Anda di halaman 1dari 41

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DARI MAGNESIUM SETELAH

MELALUI PROSES DMEM UNTUK PEMBUATAN IMPLAN


TULANG

TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Program Strata I Jurusan Teknik Mesin
Institut Teknologi Nasional

Oleh :
Muhammad Agung Pamungkas
(12-2014-167)

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2018
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................ii

KATA PENGANTAR.......................................................................iii

DAFTAR ISI.................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.........................................................................vii

DAFTAR TABEL.............................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................x

ABSTRAK.....................................................................................xi

ABSTRACT...................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................1

1.1.Latar Belakang............................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3.Batasan Masalah ........................................................................2
1.4.Tujuan Penelitian........................................................................2
1.5.Manfaat Penelitian ......................................................................3
1.6.Sistematika Penulisan..................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................4

2.1 Magnesium.................................................................................4
2.2 Biomaterial ................................................................................5
2.3 DMEM (Dulbecco’s Modified Eagle Medium)..................................6
2.4 Sifat Mekanis...............................................................................7
2.4.1 Kegetasan atau Brittlene........................................................7

2
2.4.2 Ketangguhan atau Toughness................................................ 7
2.4.3 Kekuatan atau Strength.........................................................7
2.4.4 Keuletan atau Ductility...........................................................7
2.4.5 Kekakuan atau Stiffness.........................................................7
2.4.6 Elastisitas atau Elasticity........................................................ 7
2.4.7 Kelenturan atau Resilience.....................................................7
2.5 Pengujian Uji Tarik......................................................................7
2.5.1 Modulus Elastisitas................................................................12
2.5.2 Batas Elastisitas.....................................................................14
2.5.3 Kekuatan Tarik Maksimum.....................................................14
2.5.4 Keuletan............................................................................... 15
2.5.5 Ketanguhan ......................................................................... 17
2.6 ASM ( Analisa Struktur Mikro )......................................................18

BAB III METODOLOGI PENELTIAN..............................................19

3.1 Diagram Alir ( Flow Chart )..........................................................19


3.2 Penjelasan Diagram Alir (Flow Chart.............................................20
3.3 Tahapan Proses Pengujian ..........................................................21
3.3.1 Pembentukan Spesimen Magnesium....................................21
3.3.2 Proses Perendaman Magnesium Didalam Cairan DMEM.........22
3.3.2 Pembuatan Spesimen Uji Tarik............................................23
3.3.3 Pengujian Sifat Mekanis ( Uji Tarik ) Magnesium DMEM
1, 7, 14, 21 Hari..................................................................24
3.3.4 Analisa Struktur Mikro.........................................................27

BAB IV PEMBAHASAN..................................................................28

4.1 Hasil Perendaman.......................................................................28


4.2 Hasil Pengujian Uji Tarik Magnesium............................................29

3
4.3 Hasil Analisa Struktur Mikro ........................................................32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................34

5.1 Kesimpulan ................................................................................34

5.2 Saran.........................................................................................35

DAFTARPUSTAKA………………………………………………………….. 36
LAMPIRAN

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Magnesium beserta paduannya memiliki potensi sebagai material yang


dapat digunakan untuk konstruksi ringan pada mesin automotif dan industri
karena sifat mekanisnya yang memiliki kepadatan yang rendah, kekuatan
spesifik yang tinggi, tahan penyok, dan daya redam terhadap gelombang
elektromagnetik. Selain itu, magnesium memiliki sifat biodegradable sehinga
menjadi perhatian para peneliti sebagai material yang dapat diaplikasikan pada
plat implan dalam tubuh. ( Drs. Uum Sumirat DKK 2017)

Namun, magnesium murni akan mengalami degradasi yang tidak


menguntungkan di bawah lingkungan fisiologis yang menyebabkan kekuatannya
menurun. Melalui proses ECAP (Equal Channel Angular Pressing), laju
biodegradasi magnesium dalam lingkungan rendaman cairan fisiologis DMEM,
dapat diperbaiki. pada magnesium diharapkan dapat meningkatkan kekuatan
mekanis magnesium. Sifat mekanis dapat diartikan sebagai respon atau perilaku
material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau
gabungan keduanya. Untuk mendapatkan sifat mekanis suatu material,
biasanya dilakukan uji mekanis. ( Drs. Uum Sumirat DKK 2017 )

Pengujian tersebut pada dasarnya bersifat merusak (destructive test),


dari uji material akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari
material tersebut. Sifat mekanis suatu material dapat meliputi: kekuatan tarik
maksimum (ultimate tensile strength), ketangguhan (toughness), kelenturan
(elasticity), keuletan (ductility), kekerasan (hardness), ketahanan aus (wear
resistance), kekekuatan leleh (yield strength) dan sebagainya. ( Drs. Uum
Sumirat DKK 2017 )

5
1.1 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada sifat mekanik dan rambat retak
sampai dengan fatigue untuk magnesium yang mendapatkan proses
ECAP dan DMEM adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh proses perendaman Magnesium dengan cairan


DMEM terhadap sifat mekanik dari Magnesium?

