Anda di halaman 1dari 8

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 1 No 2 Agustus 2019

P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

ETNOBOTANI DAN PENGGGUNAAN TUMBUHAN LIAR


SEBAGAI OBAT TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT SUKU
MADURA
(STUDI DI KECAMATAN LENTENG, GULUK-GULUK, DAN
BLUTO)
R. Amilia Destryana1, Ismawati
Universitas Wiraraja, Jalan Raya Sumenep-Pamekasan KM. 05 Patean, Batuan,
Kabupaten Sumenep, Jawa Timur 69451;
1
amiliadestryana@gmail.com

ABSTRAK
Kajian etnobotani menjelaskan tentang budaya masyarakat tradisional dalam
memanfaatkan sumber daya alam berupa tumbuhan. Salah satu etnobotani yang banyak
dikaji adalah tumbuhan obat, yaitu tumbuhan yang merupakan hasil hutan yang
memiliki manfaat secara ekologi, sosial-budaya, dan ekonomi. Tujuan penelitian ini
adalah mendokumentasikan tumbuhan liar yang digunakan sebagai obat tradisional dan
cara memanfaatkannya oleh masyarakat Suku Madura di Kabupaten Sumenep.
Penelitian ini dilakukan di 3 kecamatan, yaitu Lenteng, Guluk-Guluk, dan Bluto di
Kabupaten Sumenep. Penelitian ini menggunakan metode survei eksploratif, dan teknik
pengumpulan data dengan wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Setiap
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional difoto dan diidentifikasi
dengan aplikasi PlantNet. Tercatat 25 jenis tumbuhan liar yang digunakan sebagai obat
tradisional di Kecamatan Lenteng, Kecamatan Guluk-Guluk, dan Kecamatan Bluto,
diantaranya sebagai obat luka, sakit mata, gatal-gatal, demam, sakit kepala, nyeri haid,
diare, kencing manis, kencing batu, usus bantu, bisul, sariawan dan anemia. Bagian
tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat tradisional yaitu bagian daun (68 %),
bunga (8 %), batang (4 %), buah (12 %) dan semua bagian tumbuhan (8 %). Cara
penggunaan tanaman liar yang dilakukan masih sederhana, yaitu digunakan langsung
pada bagian tubuh yang sakit, ditumbuk kasar atau ditumbuk halus bersama bahan lain,
dan direbus kemudian diambil sarinya.
Keywords: etnobotani; tumbuhan liar; suku Madura; tumbuhan obat

ABSTRACT
Ethnobotany study explains the culture of traditional communities in utilizing natural
resources in the form of plants. One ethnobotany that is widely studied is medicinal
plants, which are plants which are forest products that have ecological, socio-cultural,
and economic benefits. This study aims to document the types of wild plants used as
traditional medicine by the Sumenep people and explain the Madurese community in
Sumenep Regency in utilizing native plants as traditional medicinal plants. This
research conducted in Lenteng District, Guluk-Guluk District, and Bluto District in
Sumenep Regency. This study uses exploratory survey methods and data collection
techniques with interviews and direct observations in the field. Every plant used as

1
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 1 No 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

traditional medicinal material is photographed and identified with the PlantNet


application. The number of wild plants detected that are used as conventional medicine
in Lenteng District, Guluk-Guluk District, and Bluto District is 28 species , including as
medicines for wounds, eye pain, itching, fever, headaches, menstrual pain, diarrhea,
diabetes, urinary stones, intestinal aids, boils, canker sores, and anemia. Plant parts
used as medicine are the leaves (71.44%), flowers (7.14%), stems (3.57%), fruit
(10.71%) and all parts of plants (7.1%). The wild plant processing that is done is still
simple, which is used directly on the delicate body part, coarsely ground or finely
ground with other ingredients, and boiled and then taken the juice.

