidang interdisiplin yang biasa kita lihat atau
konseptual utama dari berbagai disiplin ilmu dan dianggap kunci dari blok bangunan ilmu
49
social yang terintegrasi (Casson,2012). Sisi pandang lain mengenai kewirausahaan adalah
salah satu dari sejumlah masukan yang menyumbang terhadap keseluruhan penampilan
ekonomi suatu Negara. Menurut Ciputra (2009) seorang wirausahawan haruslah bersikap
kreatif–inovatif, dan mampu menangkap atau menciptakan peluang. Berani mengambil resiko
yang terukur. Penalaran yang bersifat kritis–analitis ini mendasari terciptanya pemikiran
kreatif dan inovatif. Karena tanpa penalaran yang kritis serta analitis tidak akan mampu
menciptakan sesuatu yang kreatif. Penalaran skeptis mengarahkan kepada apakah sesuatu
yang akan dilakukan itu akan berhasil. Kalau berhasil, berapa kemungkinan kegagalan itu.
Jadi penalaran skeptis akan membawa ke arah perhitungan terhadap resiko seandainya suatu
peluang itu muncul dan diambil sebagai suatu kegiatan usaha. Seorang wirausaha dituntut
peluang atau menunggu peluang (Suryana, 2004). Menurut Risky (2011), secara sederhana
arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk
membuka usaha dalam berbagai kesempatan berjiwa berani mengambil resiko artinya
bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun
dalam kondisi tidak pasti. Sedangkan definisi wirausaha mahasiswa adalah wirausaha yang
pelaku utamanya adalah masih berstatus mahasiswa, dengan melakukan aktivitas usaha
adalah cara pintar mencuri strategi sebelum menghadapi dunia bisnis dan dunia kerja yang
sebenarnya. Berwirausaha pada dasarnya tidak perlu menunggu datangnya atau adanya
peluang. Peluang yang sifatnya potensial yang bisa dirubah menjadi peluang riil, misalnya
semua mahasiswa membawa telepon genggam (HP), tetapi tidak ada yang jual pulsa di
kampus. Peluang tersebut bisa berarti langsung artinya langsung bisa dimanfaatkan sebagai
kesempatan usaha. Kesempatan bagi mahasiswa berwirausaha terbuka luas, namun masih
sangat sedikit yang memanfaatkannya. Mereka lebih memilih keadaan nyaman (comfort
50
zone) daripada mencoba memasuki keadaan ketidakpastian. Diperlukan dorongan dan
motivasi agar mereka mau mencoba menapak jalan menjadi wirausaha. Potensi diri Potensi
diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah
terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara
maksimal. Jadi kalau dihubungkan dengan kewirausahaan berarti kemampuan, kekuatan yang
dimiliki seseorang dalam berusaha atau melakukan suatu usaha. Secara umum, potensi dapat
kemampuan abstraksi, logika dan daya tangkap. 2) Etos kerja, seperti ketekunan, ketelitian,
efisiensi kerja dan daya tahan terhadap tekanan. 3) Kepribadian, yaitu pola menyeluruh
emosional maupun sosial yang ditata dalam cara khas di bawah aneka pengaruh luar.
Menurut Gardner (2004), potensi yang terpenting adalah intelegensi, sebagai berikut: 1)
Intelegensi linguistik, intelegensi yang menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan
maupun tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor
dan jurnalis.
2) Intelegensi matematis-logis,
kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada kepekaan pola logika
mengenal bentuk dan benda secara tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara
cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para arsitek, dekorator dan pemburu. 4)
gagasan dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli
menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan
51
peka terhadap perasaan, motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki
dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan berefleksi
mengenal alam, flora dan fauna dengan baik. 9) Intelegensi eksistensial, kemampuan
manusia, seperti apa makna hidup, mengapa manusia harus diciptakan dan mengapa kita
hidup dan akhirnya mati. Potensi diri sebaiknya dikembangkan dengan cara berusaha dengan
keras. Karena potensi ini tidak akan berpengaruh bila kita tidak berusaha untuk
membangun dan mengembangkan kewirausahaan yang berhasil bermula dari pendidikan dan
keluarga, masyarakat, sahabat dimana mereka dapat berdiskusi tentang ide dan masalah yang
dihadapi serta cara mengatasinya. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002), mengatakan
membuka dan menjalankan sebuah bisnis tidak memberi jaminan bahwa pengusaha akan
menghasilkan cukup uang untuk hidup, tapi kesuksesan bisnis dating dari peluang untuk
dari minat. Minat merupakan faktor utama yang tidak dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang
menghasilkan uang. Padahal dari segi manfaat dengan melakukan aktivitas dengan modal
utamanya adalah berani, maka selain untuk kepentingan pribadi mahasiswa, juga untuk
mengikutinya, dan ada juga yang semangatnya hanya di mulut saja namun tidak di
aplikasikan. Di sisi lain, ada yang bersemangat namun dengan alasan tidak memiliki bakat,
52
dan yang lebih parah ada yang tidak tahu sama sekali. Banyak manfaat yang bisa diambil,
terutama bagi mahasiswa tingkat akhir untuk mendapat modal dasar mendirikan usaha.
tergerak untuk berkompetisi, walaupun dari jumlah lulusannya hanya setengah yang
mengaplikasikan proposal secara nyata. Alasan terbesar dari mahasiswa yang tidak ikut
bersaing dalam menjalankan usaha adalah tidak berbakat. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk
merangsang pertumbuhan jiwa wirausaha bisa dilakukan dengan cara menggalakkan arti
memiliki jiwa tinggi dalam hal wirausaha bukan hanya untuk dijadikan penghuni di kepala
namun juga harus dikembangkan dan diaplikasikan. Mengembangkan apa yang tersimpan di
otak dengan mencari informasi merupakan hal yang paling utama. Informasi-informasi yang
berguna bisa dipelajari untuk melihat peluang bisnis yang bisa diterapkan. Selain
ukuran potensi kewirausahaan. Luthje & Franke (2003) menyatakan bahwa salah satu faktor
kontekstual yang turut berperan dalam propensitas menangkap peluang berwirausaha adalah
ketersediaan dana untuk memulai usaha. Ketersediaan dana ini berhubungan dengan parental
role modeling, dimana latar belakang keluarga (orang tua) turut berperan dalam propensitas
kewirausahaan. Dalam hal ini, individu (mahasiswa) yang orang tuanya adalah pewirausaha
cenderung melaporkan keinginan yang lebih besar untuk memulai usaha baru dibandingkan
dengan mereka yang berasal dari latar belakng keluarga dengan orang tua bukan
untuk berwirausaha. Faktor kontekstual yang berhubungan dengan status ini adalah
partisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuler. Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan-
kegiatan tersebut ditengarai memiliki wawasan yang lebih luas mengenai potensi
53
kewirausahaan, selain karena pengetahuan yang dimiliki, juga karena relatif luasnya jejaring
yang dimiliki, dibandingkan mahasiswa yang tidak terlibat dalam aktivitas kemahasiswaan.
kebutuhan untuk berprestasi. Mereka yang memiliki motivasi yang tinggi lebih besar
terhadap luaran tugas yang dilakukan (Collins et al., 2004). Menurut Landi (2013) Seorang
wirausaha yang efektif dan sukses akan mempunyai beberapa karakteristik berikut : 1)
Percaya diri Wirausaha selalu yakin terhadap dirinya, berpikir bebas dan bersikap independen
serta senantiasa bersifat optimis terhadap ramalan dan pandangan masa depan. Berkaitan
dengan kepercayaan diri, seorang wirausaha mempunyai mutu kepemimpinan dan sifat
dinamis yang pada umumnya mempunyai sikap, kepribadian dan sifat yang positif terhadap
diri sendiri dan masa depannya. 2) Berorientasi lingkungan Seorang wirausaha mempunyai
hati yang lembut, mudah bergaul dengan berkawan dengan orang-orang di sekelilingnya,
tidak membedakan apakah orang tersebut klien, pesaing atau pegawainya. 3) Berorientasi
pada tugas Seorang wirausaha akan terus bekerja keras dan mempunyai keinginan dan
semangat baja untuk bekerja dan berusaha, selain tahan banting dan bersugguhsungguh dalam
daya usahanya. 4) Ide dan Kreatif Seorang wirausaha selalu memikirkan tentang konsep asli
atau original dan mempunyai pemikiran yang kreatif serta selalu mencoba memperbaharui
barangbarang dan jasa yang telah dicipta dan ditunjukkan di pasaran. Ini memberikan
masa depan Seorang wirausaha senantiasa memandang ke depan dan tidak menoleh ke
belakang dalam kegiatannya, seperti memiliki pandangan meluas tentang masa depan dan
kesempatan yang ada. Sikap dan pandangan juga selalu positif terhadap kemungkinan masa
depan. Seorang wirausaha memandang masa depan dengan penuh harapan dan penuh
54
kesempatan-kesempatan yang tidak boleh di lepaskan. 6) Bersedia mengambil risiko
merupakan orang yang senantiasa bersedia menghadapi dan menanggung resikonya maka
lebih tinggilah kemungkinan untung dan bukan halangan bagi seorang wirausaha.
membuat keputusan dan tahu masalah yang bakal dihadapinya di masa depan. Disamping itu,
juga dapat mengetahui berbagai informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan.
merencanakan semua kegiatannya. Perencanaan ini dapat menyelaraskan semua aspek yang
berkaitan dengan tindakannya pada masa depan. Hal inilah yang menjadikan seorang
wirausaha lebih sistematis dalam kerja dan menjadikan seorang wirausaha bijaksana dalam
untuk mengelola perusahaan dan aktivitasya. Kemampuan membagikan kerja kepada orang
bawahan dan sikap mempercayai pegawai dengan sepenuhnya merupakan sikap positif setiap
wirausaha yang membantu untuk berhasil. 10) Kemampuan manajemen Seorang wirausaha
dikatakan mempunyai kemampuan yang alamiah untuk memimpin dan mengelola organisai
dan perusahaan. Wirausaha dapat mewujudkan tim kerja atau kelompok dan dapat
perusahaan.
harus dimiliki seorang wirausaha. Kemampuan manajemen dapat diuraikan sebagai berikut;
55
1. Kualifikasi diri, menunjukkan bahwa profilnya sesuai untuk seorang wirausaha yang
memiliki kemampuan kerja sama yang baik. 5. Keahlian, menunjukkan bahwa mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang dibagi kedalam 3 (tiga) jurusan,
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden mempunyai proporsi sama dari
tiga jurusan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, sedangkan untuk
proporsi angkatan tahun 2011 lebih sedikit dikarenakan sudah habisnya mata kuliah yang
diambil dibanding angkatan tahun 2012 yang masih banyak masih mengambil perkuliahan.
dikarenakan jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana sebagian
besar perempuan. 1. Kecakapan diri Kecakapan diri berwirausaha responden diukur dengan
56
lima indikator yang terkait dengan kemampuan untuk mewujudkan keberhasilan suatu usaha.
Pada kecakapan diri, diajukan lima butir pertanyaan, sebagian besar, yaitu empat
(X2.2), direspon dengan rata-rata “tidak. Artinya bahwa, berdasarkan jawaban responden
tersebut tercermin sebagian besar responden (mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
terkait dengan harapannya untuk menjadi orang yang berhasil setelah lulus kuliah. Terlihat
57
Harapan akan keberhasilan dimasa yang akan datang, diajukan delapan pertanyaan
kepada responden. Rata-rata jawaban responden sebagian besar menjawab “ya” sedangkan
dua pertanyaan, yaitu “pertimbangan produk berbeda” (X3.2) dan “keyakinan mendapatkan
uang lebih banyak” (X3.7) dijawab “tidak”. Artinya bahwa sebagian besar responden
(mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana) telah memiliki harapan akan
diukur dengan delapan indikator yang terkait dengan kemampuannya menjalin kerjasama
bisnis dalam berwirausaha. Dapat dilihat pada Tabel berikut. sebagian besar menjawab “ya”
sedangkan dua pertanyaan; Apakah mitra usaha anda mempunyai tujuan yang lebih bersifat
saling melengkapi daripada saling bertentangan terhadap tujuan perusahaan dan Jika seorang
diantara mitra usaha anda gagal melaksanakan tugas (X4.2), adakah mekanisme pemindahan
tugas ke tempat yang lebih sesuai (X4.7) 4.2.5. Identifikasi keahlian responden Keahlian
Identifikasi dilakukan terhadap delapan keterampilan bisnis tertentu, dilihat pada Tabel
berikut.