2. Bagaimana pengaruh proses DMEM terhadap laju degradasi dari


Magnesium?

3. Bagaimana struktur mikro dari Magnesium yang telah mengalami proses


Uji Tarik dan perendaman dengan cairan DMEM ?

4. Apakah waktu perendaman berpengaruh pada nilai UTS ( ultimate tensile


Strength) dari magnesium ?

1.2. Batasan Masalah


Permasalahan dalam penelitian ini agar jelas dan tidak

menyimpang dari tujuan maka penulis perlu membatasi masalah yang di

angkat. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

 Menentukan cara atau metode pengujian sifat mekanis


Magnesium.
 Waktu yang dibutuhkan dalam perendama Magnesium didalam
cairan DMEM.

1.3. Tujuan Penelitian

6
Membandingkan nilai Ultimate Tensile Strength Magnesium setelah
melalui proses perendaman didalam larutan DMEM selama 1,7,14,21 hari
dengan Magnesium murni, Magnesium DMEM+ECAP, Magnesium ECAP.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi mengenai sifat mekanis Magnesium setelah
proses DMEM melalui uji tarik.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian dalam
pengembangan pembuatan implant tulang untuk bidang medis.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk dapat menjelaskan laporan Tugas Akhir ini secara


sistematis, maka penjelasan laporan Tugas Akhir ini terdiri dari 5 bab
diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, ruang lingkup kajian dan sistematika penulisan penelitian Tugas
Akhir yang dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai teori dasar tentang Magnesium,
Biodegradable Material, DMEM ( Dulbecco’s Modified Eagle Medium ),
Sifat Mekanis, Pengujian uji tarik, dan Analisa struktur mikro.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai metodologi penelitian dan proses
pembutan spesimen Magnesium dan pengujian material Magnesium
yang dijadikan penelitian Tugas Akhir.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

7
Bab ini berisi mengenai analisa dan pembahasan mengenai hasil
dari data dan dokumen yang telah diperoleh dari penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang menjawab tujuan
penelitian Tugas Akhir dan saran mengenai proses penelitian dan
pengujian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Magnesium

Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki


simbol Mg dan nomor atom 12 serta berat atom 24,31. Magnesium adalah
elemen terbanyak kedelapan yang membentuk 2% berat kulit bumi, serta
merupakan unsur terlarut ketiga terbanyak pada air laut. Logam alkali
tanah ini terutama digunakan sebagai zat campuran (alloy) untuk
membuat campuran alumunium-magnesium yang sering disebut
"magnalium" atau "magnelium". ( Wikipedia.org)

Magnesium murni memiliki kekuatan tarik sebesar 21 - 110


N/mm2 dalam bentuk hasil pengecoran (Casting), angka kekuatan tarik ini
dapat ditingkatkan melalui proses pengerjaan. Magnesium bersifat lembut
dengan modulus elsatis yang sangat rendah. Magnesium memiliki
perbedaan dengan logam-logam lain termasuk dengan aluminium, besi
tembaga dan nickel dalam sifat pengerjaannya dimana magnesium
memiliki struktur yang berada didalam kisi hexagonal sehingga tidak
mudah terjadi slip. Oleh karena itu,magnesium tidak mudah dibentuk
dengan pengerjaan dingin.Disamping itu, presentase perpanjangannya

8
hanya mencapai 5 % dan hanya mungkin dicapai melalui pengerjaan
panas. ( Novianto Agung Cahyono, FKG UI, 2014 )

Gambar 2.1 Magnesium


http://www.baralogam.com/products/non_ferrous/magnesium_ingot/10.htm
2.2 Biomaterial

Terdapat beberapa material yang dapat digunakan untuk


membuat plate dan screw pada tulang dalam jangka waktu tertentu, hingga
proses penyembuhan tulang selesai. Persyaratan utama material untuk
digunakan adalah biokompatibel,harus tidak memperlihatkan respon yang
merugikan dari tubuh, harus tidak beracun dan tidak karsinogenik. ( Rahmi
Syaflida, FKG UI, 2012 )

Persyaratan ini mengeliminasi banyak material teknik lainnya.


