Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke

20
BAHAN TEENIE – MEEANIEA
Simulasi Tegangan pada Konstruksi Perpipaan Bawah Tanah
Berbasis Code ASME B31.8

Joko Waluyo dan Tri Imam Prastiyo


Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, Yogyakarta, 55281
Email : jokowaluyo@ugm.ac.id

Intisari

Konstruksi jaringan perpipaan bawah tanah (underground pipeline) sering digunakan


untuk tujuan transmisi gas. Konstruksi perpipaan bawah tanah ini lebih memberikan
jaminan keselamatan pada transmisi fluida gas yang bersifat mampu tekan. Untuk
mendapatkan perancangan yang baik, konstruksi perpipaan bawah tanah memerlukan
investigasi kedalaman tanah yang optimum untuk penanaman pipanya. Penelitian ini
membahas analisis tegangan pipa konstruksi bawah tanah dengan studi kasus di jalur
perpipaan untuk transmisi gas alami, berdiameter NPS 24” dari Cepu ke Gresik sepanjang
13.3 km milik PT. Pertamina Gas yang dirancang berdasarkan code ASME B 31.8. Analisis
tegangan menggunakan variasi kedalaman pipa 1 m, 2 m, 3 m dan 4 m di bawah
permukaan tanah dengan variasi operasi temperatur (80,100 dan 140 oF) dan tekanan
(300, 660 dan 1300 Psi). Jalur perpipaan dibangun dengan material pipa API 5L Gr. 52 B
- PSL 2. Hasil analisis tegangan menunjukkan bahwa pada tekanan operasi kerja-nya,
konstruksi pipa cukup aman untuk digunakan pada perancangan karena tidak melebihi
tegangan kerja yang diijinkan. Pada pengoperasian dengan tekanan kerja, konstruksi bisa
dilakukan dengan kedalam pipa 1m sampai dengan 4 m. Jika dikehendaki bekerja dengan
tekanan dua kali tekanan operasiny, maka sebaiknya pipa ditanam dengan maksimum
kedalaan 2
m. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin dalam penanaman pipanya,
menyebabkan membesarnya tegangan kerja yang diterima oleh jaringan perpipaan konstruksi
perpipaan bawah tanah.

Eeyword: Analisa tegangan, perpipaan bawah tanah, ASME B31.8, kedalaman pipa.

1. Pendahuluan
Penelitian ini membahas analisis tegangan pada fase perancangan pra-kontruksi jalur
perpipaan transmisi gas PT. Pertamina Gas ruas Semarang menuju Gresik. Jalur perpipaan ini
mempunyai kemampuan untuk mengalirkan gas sebesar 390 MMSCFD. Jaringan pipa transmisi gas
bumi ruas Gresik Semarang ini direncanakan untuk mengalirkan gas bumi yang bersumber dari sumur
Blok Cepu yang dioperasikan oleh Mobil Cepu Limited (MCL) dan Blok Gundih milik Pertamina EP.
Di samping itu, jaringan pipa ini juga akan melayani sumber gas lain di antaranya dari Floating
Storage Regasification Unit (FSRU) yang berlokasi di perairan lepas pantai sebelah utara Semarang,
serta untuk menyalurkan gas bumi dari sumur gas Kepodang. Gas tersebut disalurkan untuk melayani
PLTU Tambak Lorok-Semarang, industri di Semarang, dan kebutuhan gas di wilayah Gresik Jawa
Timur. Instalasi pipa ini dirancang dengan pipa berdiameter 24“ NPS material pipa API 5L Gr. 52 B -
PSL 2. Perancangan berdasarkan standard Code ASME B31.8 - Gas Transportation and
Distribution Piping Systems. Tekanan dan temperatur kerja gas di jalur perpipaan sebesar 660 Psi
(45,2 Bar) dan 150 0F (65 oC).
Secara umum perancangan jalur perpipaan didasarkan pada Code ASME B 31 (Piping and
Pipeline) yang mengklasifikasikan dasar perancangan perpipaan dari fluida kerja dan jenis
peruntukannya. Perancang harus memilih code sesuai dengan kondisi perancangan yang diinginkan,
untuk mendapatkan hasil perancangan yang aman, Smith (1987). Menurut Ardilla (2010), pipa yang
mengalirkan fuida, akan mengalami pemuaian atau pengkerutan yang berakibat timbulnya gaya yang
bereaksi pada ujung pipa. Ikrar (2008) dan Akbar (2006) dalam penelitiannya pada sistem perpipaan
menyimpulkan bahwa hasil analisa tegangan yang dilakukan dengan software Caesar 5.II memenuhi
standar perancangan perpipaan berbasis ASME B31.3. Teddy (2004) mengurai lanjut pentingnya
perancangan perpipaan dengan kesesuaian pemilihan material, code, ketebalan pipa, jenis sambungan
dan pemilihan jalur perpipaannya.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan perancangan sistem perpipaan dan melakukan analisis