Keywords: ethnobotany; wild plants; Madura; medicinal herbs

PENDAHULUAN tradisional dengan bahan dasar dari


Etnobotani merupakan suatu bagian tumbuhan herbal (Djakaria
interaksi antara kelompok masyarakat Simin, Zees Fahriani, & Paramata
tertentu (etnis) dengan tumbuhan Roswita, 2010).
tertentu (botani). Kajian etnobotani Penelitian tentang etnobotani
menjelaskan tentang budaya dan pemanfaatan tumbuhan obat oleh
masyarakat tradisional dalam masyarakat lokal mulai banyak
memanfaatkan sumber daya alam dilakukan. Namun, penelitian tentang
berupa tumbuhan, baik langsung kajian etnobotani tumbuhan liar yang
maupun tidak langsung untuk berpotensi sebagai obat tradisional dan
penunjang kehidupan seperti sumber cara pemanfaatannya oleh masyarakat
pangan, pengobatan, upacara adat, Madura belum pernah dilakukan.
kepentingan budaya, bahan bangunan, Kabupaten Sumenep merupakan salah
dan lainnya (Bahriyah, Hayati, & satu kabupaten di Jawa Timur dimana
Zayadi, 2015). Salah satu etnobotani masyarakatnya masih menjaga tradisi
yang banyak dikaji adalah tumbuhan leluhur dan menggunakan tumbuhan
obat, yaitu tumbuhan yang merupakan obat sebagat ramuan tradisional dalam
hasil hutan yang memiliki manfaat bentuk jamu dan kosmetik. Jamu
secara ekologi, sosial-budaya, dan merupakan ramuan yang berasal dari
ekonomi. Penggunaan tumbuhan obat tumbuhan berkhasiat dan sudah
sebagai bahan baku ramuan tradisional menjadi tradisi masyarakat Madura,
telah dilakukan sejak dahulu oleh khususnya masyarakat di Kabupaten
nenek moyang hingga sekarang oleh Sumenep yang berasal dari kalangan
masyarakat modern. Pengelolaan keluarga Keraton atau keturunan
tumbuhan obat perlu diperhatikan kerajaan. Di beberapa daerah pelosok,
dengan dasar kebutuhan hidup yaitu pengolahan tumbuhan obat masih
pengobatan diri sendiri (self care) dan sederhana yaitu pengolahan bagian
pola hidup masyarakat saat ini, dimana tumbuhan obat dengan cara dimakan
lebih memilih pengobatan secara segar, direbus, dihaluskan atau

2
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 1 No 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

langsung diaplikasikan pada bagian langsung ketika dilakukan survey.


tubuh yang sakit. Teknik wawancara yang dilakukan
Pemanfaatan sumber daya yaitu semi struktural sesuai dengan
tumbuhan oleh masyarakat Madura daftar pertanyaan yang telah dibuat
bersumber dari pengetahuan dan diantaranya: identitas nara sumber,
kearifan lokal yang mereka miliki. Hal nama lokal tumbuhan, bagian
ini merupakan potensi yang perlu tumbuhan yang dimanfaatkan,
digali agar pengelolaan tumbuhan obat kegunaannya, cara pemanfaatannya,
secara tradisional tidak punah dan serta status tanaman (liar/budidaya).
dapat diolah menjadi produk pangan Identifikasi dilakukan dengan cara
herbal yang bermanfaat bagi mengambil foto setiap tumbuhan yang
masyarakat. Sebagai langkah awal digunakan sebagai bahan obat
untuk pengelolaan dan pengolahan tradisional dan diindentifikasi dengan
tumbuhan liar sebagai obat tradisional aplikasi PlantNet. Sebagai nara sumber
di Kabupaten Sumenep, perlu yaitu para dukun kampung, pemimpin
dilakukan penelitian tentang adat dan masyarakat yang
etnobotani tumbuhan liar sebagai obat menggunakan tumbuhan liar tertentu
tradisional oleh masyarakat Suku sebagai bahan obat tradisional. Cara
Madura di Kabupaten Sumenep. penggunaan, kegunaan dan cara
Tujuan penelitian ini adalah pengolahan dari masing-masing
mendokumentasikan tumbuhan liar tumbuhan liar tersebut juga dicatat.
yang digunakan sebagai obat
tradisional dan cara memanfaatkannya HASIL DAN PEMBAHASAN
oleh masyarakat Suku Madura di
a. Pandangan Masyarakat Suku
Kabupaten Sumenep. Penelitian ini Madura di Kecamatan Lenteng,
dilakukan di 3 kecamatan, yaitu Guluk-Guluk, dan Bluto terhadap
Lenteng, Guluk-Guluk, dan Bluto di tentang Tanaman Liar untuk
Kabupaten Sumenep. Pengobatan dan Kesehatan