Selain itu, material tersebut harus memiliki sifat fisik dan mekanis yang
memadai untuk berfungsi sebagai pengganti atau pengganda dari jaringan
tubuh. Untuk aplikasi secara klinis,material harus dapat dengan mudah
dibentuk atau dilakukan proses permesinan kedalam beberapa bentuk,
mempunyai harga yang relatif murah dan bahan bakunya banyak tersedia di
pasaran. ( Rahmi Syaflida, FKG UI, 2012 )

Penggunaan biomaterial khusunya material plate dan screw juga


harus disesuaikan dengan waktu penyembuhan tulang. Dimana fiksasi harus
dipertahankan sampai penyatuan fibrous selesai, pada mandibula berkisar
antara 4-6 minggu dan pada maksila berkisar 3-4 minggu. Terdapat
berbagai macam material plate dan screw yang umum digunakan, material

9
logam seperti baja tahan karat, cobalt alloy, dan titanium, hingga material
resorbable berbahan dasar polimer. Setiap material tersebut memiliki
berbagai kelebihan dan kekurangan. Beberapa tahun terakhir, banyak
penelitian yang menemukan bahwa magnesium berpotensi sebagai salah
satu material yang dapat di aplikasikan pada jaringan keras. ( Rahmi
Syaflida, FKG UI, 2012 )

2.3 DMEM (Dulbecco’s Modified Eagle Medium)

Dulbecco’s Modified Eagle Medium (DMEM), merupakan modifikasi


dari Basal Medium Eagle (BME) yang mengandung konsentrasi asam
amino dan vitamin empat kali lipat lebih banyak. Asam amino dan vitamin
yang ditambahkan dalam media berfungsi sebagai suplemen tambahan.
Awalnya DME mengandung 1000 mg/L glukosa dan dilaporkan pertama
kali digunakan untuk kultur embrio tikus. Selain asam amino dan vitamin,
medium ini juga mengandung asam folat, nikotinamid, riboflavin, vitamin
B-12, dan garam mineral seperti kalsium korida, potasium klorida,
magnesium sulfat, sodium klorida, dan monosodium fosfat. ( Annisa
Nooryani, FMIPA UI, 2011 )

Natrium bikarbonat digunakan sebagai sumber karbonat yang


dapat mempertahankan pH dan osmolaritas. Medium DMEM sangat cocok
digunakan dalam berbagai kultur sel termasuk sel-sel yang berasal dari
manusia, monyet, hamster, tikus, mencit, ayam, dan ikan. Medium kultur
dapat juga ditambahkan komponen lain seperti ITS. Suplemen ITS
mengandung tiga komponen faktor pertumbuhan yang penting untuk
beberapa tipe sel tertentu. Insulin penting dalam pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel sedangkan transferrin merupakan protein

10
pengangkut zat besi (iron-transport protein) yang fungsinya sama seperti
insulin. Selenium berfungsi sebagai kofaktor sintesis glutathione, yaitu
membantu memecah peroksida dan superoksida. . ( Annisa Nooryani,
FMIPA UI, 2011 )

Gambar 2.3 DMEM (Dulbecco’s Modified Eagle Medium)

https://nutrilab.co.id/

2.4 Sifat Mekanis


2.4.1 Kegetasan atau brittlene
Sifat ini menunjukkan tidak ada deformasi plastis sebelum suatu
material mengalami kerusakan. Material getas secara mendadak rusak
tanpa munculnya tanda-tanda terlebih dahulu. Material dengan sifat
kegetasan ini tak memiliki titik mulur atau proses penampang yang
mengecil dan kekuatan patah. Beberapa contoh material yang memiliki
sifat kegetasan antara lain semen cor, batu, besi cor. Material seperti
ini menggunakan uji tekan untuk menentukan kekuatannya.

2.4.2 Ketangguhan atau toughness


Sifat material ini memiliki keistimewaan yakni mampu menahan
beban impact tinggi atau beban kejut. Ketika sebuah material

11
mendapatkan beban impact, maka yang terjadi adalah sebagian energi
dipindahkan dan sebagian energi diserap. Pengukuran ketangguhan
ditentukan berdasarkan luasan di bawah kurva tegangan regangan
dari titik asal hingga ke titik patah.

2.4.3 Kekuatan atau strength


Sifat material yang satu ini ditentukan berdasarkan tegangan
paling besar saat material mampu renggang sebelum akhirnya rusak.
Material dengan sifat seperti ini tidak mempunyai nilai tertentu yang
bisa mendefinisikan kekuatannya. Sebab perilaku material berbeda
baik terhadap pembebanan maupun beban.

2.4.4 Keuletan atau ductility


Material dengan sifat keuletan memiliki kemampuan deformasi
terhadap beban tarik sebelum akhirnya patah. Material yang
mempunyai sifat ulet adalah material yang bisa ditarik menjadi kawat
tipis panjang dengan gaya tarik tanpa mengalami kerusakan. Keliatan
material ditandai dengan persentase perpanjangan panjang ukur
material selama melakukan uji tarik dan persentase pengurangan luas
penampang
2.4.5 Kekakuan atau stiffness
Sifat material ini mempunyai kemampuan renggang pada
tegangan tinggi dengan tidak diikuti regangan yang besar.
Kemampuan inilah yang disebut ketahanan terhadap deformasi.
Kekakuan material adalah fungsi dari modulus elastisitas dengan
simbol E. Material dengan nilai modulus elastisitas yang tinggi
berdeformasi lebih kecil terhadap beban jika dibandingkan dengan
material dengan modulus elastisitas lebih rendah. Baja adalah salah

12
satu contoh material dengan modulus elastisitas tinggi. Sedangkan
kayu adalah contoh material dengan modulus elastisitas rendah.