58
Berdasarkan hasil identifikasi keahlian responden yang ditanyakan dengan delapan
responden memberikan jawaban dengan skor di atas rata-rata, kecuali keterampilan ke-3 yaitu
“pengembangan produk” memiliki skor di bawah rata-rata (1,69). Berdasarkan kajian tersebut
terlihat bahwa responden telah sebagian besar memiliki keterampilan bisnis yang cukup baik
ini, mengadopsi pola yang dikembangkan oleh Mas’ud dan Mahmud (2006, 217). Jika
jawaban responden atas 17 butir pertanyaan dalam kuesioner adalah “ya”, maka dikatakan
tercapai skor sempurna. Apabila jawaban “tidak” yang diberikan responden terhadap empat
atau lebih (≥ 4) pertanyaan yang yang diajukan, maka minat untuk menjadi wirausaha perlu
dipertimbangkan kembali. Berdasarkan data pada Tabel 4.1, jumlah jawaban “ya” “ya”
sebanyak 13, sedangkan jawaban “tidak” sebanyak 4. Profil yang dianggap sesuai untuk
seorang wirausahawan sukses apabila skor yang dicapai sebesar 14 atau lebih. Berdasarkan
59
perhitunagan tersebut, maka responden kurang memiliki profil yang sesuai untuk menjadi
wirausahawan sukses, jika dilihat dari kualifikasi kewirausahaan. Jika ditelusuri lebih jauh,
maka jawaban “tidak” diberikan pada pertanyaan; menyukai persaingan bisnis, stamina
prima, ketabahan menghadapi masalah dan cara memecahkan masalah. Artinya bahwa,
responden belum memahami makna persaingan bagi kemajuan usaha yang akan
dikebangkan, faktor kesehatan fisik dan mental yang kurang diyakini akan mampu
mendukung pengembangan usaha, kurang tabah jika menghadapi masalah dan kurang
memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang akan terjadi pada usaha yang akan
diajukan lima pertanyaan dan satu pertanyaan dijawab dengan “tidak” dan empat pertanyaan
dijawab “ya” (Tabel 4.2). Pola yang sama dipergunakan untuk melakukan analisis ini.
Pertanyaan yang kurang sesuai dengan kriteria wirausahawan sukses diberikan pada
berwirausaha. Jadi responden belum memiliki skala prioritas untuk menentukan kecakapan
apa yang semestinya didahulukan untuk memulai suatu usaha. 3. Analisis harapan
Responden sebagian besar responden menjawab “y”, kecuali pertanyaan X4.2 dan pertanyaan
pertimbangan inovasi produk agar berbeda dengan produk pesaing, jika akan melakukan
kegiatan bisnis. Di sisi lain, responden juga belum memiliki keyakinan bahwa melakukan
kegiatan bisnis akan mendapatkan uang lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan lain.
Masalah ini akan menstimuli sifat dan watak responden untuk lebih menjadi job seeker
ketimbang job creator. 4. Analisis kecakapan kerjasama Kecakapan atau keterampilan untuk
melakukan kerjasama, diukur dengan delapan pertanyaan dan sebagian besar telah menjawab
“ya”, kecuali pertanyaan X.4.2 dan X4.7. kondisi ini mencerminkan bahwa responden belum
60
memiliki pemahaman tentang calon mitra usahanya, apakah calon mitra tersebut mempunyai
tujuan yang bersifat saling melengkapi ataukah malah bertentangan terhadap tujuan
perusahaan yang akan didirikan. Disamping itu responden juga kurang memikirkan
mekanisme pemindahan tugas ke tempat yang lebih sesuai, jika seorang diantara mitra
bisnis Keahlian atau keterampilan bisnis yang telah dikuasai responden dianalisis dengan
responden. Hampir semua keterampilan bisnis telah dikuasai, kecuali keterampilan bisnis ke-
3 yaitu pengembangan produk yang terkait dengan inovasi dan diferensiasi dengan skor di
bawah rata-rata (1,69). Hasil ini sejalan dengan analisis harapan akan keberhasilan di atas
bahwa responden kurang memahami pentingnya berinovasi. Kondisi ini akan mempersulit
Manajerial Hasil penelitian ini diperoleh implikasi terhadap objek yang diteliti, bahwa
membantu terwujudnya rencana bisnis yang dibuat. Melalui proses pembelajaran di bangku
perkuliahan diharapkan dapat menambah khasanah dan pematangan ide serta konsep
kondisi dari penelitian yang dilakukan, sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
61
penelitian ini antara lain: 1) Ruang lingkup penelitian terbatas pada variable potensi dan
kewirausahaan lain yang dapat diteliti. 2) Sedikitnya responden yang digunakan dalam
penelitian ini dibandingkan dengan jumlah populasi yang ada, dikarenakan oleh keterbatasan
Konon standar ideal kuantitas jumlah pengusaha adalah 2 % dari jumlah penduduk
dari suatu negara. Ini berarti, pertumbuhan ekonomi suatu negara, sedikit banyak dipengaruhi
oleh kewirausahaan. Padahal, saat ini jumlah wirausahawan di Indonesia hanya sekitar 1,6
persen dari jumlah penduduk Indonesia. Itupun hanya angka kisaran kasar, sebagaimana
disampaikan oleh Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perbankan dan
Finansial, Rosan P. Roeslani, dalam acara "Seminar Nasional Modal Ventura 2015:
realitas wirausahawan produktif yang masih relative kecil. Wirausahawan yang produktif dan
inovatif hanya 0,2-0,3 persen, jauh dari Malaysia yang sebanyak 2,1 persen, Korea 4,4
persen, Tiongkok 10 persen, Jepang 10 persen, dan Amerika Serikat 12 persen. Hal ini tentu
menjadi indicator pertumbuhan ekonomi yang cukup kecil dalam ekonomi mikro Indonesia.
Sementara, seakan menegaskan fenomena ini, realitas tingkat pengangguran terdidik yang
cukup tinggi menjadi preseden buruk bagi perkembangan wirausaha. Terbatasnya lapangan
pekerjaan, seakan memperparah keadaan, dengan sulit terserapnya angkatan kerja yang
ada.Selama ini, paradigm yang terbangun di kalangan lulusan perguruan tinggi, masih
berorientasi sebagai pencari kerja daripada sebagai pencipta kerja (job creator).
Kecenderungan ini, bisa jadi karena sistem pembelajaran di berbagai perguruan tinggi yang
masih terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan
mendapatkan pekerjaan, bukan sebaliknya, yang siap menciptakan pekerjaan. Dari sini,
62
Pendidikan tinggi perlu kiranya lebih menyiapkan lulusannya menjadi sarjana yang mampu
hidup mandiri, berkreasi, memanfaatkan sains dan teknologi serta seni yang telah
dipelajarinya, untuk mampu berkonstribusi dalam sector ekonomi. Di sisi lain, data statistik
memperkirakan bahwa dalam sepuluh tahun ke depan, bangsa Indonesia akan mendapat
bonus demografi. Bonus Demografi merupakan gejala kependudukan di mana jumlah usia
produktif lebih banyak dari pada usia tidak produktif. Pada tahun 2010, proporsi penduduk
usia produktif adalah sebesar 66,5 persen. Proporsi ini terus meningkat mencapai 68,1 persen
pada tahun 2028 sampai tahun 2031 (www.hukumonline.com). Sehingga 15 tahun yang akan
datang, diperkirakan penduduk Indonesia yang produktif lebih banyak daripada penduduk
yang tak produktif. Kenyataan ini kemudian meniscayakan dua kemungkinan. Jika usia
produktif tersebut diberdayakan menjadi sumber daya manusia yang produktif, maka akan
menjadi “berkah” bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Sebaliknya, jika usia produktif ini
tidak memiliki kompetensi dan skill yang relevan maka hanya akan menjadi “musibah”,
sampah bagi problem demografi. Karena sesuai dengan data Badan Perencanaan
meningkat tajam. Jika pada sensus penduduk tahun 2010 jumlah populasi Indonesia sebesar
237, 6 juta, maka pada tahun 2035 mendatang diperkirakan meningkat menjadi 305,6 juta
jiwa. Sebuah lompatan demografi yang luar biasa. Dan kecenderungan ini tidak hanya terjadi
di Indonesia saja, dunia secara umum terancam dengan kecenderungan yang disebut over
population ini. Fenomena bonus demografi, harus dipahami sebagai sebuah anugrah bagi
(SDM) yang produktif harus diupayakan, dalam rangka menyambut anugerah besar tersebut.
Dan salah satu semen yang bisa diupayakan adalah pengembangan jiwa wirausaha di
kalangan remaja dan generasi muda. Wirausaha, yang menjadi tulang punggung bagi
penyerapan tenaga kerja, yang pada akhirnya berkonstribusi pada pertumbuhan ekonomi
63
harus menjadi strategi praktis bagi pelaku kebijakan. Mahasiwa sebagai bagian penting bagi
generasi penerus, diharapkan mampu memulai jiwa kewirausahaan ini. Paradigma pencari
kerja yang selama ini lebih mendominasi nalar piker kita, harus mampu didongkrak dengan
pembangunan semangat kemandirian mahasiswa. Kreatifitas dan inovasi, pada tataran ini
menjadi ide dasar bagi pengembangan jiwa wirausaha di kalangan mahasiswa. Penanaman
intensi wirausaha di kalangan mahasiswa tentu nya harus didukung oleh factor-faktor yang
bisa mempengaruhinya. Hal ini nantinya bisa menjadi alternative pengembangan intense
wirausaha tersebut. Beberapa factor yang mempengaruhi intense wirausaha ini diantaranya
adalah kebutuhan berprestasi (need for achievement), efikasi diri, dan kesipan instrument.
Variabel yang lain yang juga penting, seperti pendidikan, lingkungan, sosialiasi dan lainnya.
STAIN Kudus sebagai salah satu Perguruan Tinggi, tentunya juga terundang untuk mengatasi
bekal bagi maasiswa setelah lulus nantinya. Terlebih, STAIN kudus memiliki program studi
yang sebetulnya terkait erat dengan intense wirausaha ini, yaitu prodi ekonomi syariah (ES)
dan Prodi manajemen Bisnis syariah (MBS). Kedua prodi ini diharapkan menjadi kampium
dikutip Herdiana (2013: 143) menjelaskan wirausaha sebagai keberanian menanggung resiko
kepemilikan bisnis dengan pertumbuhan dan ekspansi sebagai tujuan utama. Senada dengan
Griffin, Kasmir juga menjelaskan wirausahawan sebagai orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan (Kasmir, 2006: 20).
Artinya, seseorang tersebut bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas dalam kondisi ketidak pastian. Sehingga seorang wirausahawan selalu
64
memberikan keuntungan. Resiko dianggap sebagai sesuatu tantangan untuk memotivasi
ketangguhan usaha tersebut. Intensi atau minat merupakan kecenderungan terhadap suatu hal
yang disenangi. Minat atau Intensi ini merefleksikan keinginan individu untuk mencoba
menetapkan perilaku. Dalam hal ini ada tiga hal yang terkait dengan intensi ini.
Pertama, sikap terhadap perilaku. Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan
bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.
Individu yang memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu perilaku akan memiliki
kecenderungan untuk melakukan tindakan tersebut. Atau dengan kata lain, sikap yang
mengarah pada perilaku ditentukan oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku, yang
disebut dengan istilah keyakinan terhadap perilaku. Kedua, norma subjektif. Keyakinan
mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan orang lain) dan motivasi
untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam
individu. Keyakinan yang mendasari norma subjektif yang dimiliki individu disebut sebagai
keyakinan normatif. Ketiga, kontrol perilaku yang disadari. Merupakan keyakinan tentang
ada atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi performansi perilaku
individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu
mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.
