Redzky Rachmawati - A12121244 - Ketahanan - Nasional - Dan - Bela - Negara
Redzky Rachmawati - A12121244 - Ketahanan - Nasional - Dan - Bela - Negara
RANGKUMAN
Negara Indonesia sebagai suatu negara memiliki letak geografis yang sangat strategis di Asia Tenggara.
Oleh karena itu di kawasan Asia Tenggara Indonesia memiliki posisi yang sangat penting, sehingga tidak
menutup kemungkinan di era global dewasa ini menjadi perhatian banyak negara di dunia. Berdasarkan
peranan dan posisi negara Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan akan merupakan ajang
perebutan kepentingan kekuatan transnasional. Oleh karena itu sebagai suatu negara, indonesia harus
memperhatikan dan mengembangkan ketahanan nasional.
Ketahanan nasional sebagai istilah sebenarnya belum lama dikenal. Istilah ketahanan nasional mulai
dikenal dan dipergunakan pada pemulaan tahun 1960-an. Istilah katahanan nasional untuk pertama kali
dikemukakan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno. Kemudian pada tahun 1962 mulai
dupayakan secara khusus untuk mengembangkan gagasan ketahanan nasional di Sekolah Staf dan
Komando Angkatan Darat Bandung.
Pengertian Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun
dalm negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan intergritas, identitas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia.
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan nasional. Dalam hubungan ini cara mengembangkan dan
mewujudkan ketahanan nasional, setiap bangsa berbeda-beda, sesuai dengan falsafah, budaya dan
pengalaman sejarah masing-masing. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia ketahanan nasional
dibangun diatas dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila. Sebagai dasar falsafah
bangsa dan negara, Pancasila tidak hanya merupakan hasil pemikiran seseorang saja, melainkan nilai-
nilai Pancasila telah hidup dan berkembang dalam kehidupan objektif bangsa Indonesia sebelum
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Hal inilah yang menurut Notonagoro disebut
sebagai kausa materialis pancasila. Kemudian dalam proses pembentukan negara, nilai-nilai Pancasila
dirumuskan oleh para pendiri negara Indonesia, dan secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai
dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia, dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena
itu dalam pengertian ini Pancasila sebagai suatu dasar filsafat dan sekaligus sebagai landasan ideologis
ketahanan nasional Indonesia.
Beberapa sifat ketahanan nasional yang ada mingkin akan kami jabarkan seperti dibawah ini :
a) Mandir
Maksudnya adalah percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dan tidak mudah menyerah.
Sifat ini merupakan prasyarat untuk menjalin suatu kerjasama. Kerjasama perlu dilandasi oleh
sifat kemandirian, bukan semata-mata tergantung oleh pihak lain
b) Dinamis
Artinya tidak tetap, naik turun tergantung situasi dan kondisi bangsa dan negara serta
lingkungan strategisnya. Dinamika ini selalu diorientasikan kemasa depan dan diarahkan pada
kondisi yang lebih baik.
c) Wibawa
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional yang berlanjut dan berkesinambungan tetap dalam
rangka meningkatkan kekuatan dan kemampuan bangsa. Dengan ini diharapkan agar bangsa
Indonesia mempunyai harga diri dan diperhatikan oleh bangsa lain sesuai dengan kualitas yang
melekat padanya. Atas dasar pemikiran diatas, maka berlaku logika, semakin tinggi tingkat
ketahanan nasional, maka akan semakin tinggi wibawa negara dan pemerintah sebagai
penyelenggara kehidupan nasional.
d) Konsultasi dan kerjasama
Hal ini dimaksudkan adanya saling menghargai dengan mengandalkan pada moral dan
kepribadian bangsa. Hubungan kedua belah pihak perlu diselenggarakan secara komunikatif
sehingga ada keterbukaan dalam melihat kondisi masing-masing didalam rangka hubungan ini
diharapkan tidak ada usaha mengutamakan konfrontasi serta tidak ada hasrat mengandalkan
kekuasaan dan kekuatan fisik semata.
a) Kedudukan :
Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa
Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu di implementasikan secara berlanjut dalam
rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin diwujudkan, wawasan nusantara dan
ketahanan nasional berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang didasari oleh Pancasil
sebagai landasan ideal dan UUD sebagai landasan konstisional dalam paradigma pembangunan
nasional.
b) Fungsi :
Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional perlu dipahami
untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak dan pola kerja dalam
menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional (wilayah), inter – sektoral maupun
multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada cara berfikir yang terkotak-kotak
(sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan
waktu, tenaga dan sarana, yang bahkan berpotensi dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional
juga berfungsi sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah dan
pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional disegala bidang dan sektor
pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.