2.4.6 Elastisitas atau elasticity


Material yang mempunyai sifat elastisitas adalah material yang
dapat kembali ke dimensi awal sesudah beban dilepaskan atau
dihilangkan. Tetapi sangat sulit untuk dapat menentukan nilai yang
tepat untuk sifat elastisitas ini. Pengukuran yang dilakukan hanya
untuk menentukan batas elastisitas ataupun rentang elastisitas sebuah
material.

2.4.7 Kelenturan atau resilience


Sifat kelenturan ditandai dengan kemampuan material dalam
menerima beban impact yang tinggi tanpa mengakibatkan tegangan
lebih pada batas elastis. Keadaan ini menunjukkan, energi yang
diserap selama masa pembebanan disimpan dan dikeluarkan saat
material tidak lagi dibebani.

2.5 Pengujian Uji Tarik


Sifat suatu material logam yang akan digunakan sebagai material implant
perlu diketahui secara baik, sehingga pemilihan material tersebut tepat
sesuai kebutuhan penggunaannya. ( Rahmi Syaflida, FKG UI, 2012 )
Uji tarik menjadi dasar pengujian dan kajian suatu material mengenai
kekuatan material oleh karena uji ini mudah dilakukan, menghasilkan
tegangan merata pada penampang, dan kebanyakan material lebih mudah
dilakukan uji tarik daripada uji tekan, sehingga dalam bidang teknik, uji
kekuatan suatu material paling sering dinyatakan dengan uji tarik. ( Rahmi
Syaflida, FKG UI, 2012 )

13
Standar pengujian tarik biasanya menggunakan standar uji American
Standard Testing and Materials (ASTM). Pada penelitian ini, standar uji Tarik
menggunakan ASTM E8 standard test methods for tension testing of metallic
materials. Adapun mekanisme uji Tarik adalah dengan cara meletakkan
sampel uji tarik pada alat pemegang dikedua ujungnya, kemudian diberikan
beban tarik searah sumbu sampel, laju pembebanan diatur melalui panel
kontrol hidrolik, penarikan dilakukan hingga sampel uji putus. Data hasil uji
tarik akan tercatat pada grafik hasil uji tarik, berupa titik ultimate tensile
strength (UTS), yaitu tegangan maksimum yang dapat ditanggung material
sebelum terjadinya perpatahan. ( Rahmi Syaflida, FKG UI, 2012 )

Gambar 2.5 Mesin Pengujian Uji Tarik


Mesin Uji Tarik Lab. Produksi Upi & Lab. Produksi dan Bahan UGM

Dari mesin uji tarik akan didapat kurva gaya (F) terhadap pertambahan
panjang (Δl), seperti pada gambar, dari kurva F vs Δl belum dapat ditentukan
sifat mekanik dari material, karena ada pengaruh perbedaan luas penampang
dan perbedaan panjang pada material tersebut.

14
Gambar 2.6 Kurva (F vs Δl) dari Mesin Uji Tarik. (Irwan, Yusril MT.2013)

(a) Deformasi Seragam (b) Deformasi Tidak


seragam
Gambar 2.7 Kondisi spesimen Uji Tarik saat penarikan (Irwan, Yusril MT.2013)

Pada gambar a selama penarikan terjadi perpanjangan material tapi


volume spesimen masih sama sedangkan pada gambar b selain material
bertambah panjang juga mengalami pengecilan pada material yang disebut
necking. Fenomena perubahan bentuk material yang setelah di uji tarik, dapat
dilihat pada gambar

Gambar 2.8 Perilaku Material pada saat penarikan dan kondisinya terhadap
besarnya Gaya dan Perpanjangan. (Irwan, Yusril MT.2013)

15
Maka dari hubungan antara gaya (F) vs Luas Penampang (Δl) dengan
tegangan (σ) vs regangan (e) yang dikenal dengan kurva Tegangan-Regangan
teknik, yaitu :
Tegangan (σ)
F
σ= kg/mm2 dimana : σ = tegangan A = luas penampang
A
F = gaya
Regangan (e)
Δl
e= × 100 % dimana : e = Regangan,
Lo
Δl = perubahan panjang
Lo = Panjang Awal
Dengan persamaan diatas di dapat kurva tegangan-regangan (σ vs e)

Gambar 2.9 Konversi Kurva yang didapat dari Mesin Uji Tarik ke Kurva Teknik
(Irwan, Yusril MT.2013)

Maka dari hasil kurva tegangan-regangan (σ vs e) akan di dapat sifat-


sifat mekanik ari material, terlihat seperti pada gambar.

16
Gambar 2.10 Sifat-Sifat Mekanik yang didapat dari Kurva Teganga Regangan
(σ vs e). (Irwan, Yusril MT.2013)

2.5.1. Modulus Elatisitas


Modulus elastisitas (E) merupakan ukuran kekauan dari suatu
material semakin besar modulus elastisitas (E) maka material tersebut
semakin kaki. Harga modulus elastisitas (E) bersifat insensitif yang artinya
tidak dipengaruhi oleh pencampuran unsur paduan, perlakuan panas, dan
perlakuan dingin.

