Anda di halaman 1dari 17

ACTIVITY BASED COSTING

(PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
1. PENDAHULUAN
Dalam ilmu akuntansi dan manajemen, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan
ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Biaya juga bisa berarti
sesuatu yang berkonotasi sebagai penunjang yang harus dikorbankan untuk
memperoleh tujuan akhir, yaitu mendatangkan laba (iputu eka, 2019).

Biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk membeli barang
atau jasa yang diharapakan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat
sekarang atau periode mendatang. Akuntansi biaya merupakan suatu bidang
akuntansi yang diperuntukkan bagi proses pelacakan dan analisa terhadap biaya-
biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan
barang dan jasa. Sedangakan, Manajemen Biaya adalah sistem yang didesain
untuk menyediakan informasi bagi manajemen untuk mengidentifikasikan
peluang-peluang penyempurnaan, perencanaan strategi, dan pembuatan keputusan
operasional mengenai pengadaan dan penggunaan sumber-sumber yang
diperlukan oleh organisasi.

Dalam makalah ini akan membahas tentang Activity Based Costing (ABC).
Salah satu model yang dapat dipakai untuk mengembangkan sistem akuntansi
manajemen adalah Activity Based Costing (ABC). Perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas (ABC) dapat meningkatkan keakuratan pengalokasian biaya, yaitu
pertama-tama dengan menelusuri biaya berbagai aktivitas, kemudian produk atau
pelanggan yang menggunakan berbagai aktivitas tersebut.

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai
aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh
persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective,
advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead
pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost, dan adanya
strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.
2. BIAYA LANGSUNG DAN BIAYA TIDAK LANGSUNG

Sampai sekarang kita hanya berbicara mengenai perusahaan yang hanya


menghasilkan barang-barang yang sama, atau perusahaan dengan produksi
barang- barang yang homogen. Namun hampir di setiap perusahaan dihasilkan
barang- barang yang berbeda pada saat yang sama (produksi heterogen). Tidak
jarang adanya perusahaan yang sekaligus menghasilkan ratusan macam produk.

Di sini kita dihadapkan pada masalah, produk-produk yang manakah yang


bertanggung jawab atas dibuatnya biaya secara keseluruhan. Untuk sebagian dari
biaya, yakni biaya langsungnya jawabnya tidak sulit. Biaya langsung adalah biaya
yang selalu dicatat, biaya yang bersangkutan dipakai untuk produk yang mana
(melalui pencatatan ke dalam bon pengeluaran barang, surat perintah kerja, dan
sebagainya), sehingga secara otomatis dapat dikatakan untuk produk mana setiap
biaya langsung dibuat.

Berbeda dengan biaya langsung adalah biaya tidak langsung yang tidak dicatat
untuk produk yang mana mereka dibuat. Sebabnya adalah karena tidak mungkin
atau kalau mungkin melaksanakannya terlampau rumit. Maka biaya tidak
langsung dialokasikan pada berbagai macam produk dengan cara yang tidak
langsung. Contohnya adalah lem dalam pabrik mebel dan tinta di dalam
percetakan, karena kecil nilainya, alokasi biaya ini secara langsung pada produk-
produk yang bersangkutan tidak memberi manfaat yang seimbang.

Ada banyak metode untuk alokasi biaya tidak langsung pada berbagai macam
produk. Kita ingin menekankan bahwa pembagian biaya yang kita bahas sama
sekali berlainan sifatnya dengan pembagian biaya. Di sana permasalahannya
adalah apakah biaya berubah-ubah sesuai dengan kesibukan perusahaan yang
berbeda-beda. Ukurannya sekarang adalah apakah biaya yang bersangkutan dapat
dialokasikan pada produk tertentu begitu saja tanpa pengerjaan yang rumit. Dua
macam pembagian ini sama sekali terlepas yang satu dengan lainnya. Karena itu
biaya
langsung bisa tetap dan bisa juga variabel. Hal yang sama berlaku untuk biaya
tidak langsung.
Di dalam tabel di bawah ini kami berikan contoh untuk setiap kemungkinan.

