Anda di halaman 1dari 2

Faidah-Faidah dari Salafush-Shalih dalam Mendidik Anak

(dalam Kisah Hasan bin Ali –radhiallahu ‘anhu- dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam)
Dari Abu Hurairah –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata:
Al-Hasan bin ‘Ali –radhiallahu ‘anhuma- mengambil sebuah kurma dari kurma
sedekah(zakat) lalu ia memasukkannya ke dalam mulutnya, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
(( Kakh! Kakh! Lemparkan itu. Tidakkah kamu tahu bahwa kita tidak makan dari
sedekah(zakat)?!)).
Muttafaqun 'alaihi
Dalam riwayat lain: ((Sungguh tidak halal bagi kita dari sedekah/zakat)).
Faidah-faidah hadits diantaranya:
1. Kakh! Kakh!:
(dalam bahasa lain (kikh) dengan dikasrah) adalah kalimat larangan kepada anak kecil dan
larangan dari sesuatu yang kotor.
2. Melarang anak dari sesuatu yang diharamkan kepada mukallaf sejak usia dini. Al-Hasan
bin ‘Ali pada saat itu masih anak balita.
3. Menggunakan kalimat larangan dengan bahasa kiasan dan kalimat yang jelas.
4. Menjelaskan alasan keharaman sesuatu walau si anak belum memahami.
An-Nawawiy –rahimahullah- berkata: “Tidakkah kamu tahu bahwa kita tidak makan dari
sedekah?!” Lafal ini diucapkan pada sesuatu yang jelas keharamannya dan semisalnya,
WALAUPUN yang diajak berbicara BELUM memahaminya.”
5. Menjelaskan alasan keharaman sesuatu kepada anak kecil di hadapan orang dewasa agar
yang dewasa memahami alasan pelarangan.
6. Kebatilan metode pendidikan dengan pemahaman otak kiri dan otak kanan
(dikembangkan oleh non-muslim) yang melarang “kalimat larangan” untuk anak. Karena
akan menghambat kreativitas dalam persangkaan mereka. Dan kebatilan berikutnya dari
metode ini bahwa kreativitas yang dimaksud adalah tanpa batas. Sementara seorang mukmin
dipermisalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang yang terpenjara dalam
hidupnya. Ada perintah dan ada larangan dalam kehidupan mereka di dunia.
7. Wajib bagi wali anak untuk memberi makan dari sesuatu yang halal.
8. Larangan kepada anak dari sesuatu yang haram adalah gizi bagi rohaninya. Yaitu anak
mengetahui ada makanan yang terlarang baginya. Tidak semua makanan boleh dikonsumsi.
9. Orangtua bertanggungjawab atas keluarganya dan tarbiyah mereka walau masih kecil.
10. Wajib atas orangtua untuk mendidik dengan melarang anaknya dari sesuatu yang haram
sebagaimana wajib atasnya untuk mendidik mereka mengamalkan apa-apa yang wajib dalam
syariat.
11. Adab syar’i yang diajarkan sejak usia dini akan mudah diterima dan tidak dilupakan
oleh anak. Jika diajarkan ketika sudah besar mungkin akan segera lupa atau membantah.
12. Mengajarkan halal-haram sejak dini agar anak tumbuh di atas ilmu tentangnya.
Sehingga di saat tiba waktu mukallaf ia memahami apa yang halal/haram untuknya,
13. Siapa yang bertakwa kepada Allah dalam urusan tarbiyah anak-anaknya di masa kecil
maka mereka kelak ketika dewasa akan bertakwa kepada Allah dalam memenuhi hak
orangtuanya.
Rujukan:
◾️‫ ابن حجر العسقالني‬- ‫فتح الباري شرح صحيح البخاري‬
◾️‫النووي‬- ‫المنهاج شرح صحيح مسلم بن الحجاج‬
◾️‫ محمد بن صالح بن محمد العثيمين‬- ‫شرح رياض الصالحين‬
◾️‫فيض القدير شرح الجامع الصغير – المناوي‬
◾️‫مرعاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح –المباركفوري‬
◾️‫ فيصل بن عبد العزيز المبارك‬- ‫تطريز رياض الصالحين‬
(Sumber: Channel Telegram @ForumBerbagiFaidah ||
https://t.me/ForumBerbagiFaidah/4346 || Penulis: Al-Ustadz Abu Yahya al-Maidany
hafidzahullah || www.alfawaaid.net)

Anda mungkin juga menyukai