Keyakinan ini didasari oleh pengalaman terdahulu tentang perilaku tersebut, yang
dipengaruhi oleh informasi dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang yang
dikenal/teman-teman. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang meningkatkan
atau mengurangi kesulitan yang dirasakan jika melakukan tindakan atau perilaku tersebut.
Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada
dalam kondisi lemah. Selanjutnya, Riyanti (2008) mengatakan bahwa intensi merupakan
posisi seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara
dirinya dengan beberapa tindakan. Intensi, menurut Sanjaya (2007) yakni menghubungkan
65
antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan
tindakan tertentu. Selanjutnya intensi adalah kesungguhan niat seseorang untuk melakukan
perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu. Maka intensi kewirausahaan dapat
diartikan sebagai niat atau keinginan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu
tindakan wirausaha (Wijaya, 2007). Menurut Indarti & Kristiansen (2003) intensi wirausaha
seseorang terbentuk melalui tiga tahap yaitu motivasi (motivation), kepercayaan diri (belief)
serta ketrampilan dan kompetensi (skill & competence). Setiap individu mempunyai
keinginan (motivasi) untuk sukses. Individu yang memiliki need for achievement yang tinggi
akan mempunyai usaha yang lebih untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Kebutuhan
akan pencapaian membentuk kepercayaan diri (belief) dan pengendalian diri yang tinggi
(locus of control). Pengendalian diri yang tinggi terhadap lingkungan memberikan individu
keberanian dalam mengambil keputusan dan risiko yang ada (Wijaya; 2007).
melatar belakangi perilaku seseorang. Secara umum, manusia mempunyai kebutuhan untuk
lebih baik, berprestasi, menjadi pemenang, kaya dan sebagainya. Hal ini, dalam kajian
psikologi dikenal dengan kebutuhan berprestasi atau need for achievement. Secara teoritis,
berbagai proses seperti persepsi, berfikir, dan berbuat untuk mengubah kondisi yang ada dan
tidak memuaskan. Kebutuhan ini bisa dibangkitkan oleh proses internal, tetapi lebih sering
dirangsang oleh faktor lingkungan. Biasanya, need atau kebutuhan ini dibarengi dengan
perasaan atau emosi khusus, dan memiliki cara khusus untuk mengekspresikannya dalam
mencapai pemecahannya (Alwisol, 2007: 218) Abraham Maslow merupakan salah satu yang
mengungkapkan teori kebutuhan. Maslow menyebutkan bahwa tingkah laku individu berguna
untuk memenuhi kebutuhannya, di mana teori ini mempunyai empat prinsip landasan, yaitu
(Santoso, 2010: 111): a. Manusia adalah binatang yang berkeinginan b. Kebutuhan manusia
66
tampak terorganisir dalam kebutuhan yang bertingkat-tingkat c. Bila salah satu kebutuhan
terpenuhi, kebutuhan lain akan muncul d. Kebutuhan yang telah terpenuhi tidak mempunyai
pengaruh, dan kebutuhan lain yang lebih tinggi menjadi dominan. Dalam kebutuhan manusia,
Abraham Maslow membagi menjadi lima macam kebutuhan manusia (Santoso, 2010: 112),
penghargaan) dan self actualization (kebutuhan aktualisasi diri). Teori kebutuhan lainnya,
juga dinyatakan oleh David McClelland. Teorinya tentang kebutuhan untuk berprestasi (need
for achievement) disingkat dengan sebuah symbol yang kemudian menjadi sangat terkenal: n
-Ach. Menurut McClelland, orang yang memiliki n-Ach yang tinggi mempunyai kepuasan
bukan karena imbalan materi tetapi karena berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Berdasarkan tipe-tipe kebutuhan, maka ada beberapa permedaan dalam teori kebutuhan ini
kebutuhan akan udara, makan, minum, sex, dan kebutuhan-kebutuhan sekunder misalnya
membedakan antara kebutuhan-kebutuhan terbuka, misalnya dalam tingkah laku motorik, dan
kebutuhan tertutup misalnya dalam dunia fantasi atau mimpi. Ketiga, kebutuhan-kebutuhan
kebutuhan proaktif dimana suatu kebutuhan yang bergerak secara spontan, dan kebutuhan-
kebutuhan reaktif dimana akibat dari respon terhadap suatu peristiwa. Kelima, perbedaan
mengarah pada suatu keadaan yang diinginkan atau hasil akhir. Persiapan Instrumen
seseorang untuk membuka usaha baru (Indarti, 2004) dan faktor kritikal bagi pertumbuhan
dan keberlangsungan usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Krishna (1994) di
67
India membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah
satu karakter utama seorang wirausaha. Pencarian informasi mengacu pada frekuensi kontak
yang dibuat oleh seseorang dengan berbagai sumber informasi. Hasil dari aktivitas tersebut
sering tergantung pada ketersediaan informasi, baik melalui usaha sendiri atau sebagai bagian
dari sumber daya sosial dan jaringan. Ketersediaan informasi baru akan tergantung pada
cakupan media dan sistem telekomunikasi (Kristiansen, 2002). Efikasi Diri Efikasi atau
keyakinan diri merupakan kepercayaan bahwa seorang individu mampu dan bisa melakukan
sesuatu. Efikasi diri mengacu pada keyakinan sejauh mana individu memperkirakan
kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan suatu tugas yang diperlukan
untuk mencapai suatu hasil tertentu. Keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi
kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekanan. Efikasi diri akan berkembang
pengalaman-pengalaman yang berkaitan (Ormrod, 2008: 20). Efikasi diri adalah penilaian
seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai
tujuan tertentu (Ormrod, 2008: 20). Efikasi diri memiliki keefektifan yaitu individu mampu
menilai dirinya memiliki kekuatan untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Tingginya
efikasi diri yang dipersepsikan akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak
secara tepat dan terarah, terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang
jelas. Menurut bandura (dalam Freidmen, 2006: 2830), ada empat sumber efikasi diri. a.
meningkatkan efikasi diri yang dimilki seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan
efikasi dirinya. Apabila keberhasilan yang didapatkan seseorang lebih banyak karena faktor-
faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan efikasi
68
diri. Akan tetapi, apabila keberhasilan itu didapat melalui hambatan yang besar dan
merupakan hasil perjuangan sendiri maka hal itu akan membawa pengaruh terhadap
keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu
tugas biasanya akan meningkatkan efikasi diri seseorang dalam mengerjakan tugas yang
sama. Efikasi tersebut didapat melalui social models yangbiasanya terjadi pada diri seseorang
yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga melakukan modeling. Namun
efikasi diri yang didapat tidak akan berpengaruh bila model yang diamati tidak memilki
kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya
digunakan untuk menyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas. d.
Physiological & emotion state. Yakni kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang
yang tidak di warnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan
somantik lainnya. a. Pengaruh kebutuhan berprestasi dengan intensi wirausaha Hasil dari
korelasi parsial antara kebutuhan berprestasi dengan intensi wirausaha pada mahasiswa ES
dapat dijelaskan bahwa, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 048. sedangkan angka
probabilitas (sig) 0,783 yang dalam hal ini lebih besar dari batas tolerance 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa korelasi tidak signifikan pada taraf 5 % maupun taraf 1%. Dengan
demikian hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternative (Ha) ditolak. Sedangkan pada
mahasiswa MBS dapat, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 075. Sedangkan angka
probabilitas (sig) 0,665 yang dalam hal ini lebih besar dari batas tolerance 0,05. Sehingga
dapat dipahami bahwa korelasi tidak signifikan, baik pada taraf 5 % maupun taraf 1%.
Dengan demikian hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternative (Ha) ditolak. b.
69
Pengaruh persiapan instrumen dengan intensi wirausaha Hasil dari korelasi parsial antara
kesiapan instrumen dengan intensi wirausaha pada mahasiswa ES diperoleh angka korelasi
sebesar 0,250. Sedangkan angka probabilitas (sig) 0,141 yang dalam hal ini lebih besar dari
batas tolerance 0,05. Sehingga terdapat korelasi tidak signifikan pada taraf 5 % maupun taraf
1%. Dengan demikian hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
Sedangkan pada mahasiswa MBS, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 192. Sedangkan angka
probabilitas (sig) 0,262 yang dalam hal ini lebih besar dari batas tolerance 0,05. Sehingga
korelasi tidak signifikan pada taraf 5 % maupun taraf 1%. Dengan demikian hipotesis nihil
(H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. c. Pengaruh efikasi diri dengan intensi
wirausaha Hasil dari korelasi parsial antara efikasi diri dengan intensi wirausaha pada
mahasiswa ES, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 383. Sedangkan angka probabilitas (sig)
0,021 yang dalam hal ini lebih kecil dari batas tolerance 0,05. Sehingga korelasi signifikan
pada taraf 5 % maupun taraf 1%. Dengan demikian hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis
alternative (Ha) diterima. Sedangkan pada mahasiswa MBS, diperoleh angka korelasi sebesar
0, 537. Sedangkan angka probabilitas (sig) 0,001 yang dalam hal ini lebih kecil dari batas
tolerance 0,05. Sehingga korelasi tidak signifikan pada taraf 5 % maupun taraf 1%. Dengan
demikian hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Analisis Korelasi
berprestasi (X1), persiapan instrumen (X2) dan Efikasi diri (X3) terhadap intense wirausaha
(Y) Dari data di atas, diperoleh nilai koefiensi korelasi ganda sebesar dengan nilai F sebesar
3.022. Untuk mengetahui signifikasi, dapat dibandingkan tingkat signifikansi 0,043 lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama, kebutuhan
berprestasi (X1), persiapan instrumen (X2) dan efikasi diri (X3) pada mahasiswa MBS
berpengaruh signifikan terhadap Intensi wirausaha (Y). Hasil regresi dari persamaan
regresinya berdasarkan pengolahan SPSS didapatkan nilai B1= -0,119, B2= 0,321 dan B3=
70
0,346 dan besarnya konstansta = 15,746. Berdasarkan harga-harga tersebut, untuk
menunjukkan sumbangan setiap harga X dari seluruh harga X dan Y maka dibuat persamaan
menunjukkan rasio Y akan menurun sebesar 0,119/unit bila X1 meningkat satu unit, variabel
Y akan meningkat 0,321/unit bila nilai X2 meningkat satu unit, dan Nilai Y akan meningkat
0,346/unit jika X3 meningkat satu unit. Sedangkan untuk mengetahui besarnya presentase
variabel bebas atau variabel prediktornya terhadap variabel terikat, diperoleh nilai koefisien
determinasi (R square) sebesar, 0,216. Selanjutnya nilai tersebut dikalikan 100, sehingga
diperoleh prosentasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah 21,6 %.
Sedangkan 78,4% (100%-21,6%) dipengaruhi oleh variabel lain. Dari data di atas, diperoleh
nilai koefiensi korelasi ganda sebesar dengan nilai F sebesar 6.963. Untuk mengetahui
signifikasi, dapat dibandingkan tingkat signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05. Dengan
persiapan instrumen (X2) dan efikasi diri (X3) pada mahasiswa MBS berpengaruh signifikan
terhadap Intensi wirausaha (Y). Hasil regresi dari pengolahan SPSS, diketahui B1= -0,240,
B2= 0,312 dan B3= 0,528 dan besarnya konstansta = 14,864. Berdasarkan harga-harga
tersebut, untuk menunjukkan sumbangan setiap harga X dari seluruh harga X dan Y maka
regresi tersebut menunjukkan rasio Y akan menurun sebesar 0,240/unit bila X1 meningkat
satu unit, variabel Y akan meningkat 0,312/unit bila nilai X2 meningkat satu unit, dan Nilai Y
akan meningkat 0,528/unit jika X3 meningkat satu unit. Sedangkan untuk mengetahui
besarnya presentase variabel bebas atau variabel prediktornya terhadap variabel terikat,
diperoleh nilai koefisien determinasi (R square) sebesar, 0,388. Selanjutnya nilai tersebut
dikalikan 100, sehingga diperoleh prosentasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat adalah 38,8%. Sedangkan 61,2% (100%-38,8%) dipengaruhi oleh variabel lain.