ISBN : 978-602-70455- |BT-MB -


Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri
ke 20
tegangan terhadap sistem perpipaan hasil perancangan berdasarkan standar ASME B 31.8. Penelitian

ISBN : 978-602-70455- |BT-MB -


Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke
20
BAHAN TEENIE – MEEANIEA
ini juga membahas pengaruh variasi kedalaman pipa, temperatur operasi, dan tekanan operasi terhadap
pembebanan.

2. Metodologi
Sistematika penelitian secara umum adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Sistematika penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruas jalur perpipaan dari Semarang ke Cepu
sepanjang kurang lebih 133 km milik PT. Pertamina GAS. Perancangan dimulai dengan menentukan
tebal pipa menggunakan persamaan yang hasilnya disajikan di dalam linepipe di Tabel 1.

Pd D
tmin = +A (1)
2(SEW + Pd
T)
Dimana :
= Tebal minimum dinding pipa (m)
= Tekanan desain (Pa)
= Diameter luar pipa (m)
= Tegangan maksimum yang diizinkan pada material (Pa)
= Faktor sambungan
= Koefisien material (untuk material logam dengan , )
W = Faktor reduksi kekuatan sambungan las
= Toleransi untuk korosi (m)

Analisis tegangan ini didasarkan dari tegangan yang terjadi yang di dalam jalur perpipaan,
Kannnapan (1985) dan Antaki (2003). Tegangan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu

ISBN : 978-602-70455- |BT-MB -


Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri
ke 20
tegangan normal dan tegangan geser. Tegangan normal terdiri dari tegangan longitudinal, tangensial
dan radial. Tegangan geser terdiri dari tegangan geser dan torsi. Chuan (2008), secara rinci
memberikan dasar-dasar perhitungan untuk perancangan dan analisis tegangan pada sistem perpipaan
yang diakibatkan beban sustain, occasional, dan ekspansi termal.
a. Tegangan pada beban sustain dihitung sebagai penjumlahan tegangan longitudinal akibat
tekanan internal dan tegangan akibat gaya berat sistem perpipaan.
b. Beban ekspansi dihitung sebagai tegangan normal maupun geser yang diakibatkan oleh adanya
ekspansi temperatur.
c. Beban occasional diperoleh dari adanya gaya eksternal yang terjadi, misalnya angin, gempa
bumi, gaya berat akibat kejatuhan benda dan gaya lain dalam beban occasional.

Tabel 1. Data perancangan linepipe perpipaan

Material Pelapisan concrete


Material Grade API 5L gr. X-52- Tebal 60 mm
PSL-2
52,000 psi 2800
Densitas kg/m3
SMSY

Densitas 7,850 kg/m3

Data

Material Carbon Steel


Prosees Manufacture DSAW/Seamless

Diameter Nominal 24 inci

Diameter Luar 24 inci

Tebal Pipa 0.563 inci

Panjang ( Approx. ) 133.253 m

Jumlah Sambungan 11.105

Design Data

660 psig
MOP

660psig
Tekanan Disain
150 oF
Temperatur Disain
System
Fluida Natural Gas

Densitas 92 kg/m3

Korosi
Proteksi Eksternal 3LPE (Three Layer Polyethylene)
Proteksi Katodik Aluminum - Zinc -Indium Alloy