METODE Obat tradisional yang


bersumber dari bahan alam sudah lama
Penelitian dilakukan di 3 Kecamatan di digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Kabupaten Sumenep, yaitu Kecamatan Menurut (Setyowati, 2010), bukti
Lenteng, Kecamatan Guluk-Guluk, dan penggunaan bahan alam sebagai obat
Kecamatan Bluto. Penelitian ini tradisional berupa naskah lama seperti
dilakukan selama 4 bulan, yaitu pada tulisan pada Usada (Bali), daun lontar
bulan April hingga Agustus 2019. (Pulau Jawa), dan salah satu relief yang
Metode penelitian yang digunakan memperlihatkan orang yang sedang
adalah metode survei eksploratif meracik obat dengan menggunakan
melalui wawancara dan pengamatan tanaman pada Candi Borobudur.

3
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 1 No 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

Pengelolaan tumbuhan obat yang masyarakat dalam memenuhi


mereka peroleh dari lingkungan sekitar kebutuhan hidup.
dimiliki dari warisan pengetahuan dan Pemanfaatan ekosistem alam ini
dikembangkan terus menerus secara sudah dilakukan oleh beberapa
turun temurun (Setiawan & Qiptiyah, kelompok masyarakat suku Madura di
2014). 3 kecamatan di Sumenep, yaitu
Perubahan pola hidup Kecamatan Lenteng, Kecamatan Bluto,
masyarakat yang beralih ke pola hidup dan Kecamatan Guluk-Guluk.
sehat, dimana menggunakan sumber Ekosistem alam yang berupa tumbuhan
daya alam sebagai obat. Tingginya liar digunakan oleh masyarakat suku
harga obat kimia dan efek samping Madura sebagai ramuan obat
yang dimiliki membuat penggunaan tradisional untuk mengobati penyakit,
obat herbal dan tradisional menjadi baik penyakit ringan maupun penyakit
alasan utama masyarakat. Penggunaan yang cukup berat. Studi mengenai
obat tradisional yang dilakukan kajian etnobotani tanaman obat sudah
masyarakat yaitu dengan pernah dilakukan yaitu pada
memanfaatkan sumber daya alam, masyarakat kabupaten Bone Bolango
utamanya tumbuhan yang ada di Provinsi Gorontalo (Djakaria Simin et
lingkungan sekitar. Tumbuhan yang al., 2010), penelitian dari (Meliki,
biasa digunakan adalah tumbuhan yang Linda, & Lavodi, 2013) yaitu tentang
tumbuh secara alami di daerah tersebut etnobotani tumbuhan obat oleh Suku
dan secara budaya sudah pernah Dayak Iban Desa Tanjung Sari
digunakan sebagai obat tradisional. Kecamatan Ketungau Tengah
Lokasi daerah yang berbeda yang Kabupaten Sintang, dan penelitian
ditempati oleh suatu kelompok (Ernawati, Zuhud, & Hikmat, 2009)
masyarakat akan mempengaruhi jenis pada masyarakat Melayu Daratan juga
tumbuhan yang digunakan sebagai obat menunjukkan bahwa daun adalah
tradisional. Pemanfaatan ekosistem bagian tumbuhan yang paling banyak
alam adalah salah satu pendekatan digunakan oleh masyarakat sebagai
obat.