71
Implikasi Penelitian Berdasar hasil analisis korelasi sederhana antar variabel, dapat dijelaskan
sebagai berikut: 1. Berdasar analisis korelasi parsial, dapat dijelaskan bahwa korelasi variabel
kebutuhan berprestasi terhadap intensi wirausaha adalah tidak signifikan. Hal ini berlaku
untuk kedua kelompok, baik mahasiswa ES maupun MBS. Nilai signifikansi masing-masing
kelompok di bawah nilai 0, 05, yakni 0,783 untuk mahasiswa ES dan 0,665 untuk mahasiswa
MBS. Dengan demikian variabel kebutuhan berprestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
intensi wirausaha. Hal ini boleh jadi karena kebutuhan berprestasi merupakan sesuatu yang
“kurang” begitu dianggap penting bagi mahasiswa dalam meningkatkan intensi wirausaha. 2.
Pada variabel kesiapan instrument pun menunjukkan angka siginifikansi yang lebih besar dari
nilai 0,05. Sehingga bisa dipahami bahwa kesiapan instrument tidak berpengaruh signifikan
terhadap intense wirausaha mahasiswa. Hal ini bisa dijelaskan dengan fenomena mahasiswa
yang tidak semuanya memiliki kesiapan instrumen. Apalagi bagi mahasiswa yang orientasi
studinya besar. Mereka tidak berani ‘nyambi’ bekerja ataupun berwirausaha. Dalam segi
modalpun boleh di kata mahasiswa masih sangat jauh dari akses modal, mengingat realitas
ekonomi mahasiswa STAIN Kudus yang bisa disebut menengah ke bawah. Sehingga
kesiapan instrument tidak dianggap penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan intense
berwirausaha. 3. Lain halnya dengan variabel efikasi diri. Kedua kelompok, baik mahasiswa
ES maupun mahasiswa MBS, memiliki korelasi yang signifikan terhadap variabel intensi
dan 0,001 untuk mahasiswa MBS. Hal ini bisa dijelaskan bahwa kepercayaan diri menjadi
modal utama bagi mahasiswa dalam melakukan kegiatan wirausaha. Pengamatan sederhana
menunjukkan bahwa cukup kepercayaan diri yang kuat untuk menciptakan intense wirausaha.
Hal ini kiranya positif bagi upaya pengembangan semangat wirausaha di kalangan
mahasiswa. Perlu pelatihan dan dorongan, khsusnya dari dosen maupun kampus untuk
melakukan motivasi bagi mahasiswa dalam berwirausaha. Dari analisis korelasi parsial di
72
atas memberikan penjelasan bahwa secara parsial, hanya variabel efikasi diri yang secara
parsial berpengaruh terhadap intensi wirausaha bagi mahasiswa. Dalam implikasi penelitian,
pada mahasiswa ES, intensi wirausaha akan akan menurun sebesar 0,119/unit bila kebutuhan
berprestasi meningkat satu unit. Intensi wirausaha akan meningkat 0,321/unit bila nilai
persiapan intrumen meningkat satu unit. Demikian juga halnya, nilai intensi wirausaha
mahasiswa akan meningkat 0,346/unit jika efikasi diri mahasiswa meningkat satu unit. Pada
wirausaha akan menurun sebesar 0,240/unit bila kebutuhan berprestasi meningkat satu unit.
Intensi wirausaha akan meningkat 0,312/unit bila nilai persiapan intrumen meningkat satu
unit. Demikian juga halnya, nilai intensi wirausaha mahasiswa akan meningkat 0,528/unit
jika efikasi diri mahasiswa meningkat satu unit. Dari kedua data tersebut, variabel efikasi diri
memberikan kontribusi yang paling besar terhadap intense wirausaha, baik bagi mahasiswa
21,6 %. Selebihnya, sebanyak 78,4% dipengatuhi oleh variabel lain. Senada dengan hal ini,
pada mahasiswa MBS secara bersama-sama pada mahasiswa ES ketiga variabel independen
dipengaruhi oleh variabel lain. Dari sini bisa dibandingkan bahwa pengaruh kebutuhan
berprestasi, persiapan instrument dan efikasi diri berbengaruh terhadap intense wirausaha
mahasiswa MBS lebih besar dari pada mahasiswa ES. Meskipun pengaruh ketiga variabel
tersebut tidak begitu besar perbedaan angkanya, namun setidaknya memberi gambaran
terhadap kecemderungan antara mahasiswa ES dan MBS. Kecenderungan ini bisa dijelaskan
dengan dua hal. Pertama, nama program studi itu sendiri. Program studi manajemen Bisnis
Syariah (MBS) lebih menekankan pada bidang bisnis atau usaha. Hal ini berbeda dengan
73
Ekonomi Syariah yang lebih berbicara bidang ekonomi secara umum. Kedua, realitas ini
kemudian mempengaruhi sistem nilai yang dimiliki oleh mahasiswa. Mahasiswa MBS
merasa lebih percaya diri dalam berbisnis atau berwirausaha. Hal ini juga bisa dilihat dari
nilai regresi yang nilainya cukup besar bagi mahasiswa MBS daripada mahasiswa ES.
wirausaha, baik mahasiswa Prodi ES maupun mahasiswa Prodi MBS STAIN Kudus.
Sedangkan efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap intensi wirausaha, baik mahasiswa
Prodi ES maupun mahasiswa Prodi MBS STAIN Kudus. Kebutuhan berprestasi, persiapan
instrument dan efikasi diri secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap intensi
wirausaha mahasiswa Prodi ES dan MBS STAIN Kudus. Ketiga variabel independen
dipengatuhi oleh variabel lain. Sedangkan pada mahasiswa MBS secara serempak atau
Kebutuhan Hidup (Studi Kasus Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah Al-Amin Kreo
mahasiswa yang masih aktif berkuliah serta melakukan aktivitas bisnis. Penelitian fokus pada
pendapatan, dan motivasi. Penelitian juga membahas tentang proses mahasiswa dalam
wirausahawan memilih untuk berwirausaha karena pengaruh latar belakang motivasi untuk
mahasiswa. Mahasiswa menciptakan usaha yang mudah untuk dijalankan sambil berkuliah.
74
Mahasiswa wirausahawan menciptakan usaha dengan ide yang berasal dari realita kehidupan
seharihari dan dari passion atau hobi mereka. Mereka membutuhkan partner dalam
seperti keterbatasan modal, keterbatasan waktu dan pengelolaan awal usaha yang masih
kacau.
sudah dimulai sejak tahun 1995 dan terus berkembang hingga kini.1 Di awal kebijakan
tersebut Presiden Republik Indonesia (RI) saat itu menginstruksikan kepada seluruh
Sejak saat itu gerakan pendidikan kewirausahaan mulai diprogramkan oleh berbagai
organisasi, baik organisasi bidang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, serta
organisasi pemerintah dan swasta. Melalui gerakan ini diharapkan budaya kewirausahaan
dapat menjadi bagian etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, yang pada akhirnya dapat
dilahirkan wirausahawirausaha baru yang andal, tangguh dan mandiri.2 Dewasa ini, banyak
perguruan tinggi di Indonesia yang telah memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam
kurikulum mereka sebagai salah satu mata kuliah pokok yang wajib diikuti oleh seluruh
mahasiswa.
konsep kewirausahaan tetapi membentuk sikap, perilaku, dan pola pikir (mindset) seorang
wirausahawan (entrepreneur).
4 Hal ini merupakan investasi modal manusia untuk mempersiapkan para mahasiswa
memulai bisnis baru melalui integrasi pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan penting
dapat meningkatkan minat para mahasiswa untuk memilih kewirausahaan sebagai salah satu
75
pilihan karier selain pilihan karier menjadi pegawai swasta, PNS, atau pegawai BUMN di
mana secara signifikan dapat mengarahkan sikap, perilaku, dan minat ke arah
dari model pendidikan ini banyak mendiskusikan atau seringkali dikonotasikan dengan
pendidikan bisnis. Hal ini dapat dilihat dari kurikulum pendidikan kewirausahaan yang
pendidikan kewirausahaan umumnya berisi materi dan aktivitas yang berhubungan dengan
jejaring dan menyusun rencana bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Oleh karena itu
tidaklah mengherankan ketika suatu perguruan tinggi mewajibkan mata kuliah kewirausahaan
bagi seluruh mahasiswanya.7 Optimisme, sikap nilai dan status kewirausahaan atau
kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu hak
lingkungan, dimana faktor yang berasal dari lingkungan di antaranya adalah kebijakan
pemerintah, model peran, peluang, pesaing, dan sumber daya.10 Wirausaha merupakan orang
yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan dengan risiko dan ketidakpastian,
kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Dewasa ini, banyak
kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis tersebut.
imbalan finansial yang nyata.11 Fenomena entrepreneur di kalangan anak muda dalam
beberapa tahun terakhir semakin populer. Apalagi, dengan banyaknya seminar motivasi,
buku-buku bacaan serta pemberitaan yang mengupas seputar kesuksesan pelaku usaha
sehingga mendorong mereka untuk terjun dalam dunia bisnis.12 Bisnis di kalangan
76
mahasiswa kini sangat menjamur, selain menjadi mata kuliah pilihan di berbagai Fakultas.
Hal ini seakan sudah menjadi tren, istilahnya “gak bisnis gak keren”. Skalanya pun
bervariasi, dari yang kecil-kecilan seperti jualan pulsa sampai yang besar seperti membuat
koskosan. Keinginan mahasiswa tersebut memang beragam, ada yang memang ingin serius
bisnis karena untuk mencukupi kebutuhan, ikut-ikutan, mengisi waktu luang dan
sebagainya.13 Agar bisnis dapat berkembang, maka harus dikelola dengan baik. Rasulullah
SAW telah memberikan contoh yang dapat diteladani dalam berbisnis yaitu: 1;Kejujuran,
2;Keadilan, 3;Barang atau produk yang dijual haruslah barang yang halal, baik dari segi dzat
nya maupun cara mendapatkannya, dan 4; Tidak ada unsur penipuan. Selain itu, bisnis harus
dilakukan berdasarkan etika. Etika bisnis dalam syari’ah Islam adalah akhlak dalam
menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam dan sebagai rambu-rambu dalam
melakukan transaksi agar tetap berjalan dalam koridor nilai-nilai Islam sehingga dalam
melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab diyakini sebagai sesuatu yang
baik dan benar.14 Menjadi seorang entrepreneur adalah sebuah pilihan menjalankan bisnis
untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena sebagian dari mereka menjalankan bisnis untuk
bisa membiayai pendidikan kuliah dengan hasil usahanya sendiri dan membiaskan hidup
mandiri tanpa ingin membebani orang lain.15 Sebagaimana di ketahui bahwa alQur’an adalah
sumber nilai sumber dari segala sumber untuk pegangan hidup umat Islam. Maka terkait itu,
al-Qur’an telah membicarakan bisnis, sekaligus merupakan bukti bahwa Islam memberikan
perhatian terhadap bisnis sebagai prata sosial. Bahkan al-Qur’an juga memotivasi usaha
komersial dan perdagangan dengan cara memberikan keberanian atau semangat untuk
berwiraswasta.16 Dalam al-Qur’an, bisnis dijelaskan melalui kata “tijarah” yang mencakup
dua makna, yaitu: pertama, perniagaan secara umum yang mencakup perniagaan antara
manusia dengan Allah. Ketika seseorang memilih petunjuk dari Allah, mencintai Allah dan
Rasul-Nya, berjuang di jalan-Nya dengan harta dan jiwa, membaca kitab Allah, mendirikan
77
salat, menafkahkan sebagian rezekinya, maka itu adalah sebaik-baiknya perniagaan antara
manusia dengan Allah. Dalam salah satu ayat al-Qur’an dijelaskan bahwa ketika seseorang
membeli petunjuk Allah dengan keesaan, maka ia termasuk seseorang yang beruntung.
mewawancarai salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah Al-Amin Kreo Tangerang.