A. Metode-Metode Alokasi

a. Metode yang termudah untuk mengalokasikan biaya pada berbagai macam


produk adalah metode pembagian. Dengan metode ini jumlah seluruh biaya
dibagi dengan jumlah seluruh barang jadi yang dihasilkan di dalam periode
yang bersangkutan.

Dengan sendirinya bahwa metode pembagian hanya dapat diterapkan pada


perusahaan-perusahaan dengan produksi yang homogen. Pada produksi yang
heterogen, dalam beberapa kasus, kita dapat menjumlahkan berbagai macam
barang itu menjadi satu dengan bantuan angka-angka ekuivalensi, seperti
yang akan kita bahas di dalam B di bawah ini.

b. Metode ekuivalensi dapat diterapkan apabila produk-produk berbeda hanya


sedikit saja, misalnya hanya berbeda di dalam ukurannya saja. Contoh : mesin
pembuat kawat baja yang perbedaannya hanya pada diameternya saja. Angka-
angka ekuivalensi didasarkan atas diameternya saja. Dengan demikian,
kawat-kawat dengan berbagai macam diameter itu dapat dijadikan satu
bilangan, sehingga kalkulasi pembagian dapat diterapkan . Metode
ekuivalensi hanyalah satu varian saja dari metode pembagian.
Metode ekuivalensi dapat diterapkan kalau biaya-biaya lainnya kecuali bahan
bakunya, seperti biaya proses pembuatannya berbanding seperti bahan
bakunya untuk produk yang satu dengan produk lainnya. Ini hanya dapat kita
ketahui kalau kita sesekali menghitungnya dengan metode yang lebih halus
seperti metode pembebanan (lihat selanjutnya). Perbandingan harga pokok
dari barang-barang yang bersangkutan yang kita temukan di sana dapat
dipakai sebagai landasan untuk metode ekuivalensi. Inipun hanya kalau
semua perbandingan lainnya di dalam pabrik selalu tidak berubah.

c. Metode alokasi biaya tidak langsung yang paling modern adalah metode
sentra biaya atau sentra produksi. Di dalam metode ini, alokasi biaya tidak
langsung dilakukan melalui sentra biaya. Sebuah sentra biaya atau sentra
produksi adalah bagian dari perusahaan yang di dalam rangkaian kegiatan
proses produksi memberikan satu prestasi tertentu. Dalam metode ini seluruh
proses produksi seolah-olah dibagi-bagi ke dalam bagian-bagian atas dasar
bagian-bagian dari pengerjaan yang harus dilakukan untuk memproduksi
produk yang bersangkutan, beserta jasa-jasa pembantu yang harus
diberikannya.

Kita membedakan tiga macam sentra biaya:


1. Sentra biaya pembantu. Ini bukan bagian-bagian dari perusahaan yang
konkret, tetapi pengelompokan biaya yang dibuat untuk tujuan alokasi biaya.
Contohnya adalah sentra biaya pembantu Perumahan. Bagian ini seolah-olah
memberikan jasa perumahan kepada bagian-bagian lain dari perusahaan.
2. Sentra biaya yang berdiri sendiri. Ini adalah bagian-bagian dan sub bagian
dari perusahaan yang konkret, yang tidak secara langsung ikut serta di dalam
produksi, melainkan memberikan jasa-jasanya. Contohnya adalah Bagian
Pemeliharaan dan Reparasi Mesin-mesin.
3. Sentra biaya terakhir atau sentra biaya pokok. Ini adalah bagian-bagian
perusahaan atau sub bagian yang benar-benar ikut serta di dalam proses
produksi.
Sebenarnya kita dapat mengatakan bahwa metode sentra biaya adalah
penghalusan dari metode pembebanan. Di dalam sentra biaya ini prinsipnya biaya
tidak langsung juga dibagi-bagi ke dalam sentra-sentra biaya dengan maksud
untuk pada akhirnya dibebankan pada berbagai barang jadi atas dasar berbagai %
pembebanan.