Tabel 1. Jumlah Tanaman liar yang teridentifikasi di 3 Kecamatan di Kabupaten


Sumenep
No Kecamatan Jumlah Tanaman Liar
1. Lenteng 9
2. Guluk-Guluk 13
3. Bluto 8

4
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 1 No 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

Hasil penelitian menyebutkan kelompok masyarakat yang dipercaya


bahwa masyarakat di Kecamatan untuk bisa mengobati penyakit yang
Lenteng, Guluk-Guluk, dan Bluto telah diderita sehingga pengoabatn
memanfaatkan tanaman liar sebagai tradisional ini masih tetap bertahan.
ramuan tradisional dengan cara Pengobatan tradisional yang dilakukan
memanfaatkan bagian tumbuhan seperti masyarakat suku Madura adalah
daun, batang, bunga, dan batang, baik dengan pergi ke dukun atau berobat
yang masih segar atau yang sudah langsung dengan menggunakan
diolah. Tabel 1 menunjukkan jumlah berbagai jenis tumbuhan liar yang ada
tanaman liar yang dimanfaatkan di lingkungan sekitar sesuai dengan
sebagai tanaman obat di 3 kecamatan di tradisi masyarakat suku Madura.
Kabupaten Sumenep. Di Kecamatan
Lenteng ditemukan 9 jenis tanaman liar
yang teridentifikasi, di Kecamatan b. Jenis Tumbuhan yang Digunakan
Guluk-Guluk sejumlah 13 tanaman liar, Sebagai Bahan Obat Tradisional
dan di Kecamatan Bluto berjumlah 8
Tabel 2 menunjukkan daftar
tanaman.
tanaman liar yang digunakan sebagai
Adanya penggunaan tumbuhan obat tradisional oleh masyarakat suku
liar sebagai ramuan obat telah Madura di 3 kecamatan di Kabupaten
dilakukan sejak lama. Berdasarkan Sumenep. Dari hasil penelitian yang
hasil wawancara dengan sumber, cara dilakukan tercatat 25 jenis tumbuhan
pengobatan ini masih digunakan hingga liar yang ditemukan di 3 kecamatan di
saat ini dan tumbuh dengan baik. Kabupaten Sumenep. Sebagian besar
bagian tumbuhan yang digunakan
Potensi dan kondisi wilayah di desa-
sebagai obat adalah bagian daun (68
desa juga mendukung pertumbuhan %), bunga (8 %), batang (4 %), buah
berbagai tanaman liar yang bermanfaat. (12 %) dan semua bagian tumbuhan (8
Selain itu, faktor pendidikan dan %). Bagian tumbuhan liar yang
keterbatasan ekonomi menjadikan digunakan paling banyak oleh
upaya pengobatan tradisional dengan masyarakat sebagai obat tradisional
menggunakan tanaman liar lebih adalah bagian daun (Meliki et al.,
2013), (Setiawan & Qiptiyah, 2014).
banyak digunakan dibandingkan
Bagian tumbuhan yang sering
pengobatan modern. digunakan adalah bagian daun, hal ini
tidak memberikan dampak negatif
Kepercayaan turun temurun karena tidak mengganggu kelestarian
juga menjadi faktor pendukung dari tumbuhan-tumbuhan tersebut
penggunaan tanaman liar sebagai obat (Setyowati, 2010). Berdasarkan habitat
dan karakteristiknya, tumbuhan liar
tradisional oleh masyarakat Madura di
yang teridentifikasi berupa pohon,
3 kecamatan ini. Perantara melalui semak, dan rerumputan.
dukun, dukun beranak atau ketua

5
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 1 No 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

Obat tradisional yang berasal dari penyakit, yaitu penyakit yang


tumbuhan liar tidak memiliki efek disebabkan oleh magis (Setiawan &
samping, hal ini disebabkan karena Qiptiyah, 2014) dan penyakit yang
sumber daya alam tidak memiliki secara ilmu kesehatan telah diketahui.
residu yang diserap oleh tubuh Penyakit yang disebabkan oleh magis
manusia. Masyarakat suku Madura di seperti sawan pada bayi yang dipercaya
Kecamatan Lenteng, Guluk-Guluk, dan terjadi akibat ada gangguan roh halus
Bluto memiliki budaya pengobatan pada bayi, dan penyakit yang biasa
tradisional dengan menggunakan yaitu luka, sakit mata, gatal-gatal,
tumbuhan liar yang dilestarikan sejak demam, sakit kepala, nyeri haid, diare,
dulu. Penyakit yang biasa diobati kencing manis, kencing batu, usus
dengan tumbuhan liar ini ada 2 jenis bantu, bisul, sariawan dan anemia.