Sebut saja Narasumber C, C mulai berbisnis “Warung Nasi Sambal Gledek” sejak semester 7
(tujuh) di toko sekitar kawasan jalan pesantren pada sore hingga malam hari. Pemilihan brand
produknya pun berasal dari namanya sendiri agar lebih mudah dikenal. Sebelum berjualan
semester 1 (satu), C memang sudah bekerja di salah satu perusahaan jasa pembersih ruangan
sebagai asisten manager. Namun, pekerjaan tersebut tidak berlangsung lama karena ternyata
kebutuhan hidup, bagaimana ia bisa memperoleh pendapatan atau gaji tanpa harus
mengganggu kuliahnya. Dari sini, C memutuskan untuk berbisnis. Bisnis yang sampai
sekarang masih ia tekuni adalah usaha warung sambal geledeknya. Usahanya ini sudah
berjalan lebih dari satu tahun, dan dari usahanya itu ia bisa membiayai kuliahnya sendiri
bahkan bisa membeli barang-barang yang dapat menunjang perkuliahan, seperti sepeda
Modal awal berasal dari hasil usaha bisnis dan gaji yang sebelumnya ia peroleh.
Promosi dilakukan melalui media sosial dan dari mulut ke mulut, khususnya antar-mahasiswa
dapatkan dari proses perjalanan bisnisnya karena dilakukan secara otodidak. Terkait dengan
dan kebutuhan hidup serta kaitan nya dengan pendidikan. Hal ini mengingat sudah banyak
78
sebagai bisnis dan kebutuhan hidup. Penelitian ini mengambil studi kasus. Sebagai salah satu
varian dalam penelitian kualitatif, studi kasus memberikan uraian dan penjelasan
komprehensif mengenai suatu setting tertentu, dokumen, atau suatu kejadian tertentu.18
berikut: 1) Terdapat mahasiswa yang melakukan aktivitas bisnis di kalangan mahasiswa STIT
dengan kebutuhan hidup mahasiswa. Penelitian ini membataskan bahasannya pada aktivitas
entrepreneurship pada mahasiswa Sekolah Tingi Ilmu Tarbiah (STIT) Al-Amin Kreo
kualitatif, peneliti mengkaji sesuatu dalam setting natural dan menafsirkan fenomena terkait
dengan makna. Penelitian kualitatif sebagaimana yang dikatakan oleh Sharan B. Merriam,
memiliki empat karakteristik utama yaitu: 1) Menekankan pada proses, pemahaman, dan
makna; 2) Peneliti berfungsi sebagai instrumen utama dalam pengumpulan dan analisis data;
3) Proses bersifat induktif; 4) Hasilnya bersifat deskripsi yang kaya.19 Penelitian Kualitatif
dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang saksama ,
mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara
yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. Penelitian kualitatif
mempunyai dua tujuan utama, yaitu 1) Menggambarkan dan mengungkapkan (to describe
and explore); 2) Menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai itulah maka penelitian kualitatif menggunakan instrumen
pengumpulan data yang sesuai dengan tujuannya.20 Dalam menganalisis data, penelitian ini
mengacu pada prosedur analisis data Milles dan Hubermen. Menurut Milles dan Hubermen,
79
analisis data dalam penelitian kualitatif, secara umum dimulai sejak pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Unsurunsur
sasaran-sasaran data berikutnya. Kemudian dari pengumpulan data (data collection) tersebut,
penelitian kualitatif, peneliti mengkaji sesuatu dalam setting natural dan menafsirkan
fenomena terkait dengan makna. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode studi kasus. Sebagai salah satu varian dalam penelitian kualitatif, studi kasus
Beberapa jenis observasi partisipan, mulai dari orientasi yang paling aktif sampai yang paling
pasif adalah cara peneliti memposisikan diri saat melakukan penelitian kualitatif. Namun,
observasi partisipan tidak dengan sendirinya merupakan metode pengumpulan data. Peneliti
masih harus melakukan beberapa kegiatan khusus untuk mengumpulkan data: 1. Interview
atau wawancara terstruktur. Wawancara dapat berlangsung dalam berbagai bentuk, namun
demi menjaga argumen, maka penulis dapat mempertimbangkan semua bentuk ke dalam
peserta (atau orang yang diwawancarai). Wawancara terstruktur dengan hati-hati menuliskan
interaksi. Dalam metode wawancara ini peneliti akan menggunakan kuesioner formal yang
mencantumkan setiap pertanyaan yang harus ditanyakan. Kedua, peneliti secara formal akan
80
perilaku dan perilaku konsisten yang sama saat mewawancarai setiap peserta. 2. Observation
Observasi menjadi cara yang sangat berharga untuk mengumpulkan data karena apa yang
dilihat dengan mata kepala sendiri dan dirasakan dengan indra sendiri yang mungkin tidak
dilihat orang lain. Observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Selanjutnya
dikemukakan tujuan observasi ialah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari
interelasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks
dalam pola-pola kultur tertentu Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
melihat lokasi penelitian yaitu beberapa tempat aktivitas mahasiswa di Sekolah Tingi Ilmu
Tarbiah (STIT) Al-Amin Kreo Tangerang dan melihat langsung kegiatan usaha yang sedang
dijalani dan dikelola oleh mahasiswa tersebut. Untuk menetapkan keabsahan data, diperlukan
tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (kredibilitas),
Teknik analisis data Menurut Moleong, ada tiga model analisis data kualitatif, yaitu metode
perbandingan tetap yang ditemukan oleh Glaser dan Strauss, yang kedua model analisis data
menurut Spradley, dan yang ketiga adalah analisis data menurut Miles dan Huberman.24
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Analisis data
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data pada penelitian ini meliputi: 1. Reduksi
Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak maka perlu dicatat secara
rinci dan teliti. Semakin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dalam penelitian ini reduksi dilakukan dengan mengumpulkan data,
81
memilih data yang penting, memberi kode pada data tersebut dan meringkasnya dalam
bentuk tabel reduksi. 2. Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui
penyajian data tersebut, maka data akan terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian ini penulis membuat penyajian
data ke dalam bentuk narasi dan diringkas dalam bentuk diagram alur. Menarik Kesimpulan
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Hal yang dilakukan penulis yaitu menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang
sudah ditemukan dan disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian kondisi pasar menjadi
suatu potensi yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk berwirausaha. Sekarang
banyak mahasiswa yang telah terjun kedalam dunia bisnis dan mereka lakukan sambil belajar
di kampus. Mahasiswa memanfaatkan apa saja yang dapat menunjang kemajuan bisnis
mereka. Mereka membuat usaha dengan berbagai alasan yang menguatkan niatnya. Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiah Al-Amin Kreo Tangerang sebagai salah satu perguruan tinggi yang ada
di Tangerang Selatan didapati beberapa dari kalangan mahasiswa nya yang melakukan
aktivitas bisnis. Dari bisnis kuliner hingga bisnis barang dan jasa. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap tujuh mahasiswa yang berwirausaha, maka diketahui latar belakang para
wirausahawan ditinjau dari pendidikan, ekspektasi pendapatan, dan motivasi sebagai berikut:
salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku
akan siap untuk menjadi seorang wirausaha dan memimpin anak buahnya. Latar belakang
pendidikan seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha, seperti bisnis dan
82
manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi keinginan dan minatnya untuk
memulai usaha baru di masa mendatang. Sebuah studi dari India membuktikan bahwa latar
belakang pendidikan menjadi salah satu penentu penting intensi kewirausahaan dan
kesuksesan usaha yang dijalankan.26 Mengenai hal tersebut Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiah Al-Amin Kreo Tangerang yang menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan sangat
penting karena kurikulum saat ini harus ada ciri khas dan muatan lokal, terutama yang
diwajibkan adalah yang terkait dengan program pendidikan itu sendiri dan semua program
akan diberikan SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah) ini akan menjadi nilai tambah
kewirausahaan mahasiswa yaitu melalui sikap, pengetahuan dan keterampilan yang tertanam
bisnis, dan menjalankan usaha kecil yang diberikan kepada individu/mahasiswa, maka
semakin tinggi niatnya untuk berwirausaha. KKNI yang mengacu pada Kurikulum
Temaresadiksti dan Diktis Kementerian Agama, mahasiswa tidak hanya menguasai bidang
ilmu keagamaan tetapi dia juga menguasai disiplin ilmu lain selain ilmu yang linear dengan
jurusannya salah satu diantaranya ialah ilmu kewirausahaan maka itu nanti kedepannya
lulusan STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah Al-Amin Kreo Tangerang) Al-Amin ini akan
punya Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI), yang nanti akan ada kemampuan
kewirausahaan mahasiswa dan ini sesuai dengan acuan pemerintah.28 Dari pemaparan diatas
83
pendidikan kewirausahaan hendaknya bisa dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting
untuk menumbuhkan pola pikir dan jiwa entrepreneur pada mahasiswa, sehingga mahasiswa
secara sadar memiliki keberanian untuk mencoba berwirausaha, berfikir untuk menemukan
dan mengembangkan ide wirausaha dengan cara melihat peluang usaha yang akan dilakukan.
Oleh karena itu pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi sangat penting untuk
diterapkan. Berdasarkan hasil wawancara, para mahasiswa wirausahawan saat ini sedang
mengenyam S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah (STIT) Al-Amin Kreo Tangerang. Mereka
semua membuat usaha ketika sedang menempuh pendidikan. Mereka sendiri yang
menjalankan dan mengelola usaha sambil kuliah. Hal demikian dinyatakan oleh Irwansyah
yang mengatakan dirinya tidak pernah mengenyam pendidikan atau mengambil jurusan yang
berkaitan dengan kewirausahaan. Tetapi dia ada keinginan untuk mengetahui lebih dalam
ilmu tentang kewirausahaan melalui work shop ataupun seminar-seminar. Kemudian ilmu
yang didapat diterapkan dalam praktik wirausahanya.29 Hal tersebut dinyatakan pula oleh
Sarjono, bahwa dirinya pernah kuliah di jurusan Akuntansi Pajak, yang didalamnya terdapat
mata kuliah kewirausahaan. Dari pengetahuan yang didapat Sarjono selama kuliah maka dia
berani mengambil risiko untuk memulai berwirausaha dan ternyata Sarjono memang
berpotensi di bidang tersebut. Lain halnya dengan mereka yang mengaku tidak terlalu
disampaikan oleh Rikha. Rikha memulai bisnis itu hanya sekadar mengisi waktu luang,
adapun untuk fokus ke bisnis tersebut tidak terlalu. Karena dirinya seorang pengajar juga
sebagai aktivis di organisasi anak muda di lingkungan rumahnya. Rikha menjalankan bisnis
tersebut ketika ada waktu luang, kalau tidak ada waktu luang, Rikha mengasih kesempatan ke
teman nya untuk membantu menjualkan produknya.30 Begitupun yang disampaikan oleh
Wawan, yang menjalankan bisnisnya sebagai pengalaman. Karena Wawan sudah terbiasa
belajar bisnis sejak duduk dikelas 4 Sekolah Dasar.31 Dan demikian juga dengan Hisni yang
84
menjalankan usahanya sebagai usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal
tersebut disampaikan pula oleh Ravi dan Eka yang menyatakan hal yang sama yang bisa
kewirausahan menjadi dasar keutamaan seseorang dalam memulai wirausaha dan mereka
mengatakan bahwa mereka ingin menerapkan ilmu yang telah mereka dapat selama belajar di
kampus maupun mengikuti workshop dan seminar tentang kewirausahaan. Sedangkan lima
seseorang baik berupa uang maupun barang. Berwiraswasta dapat memberikan pendapatan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh
pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk berwirausaha. Dalam bisnis,
pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan
dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting
dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi
diperolehnya dari kegiatan usaha ataupun bekerja. Ekspektasi atau harapan akan penghasilan
yang lebih baik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi apakah seseorang ingin
menjadi seorang wirausaha atau tidak. Jika seseorang berharap untuk mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi dengan menjadi seorang wirausaha, maka ia akan semakin
pendapatan yang tinggi daripada menjadi karyawan perusahaan. Dengan berwirausaha akan
mendatangkan pendapatan yang besar dan tidak terbatas, tetapi pendapatan dari berwirausaha
tersebut tidak bisa diprediksi, kadang bisa diatas pendapatan yang diharapkannya, kadang
pula bisa diluar dari yang pendapatan diharapkannya. Seseorang dengan ekspektasi
85
pendapatan yang lebih tinggi daripada bekerja menjadi karyawan merupakan daya tarik untuk
terdapat tiga mahasiswa yang mempunyai ekspektasi pendapatan yang tinggi dalam
berwirausaha. Mahasiswa yang mempunyai ekspektasi yang tinggi dalam berwirausaha yaitu
Ravi, Sarjono, dan Eka. Alasan mereka menjalankan wirausaha salah satunya ialah
mendapatkan penghasilan yang tidak monoton seperti gaji karyawan pada umumnya, karena
biasanya orang yang berwirausaha mendapatkan penghasilan pertiap harinya meskipun tidak
menentu, yang pasti ada pemasukan pertiap hari dan tiap bulannya. Dan pendapatan tersebut
bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama pada mahasiswa yang ingin belajar hidup
mandiri.35 Wawan juga mengatakan hal yang sependapat dengan Ravi. Ia menyampaikan
dalam wawancara bahwa menjadi seorang Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
berwirausaha akan muncul dalam diri seseorang karena ada keinginan untuk mewujudkan
kesuksesan berwirausaha. Motivasi yang tinggi untuk berprestasi dalam berwirausaha akan
berpengaruh terhadap minat seseorang untuk berwirausaha sehingga dapat berperan dalam
mendapat laba, kebebasan, impian personal atau aktualisasi diri, kemandirian, kebutuhan
fisiologis, rasa aman, kebutuhan sosial dan kebutuhan akan prestasi.39 Dalam konteks
tersebut Sarjono menyampaikan bahwa dengan basic awal perkuliahan yang pernah di
jurusinya di akuntansi pajak, ada mata kuliah kewirausahaan yang menjadi motivasi bagi
dirinya untuk beralih menjadi profesi wirausaha. Dan kewirausahaan telah menjadi passion
nya saat ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti menafkahi keluarga dan biaya
kuliah.40 Menyatakan hal yang demikian sependapat dengan Eka dalam wawancaranya yang
disampaikan bahwa selain menjadi mahasiswa bagi dirinya harus punya yang namanya usaha
sampingan karena mengambil waktu luang yang tersisa kemudian dimanfaatkan untuk usaha
86
sampingan lebih baik ketimbang dihabiskan untuk hal yang kurang bermanfaat, dan tidak
terikat dengan waktu. Dan penghasilan dari wirausaha bisa untuk menambah tabungan dan
biaya kuliah.41 Hal tersebut sependapat dengan Irwansyah dan Hisni yang menjalankan
bisnis untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti menafkahi keluarga, biayai kuliah dan
pendidikan.42 Begitu juga yang disampaikan oleh Wawan, Ravi dan Rikha dalam wawancara
yang mengatakan bisnis yang dijalaninya untuk melatih kemandirian selain itu juga untuk
memenuhi kebutuhan hidup, seperti bayar kuliah, makan sehari-sehari dan untuk keperluan
lainnya.43 Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa dari tujuh mahasiswa wirausahawan
mempunyai motivasi yang tinggi dalam berwirausaha yaitu untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Seperti menafkahi keluarga, biaya kuliah, dan keperluan hidup sehari-hari.
