CHAPTER Iv
CHAPTER Iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Caring
1. Definisi Caring
Caring merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain,
artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang
dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak (Sitorus, 2007). Caring
adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Kepedulian,
empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat
terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat klien yang terapeutik.
Dengan demikian pasien merasa nyaman, aman dan rasa stress akibat
penyakit yang diderita menjadi berkurang sehingga kepuasan pasien dapat
diwujudkan, namun kenyataan dalam praktik masih banyak ditemukan
perawat kurang beperilaku caring terhadap pasien (Potter dan Perry, 2009).
2. Komponen Caring
Caring merupakan inti dari praktek keperawatan terdiri dari beberapa
komponen yang dapat menjadi panduan perawat dalam menerapakan perilaku
caring pada proses emberian pelayanan keperawatan. Komponen caring
dijelaskan oleh beberapa pakar keperawatan seperti Watson dan Swanson.
7
2) Menanamkan kepercayaan-harapan
Faktor ini menggabungkan nilai-nilai humanistik dan altruistik,
memfasilitasi pemberian pelayanan keperawatan yang holistik dan
kesehatan yang positif kepada pasien. Perawat berperan membangun
hubungan yang efektif antara perawat pasien dan pencapaian
kesejahteraan dengan membantu pasien meningkatkan perilaku
mencari pertolongan kesehatan, membantu memahami terapai yang
diberikan dan memberi keyakinan adanya kekuatan penyembuhan.
Menurut Burnard dan Morrison (2009) perawat yang memiliki ciri-ciri profil
yang ideal ialah :
a. Kualitas pribadi : perawat yang memiliki sifat caring adalah perawat
yang tampaknya memiliki banyak kualitas. Mereka adalah orang-orang
yang baik, tulus, berpengetahuan, sabar dan tenang, memiliki rasa humor,
penolong, jujur, santai, asertif, penuh kasih sayang, penuh perhatian,
berpengalaman dan fleksibel, memiliki watak yang menyenangkan,
toleran dan pengertian.
b. Gaya kerja klinis : di lingkungan kerja, perawat yabg bersifat caring
tampaknya memperlakukan orang-orang/pasien sebagai individu dan
mencoba mengidentifikasi kebutuhan pasien. Diri mereka teratur,
mendahulukan kepentingan pasien dan dapat dipercaya serta terampil.
c. Pendekatan interpersonal : dalam hubungan mereka dengan orang lain,
perawat yang bersifat caring tampaknya bersifat empati dan mudah
didekati, serta mau mendengarkan orang lain. Pendekatan bersifat peka,
ia mudah bergaul dan sopan serta berkomunikasi dengan baik kepada
orang lain.
d. Tingkat motivasi : perawat yang bersifat caring tampak sangat tertarik,
teliti, memiliki komitmen dan bermotivasi tinggi.
13
yang lebih konkret, dapat dibahas bahwa care ditawarkan sesuai dengan
harapan pasien atau konsumen.
b. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar dan salah,
bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam
situasi tertentu. Pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat
memberikan asuhan. Harus diperhatikan bahwa sebagian besar kode
keagamaan mendorong penganutnya untuk bertindak caring kepada
orang lain. Sumber pedoman yang dinyatakan secara luas dalam hal etika
adalah program Kant bahwa kita harus bertindak meskipun perilaku kita
mengilustrasikan hukum perilaku universal.
c. Aspek spiritual
Spiritual paling sering berhubungan dengan agama dan keyakinan
keagamaan. Perawat yang “religius” adalah orang yang care, bukan
karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu
agama atau kepercayaan. Untuk care, dalam kasus ini adalah dengan
mengikuti ajaran agama tersebut dengan merujuk pada kode perilakunya.
Dengan meringkas poin-poin ini dan menyoroti posisi etis mereka, Fry dalam
Burnard dan Morrison (2009) menyatakan beberapa petunjuk tentang caring:
a. Caring harus dilihat sebagai nilai puncak atau nilai tertinggi untuk
membimbing tindakan seseorang.
b. Caring harus dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bernilai universal.
c. Caring harus dipertimbangkan secara jelas karena perilaku tertentu
(empati, dukungan, simpati, perlindungan dan lain-lain) diutamakan.
d. Caring harus berkenaan dengan orang lain harus berpikir untuk
menyejahterahkan orang lain dan bukan menyejahterakan diri sendiri.