Gambar 2.11 Daerah Proposional, dalam keadaan seperti itu material


masih elstis. (Irwan, Yusril MT.2013)

Linier portion atau lebih dikenal dengan nama titik proposional adalah :

17
1. Batas atas dimana hubungan antara tegangan-regangan (σ vs e)
masih linier dan bukan batas daerah plastis.
2. Apabila dibebani, akan bertambah panjang dan apabila beban
dihilangkan maka spesimen akan kembali ke dimensi semula yang
sering disebut dengan Deformasi Plastis.
3. Pada garis linier ini berlaku HUKUM HOOKE, maka brlku pada daerag
titik proposional.

Maka, Hukum Hooke di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs


beban mengikuti aturan Hooke, yaitu :
Hubungan antara tegangan-regangan :

σ
ε= dimana : ε = Modulus Elastisitas
e
σ = tegangan,
e = regangan
2.5.2. Batas Elastisitas
Batas elastisitas didefinisikan dengan suatu titik yielding (y) pada
kurva tegangan-regangan (σ vs e). Harga titik tegangan yield tersebut
dapat ditentukan degan metoda offset, yaitu dengan menarik garis sejajar
dengan garis linier kurva dengan jarak 0,2 % dari panjang awal.

Gambar 2.12 Menentukan Yield dari kurva. (Irwan, Yusril.2013)

18
Dimna :
Garis 1 : regangan plastis (0,2%)
Garis 2 : regangan elastis
Garis 3 : regangan total
Daerah di bawah Tegangan yield (σy) adalah deformasi elastis,
sedangkan derah diatas tegangan yield (σy) adalah deformasi plastis.

2.5.3. Kekuatan Tarik Maksimum


Adalah sebagai batas maksimum dari beban yang dapat ditahan
oleh material yang ditarik, apabila melebihi batas tersebut maka material
akan mengalami Necking (pengecilan penampang).

Gambar 2.13 Daerah Deformasi (Irwan, Yusril MT.2013)

19
Gambar 2.14 Kondisi Sigma Yield pada Kurva Tegangan-Regangan (σ vs
e) (Irwan, Yusril MT.2013)
2.5.4. Keuletan
Keuletan logam dapat dilihat dari :
1. Besar atau kecilnya regangan (e)
2. Pengecilan penampang (reduction area)

Gambar 2.15 Penentuan Daerah Plastis dan Elastis pada Kurva


Tegangan-Regangan (σ vs e). (Irwan, Yusril MT.2013)

Keterangan :
1. Regangan plastis
2. Regangan elastis
3. Regangan total

20
Jadi semakin besar regangan total dari hasil pengujian tarik maka
material tersebut semakin ulet.
Persama Reduction Area

A o− A i
Reduction Area = x 100 %
Ao
Dimana : Ao = Luas Penampang awal
Ai = Luas penampang akhir

Untuk material yang ulet dan material yang getas bentuk kurvanya dapat
dilihat seperti pada gambar

Gambar 2.16 Bentuk hasil Uji Tarik Material Getas dan Ulet. (Irwan, Yusril
MT.2013)

Gambar 2.17 Bentuk Material setelah Uji Tarik. (Irwan, Yusril MT.2013)

21
Pada gambar 2.15 (a) adalah bentuk patahan pada material ulet terjadi
deformasi plastis seletah necking, dan gambar (b) bentuk patahan yang
memiliki sifat antara ulet dan getas, sedangkan untuk gambar (c) bentuk
patahan pada material yang getas dimana bentuk patahannya rata tanpa terjadi
deformasi plastis. (Irwan, Yusril MT.2013)

2.6 ASM ( Analisa Struktur Mikro )

Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang


dapat diamati melalui teknik metalografi. Struktur mikro suatu logam dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Mikroskop yang dapat digunakan
yaitu mikoroskop optik dan mikroskop elektron.
Sebelum dilihat dengan mikroskop, permukaan logam harus
dibersihkan terlebih dahulu, kemudian reaksikan dengan reagen kimia untuk
mempermudah pengamatan. Proses ini dinamakan etching.
Untuk mengetahui sifat dari suatu logam, kita dapat melihat struktur
mikronya. Setiap logam dengan jenis berbeda memiliki struktur mikro yang
berbeda. Dengan melalui diagram fasa, kita dapat meramalkan struktur
mikronya dan dapat mengetahui fasa yang akan diperoleh pada komposisi
dan temperatur tertentu. Dan dari struktur mikro kita dapat melihat :
a.   Ukuran dan bentuk butir
b.   Distribusi fasa yang terdapat dalam material khususnya logam
c.   Pengotor yang terdapat dalam material

22
Dari struktur mikro kita juga dapat memprediksi sifat mekanik dari
suatu material sesuai dengan yang kita inginkan. (Mechanical Science and
Engineering)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir ( Flow Chart )