Dalam konteks tersebut dapat diketahui bahwa antara bisnis dan kebutuhan hidup saling
berkaitan dan tidak akan pernah terlepas. Seperti yang dinyatakan oleh Ketua Program
Pendidikan bahwa kegiatan usaha atau bisnis merupakan suatu aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia, organisasi, dan masyarakat secara luas.44 Hal demikian
juga ditanggapi oleh Kepala Bagian Keuangan bahwa mahasiswa yang berwirausaha sambil
kuliah karena selain untuk menopang biaya perkuliahan juga untuk memenuhi keperluan
sehari-hari yang menjadi kebutuhan hidupnya.45 Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan
bahwa motivasi menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi seseorang untuk melakukan
sebuah tindakan guna mencapai tujuan tertentu. Motivasi berwirausaha akan muncul dalam
diri seseorang karena adanya dorongan untuk mencapai kesuksesan dalam berwirausaha.
Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi untuk berhasil dalam bidang wirausaha akan
mencapai tujuan tertentu. Dengan memiliki motivasi yang tinggi maka akan memberikan
87
2. Bisnis Mahasiswa Wirausahawan Saat ini mahasiswa tidak hanya berperan sebagai
pembelajar dan aktivis saja. Telah diketahui bahwa banyak mahasiswa yang turut berperan
sebagai seorang pencipta lapangan kerja sekaligus wirausahawan. Mereka membangun bisnis
ketika masih duduk dibangku kuliah. Perubahan teknologi terutama dalam bidang informasi
dapat mereka manfaatkan demi mendukung terlaksananya bisnis mereka tersebut. Mahasiswa
dapat berbisnis melalui market place online yang saat ini tersedia begitu banyak. Selain itu
mahasiswa juga dapat melakukan bisnis offline dengan bantuan karyawan. Jenis bisnis yang
dilakukan oleh mahasiswa sangat beragam. Mulai dari fashion, hobi, kuliner, properti, gadget
sampai perusahaan jasa. Menurut hasil wawancara, mahasiswa wirausahawan memiliki tiga
jenis bisnis. Mereka berbisnis dalam bidang kuliner, fashion serta hobi. Dalam bidang kuliner
terdapat bisnis ayam crispy dan warung nasi sambal gledek. Mereka membuat dan mengelola
bisnis tersebut dengan bantuan karyawan dan partner. Ravi membuka warung nasi karena
nasi menjadi makanan pokok yang akan dibutuhkan setiap harinya, macam-macam yang saya
jual ada ayam goreng, berbagai jenis ikan asin, dan lalap tetapi yang menjadi khas dalam
kuliner nya yaitu dari sambalnya”47 Irwansyah menjual berbagai macam ayam, dari mulai
ayam geprek, ayam crispy, dan juga ada jus. Dan sudah memiliki dua cabang di masing-
masing usaha kuliner yang dijalaninya.48 Bisnis kuliner tidak menjadi pilihan bagi
mahasiswa dalam berwirausaha. Berbeda Hisni, Sarjono, Wawan, Eka dan Rikha mereka
memiliki bisnis di bidang hobi dan fashion. Hisni dan Sarjono mengaku membuat bisnis
karena ketertarikan dan passion yang mereka miliki. Mereka mendalami passion mereka
tersebut lalu mencoba masuk kedalam dunia wirausaha. Hobi Hisni memang suka berbisnis
sejak duduk di bangku SMP. Dan saat ini Hisni menjalankan bisnis pulsa online. Untuk
memudahkan orang yang malas pergi ke konter pulsa bisa memalui pulsa online yang
dijalaninya.49 Berbeda dengan Sarjono yang awal bisnisnya ikut gabung dengan teman.
Sampai di tahun 2014 mempunyai cabang sendiri di daerah Rawa Belong, Jakarta Barat.
88
Pesanan rangkaian bunga bervariasi dari buat acara seperti pernikahan, wisuda, pentas seni di
sekolah, sampai kartu tanda ucapan dari rangkaian bunga bisa menghubungi Sarjono.
Berawal dari hobi sampai menjadi passionnya saat ini.50 Kalau Rikha Pertama itu dia bikin
koleksi gamis, kemudian di share ke media sosial dan dibuatkannya online shop.51 Mereka
memilih bisnis yang simpel dan menurut mereka bisnis tersebut dapat dijalankan sambil
berkuliah. Selain itu mahasiswa juga melihat potensi yang ada dalam bisnis yang mereka
jalankan tersebut. Semua mahasiswa wirausahawan membuat usaha tersebut saat duduk di
bangku kuliah.
Karena keterbatasan waktu dan tenaga, sekarang mereka mempunyai partner kerja
dan beberapa karyawan dalam usahanya. Sarjono menjalankan usaha berdua dengan istrinya,
istri yang bagian mengurusi online dan toko, dia dibagian pendekoran bunga. Kalau
orderannya lagi banyak, Sarjono meminta bantuan tenaga kerja dari teman, omset yang
didapatkannya rata-rata perbulan 30 sampai 35 juta.52 Berbeda dengan Wawan saat ini yang
mengelola sendiri usahanya dan terkadang dibantu dengan temannya jika sedang banjir
orderan. Omsetnya rata-rata kalau lagi rame rata-rata perbulan bisa mencapai 19 juta.53
Kalau Ravi mempunyai satu karyawan, untuk membantu melayani pembeli dan dirinya
sendiri mengolah makanan dan keuangan. Kalau untuk omsetnya perharinya itu bisa sampai
400 ribu sampai 500 ribu.54 Mahasiswa wirausahawan memiliki partner bisnis serta memiliki
karyawan untuk membantu jalannya perusahaan. Mahasiswa yang berpartner memulai bisnis
dengan uang dan tenaga bersama. Hasil dari usahapun dibagi sesuai dengan jumlah partner
yang dimiliki. Dari berbagai jenis usaha yang mereka miliki tersebut, mahasiswa mendapat
omset berkisar antara 400 ribu sampai 35 jutaan per bulan. Dari bisnis yang mereka jalankan
sambil berkuliah, mahasiswa wirausahawan mendapatan omset yang terbilang besar. Mereka
dapat menggaji karyawan, menyewa tempat serta membiayai kuliahnya sendiri. Dari cara
pemasarannya, mereka menggunakan media online dan offline. Wawan menggunakan media
89
online tetapi juga mempunyai offline store. Sama seperti Eka dan Rikha juga memilih
menggunakan media online seperti shoppie, tokopedia, bukalapak dan offline dalam
keuntungan bagi para mahasiswa. Teknologi yang semakin maju dan semakin memudahkan
pelanggan untuk mendapatkan barang membuat pengusaha menjadi untung besar. Apalagi
market place tersebut disediakan secara gratis bagi penjual. Mahasiswa memanfaatkan
momen tersebut secara tepat sehingga mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Selain
menggunakan media online mahasiswa juga memiliki toko fisik untuk menunjang
wirausahawan memilih bisnis yang mudah mereka jalankan sambil berkuliah. Mereka
berbisnis fashion, hobi, kuliner serta minuman kemasan. Mereka memiliki beberapa
karyawan serta partner kerja untuk mempermudah jalannya kegiatan usaha. Omset rata-rata
para mahasiswa berkisar antara 400 ribu sampai 35 juta per bulan. Mereka menggunakan
media online serta offline dalam menjalankan usahanya. 3. Kendala Saat Membangun Bisnis
Dalam membangun suatu bisnis tentu seseorang akan mendapat beberapa masalah. Membuat
bisnis akan melalui beberapa proses. Mereka akan membutuhkan suatu ide, uang, waktu,
tenaga, dan ilmu dalam menjalankan usaha. Saat usaha berdiri, mereka akan menghadapi
agar tidak mengalami kerugian. Terlebih lagi jika ada keadaan darurat yang menimpa usaha
mereka. Mereka harus siap jika suatu saat tertimpa masalah yang tidak dapat diprediksikan
tantangan dan masalah dalam membuat sebuah bisnis. Tantangan pertama yang dihadapi oleh
mahasiswa adalah keterbatasan modal berupa uang. Sebagai seorang mahasiswa, mereka
tentu belum mempunyai penghasilan sebagai modal untuk membangun bisnis. Tantangan ini
90
disampaikan oleh beberapa mahasiswa. Awal mula yang dirasakan Ravi kendalanya di
modal.
Ketika ingin di jalankan tetapi belum ada modalnya. Sedikit demi sedikit mencari
modal baru bisa buka usaha.56 Hal tersebut dinyatakan pula oleh Sarjono yang mempunyai
keinginan sebelum lulus kuliah harus mempunyai usaha.57 Modal merupakan kebutuhan
yang wajib ada bagi seorang pengusaha. Mereka tidak bisa menghasilkan suatu produk tanpa
modal uang. Selain modal, mahasiswa juga mempunyai masalah tentang pembagian waktu.