15
Caring identik dengan perawatan pada pasien dan merupakan tugas primer
perawat, sedangkan curing lebih kepada pengobatan untuk penyakit pasien
sebagai tugas sekunder perawat. Menurut Rogers (2003), perawatan telah
menekankan kembali pada pentingnya merawat (caring) ketika
menyembuhkan atau mengobati (curing) sudah tidak mungkin. Dalam hal ini,
curing merupakan pendukung caring.
Perbedaan caring dan curing dapat dilihat dari perawatan yang dilakukan
perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien, sedangkan curing lebih kepada
diagnosa yang telah ada dan dilakukannya pengobatan. Perawat harus tahu
dalam membedakan caring dan curing karena caring sangat penting dalam
pelayanan kesehatan untuk pemulihan pasien dan curing adalah bagian dari
caring yang lebih kompleks.
B. Kepuasan Pasien
1. Pengertian Kepuasan Pasien
Kepuasan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai
mutu suatu produk (barang atau jasa), termasuk jasa pelayanan kesehatan
(Supranto, 2006). Kepuasan yang dialami oleh pasien berkaitan dengan mutu
atau kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat. Pasien sebagai
konsumen akan merasa puas bila diberi pelayanan yang baik dan
diperlakukan dengan baik serta mendapatkan kemudahan dalam pelayanan
(Pohan, 2007).
Produk
Pelayanan Rumah Harapan Pelanggan
Sakit (Perawat) Terhadap Produk
Harapan Pasien
Terhadap Pelayanan
Nilai Produk Bagi Rumah Sakit
Pelanggan
Penilaian Pasien
Terhadap Pelayanan
Rumah Sakit Tingkat Kepuasan
Pelanggan
Tingkat Kepuasan
Pasien
b. Harga
Komponen harga sangat penting karena dinilai mampu memberikan
kepuasan yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan
memberikan kepuasan bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga
karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi.
c. Service quality
Salah satu konsep service quality adalah sangat tergantung dari tiga
faktor, yaitu : sistem, teknologi dan manusia. Berdasarkan konsep service
quality, komponen ini mempunyai banyak dimensi, yaitu : reliability,
responsiveness, assurance, empathy dan tangible.
d. Emotional factor
Kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat menggunakan suatu
produk yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan
20
didasari atas rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses dan
sebagainya.
e. Kemudahan
Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk
atau jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman
dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.
Menurut Purba (2012) ada enam konsep yang bisa digunakan untuk
mengukur kepuasan pelanggan, antara lain :
a. Kepuasan pelanggan keseluruhan (Overall Customer Satisfaction)
Pengukuran ini disebut pengukuran langsung dan merupakan teori
pengukuran klasik. Pengukuran kepuasan pelanggan ini dilakukan
dengan menanyakan kepada pelanggan seberapa jauh mereka puas
dengan produk atau jasa yang telah diterimanya. Ada 2 bagian dalam
proses pengukurannya, yaitu :
1) Mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa
perusahaan bersangkutan.
2) Menilai dan membandingkan dengan tingkat kepuasan pelanggan
keseluruhan terhadap produk atau jasa para pesaing.
Ketika menilai tingkat kepuasan pelanggan, cara yang paling baik ialah
menanyakan langsung kepada pelanggan yang sudah berpengalaman
menggunakan produk/jasa tertentu mengenai beberapa karakteristik atau
atribut suatu produk yang dapat membuat pelanggan puas atau kecewa.
Dari jawaban yang diperoleh, kita peroleh nilai/skor yang menunjukkan
tingkat kepuasan pelanggan dengan produk yang dibelinya. Misalnya
angka 5, 4, 3, 2 dan 1 untuk tingkat Sangat Puas (SP), Puas (P), Netral
(N), Tidak Puas (TP) dan Sangat Tidak Puas (STP). Akan tetapi ini
22
hanya memberikan kepada kita nilai yang kita lihat mengenai tingkat
kepuasan dari pelanggan yang bersangkutan.
b. Dimensi kepuasan pelanggan
Ada 4 langkah untuk menentukan dimensi kepuasan pelanggan yaitu :
a) Mengidentifikasi dimensi kunci kepuasan pelanggan.
b) Meminta pelanggan untuk menilai prodak atau jasa berdasar item
yag spesifik.
c) Meminta pelanggan untuk menilai prodak atau jasa pesaing berdasar
item yag spesifik yang sama.
d) Meminta pelanggan untuk menentukan dimensi yang menurut
mereka paling penting dalam menilai kepuasan pelanggan
keseluruhan.
