Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkat pendidikan rata–rata penduduk Indonesia khususnya di kalangan

kaum wanita masih rendah, hal ini berpengaruh pada pengetahuan gizi pada ibu

hamil, sehingga mendorong terjadinya penyakit infeksi dan kurang gizi (Indiarti,

2010).

Dalam upaya meningkatkan mutu kehamilan dan laktasi beberapa

faktor ikut berperan di dalamnya, salah satu faktor yang penting adalah gizi.

Makanan yang dimakan oleh ibu hamil mempunyai pengaruh terhadap

pengetahuan gizi pada ibu hamil. Zat–zat makanan yang di makan oleh wanita

hamil akan tercermin pada bayi yang akan dilahirkan baik dari segi

karakteristik fisik maupun ciri psikologisnya. Akibatnya sering timbul aturan–

aturan tentang makanan ibu hamil yang kadang–kadang merugikan. Perhatian

terhadap pengetahuan gizi ibu hamil dalam usaha mencegah kelainan dan

mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya. Jelas sangat diperlukan agar dapat

melahirkan bayi aterm (Indriarti, 2010).

Menurut data WHO (World Health Organizatio), sebanyak 99 persen

kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara

berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan

yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika

dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51

negara persemakmuran. (WHO, 2011).

1
Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF), lebih dari

sepertiga wanita usia subur di Indonesia memiliki asupan energi dan protein

yang tidak adekuat sehingga memengaruhi status gizinya. Status gizi wanita

usia subur sebelum maupun selama kehamilan berakibat langsung pada berat

anak saat lahir (UNICEF Indonesia, 2012).

World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebesar 15% sampai 20% diseluruh dunia

dan 96% kejadian BBLR terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia

(WHO,2014).

Berdasarkan data dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2013 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia melonjak

sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI Indonesia

yang mengalami peningkatan, jauh lebih buruk dari negara-negara paling

miskin di Asia, seperti Timor Leste, Myanmar, Bangladesh dan Kamboja.

Sehingga Indonesia kini telah berpredikat terbelakang di Asia dalam

melindungi kesehatan Ibu.

Angka kematian bayi 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran

hidup, kematian bayi pada neonatus 23 kematian per 1000 kelahiran hidup,

dan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia adalah bayi berat lahir

rendah (SDKI, 2013).

Ibu Hamil yang mengalami KEK mempunyai risiko melahirkan bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih besar dibandingkan

ibu hamil yang tidak KEK, Prevalensi ibu hamil KEK mengalami kenaikan

selama krisis ekonomi yaitu mencapai 24,9%. (Hidayanti, 2007).

2
Meski mengalami penurunan yang cukup signifikan dengan adanya

perbaikan ekonomi indonesia pasca krisis, sampai dengan saat ini prevalensi

ibu hamil KEK masih cukup tinggi yaitu 24,2% (Depkes, 2016).

Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini mempunyai kontribusi

terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia yang mencapai 10,2% pada

tahun 2013 (Depkes RI, 2016).

Sementara itu, berdasarkan data profil dinas kesehatan kabupaten

Lebak tahun 2018 terjadi 47 kasus kematian ibu atau 195/100.000 kelahiran

hidup sedangkan kematian bayi mencapai 450 kasus atau 19.7/1000 kelahiran

hidup (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, 2019).

Di provinsi banten prevalensi resiko KEK yaitu sebanyak 19,8% hal

tersebut dapat mengakibatkan ibu mengalami komplikasi pada kehamilan dan

dapat menyebabkan kematian pada ibu. (Riskesdas, 2019).

Angka kematian ibu di Kabupaten Lebak terdapat 195/100.000 per

kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan, eklamsia, komplikasi

aborsi, partus macet dan sepsis. Sedangkan kejadian ibu yang mengalami

KEK sebanyak 14,0% hal tersebut yang dapat mengakibatkan ibu mengalami

komplikasi pada kehamilan dan dapat menyebabkan kematian pada ibu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Curugbitung bahwa

angka kejadian KEK pada ibu hamil tahun 2019 sebanyak 13,06 %,

sedangkan pada bulan Januari – April 2020, mencapai 105 orang, terdapat

beberapa komplikasi dalam kehamilan yang diderita ibu hamil diantaranya

anemia sebanyak 207 orang, HDK/PEB sebanyak 47 orang, penyakit kronis

sebanyak 1 orang, riwayat SC sebanyak 30 orang, mal presentasi sebanyak 41

3
orang, perdarahan sebanyak 18 orang, infeksi berat sebanyak 1 orang, dan 4T

sebanyak 252. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan banyak ibu

hamil yang mengalami KEK. (Puskesmas Curugbitung, 2020).

Berdasarkan data Puskesmas Curugbitung pada bulan Januari-April

tahun 2020 terdapat 10 desa, desa Ciburuy terdapat 58 orang ibu hamil ada 23

orang yang mengalami KEK, desa curugbitung 60 orang ibu hamil ada 18

orang yang mengalami KEK, desa cidadap 50 orang ibu hamil ada 10 orang

yang mengalami KEK, desa cipining terdapat 52 orang ibu hamil ada 5 orang

yang mengalami KEK, desa cilayang terdapat 62 orang ibu hamil ada 21

orang yang mengalami KEK, berdasarkan data tersebut maka dapat

disimpulkan banyak ibu hamil yang mengalami KEK di desa Ciburuy.

