Oleh:
AGENDA 1
A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
B. Analisis Isu Kontemporer
C. Kesiapsiagaan Bela Negara
Nasionalisme
Hans Kohn dalam bukunya Nationalism its meaning and History mendefinisikan
nasionalisme sebagai berikut :Suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan individu
tertinggi harus diserahkan pada negara. Nasionalisme terbagi atas:
1. Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara berlebihan
sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini disebut juga
nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman pada masa Hitler.
2. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan
menggap semua bangsa sama derajatnya.
A. Berorientasi Pelayanan
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
1. Partisipatif
2. Transparan
3. Responsip
4. Tidak disskriminatif
5. Mudah dan murah
6. Efektif dan efisien
7. Aksessibel
8. Akuntabel
Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif. Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam rangka
penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan
tertentu dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and political development) serta
melalui pembangunan ekonomi dan sosial (economic and social development) yang
diarahkan pada meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat.
Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip sebagai
berikut:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
B. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan
tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya
kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil yang
diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif.
Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences) Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab
menghasilkan konsekuensi.
Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance) Tujuan
utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang
bersifat proaktif (proactive accountability),
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
1. Peran ASN
Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan
tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses
perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam
gerakan gerakan separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan
dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa. Secara umum, menurut Undang-
Undang No. 5Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah
sebagai berikut.
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya
harmoni dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
a. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral
dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada.
Adil, berarti PNS dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku
diskriminatif dan harus
obyektif, jujur, transparan. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan
tugasanya, PNS akan mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram
dilingkungan kerjanya dan di masyarakatnya. Sikap netral dan adil juga harus
diperlihatkan oleh PNS dalam event politik lima tahunan yaitu pemilu dan
pilkada. Dalam pemilu, seorang PNS yang aktif dalam partai politik, atau
mencalonkan diri sebagai anggota legislative (DPR, DPRD dan DPD), atau
mencalonkan diri sebagai kepala daerah, maka dia harus mundur atau berhenti
sementara dari statusnya sebagai PNS. Tuntutan mundur diperlukan agar yang
bersangkutan tidak menyalahgunakan wewenang yangdimilikinya untuk
kepentingan dirinya dan partai politiknya.Kalau PNS sudah terlibat dalam
kepentingan dan tarikanpolitik praktis, maka dia sudah tidak bisa netral dan
obyektifdalam melaksanakn tugas tugasnya. Situasi ini akan menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap PNS dan kelembagaan/institusi yang
dipimpinnya.
b. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok
kelompok minoritas, dengan tidak membuat kebijakan,peraturan yang
mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut. Termasuk didalamnya ketika
melakukan rekrutmen pegawai, penyusunan program tidak berdasarkan kepada
kepentingan golongannya.
c. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untukmenunjang sikap
netral dan adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan.
d. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka
menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang
membutuhkan pertolongan.
e. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.PNS juga harus
menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi bagian dari
problem solver (pemberi solusi) bukan bagian dari sumber masalah (trouble
maker). Oleh sebab itu , setiap ucapan dan tindakannya senantiasa menjadi ikutan
dan teladan warganya. Dia tidak boleh melakukan tindakan, ucapan, perilaku yang
bertentangan dengan norma norma sosial dan susila, bertentangan denganagama
dan nilai local yang berkembang di masyarakat.
E. Loyal
“Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang
harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. faktor internal
dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran
sendiri pada masa lalu.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Komitmen
2. Dedikasi
3. Kontribusi
4. Nasionalisme
5. Pengabdian
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela
Negara dalamkehidupan sehari-harinya, yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara
F. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul.
kreativitas adalah sebuah kemampuan, sikap maupun proses dapat dipandang dalam
konteks tersendiri yang terpisah dari inovasi. Kreativitas yang terbangun akan
mendorong pada kemampuan pegawai yang adaptif terhadap perubahan.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap
(landscape), pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Organisasi
adaptif esensinya adalah organisasi yang terus melakukan perubahan, mengikuti
perubahan lingkungan strategisnya.
Terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK yang
perlu menjadi fondasi yaitu:
1. Purpose
2. Cultural values
3. Vision
4. Corporate values
5. Coporate strategy
6. Structure
7. Problem solving
8. Partnership working
9. Rules
Dalam teori capacity building dan konsep adaptive governance, Grindle (1997)
menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif dengan indikator-indikator sebagai berikut:
1. Pengembangan sumber daya manusia adaptif;
2. Penguatan organisasi adaptif;
3. Pembaharuan institusional adaptif
G. Kolaboratif
Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)
Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan
menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM.
Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau pendekatan
informal.
Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan
pemerintahan yang melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja sama antar-Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan”
Praktik kolaborasi memberikan gambaran tentang panduan perilaku kolaboratif,
hasil penelitian praktik kolaborasi pemerintah, serta studi kasus praktik kolaborasi
pemerintah.
Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan Bantuan Kedinasan
kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan untuk
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan tertentu
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Bantuan Kedinasan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan
b.penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan
dan/atau
Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan;
c.dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya
sendiri;
d. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik,
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai
dokumen yang diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
e. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya,
peralatan, dan fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan tersebut.
AGENDA III
A. SMART ASN
B. Manajemen ASN
A. SMART ASN
Literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber
daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai.
Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital
culture, dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai
metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
1. Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus
dijalankan, yaitu:
Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
2. Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana
menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online.
Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia;
dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan
sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
3. Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,
mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi,
dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi
yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media.
4. Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata
skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3.
Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus
diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo.
5. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan
terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga
perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area
kompetensi yaitu:
kecakapan digital,
budaya digital,
etika digital
dan keamanan digital.
B. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari 17
Manajemen ASN pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk
menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan public;
b) Pelayan public; dan
c) Perekat dan pemersatu bangsa
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap
ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban
sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi berlandaskan pada
kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur
dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi
pemerintah.