Tabel 2. Daftar Tumbuhan Liar yang Digunakan Sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat
Suku Madura di Kecamatan Lenteng, Guluk-Guluk, dan Bluto

Nama Tumbuhan Bagian


Jenis Penyakit
No Nama yang Cara Penggunaan
Nama Lokal Nama Ilmiah yang diobati
Umum Digunakan
1. Da’bung Dadap Erythrina Daun Sawan bayi Ditumbuk kemudian
variegata dicampur kunyit dan
minyak tanah 3 tetes dan
dioleskan ke seluruh
badan
2. Lamtoro Petai Cina Leucaena Pucuk Luka sayat Ditumbuk hingga halus,
leucocephala daun dioleskan
3. Bunga teleng Kembang Clitoria Bunga Sakit Mata Diremas hingga keluar air
Telang ternatea kemudian diteteskan pada
mata
4. Mimba Daun Azadiractha Daun Gatal-gatal Ditumbuk kasar kemudian
Mimba indica ditempel pada area yang
gatal
5. Gher’ogher Katuk Sauropus Daun Demam tinggi Ditumbuk hingga halus,
androgynus diambil sarinya
6. Labu Cena Labu Air Lagenaria Buah Demam pada Diparut dan diambil
siceraria bayi sarinya
7. Kaju Jaran Pohon Lannea Ranting Sakit mata Diteteskan pada mata
Abu India coromandelica daun
muda
8. Beluntas Beluntas Pluchea indica Daun Nyeri haid Ditumbuk kemudian
dilarutkan bersama air dan
gula
9. Kapok Kapuk Ceiba Buah Panas dan luka Ditumbuk dicampur air
pentandra dan diambil ekstraknya
10. Koddu’ Mengkudu Moronga Buah Kencing manis Direbus dan diambil
citrifolia sarinya
11. Kumis Kumis Orthosiphon Daun Kencing Batu Direbus dan diambil
kucing kucing aristatus sarinya
12. Pecah beling Keji Strobilanthes Daun Kencing batu Direbus dan diambil
Beling crispa sarinya
13 Meniran Meniran Phyllanthus Daun Diare dan Ditumbuk atau direbus

6
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 1 No 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

urinaria kelainan ginjal untuk diambil sarinya


14. Pegagan Pegagan Centella Semua Hipertensi, Direbus dan diambil
asiatica bagian keropos tulang, sarinya
tumbuhan kelainan paru-
paru, kejang, dan
migran
15. Pechot jaran Pecut kuda Stachytarpheta Daun Batuk dan Direbus (untuk amandel
jamaicensis amandel ditambah sari kunyit
putih) dan diambil sarinya
16. Ngokilo Ngokilo Strobilanthes Daun Kencing batu Direbus dan diambil
laevigatus dan kencing sarinya
manis
17. Sendokan Daun Plantago major Daun Kencing batu Direbus Bersama daun
sendok ngokilo
18. Lidah ular Lidah ular Hedyotis diffusa Daun Tumor dan Direbus dan diambil
demam sarinya
19. Komantin Daun Achillea Daun Usus buntu Direbus dan diambil
Saebu seribu millefolium sarinya
20. Ambertah Sambiloto Andrographis Batang Bisul Direbus dan diambil
paniculata dan daun sarinya
21. Kitolot Kitolod Isotoma Bunga Sakit mata Dicampur air kemudian
longiflora diteteskan
22. Sambhung Sambang Excoecaria Daun Pendarahan Direbus dan diambil
darah darah cochinchinensis sarinya
23. Ghe’ sage’en Saga Abrus Daun Sariawan Direbus dan diambil
rambat precatorius sarinya
24. Gempur batu Gempur Borreria hisbida Daun Kencing batu Direbus dan diambil
batu sarinya
25. Talpak tana Tapak Elephantopus Semua Anemia Direbus dan diambil
liman scaber L. bagian sarinya
tumbuhan