Alokasi biaya pada metode sentra biaya berlangsung di dalam tahapan-tahapan. Di


dalam tahap yang pertama semua biaya tak langsung dibebankan pada sentra
biaya yang relevan. Biaya tenaga kerja pengawasan misalnya dibebankan pada
bagian atau sub bagian, di mana pekerjaan ini dilakukan. Biaya mesin yang tidak
langsung dibebankan pada sentra biaya yang bersangkutan. Biaya yang berkenaan
dengan gedung dibebankan pada sentra biaya Perumahan, dan seterusnya. Tahap
kedua adalah pembebanan biaya-biaya dari sentra biaya pembantu ke dalam sentra
biaya lainnya, sepanjang dan sebanyak sentra biaya lainnya ini memakai jasa
sentra biaya pembantu. (Sentra biaya Perumahan membebankan jumlah m2 yang
dipakai oleh sentra biaya lainnya). Setelah itu hal yang sama terjadi dengan biaya-
biaya dari sentra biaya yang berdiri sendiri. Dengan cara yang sama biaya-biaya
ini dibawa ke dalam sentra biaya terakhir. Jumlah biayanya diketahui, dan kita
lalu menghitung tarif yang harus dibebankan kepada bagian selanjutnya yang
memakai jasa bagian ini. Untuk sentra biaya yang padat karya tarif ini adalah jam
kerja manusia. Untuk sentra biaya yang padat modal, tarif ini adalah per jam
mesin.

Tahap terakhir dari alokasi biaya adalah membebankan biaya dari sentra biaya
terakhir pada produk (pengemban biaya). Ini berlangsung dengan cara mencatat
jumlah jam prestasi yang oleh produk yang bersangkutan dipakai dari sentra biaya
produksi.

Tidak perlu penjelasan lebih lanjut untuk menyimpulkan bahwa metode sentra
biaya memberikan kemungkinan yang terbesar untuk memperoleh kalkulasi biaya
yang akurat. Terutama kalau sentra biayanya kita buat yang banyak, berbagai
macam biaya tak langsung yang ikut membentuk produk dapat dialokasikan
dengan cara yang secermat-cermatnya, dengan selalu mencari hubungan yang
secermat mungkin antara produk dengan prestasi dari biaya tak langsung yang
dipakainya, walaupun harus melalui sentra biaya antara.
Keuntungan penting kedua dari metode sentra biaya adalah bahwa sistem ini lebih
tepat dipakai untuk pengendalian kehematan perusahaan, karena metode ini
memungkinkan kita mengenal biaya per bagian dari perusahaan. Metode lainnya
memberikan biaya ini dalam jumlah keseluruhannya, yang kalau perlu dibagi ke
dalam jenis-jenis biaya, sehingga untuk pengendalian biaya kurang memberikan
titik tolak.

Walaupun demikian, adalah tergesa-gesa menyimpulkan bahwa metode sentra


biaya adalah metode alokasi biaya tak langsung yang ideal, sehingga sangat
dianjurkan penerapannya. Di samping keuntungan-keuntungan yang telah kita
sebutkan tadi, metode ini juga mengandung kerugian karena rumitnya
pengerjaannya, sehingga mengakibatkan biaya administrasi yang besar pula.
Karena itu, dalam hal kalkulasi yang sederhana lebih diinginkan, seperti halnya di
dalam perusahaan berskala kecil, penerapan metode alokasi biaya tak langsung
yang lebih sederhana harus lebih diutamakan. Lebih-lebih valid pemikiran ini
kalau kalkulasi memang tidak perlu begitu teliti, (misalnya karena persaingannya
tidak terlampau tajam), dan pengendalian biayanya dapat dilakukan dengan cara-
cara lain.

Kita harus memperhitungkan juga bahwa metode pembebanan dapat dibuat lebih
akurat dengan cara membuat lebih banyak biaya menjadi langsung. Dalam kadar
tertentu perusahaan dapat menentukan sendiri perbedaan antara biaya yang
langsung dan yang tidak langsung. Kita juga masih dapat membagi sisa biaya tak
langsungnya secara kategoris. Dengan dua tindakan ini, landasan untuk
pembagian biaya tidak langsungnya diperbesar, sehingga besarnya persentase
pembebanan diperkecil. Dengan demikian, akurasi dari perhitungan harga pokok
diperbesar. Di mana letak keseimbangan antara kesederhanaan kalkulasi di satu
pihak dengan kecermatannya di pihak lain tergantung pada situasi yang nyata.
3. ACTIVITY BASED COSTING