Karena mereka masih berkuliah saat membangun bisnis, maka waktu yang mereka punya pun
terbatas. Peran ganda sebagai mahasiswa dan wirausahawan membuat waktu mereka
berkurang. Pengelolaan awal yang dijalankan Hisni masih belum tersusun rapi.58 Berbeda
yang dialami oleh Irwansyah, Kendala yang dihadapinya saat ini di semester delapan dengan
skripsi ini. Irwansyah mengatakan dalam wawancaranya memang harus bisa mengatur waktu
Selanjutnya kendala yang dihadapi Eka yaitu waktu karena harus bisa membagi antara
waktu berbisnis dengan kuliah.60 Begitu pula yang disampaikan oleh Wawan yang
mengalami kendala saat harus bisa membagi waktu bisnis dengan kuliah.61 Mahasiswa
mengatakan bahwa waktu kuliah terganggu dengan pilihannya membangun suatu usaha.
Mereka kekurangan waktu untuk belajar karena membangun usaha membutuhkan waktu
memprioritaskan pembuatan usahanya. Mereka menjadi tidak terlalu fokus pada kuliah.
penurunan nilai. Akan tetapi pengorbanan mereka tersebut terbayar dengan suksesnya usaha
yang mereka buat. Hasil dari usaha dapat mereka gunakan untuk membiayai kuliah dan
berbagai tantangan pada saat membangun usaha. Mereka terkendala oleh modal uang ketika
91
akan menciptakan sebuah usaha. Selain modal, mahasiswa juga terkendala oleh waktu yang
terbatas. Terakhir, sebagai mahasiswa mereka memiliki tanggung jawab untuk belajar juga.
dokumentasi yang dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah Al-Amin Kreo Tangerang
bisnis yang berbeda-beda. Dari bisnis kuliner, fashion, hingga barang dan jasa; 2) Bisnis yang
diambil mahasiswa sambil berkuliah didapati beberapa hal yang menjadi pilihan mahasiswa
berwirausaha karena jurusan yang pernah diambil serta workshop ataupun seminar yang
pernah diikuti. Beberapa dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah Al-Amin Kreo Tangerang
positif oleh dosen karena selain sambil kuliah mereka juga mendapatkan pengalaman,
menambah relasi sosial, dan penghasilan tambahan yang sangat bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Sebagian dari mahasiswa wirausahawan mereka ada yang berprofesi
sebagai guru, karyawan, dan ibu rumah tangga. Profesi memiliki andil terhadap pilihan
Pada 1998, perekomonian Indonesia memasuki masa yang sangat sulit. Pergantian
kekuasaan dari era orde baru ke era reformasi yang disertai dengan krisis moneter
Indonesia yang masih sulit diatasi. Program pemerintah untuk mengurangi pengangguran
penduduk yang tinggi, tidak diimbangi dengan pertambahan lapangan kerja. Perusahaan
semakin selektif menerima karyawan baru sementara tingkat persaingan semakin tinggi dan
92
lapangan pekerjaan sangat terbatas. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD
sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Hal ini dapat dikatakan pengangguran banyak
terjadi pada penduduk yang berpendidikan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan
Diploma/Akademi dan lulusan perguruan tinggi (Kaijun et al., 2015). Kondisi yang dihadapi
akan semakin buruk dengan adanya persaingan global yaitu pemberlakuan Masyarakat
Ekonomi Asean yang akan menghadapkan lulusan perguruan tinggi Indonesia yang bersaing
secara bebas dengan lulusan perguruan tinggi asing. Tingkat pengangguran terdidik yang
berstatus sarjana dikhawatirkan akan terus meningkat jika perguruan tinggi sebagai lembaga
pencetak sarjana tidak memiliki kemampuan mengarahkan peserta didik dan alumninya
menciptakan lapangan kerja setelah lulus nanti. Karena kenyataannya banyak sumber daya
manusia lulusan lembaga pendidikan tinggi cenderung lebih senang mengisi lapangan kerja
yang tersedia baik dari instansi pemerintah dan swasta dibandingkan dengan berusaha
menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan orang lain. Menurut Mc Clelland, suatu
negara untuk menjadi makmur minimum memiliki jumlah wirausaha 2 persen dari total
jumlah penduduk contohnya seperti negara Amerika Serikat memiliki 11,5 persen wirausaha,
Singapura terus meningkat menjadi 7,2 persen, Indonesia menurut data dari BPS (2010)
diperkirakan hanya sebesar 0,18 persen yaitu sekitar 400.000 dari yang seharusnya 4,4 juta
jiwa (Siswadi, 2013). Berkaitan dengan pentingnya masalah kewirausahaan bagi perbaikan
perekonomian Negara, pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden R.I Nomor 4, tahun
pengembangan kewirausahaan ini dalam bentuk paket-paket pendidikan dan kegiatan bagi
SMK dan mahasiswa, (Murtini, 2009). Menyadari hal tersebut perguruan tinggi yang pada
dasarnya bertujuan mengembangkan wawasan, cara pandang, cara berfikir, realitas dan
93
produktif perlu mempersiapkan mahasiswa didikannya dengan ilmu kewirausahaan sehingga
menimbulkan minat pada diri mereka untuk merealisasikan potensi kewirausahaan. Upaya
untuk mengurangi pengangguran tersebut minimal harus ada perubahan pola pikir masyarakat
khususnya pada lulusan sarjana dari mencari kerja menjadi menciptakan lapangan kerja.
kewirausahaan juga diharapkan mampu memunculkan para wirausaha yang kreatif yang bisa
menciptakan lapangan kerja dan bisa membantu mengurangi pengangguran yang tak pernah
ada habisnya .
Menurut Mulyani (2010) pendidikan kewirausahaan akan mendorong para pelajar dan
mahasiswa agar memulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir yang
kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha agar para
peserta didik kelak dapat mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha. Pendidikan
pada semester enam. Mata kuliah tersebut diterapkan berupa teori dan praktik berwirausaha.
Berwirausaha”, penelitian ini memiliki kontribusi baik secara teoritis maupun praktis.
secara parsial maupun simultan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa perlu untuk
94
melakukan penelitian lebih lanjut dengan tujuan mengetahui minat berwirausaha mahasiswa
(sebagai calon wirausaha). Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang peneliti untuk
pengaruh mata kuliah kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa. KAJIAN
bisnis yang diharapkan dengan risiko dan ketidakpastian untuk memperoleh keuntungan dan
tambahan kekayaan oleh individu yang menanggung risiko utama dalam hal modal waktu,
dan/atau komitmen karier atau menyediakan nilai bagi beberapa produk atau jasa.
Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah merupakan suatu proses yang dinamik atau
suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh para entrepreneurship di dalam usahanya
untuk menghasilkan dan memberi nilai tambah bagi produk atau jasa tertentu yang telah
secara sistematis dan berkelanjutan baikformal maupun informal dalam rangka membentuk
Pendidikan kewirausahaan ini tidak hanya bertujuan mengubah jiwa atau sikap agar
memenuhi kriteria manusia wirausaha, tetapi juga bertujuan untuk dapat meningkatkan
keterampilan dan keahlian tertentu sehingga dapat mendukung seseorang atau suatu
mayarakat dalam berwirausaha menurut Marie (2013) Materi Mata Kuliah Kewirausahaan
Mata kuliah entrepreneurship diberikan dalam bentuk kuliah umum ataupun dalam bentuk
95
konsentrasi program studi. Adapun materi kurikulum yang di terapkan dalam panduan
pembelajaran yang diajukan dalam keilmuan kewirusahaan menurut isi buku kewirausahaan
Proses Kewirausahaan e. Fungsi dan Model Peran Wirausaha f. Ide dan Peluang Dalam
dan Strategi Kewirausahaan i. Kompetensi Inti dan Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan
Asuransi. f. Etika Bisnis Islam. g. Merancang Produk Baru. h. Memilih Bisnis Anda.
Berdasarkan pendapat diatas, materi kewirausahan yang diajarkan harus sarat akan
pengajar kepada siswa. Pada akhirnya, pengetahuan yang telah diproses akan menghasilkan
penguasaan materiyang optimal dan dapat diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai,
satu faktornya adalah kemampuan seorang pengajar dalam menyampaiakan materi. Dengan
metode metode pembelajaran yang menarik, unik dan tepat sasaran diharapkan peserta
pelatihan dapat menangkap maksud dan tujuan dari apa yang disampaiakan oleh pengajar.
Pada sebuah pembelajaran faktor metode pembelajaran menjadi satu hal yang sangat penting
bagi keberhasilan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari sebuah
sesuatunya dengan baik b. Buat motivasi di kelas c. Tumbuhkan dinamika dan enthuism
96
Perbaiki terus isi atau kualitas bahan ajar Djamarah dan Aswan (2010) menyebutkan bahwa
“kedudukan metode adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran dan
juga sebagai alat untuk mencapai tujuan”. Penggunaan metode dalam suatu pembelajaran
merupakan salah satu cara untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam pembelajaran.
Semakin pandai seorang pengajar menentukan metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran, maka keberhasilan yang diperoleh dalam mengajar semakin besar pula. Dari
sini kita dapat mengetahui seberapa pentingnya suatu metode dalam proses belajar-mengajar
dan dalam mencapai sebuah keberhasilan dari proses belajarmengajar. Fatturohman dan
Sobry (2010) berpendapat “makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar,
diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran”. Ada beberapa peran dan
fungsi keberadaan atau pengaruh ilmu kewirausahaan dalam mendukung arah pengembangan
wirausahawan, (Fahmi, 2014), antara lain : a. Mampu memberi pengaruh semangat atau
motivasi pada diri seseorang untuk bisa melakukan sesuatu yang selama ini sulit untuk ia
wujudkan namun menjadi kenyataan. b. Ilmu kewirausahaan memiliki peran dan fungsi untuk
mengarahkan seseorang bekerja secara lebih teratur serta sistematis dan juga terfokus dalam
setiap menemukan masalah maka disana akan ditemukan ditemukan peluang bisnis untuk
problem”. d. Nilai posistif yang tertinggi dari peran dan fungsi ilmu kewirausahaan pada saat
dipraktekkan oleh banyak orang maka angka pengangguran akan terjadi penurunan.
Dan ini bisa memperingan beban Negara dalam usaha menciptakan lapangan
adalah kesediaan untuk bekerja keras dan tekun untuk mencapai kemajuan usahanya,
yang dilakukannya, bersedia menempuh jalur dan cara baru, kesediaan untuk hidup hemat,
97
kesediaan dari belajar yang dialaminya. Jadi yang dimaksud minat berwirausaha adalah
keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekeja keras atau berkemauan keras untuk
berdikari atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan
resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan. Pengertian
minat wirausaha itu sendiri menurut Santoso (1993) mendefinisikan minat wirausaha adalah
gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan
perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya. Sedangkan minat berwirausaha
berdasarkan prespektif waktu dibagi dalam empat kategori (Venesaar et al., 2006:), yaitu : a.
Minat untuk berwirausaha dalam jangka waktu dekat / setelah lulus. b. Minat untuk
berwirausaha pada dua tahun mendatang. c. Minat untuk berwirausaha pada jangka panjang /
di masa depan. d. Belum menentukan waktu untuk memulai. Hubungan Mata Kuliah
pendidikan dan pembelajaran aspek kewirausahaan, kita tidak cukup hanya memberikan
bekal teori atau konsep kewirausaan semata. selama proses pendidikan dan pembelajaran
kewirausahaan ini, kita berikan anak didik berbagai pelatihan aplikatif yang menggrap aspek
kewirausahaan yang aplikatif dalam kehidupan. Menurut Sari dan Kusrini (2011) salah satu
faktor penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan
sedangkan salah satu faktor penting untuk efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi
baik terhadap proses maupun hasil belajar. Berdasarkan tujuan dari mata kuliah
Kewirausahaan yaitu merubah mindset mahasiswa dari job seeker menjadi job creator dan
diharapkan mahasiswa mampu membuat rencana bisinis secara mandiri (berdasarkan silabus
mata kuliah tersebut). Sehingga variabel yang berkaitan dengan pelaksanaan mata kulaih ini
yaitu, dapat dilihat dari segi materi yang diajarkan dan penyampaian dari teori mata kuliah
yang telah dipelajari. Menurut Suryana (2013), mengemukakan bahwa seorang memiliki
minat berwirausaha karena adanya suatu motif, yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi
98
adalah suatu nilai social yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna
didorong oleh guru sekolah, sekolah yang memberikan mata pelajaran kewirausahaan yang
paktis dan menarik dapat membangkitkan minat siswa untuk berwirausaha. (Alma, 2009).
