peningkatan dari 37,1% pada Riskedas 2013 menjadi 48,9% pada Riskesdas 2018, dengan
proporsi anemia terbesar ada di kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun. Pada
kegiatan tahunan Diseminasi Riset Gizi tahun 2021, menyampaikan bahwa remaja putri
berisiko terkena anemia 10x lebih besar dibandingkan dengan remaja laki-laki. Remaja
putri mengalami menstruasi sehingga kehilangan banyak darah. Selain itu remaja putri
sering melakukan diet ketat sebagai dampak adanya body image. Anemia pada remaja
putri ini akan berdampak pada berkuranganya konsentrasi yang dapat menurunkan
prestasi belajar dan produktivitas. Selain itu anemia juga berefek jangka panjang pada
dirinya dan anaknya kelak. Anak yang lahir dari ibu yang anemia mempunyai resiko
pertumbuhan yang tidak optimal dan rawan terkena stunting (DinKes, 2018).
Anemia dapat menyebabkan kematian ibu dan anak sehingga dapat meningkatkan
Angka Kematian Ibu (AKI), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko terjadinya anemia
pada saat kehamilan, rentan terkena infeksi saat hamil, bisa menyebabkan cacat bawaan
pada bayinya, perdarahan postpartum, dan lain – lain (Adriani, 2012). Anemia
memberikan dampak yang kurang baik bagi remaja yaitu dapat menyebabkan
Nugraheni, 2017).
dan pencegahan anemia pada remaja putri di SMK Indonesia Yogyakarta dengan usia
diatas 15 tahun yang merupakan bentuk dan upaya pencegahan agar anemia pada remaja
putri menyadari betapa bahayanya anemia terhadap kesehatan untuk dimasa depan
nantinya. Promosi kesehatan kali ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan tentang edukasi dan pencegahan anemia pada remaja putri.