Anda di halaman 1dari 15

EKSPOSISI & ARGUMENTASI

DALAM EDITING
Banyak editor akan dengan mudah menjalankan
proses editing. Akan tetapi ketika harus menjelaskan
konsepsi dari material yang akan diedit, maka banyak
editor pula yang kesulitan dalam memaparkannya.
Ada beberapa tahapan dalam memaparkan dan
mengargumentasikan konsepsi editing yang akan
dibuat.
EKSPOSISI (PAPARAN)
Ada beberapa aspek yang harus dipaparkan oleh
seorang editor, sebelum memberikan argumentasi.
Adegan atau Action

Sebelum memaparkan hal-hal yang lainnya, yang


terpenting dari sebuah editing film adalah paparan
tentang adegan atau action yang ada.
Konsep atau Teori Editing

Setelah itu dipaparkan konsep atau teori editing yang


akan digunakan. Dalam memaparkan konsep/teori ini
haruslah ter-breakdown secara lengkap
Keterhubungan / Pengoperasian

Saat dua aspek di atas sudah terpaparkan, kemudiani


perlu dijelaskan bagaimana menghubungkan
keduanya atau dengan kata lain bagaimana
perangkat-perangkat teori tersebut dapat bekerja
untuk adegan atau action yang sedang dikerjakan.
ARGUMENTASI
Dalam penulisan argumentasi, bacaan yang diberikan
dapat berupa penjelasan, pembuktian, alasan, ulasan
objektif. Akan sangat baik bila disertakan contoh,
analogi ataupun sebab akibat.
Argumentasi sendiri secara umum memiliki breakdown
seperti di bawah ini:
1.  Memuat ide, gagasan, pandangan, atau pendapat
penulis
2.  Memiliki alasan yang logis, data dan fakta
3.  Disampaikan secara analisis dan analogi
4.  Biasakan memiliki kesimpulan.
CONTOH
Pada awal adegan, tampak Ahmed dan Abdul saling berpandangan.
Posisi Abdul sudah berdiri di depan gawang. Posisi Ahmed berada
tepat di hadapan Abdul yang bersiap untuk menendang bola.
Penyambungan pada aksi ini memiliki durasi shot yang berukuran
sama dengan tempo cenderung lambat. Kemudian terdengar dialog
Abdul yang menyuruh Ahmed menendang bola. Dialog tersebut
semakin lama terdengar semakin kencang, sehingga durasi shot
dalam penyambungannya semakin lama semakin pendek.
Ketika Ahmed membuka kedua matanya, tiba-tiba Abdul sudah
berada di depan wajahnya. Ahmed ketakutan dan langsung
berteriak kencang. Aksi dan reaksi ini menggunakan dua shot
dengan ukuran medium close-up untuk wajah Ahmed dan close-up
untuk wajah Abdul. Durasi shot pada reaksi Ahmed saat berteriak
akan lebih panjang dari shot wajah Abdul. Hal tersebut berfungsi
sebagai jeda dan persiapan untuk adegan selanjutnya.
Pada awal adegan, durasi shot penyambungan aksi-reaksi tokoh
cenderung lebih panjang. Sedangkan pertengahan adegan, durasi
shot sedikit lebih cepat. Hingga menjelang akhir adegan, durasi shot
menjadi sangat cepat dan pada akhir adegan kembali melambat.
Hal tersebut dilakukan guna menunjukkan tensi yang semakin
meningkat pada aksi dan reaksi tokoh. Selain itu, adanya variasi
tempo cepat dan lambat juga dapat menggambarkan informasi
emosi Ahmed.
Dengan pengolahan seperti di atas, diharapkan penonton mampu
melakukan sinkronisasi antara emosinya dengan emosi tokoh
melalui ritme yang diarahkan. Penonton dapat merasakan intensitas
dari rasa takut dan ketegangan di antara kedua tokoh tersebut.
Kesesuaian ritme tubuh penonton dan ritme film akan menjadi
fenomena psikologis yaitu perasaan turut mengalami.

Anda mungkin juga menyukai