Activity Based Costing adalah system akuntansi yang terfokus ada


aktivitas- aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. ABC
menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber-sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap
kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya yakni bertindak sebagai
factor penyebab dalam pengeluaran biaya organisasi.
Contoh:
 Biaya pembelian dibebankan pada unsur –unsur biaya yang dibeli.
 Biaya perancangan produk dibebankan kepada produk-produk baru yang
dirancang.
 Biaya pemberian bantuan kepada pelanggan dibebankan kepada individu
pelanggan.
ABC merupakan pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan
biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan
karena aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini bahwa produk
atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan
tersebut menggunakan sumberdaya yang menyebabkan timbulnya biaya.
Dengan ABC, biaya overhead pabrik dibebankan ke objek biaya seperti
barang/jasa dengan mengidentifikasi sumber daya, aktivitas dan biayanya serta
kuantitas aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi output.
System harga pokok ABC bertujuan memahami overhead dan profitabilitas
produk konsumen. ABC adalah metode costing yang dirancang untuk
menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategic dan
keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas biaya dan juga
biaya tetap.
Untuk mendesain system ABC, perlu dipahami beberapa pengertian berikut:
1. Aktivitas
Merupakan pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi yaitu tindakan,
gerakan atau rangkaian pekerjaan. Kumpulan tindakan yang dilakukan dalam
organisasi yang berguna untuk tujuan penentuan biaya berdasarkan aktivitas.
2. Activity Center
Biasanya aktivitas yang berkaitan diikutsertakan dalam pusat aktivitas yang
melaporkan informasi yang berkaitan dengan aktivitas dalam suatu fungsi
atau proses.
3. Sumber daya
Merupakan unsur ekonomis yang dibebankan atau digunakan untuk
melakukan aktivitas.
4. Objek biaya
Bentuk akhir dimana pengukuran biaya diperlukan.
5. Activity cost pool
merupakan pengelompokan dari semua elemen biaya yang berkaitan dengan
suatu aktivitas.
6. Elemen biaya
Merupakan jumlah yang dibayarkan untuk sumber daya yang dikonsumsi
oleh aktivitas dan terkandung di dalam cost pool.
7. Cost driver
Merupakan factor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas Dua
jenis cost driver:
 Driver sumber daya
Merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh
aktivitas. Cost driver ini digunakan untuk membebankan biaya sumber
daya yang dikonsumsi oleh akstivitas ke dalam cost pool.

 Driver aktivitas
Merupakan ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu
aktivitas berdasarkan objek biaya. Driver aktivitas digunakan untuk
membebankan biaya dari cost pool ke objek biaya

Alasan Perbedaan Hasil Alokasi Tradisional dan ABC


Dalam model ABC, aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat
dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
1. Unit level activity
Aktivitas tingkat unit akan dilakukan semakin banyak atau sedikit tergantung
dari jumlah unit yang diproduksi. Semakin banyak unit yang dibuat, maka
aktivitas tersebut akan dilakukan semakin banyak.
2. Bacth level activity
Aktivitas tingkat batch banyak sedikitnya tidak tergantung dari berapa banyak
unit yang diproduksi atau dijual perusahaan, namun justru tergantung dari
jumlah batch aktivitas tersebut. Bisa saja jumlah unit yang diproduksi lebih
sedikit, namun aktivitas tingkat batch-nya justru besar
3. Product level activity
Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang akan semakin banyak
dilakukan apabila perusahaan makin memiliki banyak jenis produk
4. Facility sustaining activity
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, namun tidak terkait
langsung dengan produk. Aktivitas-aktivitas ini dilakukan untuk peusahaan
secara keseluruhan.

Langkah-Langkah Desain Sistem ABC


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan desain
system ABC adalah sebagai berikut :
1. Lakukan survey pendahuluan dan pelajari system akuntansi biaya di
perusahaan dan telaah peraturan yang berlaku.
2. Bentuk tim khusus untuk menerapkan system ABC.
3. Manajer akuntansi menggambar grafik untuk menjelaskan struktur umum
model ABC.