Menurut Supranto (2006), bahwa ada beberapa langkah yang harus dilalui
untuk dapat mengetahui kepuasan pelanggan, antara lain:
a. Langkah pertama, yaitu mengidentifikasi kebutuhan pelanggan untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai cara pelanggan
mengartikan mutu suatu barang atau jasa, sehingga memudahkan
pengembangan kuesioner kepuasan pelanggan dalam langkah berikutnya.
b. Langkah kedua, yaitu proses mengembangkan kuesioner. Langkah ini
mencakup menseleksi pertanyaan-pertanyaan untuk kuesioner, memilih
format jawaban dan memilih butir-butir kepuasan terbaik yang harus
dimasukkan dalam kuesioner.
c. Langkah ketiga, yaitu menggunakan kuesioner tersebut. Setiap
penggunaan memungkinkan untuk memperoleh informasi khusus tentang
perilaku pelanggan saat ini. Status kepuasan ini berlaku pada saat
penilaian dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
24
Syafrudin, dkk (2011) mengatakan untuk mengukur puas atau tidak puasnya
seseorang tergantung pada :
a. Sikapnya terhadap ketidaksesuaian (rasa senang atau tidak senang).
b. Tingkatan daripada evaluasi “baik atau tidak” untuk dirinya, melebihi
atau dibawah standar.
Lebih lanjut menurut Kotler dalam Nursalam (2011) ada beberapa cara
mengukur kepuasan pelanggan :
a. Sistem keluhan dan saran
Dengan menyediakan kotak saran, hotline service, dan lain-lain untuk
memberikan kesempatan seluas luasnya kepada pasien atau pelanggan
untuk menyampaikan keluhan, saran, komentar dan pendapat mereka.
c. Pembeli bayangan
Metode ini, organisasi pelayanan kesehatan mempekerjakan beberapa
orang atau (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai
pasien/pembeli potensial produk/pelayanan organisasi pelayanan
kesehatan lain yang kemudian melaporkan temuannya sehingga dapat
dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan organisasi.
1. PRODUK
3. BUDAYA
a. Produk
Bagaimana merancang produk sesuai dengan kebutuhan dan harapan
konsumen meliputi mutu, biaya dan sumber daya.
d. Budaya
Bagaimana manajemen menerapkan bahwa kepuasan pelanggan
sungguh-sungguh merupakan tujuan perusahaan bukan sekedar omong
26
m. Penampilan perawat yang bertugas rapi dan bersih serta bersikap mau
menolong.
n. Perawat memperhatikan kebutuhan dan keluhan setiap pasien.
o. Perawat memperhatikan keluhan keluarga pasien.
p. Perawat berupaya menjaga privasi pasien selama berada dalam instalasi
rawat inap.
q. Perawat selalu memberi obat pasien sesuai prosedur pemberin obat.
r. Perawat menanyakan tentang kecukupan dan rasa makanan pasien serta
makan yang menjadi kesukaan/yang tidak disukai pasien dan berupaya
memenuhinya jika dimungkinkan oleh penyakit pasien.
s. Dokter mengunjungi instalasi rawat inap dua kali sehari dan
berkomunikasi dengan pasien dan perawat.
t. Perawat melaporkan segala detail perubahan pasien kepada dokter
sewaktu melakukan kunjungan.
u. Dokter selalu menanyakan perubahan keluhan pasien dan melakukan
pemeriksaan dan jika perlu mengganti obat.
v. Jika perlu dokter mengkonsultasikan pasien kepada dokter lain.
w. Dokter memberikan kesempatan bertanya kepada pasien.
x. Perawat menginformasikan persiapan yang harus dilakukan oleh pasien
sebelum dibawa berkonsultasi dengan dokter lain.
y. Perawat membawa pasien dengan menggunakan kursi roda/troli sewaktu
akan berkonsultasi dengan dokter lain.
z. Dokter jaga tersedia selama 24 jam dan dokter yang menangani pasien
selalu on call.
Menurut Junadi dalam Anjaryani (2009) bahwa ada empat aspek yang dapat
diukur untuk mengetahui kepuasan pasien di rumah sakit yaitu :
a. Kenyamanan, aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang hal yang
menyenangkan dalam semua kondisi, lokasi rumah sakit, kebersihan,
kenyamanan ruangan, makanan dan minuman, peralatan ruangan, tata
31
Ket :
= Alur Penelitian
E. Hipotesa Penelitian
Ha : ada pengaruh antara perilaku caring perawat terhadap tingkat kepuasan
pasien rawat inap lantai II A dan II B RSU Sari Mutiara Medan tahun 2014.