Asas ketahanan nasional Indonesia adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang tersusun berlandaskan
pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara. Ini merupakan kondisi sebagai prasyaratan utama bagi
negara berkembang yang memfokuskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
mengembangkan kehidupan negaranya. Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga untuk menghadapi
dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari
dalam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat
tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan
berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas,
dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan
berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
UnsurDasarBela Negara
a) Melestarikan budaya
Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh
warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Hakikat
pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya
didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan
sendiri.
Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem
pertahanan negara. Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer)
diselenggarakan oleh suatu Negara untuk menjamin integritas wilayahnya, perlindungan dari orang
dan/atau menjaga kepentingan-kepentingannya. Pertahanan nasional dikelola oleh Kementerian
Pertahanan. Angkatan bersenjata disebut sebagai kekuatan pertahanan dan, di beberapa negara
(misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri.
Dalam bahasa militer, pertahanan adalah cara-cara untuk menjamin perlindungan dari satu unit yang
sensitif dan jika sumber daya ini jelas, misalnya tentang cara-cara membela diri sesuai dengan
spesialisasi mereka,pertahanan udara (sebelumnya pertahanan terhadap pesawat: DCA), pertahanan
rudal, dll. Tindakan, taktik, operasi atau strategi pertahananadalah untuk menentang/membalas
serangan.
Landasan dan Motivasi dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan Negara
Landasan konsep bela negara adanya wajib militer. Subjek dari konsep ini adalah tentara atau
perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari
rancangan tanpa sadar (wajib militer).
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat-
syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu hakikatnya
kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan bekorban membela negara. Spektrum bela negara itu
sangat luas dari yang paling halus hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga
negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Usaha pembelaan Negara bertumpu pada kesadaran setiap warganegara akan hak dan kewajibannya.
Kesadarannya demikian perlu ditumbuhkan melalui proses motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk
ikut serta dalam pembelaan Negara. Proses motivasi untuk membela Negara dan bansa akan berhasil
jika setiap warga memahami keunggulan dan kelebihan Negara dan bangsanya. Di samping itu setiap
warga hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam ancaman terhadap eksistensi bangsa dan
Negara Indonesia. Dalam hal ini ada bebeapa dasar pemikiran yang dapat dijadikan sebagai paham
motivasi setiap warga Negara untuk ikut serta membela Negara Indonesia.
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara
dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Pelatihan Dasar Kemiliteran. Sekarang ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program
Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari Undang-Undang No.
20 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pertahanan dan Keamanan Negara.
Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan
Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipi (Hansip), mengikuti Pendidikan Dasar Militer dan lainnya. Rakyat
Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat
dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan dalam masa damai atau
pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu
pemerintah daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara fungsi
perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur
bantuan tempur bagi pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan perang.
Bila keadaan ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, dapat pula dipertimbangkan kemungkinan
untuk mengadakan Wajib Militer bagi warga negara yang memenuhji syarat seperti yang dilakukan di
banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikan dasar militer akan dijadikan
Cadangan Tentara Nasional Indonesia selama waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya sebulan
dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan darurat perang,
mereka dapar dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun tugas-tugas
teritorial. Rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur, dan berkesinambungan. Penempatan tugas
dapat disesuaikan dengan latar belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil,
misislnya dokter ditempatkan di Rumah Sakit Tentara, Pengacara di Dinas Hukum, akuntan di Bagian
Keuangan, penerbangan di Skuandron Angkutan, dan sebagainya. Gagasan ini bukanlah dimaksudkan
sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tetapi memperkenalkan ”dwifungsi sipil”. Maksudnya
sebagai upaya sosialisasi “konsep bela negara” dimana tugas pertahanan keamanan negara bukanlah
semata-mata tanggung jawab TNI, tetapi adalah hak dan kewajiban seluruh warga negara Indonesia.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa bela negara tidak selalu harus berarti
“memanggul senjata menghadapi musuh” atau bela negara yang militeristik. (Winarno : 2007 : 186)
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002, keikut sertaan warga negara dalam bela negara secara non
fisik dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi.
Berdasarkan hal itu, keterlibatan warga negara dalam bela negara secara non fisik dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara :
Sampai saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai pendidikan
kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar
undang-undang mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib dan
pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk keikut sertaan warga negara dalam
upaya bela negara.)