4. Pastikan, Asumsi: system akuntansi tradisional mencukupi untuk mengukur


bahan langsung dan tenaga kerja langsung
5. Membuat tahap proses penerapan.
6. Mengidentifikasikan aktivitas dalam system ABC.
7. Memahami dan menggabungkan aktivitas.
8. Menyusun pool biaya aktivitas dan ukuran aktivitas.
9. Menelusuri biaya overhead aktivitas dan obyek biaya.
10. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
11. Menghitung tariff aktivitas.
12. Membebankan biaya ke obyek biaya.
13. Menghitung margin produk dengan system ABC.
14. Menyiapkan laporan manajemen.
Manfaat Utama ABC
Adapun manfaat dari ABC system adalah sebagai berikut :
1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informative, yang
menuju pada pengukuran kemampuan perolehan laba atas produk yang lebih
akurat dan keputusan-keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih
baik mengenai harga jual, lini produk, pasar pelanggan dan pengeluaran
modal.
2. ABC memberikan pengukuran yang lebih akurat atas biaya-biaya pemacu
aktivitas, yang membantu manajer memperbaiki produk dan proses menilai
dengan membuat keputusan desain produk yang lebih baik, pengendalian
biaya yang lebih baik dan membantu mempertinggi berbagai nilai objek.
3. ABC membantu manajer lebih mudah mengakses informasi tentang biaya-
biaya yang relevan dalam membuat keputusan bisnis.
Keterbatasan ABC
1. Pengalokasian
Sekalipun data aktivitas tersedia, banyak biaya-biaya mungkin perlu
dialokasikan dan produk-produk yang didasarkan pada ukuran volume
berubah-ubah karena secara praktis tidak dapat ditemukan suatu aktivitas
khusus yang menyebabkan timbulnya biaya-biaya tidak menjadi mudah.
2. Biaya-biaya yang diabaikan
Banyak biaya produk-produk khusus yang dihilangkan dari analisis.
Aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan biaya-biaya seperti pemasaran,
periklanan, riset dan pengembangan, teknik produk dan klaim jaminan.
3. Biaya dan waktu yang digunakan
Sistem ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan diterapkan. Hal ini juga
sangat memakan waktu. Seperti kebanyakan manajemen inovasi atau sistem
akuntansi, seringkali memerlukan lebih dari setahun untuk mengembangkan
dan melaksanakan ABC dengan berhasil.

Karakteristik kesuksesan implementasi ABC


1. Inisiatif untuk menerapkan ABC harus didukung oleh manajemen puncak.
2. Rancangan dan penerapan system ABC harus menjadi tanggung jawab tim
lintas fungsional dan bukan hanya menjadi tanggung jawab bagian akuntansi.
3. Tim tersebut terdiri dari semua bagian yang akan menggunakan data dari
sistem ABC

4. ACTIVITY BASED COSTING WITH IDLE CAPACITY


Dalam akuntansi biaya tradisional, tarif overhead yang ditentukan dimuka
dihitung dengan membagi anggaran biaya overhead dengan ukuran aktivitas yang
dianggarkan seperti anggaran jam kerja langsung. Praktek seperti ini akan
mengakibatkan pembebanan kapasitas yang menganggur ke produk dan juga akan
menyebabkan biaya produksi per unit tidak stabil. Jika anggaran aktivitas turun,
tarif overhead akan meningkat, karena komponen tetap dalam overhead hanya
digunakan untuk jumlah produk yang lebih sedikit sehingga biaya produksi per
unit akan meningkat. Berlawanan dengan akuntansi biaya tradisional, dalam ABC
produk hanya dibebani biaya dari kapasistas yang digunakan dan tidak dibebani
oleh biaya kapasitas yang tidak digunakan. Pendekatan ini menyebabkan biaya per
unit yang lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke produk
yang menyebabkan aktivitas.