Mulai
A

Spesimen Uji Tarik:


Studi Literatur:
 Magnesium DMEM
 Jurnal 1,7,14,21 Hari
 Tesis
 ASTM
Membandingkan Hasil:

 Magnesium DMEM 1,7,14,21 Hari


 Magnesium DMEM dan ECAP
 Magnesium Murni
Bahan :
 Magnesium
Dokumentasi:
• Foto Magnesium
• Foto larutan DMEM
• Foto Spesimen dan Alat
DMEM Uji Tarik
23
Larutan DMEM:
Analisa dan Kesimpulan
 Magnesium DMEM 1,7,14,28
Hari

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart


3.2 Penjelasan Diagram Alir (Flow Chart

Berdasarkan flowchart pada Pengujian Sifat Mekanis Dari Magnesium


Setelah Melalui Proses DMEM Untuk Pembuatan Implant Tulang dimulai,
melakukan :
1. Studi literatur yang dilakukan mempelajari teori-teori yang berkaitan
dengan sifat mekanis Magnesium serta cairan DMEM.
2. Jadwal perendaman Magnesium yang telah diatur dan setelah selesai
proses perendaman didapat data,lalu kemudian dapat dilakukan
pengujian.
3. Pengujian terhadap Magnesium dilihat dari sifat mekanisnya setelah
proses perendaman didalam cairan DMEM.
4. Melihat struktur mikro dari Magnesium DMEM, Magnesium Ecap,
Magnesium murni.
5. Membanding hasil kekuatan Magnesium DMEM, Magnesium Ecap
DMEM, Magnesium murni.
6. Dokumentasi saat perendaman dan saat pengujian sifat mekanis.

24
7. Menganalisa dan menyimpulkan hasil dari proses pengujian yang
telah dilakukan untuk mengetahui kekuatan serta kelayakan
magnesium sebagai pengganti implant tulang.

3.3 Tahapan Proses Pengujian


3.3.1 Pembentukan Spesimen Magnesium
Magnesium yang digunakan adalah magnesium ingot berbentuk
bongkahan balok dengan kandungan unsur sebesar 99.90%, dengan ukuran
b=20mm × h=20mm × L=150mm. Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan
untuk setiap pengujian.

25
Gambar 3.2 Pembentukan Spesimen Magnessium

http://www.baralogam.com/products/non_ferrous/

3.3.2 Proses Perendaman Magnesium Didalam Cairan DMEM

Setelah dilakukan proses pembentukan Magnesium, Magnesium


kemudian dilakukan proses perendaman untuk mengetahui laju degradasi
dari Magnesium yang telah mengalami proses DMEM.

26
Gambar 3.3 Perendaman Magnesium didalam cairan DMEM

https://nutrilab.co.id/

3.3.3 Pembuatan Spesimen Uji Tarik

Sebelum proses pemesinan, dilakukan pemotongan pada


Magnesium (Mg) dengan panjang spesimen 155 mm, setelah melakukan

27
pemotongan pada spesimen, Magnesium (Mg) akan dilakukan proses
pemesinan yang bertujuan untuk membentuk spesimen uji tarik dengan
mengacu pada standar ASTM.

Gambar 3.4 Pembuatan Spesimen Uji Tarik

Tabel 3.1 Ukuran Spesimen Uji Tarik


No Magnesium D (mm) G (mm) L (mm)
1 Mg DMEM 1 Hari 6.00 30.00 100
2 Mg DMEM 7 Hari 12.50 50.00 150
3 Mg DMEM 14 Hari 9.00 45.00 100
4 Mg DMEM 21 Hari 12.50 62.50 100

28
3.3.4 Pengujian Sifat Mekanis ( Uji Tarik ) Magnesium DMEM 1,
7, 14, 21 Hari
Magnesium yang sudah dilakukan proses pemesinan dengan
membentuk spesimen uji tarik berbentuk silinder yang mengacu pada
standar ASTM, dan akan dilakukan pengujian tarik dengan mesin uji tarik
serta data hasil uji tarik dapat diketahui.

Gambar 3.5 Pengujian Uji Tarik Magnesium DMEM 1 Hari

29
Gambar 3.6 Pengujian Uji Tarik Magnesium DMEM 7 Hari

Gambar 3.7 Pengujian Uji Tarik Magnesium DMEM 14 Hari

30
Gambar 3.8 Pengujian Uji Tarik Magnesium DMEM 21 Hari

3.3.5 Analisa Struktur Mikro


Pengujian analisan struktur mikro dilakukan di Institut Teknologi
Bandung (ITB). Dengan standar penngujian ASTM. Material yang akan di
analisa struktur mikro terlebih dahulu dilakukan proses penghalusan dengan
grinding, lalu dibuatkan etsa (Etching) hingga bersih dan memudahkan
untuk pengamatan butiran.
Mounting dilakukan untuk melindungi tepi material dan
mempertahankan permukaan material, mengisi kekosongan pada material,
memudahkan untuk memegang material. Mounting biasanya dilakukan
dengan resin.