Corrosion Inhibitor N/A

Toleransi korosi 3 mm
Setelah dilakukan perhitungan perancangan selanjutnya pemodelan pipeline dilakukan
ISBN : 978-602-70455- |BT-MB -
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke
20
dengan menggunakan software Caesar II 5.10. Pada model BAHAN TEENIE
pipeline – MEEANIEA
tersebut dikenakan beban
internal dan beban eksternal. Beban internal jalur perpipaan dengan mempertimbangkan temperatur
dan tekanan kerja perpipaan, sedangkan pembebanan eksternal yang diamati adalah karena kedalaman
penanaman pipanya. Variasi perbedaan tekanan dibuat dengan harga ekstrim 300 Psi, 660 Psi dan
1.300 Psi, sedangkan variasi temperatur kerjanya adalah 80 o F, 100o F dan 140o F. Untuk beban
eksternal dilakukan dengan pengamatan pada perbedaan kedalaman penanaman yaitu 1 m, 2 m, 3 m
dan 4 m. Kedalaman ini diukur dari permukaan tanah ke sisi atas diameter pipa. Dari pembagian
jenisnya, variasi beban tekanan dan temperatur digunakan untuk simulasi perubahan kondisi kerja,
sedangkan kedalaman penanaman pipa digunakan sebagai simulasi untuk konstruksi perpipaan bawah
tanah (underground pipeline).

3. Hasil dan Pembahasan


Pada pemodelannya, pertama-tama dilakukan dengan konstruksi di atas tanah dan selanjutnya
dilakukan dengan pemodelan pipa bawah tanah (burried pipe). Pemodelan pipa bawah tanah ini
menghasilkan restrain yang disebabkan oleh beban tanah, seperti terilustrasikan di Gambar 2.
Setelah itu dilakukan analisa tegangan perpipaan akibat pembebanan eksternal dan internal.
Pembebanan dilakukan dengan variasi tekanan, temperatur dan kedalaman tanah untuk mendapatkan
tegangan gabungan yang masih diijinkan sesuai code ASME B31.8. Pengamatan dilakukan pada

ISBN : 978-602-70455- |BT-MB -


Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri
ke 20
kondisi defleksi pipa akibat kombinasi beban yang terjadi di setiap node pengamatan. Ilustrasi
penunjukan node pengamatan di model jalur perpipaan disajikan di Gambar 3.
Dari hasil pengamatan pemodelan sepanjang jalur perpipaan diperoleh defleksi terbesar terjadi
di lokasi pemasangan Line Break Control Valve (LBCV), yaitu di jalur transisi konstruksi atas tanah
(above ground) tempat pengoperasian LBCV masuk menuju ke konstruksi bawah tanah. Ilustrasi
terlihat sebagai node 1138 di Gambar 3. Node 1138 ini selanjutnya digunakan sebagai titik
pengamatan untuk pemantauan defleksi pada kombinasi beban tekanan, temperatur dan kedalaman
pipa.

Gambar 2. Ilustrasi pemodelan perpipaan bawah tanah.

Gambar 3. Ilustrasi node pengamatan di model jalur perpipaan.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan variasi individual dan kombinasi antara tekanan,
temperatur dan kedalaman tanah. Variasi individual dilakukan dengan melakukan variasi (Depth, P, T)
secara berturutan pada masing-masing tekanan, temperatur dan kedalaman yang konstan, misalnya
(1,300,80:1,660,80;1,1300,80;1,300,100; 1,660,100;1,1300,100, ... dst). Pengamatan pada variasi
individual ini menghasilkan 324 hasil pengamatan. Sedangkan variasi kombinasi dilakukan dengan
persilangan antara harga tekanan, temperatur dan kedalaman pipa. Pada penelitian ini hanya
disampaikan data pengamatan variasi kombinasi kedalaman pipa, tekanan dan temperatur, yang
disajikan di Tabel 2.

Tabel 2. Tegangan yang terjadi akibat internal dan eksternal pressure


Maximum
Kedalaman Pipa Tekanan (P) Temperatur (T)
Tegangan (Psi) Allowable Status
(Depth) (meter) (Psi) (oF)
Stress (Psi)
300 80 12027.8 46800 Aman
1 660 100 22774.6 46800 Aman
1300 140 43277.9 46800 Aman
300 80 12067.7 46800 Aman
2 660 100 22742.1 46800 Aman
1300 140 46452.4 46800 Aman
300 80 12076.9 46800 Aman
660 100 22737 46800 Aman
3 over
1300 140 47294.4 46800 stress
300 80 12082.1 46800 Aman
660 100 22734.2 46800 Aman
4
over
1300 140 47769.3 46800 stress