5. TIME DRIVEN ACTIVITY BASED COSTING

Ketidakpastian lingkungan bisnis menyebabkan sistem pembiayaan terus


mengalami perkembangan dan perbaikan. Traditional ABC muncul pada tahun
1980an menggantikan traditional costing. Kemudian pada tahun 2003, konsep
Time Driven ABC mulai diperkenalkan dan dikembangkan untuk merevisi
Traditional ABC. Berikut ini sejarah perkembangan Time Driven ABC antara
lain:
1. Era Traditional Costing (Tahun 1925 Sampai Dengan Tahun 1980an)
Pada saat era penggunaan traditional costing, lingkungan bisnis masih stabil,
tidak ada kompetisi baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dan
diferensiasi produk masih rendah. Hal ini menyebabkan sistem
pengendalian biaya tidak terlalu penting bagi perusahaan. Sistem akuntansi
manajemen tradisional cenderung berproduksi berdasarkan informasi
besarnya biaya yang dialokasikan pada produk dengan metode sederhana
dan dan berubah-ubah, dan alokasi seringkali tidak berhubungan dengan
permintaan yang dibuat oleh produk atas sumber daya perusahaan.
2. Era Traditional ABC (Tahun 1980an Sampai Dengan Taun 2004)
Pada tahun 1980an dikembangkan sistem biaya yang baru menggantikan
traditional costing, yaitu traditional ABC. Traditional ABC timbul sebagai
akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu
mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk
menghasilkan mekanisme penghitungan biaya yang akurat. Hal ini didorong
oleh antara lain :
a. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost
effective
b. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya
overhead pabrik dalam produk cost menjadi lebih tinggi dari primary
cost.
c. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategi
3. Era Time Driven ABC (Tahun 2004 Sampai Dengan Sekarang)
Seiring dengan berjalannya waktu, traditional ABC menjadi sulit diterapkan
pada banyak perusahaan karena menimbulkan biaya yang mahal untuk
keperluan wawancara dan survey terhadap sistem ABC. Selain masalah
mahalnya biaya untuk wawancara dan survey, masih banyak kesulitan yang
timbul dari aplikasi sistem tratitional ABC, padahal kompetisi usaha
semakin ketat dan semakin kompleks. Untuk memperbaiki kekurangan yang
timbul dari sistem traditional ABC, maka pada tahun 2004, Robers S.
Kaplan dan Steven R Anderson mengembangkan invovasi baru terhadap
sistem ABC yang disebut Time Driven ABC.

Kekurangan ABC sebagai Penyebab dikembangkannya Time Driven ABC


Berikut beberapa persoalan muncul di dalam praktek penerapan Traditional
ABC, sebagai berikut :

1. Proses wawancara dan survey kepada karyawan menelan biaya sangat


mahal dan memakan waktu yang cukup panjang.
2. Ketidakakuratan dan bias mempengaruhi keakuratan tarif cost driver yang
berasal dari estimasi individual subjective atas perilaku mereka di masa lalu
maupun di masa mendatang.
3. Mahalnya biaya wawancara dan survey kepada karyawan, maka sistem
ABC tidak diupdate secara rutin.
4. Sulit menambah aktifitas baru ke dalam sistem, memerlukan estimasi ulang
atas jumlah biaya yang harus ditetapkan untuk aktifitas yang baru.
5. Sulit diterapkan pada perusahaan yang beroperasioal pada skala besar,
dengan kata lain traditional ABC sulit untuk merespon peningkatan dari
diversity dan komplesitas pesanan maupun pelanggaan, padahal perusahaan
berskala besar pasti memilki tingkat diversity dan kompleksitas pesanan
maupun konsumen yang sangat tinggi.

Faktor-faktor di atas menyebabkan dikembangkannya sistem time driven


ABC yang diharapkan dapat memperbaiki kekurangan yang timbul dari traditional
ABC.

Time Driven ABC (Pendekatan yang sederhana dan kuat)


Pendekatan alternative untuk mengestimasi model ABC, yaitu Time Driven
ABC, mampu mengatasi segala keterbatasan dari traditional ABC. Time driven
ABC memerlukan dua estimasi baru yaitu biaya per unit dari kapasitas yang
tersedia, dan konsumsi unit waktu oleh setiap aktifitas.

1. Estimasi Biaya Per Unit


Prosedur yang baru dimulai dengan menggunakan informasi yang sama
dengan pendekatan Traditional ABC yaitu :
a. Menentukan besarnya biaya dari sumber daya yang menyediakan kapasitas
b. Mengestimasi kapasitas aktual dari sumber daya yang tersedia.