Cara penggunaan tanaman liar dikompres, diseduh, direndam,


yang dilakukan masih sederhana, ditempel, atau dengan cara lain yaitu
beberapa tumbuhan liar digunakan diparut.
dengan cara dikonsumsi segar,
digunakan langsung pada bagian tubuh KESIMPULAN
yang sakit, ditumbuk kasar atau Tercatat 28 jenis tumbuhan liar yang
ditumbuk halus bersama bahan lain, digunakan sebagai obat tradisional di
dan direbus kemudian diambil sarinya. Kecamatan Lenteng, Kecamatan
Cara pengolahan dengan merebus Guluk-Guluk, dan Kecamatan Bluto,
adalah cara pengolahan yang mudah diantaranya sebagai obat luka, sakit
dan efektif dan masyarakat juga lebih mata, gatal-gatal, demam, sakit kepala,
suka jika tumbuhan tersebut diolah nyeri haid, diare, kencing manis,
menjadi sari hasil rebusan kencing batu, usus bantu, bisul,
dibandingkan dengan konsumsi secara sariawan dan anemia. Pada umumnya
langsung (Jafar & Djollong, 2018). cara pengolahan dan penggunaan
Cara penggunaan tumbuhan liar yang tumbuhan liar sebagai obat tradisional
biasa dilakukan masyararakat adalah masih sederhana. Bagian tumbuhan
dimakan langsung, digosok atau yang digunakan sebagai obat adalah

7
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 1 No 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

bagian daun (71,44 %), bunga (7,14 %), digunakan langsung pada bagian tubuh
batang (3,57 %), buah (10,71 %) dan yang sakit, ditumbuk kasar atau
semua bagian tumbuhan (7,1 %). Cara ditumbuk halus bersama bahan lain,
penggunaan tanaman liar yang dan direbus kemudian diambil sarinya.
dilakukan masih sederhana, yaitu

DAFTAR PUSTAKA DATARAN TINGGI


KABUPATEN ENREKANG.
Bahriyah, I., Hayati, A., & Zayadi, H. JURNAL GALUNG TROPIKA,
(2015). Studi Etnobotani 7(3), 198–203.
Tanaman Kelor (Moringa oleifera Meliki, Linda, R., & Lavodi, I. (2013).
) di Desa Somber Kecamatan Etnobotani Tumbuhan Obat oleh
Tambelangan Kabupaten Suku Dayak Iban Desa Tanjung
Sampang Madura. Biosaintropis, Sari Kecamatan Ketungau
2805(1), 61–67. Retrieved from Tengah. Protobiont 2013, 2(3),
http://biosaintropis.unisma.ac.id/i 129–135.
ndex.php/biosaintropis/article/vie https://doi.org/10.1108/09564239
w/50/25 710185398
Djakaria Simin, N., Zees Fahriani, R., Setiawan, H., & Qiptiyah, M. (2014).
& Paramata Roswita, N. (2010).
Kajian Etnobotani Masyarakat
Kajian Etnobotani Tanaman obat
oleh masyarakat kabupaten Adat Suku Moronene Di Taman
bonebolango provinsi gorontalo, Nasional Rawa Aopa Watumohai.
(6), 21–22. Jurnal Penelitian Kehutanan
Ernawati, E., Zuhud, E. A. M., & Wallacea, 3(2), 107.
Hikmat, A. (2009). Etnobotani https://doi.org/10.18330/jwallace
Masyarakat Suku Melayu Daratan a.2014.vol3iss2pp107-117
(Studi Kasus di Desa Aur Kuning Setyowati, F. M. (2010).
Kecamatan Kampar Kiri Hulu Etnofarmakologi dan pemakaian
Kabupaten Kampar Provinsi tanaman obat suku dayak tunjung
Riau). Fakultas Kehutanan di Kalimantan Timur. Media
Institut Pertanian Bogor. Penelitian Dan Pengembangan
Jafar, J., & Djollong, A. F. (2018). Kesehatan, 20(3 Sept).
TUMBUHAN LIAR
BERKHASIAT OBAT DI

Anda mungkin juga menyukai