31
Pemolesan ini bertujuan untuk mempermudah penglihatan struktur
mikro, Lalu dilakukan etsa agar mikrostruktur muncul dan dapat dilihat di
mikroskop.
proses pengamatan untuk melihat bentuk butir dari struktur mikro
magnesium dengan pembesaran 200 µ. Berikut adalah proses pengamatan
pada analisis struktur mikro.

Gambar 3.9 Proses Analisa Struktur Mikro


Sumber : Lab. Material ITB

32
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perendaman
Setelah dilakukan proses perendaman pada specimen Magnesium,
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Magnesium mengalami perubahan warna setelah mengalami
perendaman selama 1,7,14,21 hari. Dimana spesimen yang telah
mengalami perendaman selam 1,7,14,21 hari berubah warna
menjadi lebih menghitam dan terdapat korosi dipermukaan
dibeberapa bagian yang letaknya tidak merata. Dan dari segi
ukuran serta berat tidak ada perubahan yang signifikan dari sebelum
perendaman dan setelah perendaman

33
Gambar 4.1 Magnesium sebelum direndam DMEM dan setelah
direndam DMEM selama 1,7,14,21 hari
4.2 Hasil Pengujian Uji Tarik Magnesium
Dari hasil uji tarik pada Magnesium yang telah direndam cairan DMEM
dengan jangka waktu yang telah ditentukan selama 1,7,14,21 hari, didapatkan
data hasil pengujian, dan dibandingkan hasil Ultimate Tensil Strength nya
dengan Magnesium Murni, Magnesium ECAP, Magnesium ECAP+DMEM adalah
sebagai berikut :

Gambar 4.2 Kurva Uji Tarik Secara Teori

Tegangan (S) Vs Regangan (e)


70
60
50
Tegangan (Mpa)

DMEM 1 hari
40 DMEM 7 hari
30 DMEM 14 hari
DMEM 21 hari
20
10
0
0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00%
Regangan (%)

Gambar 4.3 Kurva Uji Tarik Magnesium DMEM

34
Ultimate Tensil Strengt Magnesium
90
79.8
80 74.5
70 64.3 1 hari
Tegangan (Mpa)

56.2 7
60
14
50
21
40 34.4 murni
29.7
30 25.9 ecap
20 ECAP + DMEM
10
0
Axis Title

Gambar 4.4 Kurva Perbandingan Ultimate Magnesium Beda Perlakuan

Tabel 4.1 Data Hasil Uji Tarik Magnesium DMEM


Tensile Max. Yield
Magnesium Elongation Fracture
No strength Load strength
DMEM
% N/mm2 N N/mm2 N/mm2
Mg DMEM 1
12.05% 64.3 4090.77 44.145 63.36
1 Hari
Mg DMEM 7
2 Hari 5.54% 56.2 2305.35 18.7 11.72
Mg DMEM
3.34% 30.9 16.2
3 14 Hari 34.4 975.0159
Mg DMEM
10.50% 25.9 1589.22 6.07 11.772
4 21 Hari

35
Tabel 4.2 Data Hasil Perbandingan Magnesium DMEM dengan MG Murni, Mg
ECAP, dan Mg DMEM + ECAP

Tensile Yield
Magnesiu Elongation Max. Load Fracture
No strength strength
m DMEM
% N/mm2 N N/mm2 N/mm2
Mg DMEM 1
12.05% 64.3 4090.77 44.145 63.36
1 Hari
Mg DMEM 7
2 Hari 5.54% 56.2 2305.35 18.7 11.72
Mg DMEM
3.34% 34.89 975.02 30.93 16.2
3 14 Hari
Mg DMEM
10.50% 25.9 1589.22 6.07 11.772
4 21 Hari
5 Murni 5.25% 29.73 3659.13 22.2 11
Setelah
metode 22.85% 79.81 2256.2019 61.51 21.95
6 ECAP
DMEM +
74.57 2099.34 53.77 42.14
7 ECAP 8.62%

Gambar 4.5 Jenis Patahan Spesimen Uji Tarik Secara Teori dan Jenis Patahan
Spesimen Uji Tarik Magnesium DMEM

36
Dari hasil pengujian uji tarik pada mesin uji tarik berjenis
Multinsayo, hasil grafik menunjukan bahwa bahan material Magnesium
mempunyai sifat ulet dan getas dikarenakan spesimen Magnesium tidak
terjadi pertambahan panjang ( Necking ) dan dari jenis patahan spesimen
pada saat uji tarik.

Nilai kekuatan tarik yang didapat dari uji tarik pada perlakuan
yang berbeda terhadap material Magnesium dalam perendaman DMEM
nilai tariknya mengalami pengurangan dari 1,7,14,21 hari, dan adanya
peningkatan setelah diproses ECAP, sedangkan secara teori kekuatan tarik
pada Magnesium sekitar 21-110 N/mm².