ISBN : 978-602-70455- |BT-MB -


Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke
20
BAHAN TEENIE – MEEANIEA
Di Tabel 2 tersebut ditunjukkan variasi kedalaman pipa, tekanan dan temperatur sebagai
pembebanan simulasi, beserta perolehan tegangan defleksi yang diterima di jalur perpipaan. Kondisi
aman manakala didapatkan bahwa perolehan tegangan defleksi masih di bawah tegangan kerja yang
diijinkan (Maximum Allowable Stress). Dari Tabel 2, dapat disampaikan hubungan kombinasi
variasi tekanan, temperatur dan kedalaman tanah.
a. Tekanan kerja
Tekanan kerja berpengaruh memperpesar tegangan yang diterima oleh jaringan perpipaan.
Tekanan kerja ini secara signifikan mempengaruhi tegangan kerja longitudinal, sirkumferensial
dan radial. Pada kondisi tekanan operasi 660 Psi, jalur perpipaan masih dalam kondisi aman baik
pada semua kedalaman 1 sampai dengan 4 m, dan berbagai temperatur kerja dari 80 sampai
dengan 140oF.
b. Temperatur kerja.
Semakin tinggi temperatur kerja suatu perpipaan kan menaikkan beban tegangan yang diterima
jalur perpipaan. Membesarnya temperatur kerja suatu perpipaan menyebabkan membesarnya
beban ekspansi ternal dari suatu perpipaan.
c. Kedalaman penanaman pipa.
Hasil analisis tegangan yang terjadi pada jalur perpipaan ruas Semarang - Cepu menunjukkan
bahwa tegangan gabungan yang terjadi pada pipa mengalami kondisi tidak aman (overstress)
pada kedalaman yang lebih dari 3 meter dengan tekanan kerja di atas 1300 psi dan pada
temperature maksimum 140oF. Dari hasil ini, dicatat bahwa pipa yang bekerja dengan 2 kali
tekanan operasi masih cukup aman, jika pipa tersebut ditanam kurang dari kedalaman 2 m. .

Kesimpulan
Dari hasil analisis tegangan sistem perpipaan berdasarkan standar ASME B 31.8, secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa jalur perpipaan hasil perancangan dinyatakan aman untuk kondisi
tekanan dan temperatur operasi dengan konstruksi penanaman pipa sampai dengan 4 m. Lebih lanjut,
setelah dilakukan analisis tegangan disimpulkan bahwa sebaiknya pipa ditanam dengan kedalaman
pipa kurang dari 2 meter, jika ditengarahi kan bekerja dengan tekanan sebesar 2 kali tekanan
operasinya, 1.300 Psi. Dari keseluruhan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa semakin
besar temperatur dan tekanan yang diberikan terhadap pipa maka tegangan yang terjadi pada pipa juga
semakin besar. Semakin dalam pipa di tanam di dalam tanah, maka semakin besar tegangan yang
terjadi pada pipa. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konstruksi perpipaan bawah tanah
dianjurkan untuk ditanam pada kedalaman 1 m.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terimakasih kepada PT. Pertamina Gas dan Pusat Studi Ilmu
Teknik (PSIT-UGM) untuk penyediaan data yang digunakan pada penelitian ini.

Daftar Pustaka
Antaki. George A. 2005, Piping and Pipeline Engineering ( Design, Construction, Maintenance,
Integrity, and Repair). USA: New York
Ardilla, Dedy, Pratama .2010 ,“Analisa Keandalan Pada Pipa Joint Operating Body PERTAMINA
- PETROCHINA Bengawan Solo River Crossing”. Skripsi. Jurusan Teknik Kelautan Fakultas
Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ASME, 2010, ASME B 31.8. Gas Transmission and Distribution piping System. ASME Press,
New York.
Hendra Akbar, Rudi Walujo Prastianto, Imam Rochani. 2006 : “Analisa pipe support terhadap
flexibility dan tegangan yang terjadi pada sistem perpipaan PT PERTAMINA (Persero)
Residu Catalyst Cracking OFFGAS to PROPYLENE PROJECT (ROPP) 030”. Skripsi. Jurusan
Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Ikrar Falmieuan. Purba, 2008, “Pipe Stress Analysis On PLTD MFO Bali Pesanggaran Using a
Software Program” . Skripsi, Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ISBN : 978-602-70455- |BT-MB -


Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri
ke 20
Kannappan,Sam,1985, “ Introduction to Pipe Stress Analysis”, A Wiley-Interscience Publication,
Tennese.
Peng, Ling Chuan, 1985, Pipe Stress Engineering, ASME Press, NewYork.
Smith, Peter .2007, Volume One The Fundamentals of Piping Design. Gulf Publishing Company,
Houston, Texas.

ISBN : 978-602-70455- |BT-MB -

Anda mungkin juga menyukai