2. Estimasi Unit Waktu


Bagian kedua dari informasi baru yang diperlukan pada pendekatan Time
Driven ABC adalah estimasi waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu
transaksi. Prosedur Time driven ABC menggunakan estimasi waktu
yang diperlukan setiap saat transaksi terjadi. Estimasi unit waktu ini
menggantikan proses interview pekerja untuk mempelajari berapa persen waktu
pekerja yang dihabiskan untuk semua aktifitas.
Time Driven ABC Versus Traditional ABC
Pada tabel ditunjukan perbandingan implementasi Time Driven ABC
dengan Traditional ABC sebagai berikut :

Tabel 4.1 Perbandingan Implementasi Time Driven ABC dan Traditional


ABC

Implementasi Time Driven ABC Implementasi Traditional ABC


1. Mengidentifikasi departemen sumber daya
1. Mengidentifikasi aktivitas dan pola
yang bersama-sama. biaya aktifitas
2. Mengestimasi total biaya dari setiap 2. Membebankan biaya ke aktifitas-
departemen sumber daya aktifitas
3. Mengestimasi kapasitas pada prakteknya
3. Menentukan activity driver
untuk setiap departemen sumber daya 4. Menentukan tarif Activity driver
4. Menghitung biaya per unit dari setiap 5. Membebankan biaya ke produk
kapasitas sumber daya
5. Menentukan estimasi unit waktu untuk
setiap transaksi
6. Membebankan biaya ke produk

Pada tabel tersebut dapat terlihat bahwa Traditional ABC merupakan model
biaya “push”. Implemetasinya dimulai dengan menetapkan total biaya overhead
terlebih dahulu, menghitung biaya per unit dari aktifitas, dan pada akhirnya
menghasilkan alokasi biaya kepada produk. Sebaliknya, Time driven ABC
merupakan model biaya “pull”. Implementasi dari Time Driven ABC dimulai
dengan melakukan estimasi dua parameter, dan pada akhirnya menghasilkan
alokasi biaya kepada produk. Dapat disimpulkan bawah Traditional ABC
menghitung biaya aktifitas yang aktual dan membebankannya ke produk.
Sedangkan Time driven ABC menghitung biaya aktifitas pada tarif standard dan
menghilangkan biaya kapasitas yang tidak digunakan. Pada pertengahan tahun
1980an, Traditional ABC hadir menggantikan Traditional Costing yang sudah
tidak relevan lagi untuk digunakan oleh perusahaan-perusahaan.
Adapun kelebihan Traditional ABC dibandingkan dengan Traditional
Costing adalah :
1. Menyediakan alternatife metode perhitungan dan analisis biaya yang lebih
baik daripada Traditional Costing
2. Memberikan informasi yang efektif untuk pengambilan keputusan
3. Memberikan informasi yang berkelanjutan dalam penerapan proses dan
penurunan biaya
Tetapi pada prakteknya, Traditional ABC memiliki banyak kekurangan yang
menyebabkan sulit untuk diterapkan di banyak perusahaan, dan kemudian, Time
driven ABC hadir unutk memberikan alternative yang lebih baik, lebih akurat, dan
lebih sederhana untuk diterapkan di perusahaan-perusahaan. Robert S Kaplan dan
Steven R Anderson, menyatakan bahwa Time Driven ABC akan memberikan
perbaikan yang sangat hebat atas sistem yang lama
Adapun kelebihan dari model Time Driven ABC dibandingkan dengan
Traditional ABC adalah sebagai berikut :
1. Sangat mudah dan cepat diimplementasikan
2. Tidak mahal dan mudah diupdate
3. Mudah divalidasi dengan pengamatan langsung terhadap model estimasi dari unit
waktu
4. Mampu diterapkan pada perusahaan dengan skala besar
5. Mudah menggabungkan fitur spesifik untuk pesanan, supplier, dan pelanggan
khusus
6. Lebih memandang kepada efisiensi proses dan pemanfaatan kapasitas.
DAFTAR PUSTAKA

Hansen & Mowen. 2013. Akuntansi Manajerial Cetakan kedelapan. Jakarta:


Salemba Empat
IAI. 2016. Modul Chartered Accountant Akuntansi Manajemen Lanjutan. Jakarta
Pusat: IAI.
https://iputuekaadiputra.blogspot.com/2019/02/pengembangan sistem anajemen
biaya.html

Anda mungkin juga menyukai