4.3 Hasil Analisa Struktur Mikro

Dari hasil metalografi didapatkan gambar struktur mikro hasil


Magnesium yang direndam didalam cairan DMEM dan struktur mikro hasil
uji tarik dari Magnesium yang direndam didalam cairan DMEM selama
1,7,14,21 hari adalah sebagai berikut :

Gambar 4.6 a. Struktur Mikro Magnesium Murni b. Struktur Mikro


Magnesium DMEM

37
Gambar 4.7 a. Struktur Mikro Mg DMEM 1 Hari b. Struktur Mikro Mg DMEM 7
Hari c. Struktur Mikro Mg DMEM 14 Hari d. Struktur Mikro Mg DMEM 21 Hari.

Dilihat dari gambar hasil metalografi, tidak terlihat dengan jelas


perbedaan bentuk butir dari magnesium murni dengan Magnesium hasil DMEM.
Hal ini dikarenakan korosi yang terjadi hanya sebatas dipermukaan, laju korosi
tidak terjadi menyeluruh pada material Magnesium dan saat proses permesinan
untuk pembuatan spesimen uji tarik, korosi tidak terlihat didalam, dan dari hasil
struktur mikro uji tarik tidak ada pengaruh atau perubahan yang jelas dari hasil
perendaman DMEM dengan jangka waktu yg telah ditentukan.

38
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesiumpulan

Berdasarkan hasil dari seluruh penetlitian tentang Sifat Mekanis


Magnesium Setelah Proses Perendaman Dengan Cairan DMEM Untuk
Pembuatan Implan Tulang, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perendaman Magnesium menggunakan cairan DMEM dengan jangka


waktu tertentu untuk mengetahui laju korosi terhadap Magnesium tidak
terlihat signifikan karena hanya pada permukaannya saja dan tidak
sampai kebagian dalam.
2. Hasil dari uji tarik terhadap Magnesium yang telah direndam DMEM
dengan jangka waktu tertentu mempengaruhi nilai kekuatan tariknya,
semakin lama waktu perendaman semakin kecil nilai kekuatan tariknya.
3. Perbadingan hasil nilai kekuatan tarik Magnesium DMEM, Magnesium
murni, Magnesium ECAP, dan Magnesium DMEM + ECAP sangat terlihat
sekali perbandingannya jika dibandingkan dengan Magnesium yang
sudah dapat perlakuan ECAP dimana nilai kekuatan tariknya meningkat.

39
5.2 Saran

Adapun saran yang akan disampaikan untuk kelanjutan penelitian dan


pengujian mengenai Magnesium sebagain Biodegradible Material untuk implant
tulang adalah sebagai beriku :

1. Dari hasil selama pengujian menggunakan cairan DMEM untuk laju korosi
kurang baik, akan tetapi dari segi sifat mekanik kekutan tariknya pada
Magnesium adanya perubahan nilai kekuatan tariknya, mungkin untuk
kelanjutan penelitian bisa dicoba dengan jenis cairan yang lain dengan
fungsi yang sama.
2. Perlunya kerja sama antara beberapa pihak diluar jurusan Teknik Mesin
seperti jurusan kimia dan jurusan kedokteran khususnya bagian Ortopedi
agar pembuatan implant tulang dari Magnesium dapat terwujud, agar
data - data yang sulit diperoleh dapat didapatkan

40
DAFTAR PUSTAKA

Standar Pengujian ASTM

Syaflida, Rahmi. 2012. Tesis: Analisis Sifat Mekanis Magnesium Setelah


Proses Equal Channel Angular Pressing (ECAP) Melalui Uji Tarik dan Uji
Kekerasan Dalam Cairan Fisiologis (in-Vitro). Jakarta: FKG-UI.

Cahyono, Novianto Agung. 2014. Tesis: Analisis Sifat Mekanis Magnesium


Equal Channel Angular Pressing (ECAP) Sebagai Bahan Plate pada
Fraktur Mandibula Melalui Uji Bending dan Uji Keuletan dalam Cairan
Fisiologis Dulbecco’s Moodified Eagle Medium (DMEM). Jakarta: FKG-
UI.

Badeges, Arfan. 2012.Biodegradasi Magnesium yang Telah Melalui Proses


Equal Channel Angular Pressing (ECAP) dalam Cairan Fisiologis (In
Vitro). Jakarta: FKG-UI.

Sumirat, Uum. Ashari Djohar. Dkk. Analisa Sifat Mekanik Magnesium.


Volume 2 Bandung. 2017
Zainuri M. Kekuatan Bahan. Yogyakarta; 2008:101-5

Sofyan B. Pengantar Material Teknik. Jakarta; 2011:25-34

Irwan, Yusril. Material Teknik. Bandung; 2015:7-15

Davis JR, International A. Handbook of materials for medical devices:

ASM International; 2003.

William D. Callister. Fundamental Of Materials Science And Engineering

41

Anda mungkin juga menyukai