Salah satu tahapan penting dalam proses penelitian kuantitatif adalah penentuan
variabel yang dijadikan objek. Variabel yang dimaksud meliputi sikap, motivasi, dan minat
dapat dilakukan serta merta tanpa adanya pendidikan dan pelatihan yang dapat menggerakkan
jiwa kewirausahaan seseorang. Apabila seseorang yang mempunyai pendidikan rendah, maka
dia tidak mempunyai keberanian mengambil risiko. Hal ini dapat menghambat perkembangan
bagi mahasiswa, sehingga diharapkan menumbuhkan jiwa usaha untuk berwirausaha. Sikap,
motivasi dan minat mahasiswa sangat dibutuhkan bagi mahasiswa yang berwirausaha agar
menciptakan peluang kerja baru. Minat mahasiswa dan pengetahuan mereka tentang
baru di masa mendatang. Hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat
wirausaha menunjukkan bahwa variabel minat wirausaha dipengaruhi sebesar 60,4% secara
total oleh modal, skill, tempat, dan jiwa kewirausahaan (Mulyaningsih, 2012). Wirausaha
merupakan orang yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan dengan risiko dan
mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Dewasa ini,
banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis
menghasilkan imbalan finansial yang nyata (Agustina & Sularto, 2011). Dalam rangka
99
mendorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan bagi para mahasiswa dan menciptakan lulusan
politeknik yang mampu menjadi pencipta lapangan kerja (job creator), maka perlu diadakan
diarahkan ber bagai program dalam rangka menumbuhkan aktivitas wirausaha dalam
(MKU), Kuliah Kerja Usaha (KKU), dan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang akan
menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa kelak lulus nanti. Sumardi (2007) menjelaskan
sebuah usaha atau bisnis yang diharapkan dengan risiko dan ketidakpastian untuk
Memanfaatkan sumber daya yang diperlukan menjadi entrepreneur bagi mahasiswa perlu
ditunjang oleh setiap politeknik dalam menunjang minat berwirausaha bagi alumninya.
berkomunikasi, bekerja sama, dan berkepribadian. Agustina dan Sularto (2011) dalam
Ekonomi dan Fakultas Ilmu Komputer) dengan metode stratified random sampling
menunjukkan bahwa variabel kebutuhan akan pencapaian, efikasi diri, prestasi akademik
fakultas ekonomi. Kesiapan instrumentasi, efikasi diri dan pengalaman kerja yang merupakan
komputer. Ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud minat berwirausaha merupakan
keinginan, keterkaitan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berusaha memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan risiko dari kegagalan yang dialami. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah sikap, motivasi dan minat mahasiswa
100
berpengaruh terhadap minat mahasiswa menjalankan wirausaha. Apabila lulus diharapkan
tumbuh motivasi, sikap dan minat mahasiswa sebagai penggerak wirausaha membangun roda
menunjang minat ekonomi kreatif mahasiswa sebagai pilar ekonomi di masa yang akan
datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mendapatkan gambaran sikap, motivasi dan
dan minat mahasiswa dalam pengelolaan wirausaha. Peranan politeknik dalam memotivasi
mahasiswa, sikap dan menumbuhkan minat sangat penting dalam menumbuhkan jumlah
beberapa faktor yang berpengaruh pada perilaku berwirausaha telah digali oleh beberapa
peneliti (Autio, Keeley, Klofsten, & Ulfstedt, 1997; Budiati, Yani, & Universari, 2012).
melalui pendidikan kewirausahaan dipengaruhi oleh sikap dan minat terhadap kewirausahaan.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pendukung model kewirausahaan untuk memotivasi
keraguan atau malu dalam menjalankan usaha dimulai dari awal walaupun modal kecil.
Soemanto (2002) mengatakan bahwa satu-satunya perjuangan atau cara untuk mewujudkan
manusia yang mempunyai moral, sikap, dan keterampilan wirausaha adalah dengan
pendidikan. Pendidikan membuat wawasan individu menjadi lebih percaya diri, bisa memilih,
dan mengambil keputusan yang tepat, meningkatkan kreativitas dan inovasi, membina moral,
karakter, intelektual, serta peningkatan. Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri
seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu, termasuk menjadi
young entrepreneur (Sarosa, 2005). Kebanyakan orang yang berhasil di dunia ini mempunyai
motivasi yang kuat yang mendorong tindakan-tindakan mereka. Mereka mengetahui dengan
baik yang menjadi motivasinya dan memelihara motivasi tersebut dalam setiap tindakannya.
101
Baum, Frese, and Baron (2007) menjelaskan bahwa motivasi dalam kewirausahaan meliputi
motivasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan kewirausahaan, seperti tujuan yang
mengembangkan usaha baru diperlukan bukan hanya oleh rasa percaya diri dalam hal
kemampuannya untuk berhasil, namun juga oleh kemampuannya dalam mengakses informasi
seberapa besar jiwa wirausaha mahasiswa teknik mesin FPTK UPI. Sampel penelitian yaitu
mahasiswa jurusan pendidikan teknik mesin angkatan 2005 berjumlah 80 orang. Penelitian
dilakukan di jurusan pendidikan teknik mesin dengan metode penelitian yang digunakan
yaitu deskriptif.
berhubungan dengan orang, keahlian mengatur, pemasaran dan pengelolaan keuangan. Hasil
penelitian atau tes menunjukkan bahwa sebanyak 59 mahasiswa atau 73,75% mempunyai
rata-rata. Ada Sembilan mahasiswa atau 11,25% yang memiliki EIQ di atas rata-rata.
Sebanyak 11 mahasiswa atau 13,75% memiliki EIQ di bawah rata-rata. Hanya satu orang
yang memiliki EIQ superior dan tidak terdapat mahasiswa yang memiliki EIQ lemah. Secara
umum, hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata sebesar 233,08 artinya tergolong pada
ketegori yang memiliki potensi kerja yang baik dan dapat dikembangkan. Minat menjadi
atau menjalankan usahanya sendiri. Budiati, Yani, dan Universari (2012) menyatakan bahwa
minat mahasiswa menjadi wirausaha dibagi dalam empat kelompok yaitu: 1) Minat untuk
memulai wirausaha dalam jangka waktu dekat 2) Minat untuk memulai wirausaha dua tahun
mendatang 3) Minat untuk memulai wirausaha untuk jangka panjang, dan 4) Tidak memiliki
102
menggabungkan sumber daya, tenaga kerja, bahan baku, serta aset lain untuk menghasilkan
nilai yang lebih besar dari sebelumnya, juga seorang yang mengenalkan perubahan, inovasi,
dan tantangan baru. Hisrich (2001) mengemukakan bahwa kewirausahaan diartikan sebuah
proses dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan oleh individu yang menanggung
risiko utama dalam hal modal waktu, dan/atau komitmen karier atau menyediakan nilai bagi
beberapa produk atau jasa. Produk atau jasa mungkin dapat terlihat unik ataupun tidak, tetapi
dengan berbagi cara nilai akan dihasilkan oleh seseorang pengusaha dengan menerima dan
menempatkan keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan. Hisrich (2001) menjelaskan
lagi bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses penciptaan sesuatu yang baru
pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan,
fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima moneter yang dihasilkan, serta kepuasan
dan kebebasan pribadi. Definisi kewirausahaan menekankan empat aspek dasar menjadi
seorang pengusaha: 1) Melibatkan proses penciptaan dan menciptakan suatu nilai baru 2)
Menuntut sejumlah waktu dan upaya yang dibutuhkan 3) Melibatkan seseorang menjadi
pengusaha, penghargaan yang paling penting adalah kebebasan, lalu kepuasan pribadi, 4)
kewirausahaan menyatu pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas keputusan yang
keuntungan. Proses Kewirausahaan Proses untuk mengembangkan sebuah usaha baru terjadi
pada proses kewirausahaan (entreupreneur process), yang melibatkan lebih dari sekedar
penyelesaian masalah dalam suatu posisi manajemen. Seorang pengusaha harus menemukan,
menghalangi terciptanya suatu yang baru. Proses ini memilki empat tahap yang berbeda: 1)
Identifikasi dan evaluasi peluang 2) Pengembangan rencana bisnis 3) Penetapan sumber daya
yang dibutuhkan 4) Manajemen perusahaan yang dihasilkan. Identitas peluang dan evaluasi
103
merupakan tugas yang sangat sulit. Sebagian besar peluang bisnis yang baik tidak muncul
Sikap merupakan kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada
sesuatu yang tepat. Selain itu dapat diartikan sebagai sesuatu yang dipelajari dan bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi dan menentukan apa yang dicari dalam kehidupan. Sikap
suatu tujuan atau dengan kata lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Minat
sebagaimana telah diuraikan merupakan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
104
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa mahasiswa Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Kupang dengan sikap serta motivasi berwirausaha dapat menimbulkan
sikap dan motivasi mempengaruhi minat berwirausaha. Mahasiswa yang telah mendapatkan
model pembelajaran kewirausahaan akan mampu menciptakan lapangan kerja baru serta
Penelitian ini dilakukan pada Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Kupang. Alasan
pemilihan lokasi tersebut dikarenakan adanya kurikulum muatan lokal mata kuliah
kewirausahaan. Sasaran penelitian ini antara lain mendapatkan gambaran minat mahasiswa
menjalankan wirausaha. Caranya adalah dengan melihat beberapa variabel antara sikap dan
motivasi yang menumbuhkan minat wirausaha mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini
adalah individu dari mahasiswa atau kelompok mahasiswa pada semester awal sebanyak 30
orang dari populasi mahasiswa baru diambil secara acak. Identifikasi Variabel Variabel
penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
105
Jumlah mahasiswa semester awal atau semester satu Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Kupang keseluruhan sebanyak 334 orang yang dikelompokkan dalam delapan kelas.
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mahasiswa semester satu diambil 30
orang. Metode penelitian ini adalah survei dengan pendekatan analisis kuantitatif. Tujuannya
adalah untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, motivasi dan minat wirausaha
sebanyak 30 orang. Metode yang digunakan adalah simple random sampling (acak) dengan
tingkat kesalahan 5%. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan software
106
Cara pengumpulan data dalam suatu penelitian ada dua jenis sumber data, yaitu data
primer (responden) dan data sekunder (penunjang). Kedua data tersebut sangat penting atau
diperlukan untuk ketepatan sejumlah informasi yang relevan dengan data tentang variabel-
variabel penelitian. Kedua data tersebut juga penting untuk menyederhanakan data yang akan
dikumpulkan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei
kuesioner secara langsung ke responden yang menjadi sampel penelitian. Hal ini dilakukan
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan disatukan secara langsung dari objek
107
yang diteliti untuk kepentingan penelitian. Data primer dari penelitian ini berasal dari
responden seperti jawaban atas daftar pertanyaan yang diberikan pada mahasiswa yang
menjadi sasaran. Pertanyaan berupa data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan
diteliti, yaitu tentang pengetahuan wirausaha, skala usaha, pengalaman usaha, jenis usaha,
Kesimpulan
Revolusi 4.0 memberikan kemudahan untuk mengakses teknologi informasi sehingga semua
orang dapat terhubung dengan jejaring sosial. Tantangan bagi perguruan tinggi untuk bisa
mencetak lulusannya agar siap menghadapi revolusi tersebut. Langkah yang bisa dilakukan
digital. Hal ini sangat penting karena perkembangan kewirausahaan sudah mengarah pada
ekonomi kretif dan digital, setiap bidang ilmu membutuhkan enterpreneur, bisa membangun
108
Daftar Pustaka
Indonesia
Mahasiswa Prodi Mbs Dan Es Stain Kudus. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Parhana, 2019. Entrepreneurship Bagi Mahasiswa: Antara Bisnis Dan Kebutuhan Hidup
(Studi Kasus Mahasiswa Stit Al-Amin Kreo Tangerang). Ma. Jam’iyyah Islamiyyah
Tngerang Selatan
Nova Tiara Ramadhani, 2017. Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat
109