(Puskesmas Curugbitung, 2020)

Angka kematian ibu dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

yang tertinggi pada hakikatnya juga ditentukan oleh status pengetahuan gizi

pada ibu hamil.

Hal ini didukung oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah sehingga

mempengaruhi pengetahuan ibu hamil dengan status gizi buruk cenderung

akan melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada resiko kematian yang lebih

besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan berat badan

normal karena itulah dalam dewasa ini perhatian terhadap janin yang

mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat

(Ramli, 2008).

Kematian ibu hamil dapat pula di sebabkan oleh pengetahuan, faktor

sosial, ekonomi dan budaya, kemiskinan masyarakat akan membawa kepada

4
kemiskinan pengetahuan dan informasi, dan pada kondisi kemiskinan, keluarga

khususnya ibu akan mengalami resiko kekurangan gizi dan menderita anemia.

Meskipun prevalansi anemia gizi besi pada ibu hamil menurun dari 50,9 %

(tahun 1995) menjadi 40,1% (tahun 2001) namun anemia pada ibu hamil

hendaknya diwaspadai pada tahun 2000 sebanyak 382.632 orang ibu hamil

atau nifas yang kekurangan energi kronis (KEK) telah mendapat pemberian

makanan tambahan (PMT), PMT berasal dari pemerintah yang kemudian

disalurkan ke Puskesmas, di Puskesmas PMT diberikan kepada ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya. (Boedirochminami, 2007).

Adanya mitos, bahwa ibu hamil pantang mengkonsumsi makanan

tertentu menyebabkan sang ibu juga akan kehilangan akses terhadap zat gizi

dari makanan, hal ini berpengaruh terhadap pengetahuan, keadaan ini tentu

akan memperlemah kondisi ibu hamil, selain itu juga kekurangan gizi pada ibu

hamil dapat menyebabkan BBLR, terhambatnya pembentukan otak janin bayi

lahir dengan kurang darah (anemia) bayi mudah terkena infeksi dan dapat

mengakibatkan abortus, Karena itulah para calon ibu hamil harus sehat dan

mempunyai gizi cukup sebelum hamil dan setelah hamil, ibu hamil harus

mempunyai kebiasaan makan yang teratur jika ibu tidak mendapat gizi yang

cukup selama hamil maka bayi yang dikandungnya akan menderita kekurangan

gizi juga akan kekurangan ASI bila kelak akan menyusui bayinya

(Boedirochminami, 2007).

Memperhatikan status ekonomi dan pola makan pada ibu hamil serta

dampak yang mungkin terjadi pada ibu maupun pada janin serta pada bayi–

bayi yang dilahirkan upaya penanganan perlu untuk terus ditingkatkan dan

5
diatasi melalui kerjasama oleh berbagai pihak, hal ini yang melatarbelakangi

penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Desa Ciburuy Wilayah

Kerja Puskesmas Curugbitung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulisan merumuskan

masalah Apakah ada Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kejadian KEK

pada Ibu Hamil Di Desa Ciburuy Wilayah Kerja Puskesmas Curugbitung.

1.1 Tujuan Penelitian

1.1.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK

pada ibu hamil di Desa Ciburuy wilayah kerja Puskesmas Curugbitung

Kabupaten Lebak Provinsi Banten”.

1.1.2 Tujuan Khusus

1.1.2.1 Mengetahui angka kejadian ibu hamil dengan KEK (Kekurangan Energi

Kronis) di Desa Ciburuy wilayah Kerja Puskesmas Curugbitung

Kabupaten Lebak Provinsi Banten pada tahun 2020.

1.1.2.2 Mengetahui angka kejadian ibu hamil dengan KEK (Kekurangan Energi

Kronis) berdasarkan pengetahuan, status ekonomi dan pola makan ibu

hamil di Desa Ciburuy wilayah kerja Puskesmas Curugbitung Kabupaten

Lebak Provinsi Banten pada tahun 2020.

6
1.1.2.3 Mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK di

Desa Ciburuy wilayah kerja Puskesmas Curugbitung Kabupaten Lebak

Provinsi Banten pada tahun 2020.

1.1 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi institusi pendidikan

Sebagai masukan dalam proses belajar mengajar dan dapat dijadikan bahan

bacaan di perpustakaan bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan

tentang gizi pada ibu hamil.

1.4.2 Bagi Lahan Praktek

Penelitian berharap dengan adanya penelitian ini para petugas kesehatan

khususnya bidan dapat meningkatkan penyuluhan tentang gizi pada ibu

hamil, dan dapat digunakan sebagai bahan dalam perbaikan sistem

palayanan yang berkualitas

1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan informasi, dan acuan

dalam materi kuliah mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi

pada ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai