Materi Literasi
Materi Literasi
Untuk
mengetahui akar kemalasan anak, pendidik harus mengetahui secara detail, apa yang menjadi
masalahnya sehingga peserta didik tersebut tidak mau belajar. Masalah anak yang malas belajar
bukan hanya dikeluhkan oleh pendidik tetapi juga orang tua, biasanya faktor kemalasan belajar pada
anak terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan sekitarnya, baik itu keluarga, sekolah, maupun
masyarakat, ketiga hal inilah yang membawa pengaruh besar dalam membentuk kepribadian anak.
3.
Ciri-ciri Metode Pembelajaran Studi Kasus Menurut Robert K.Yin (2015:70) menjelaskan beberapa
ciri metode pembelajaran studi kasus diantaranya yaitu : a. Seseorang harus mampu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan menginterpretasikan jawaban-jawabannya. b. Seseorang harus menjadi
pendengar yang baik dan tak terperangkap oleh ideologi atau prakonsepsinya sendiri. c. Seseorang
hendaknya mampu menyesuaikan diri dan fleksibel agar situasi yang baru dialami dapat dipandang
sebagai peluang dan bukan ancaman. d. Seseorang harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap
isu-isu yang akan diteliti, apakah hal ini berupa orientasi teoritis atau kebijakan, ataupun bahkan
berbentuk eksploratoris. Daya tangkap seperti itu mengurangi peristiwa-peristiwa yang relevan dan
informasi yang harus dipilih ke arah proporsi yang bisa dikelola. e. Seseorang harus tidak bias oleh
anggapan-anggapan yang sudah ada sebelumnya, termasuk anggapan-anggapan yang diturunkan
dari teori. Karena itu, seseorang harus peka dan responsif terhadap bukti-bukti yang kontradiktif.
Selain itu, Purwanto (Sri Anggarini, 2010:30) mengemukakan bahwa studi kasus yang baik
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan
kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional. b. Batas-batasnya dapat ditentukan
dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali
peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya dengan baik dan tepat meskipun
dihadang oleh berbagai keterbatasan. c. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan
sudut pandang yang berbeda-beda. d. Studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling
penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan prinsip
selektifitas. e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada
pembaca. Sesuai dengan pendapat para ahli diatas maka secara umum ciri-ciri metode studi kasus
antara lain: (a) membangun rasa ingin tahu dalam diri siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan untuk memperoleh jawaban tertentu, (b) siswa memiliki respon yang kuat terhadap kasus-
kasus yang ingin di teliti, (c) keseriusan dalam mengkaji suatu kasus dengan jelas sehinnga kasus
tersebut dapat diselesaikan dengan baik, (d) memiliki beberapa pandangan dan alternatif jawaban
dalam penyelesaian suatu kasus
Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Studi Kasus Menurut Abdul Majid (2013:100)
ada beberapa cara mengajar menggunakan metode studi kasus yaitu sebagai berikut : (a) kasus
dapat berbentuk bacaan atau visual; (b) berikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang
kealamiahan masalah tersebut, dan jawab pertanyaan siswa tentang proses yang boleh siswa
lakukan dalam menyelesaikan masalah tersebut; (c) ketika kasus didiskusikan, peran guru adalah
sebagai fasilitator yang mau mendengarkan, memberi pertanyaan, memberi semangat, menganalisa
dan menilai; (d) guru mampu memfasilitasi diskusi produktif tentang suatu kasus (masalah) yang
memang pernah terjadi : dimulai dari awal, proses dan bagaimana masalah itu diselesaikan. Menurut
depdikbud Dirjen Dikdas dan Umum (1997: 15) langkahlangkah pembelajaran menggunakan metode
studi kasus diantaranya sebagai berikut: a. Mengenali gejala. b. Membuat suatu deskripsi kasus
secara obyektif, sederhana dan jelas. c. Mempelajari lebih lanjut aspek yang ditemukan untuk
menentukan jenis masalahnya. d. Jenis masalah yang sudah dikelompokan, dijabarkan dengan cara
menyumbangkan ide-ide yang lebih rinci. e. Membuat perkiraan kemungkinan penyebab masalah.
26 f. Membuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul dan jenis bantuan yang diberikan baik
bantuan langsung guru pembimbing atau perlu konferensi kasus atau alih tangan kasus (referal
case). g. Kerangka berpikir untuk menentukan langka-langka menangani dan mengungkap kasus. h.
Perkiraan penyebab masalah itu membantu untuk mempelajari jenis informasih yang dikumpulkan
dalam teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi atau data. i. Langkah
pengumpulan data terutama melihat jenis informasi atau data yang diperlukan seperti antara lain
kemampuan akademik,sikap,bakat dan minat, baik melalui teknik tes maupun teknik non tes.
Dengan kata lain pembelajaran menggunakan metode studi kasus perlu diperhatikan terutama
pemahaman pada kasusnya perlu dilihat secara menyeluruh, mendalam dan obyektif. Menyeluruh
artinya meliputi semua jenis informasi yang diperlukan,baik kemampuan akademik, keadaan sosial,
psikologi, termasuk bakat, minat, keadaan keluarga maupun keadaan fisik. Informasi itu dipelajari
melalui berbagai cara termasuk wawancara, kunjungan rumah, observasi, dan catatan komulatif.
Pengumpulan informasi melalui cara-cara tersebut tidak hanya menambah wawasan yang lebih luas
saja,akan tetapi melatih diri untuk berpikir kritis dan bertindak dalam menyelesaikan suatu
persoalan.
Sebelum seorang dosen menggunakan suatu metode dalam proses pembelajaran, maka
seorang guru harus mengetahui dahulu beberapa faktor yang harus dijadikan dasar
pertimbangan dalam pemilihan sebuah metode pembelajaran, yaitu:
Siswa dengan gaya belajar visual akan bosan dan tidak dapat menerima informasi atau
pengetahuan, pada anak dengan gaya belajar auditori hal ini mungkin cukup menarik.
Evaluasi proses belajar sulit dikontrol, karena tidak ada poin pencapaian yang jelas.
Proses pengajaran menjadi verbalisme atau berfokus pada pengertian kata- kata saja.
b. Kelebihan Metode Pembelajaran Konvensional
Sementara, kelebihan dari metode pembelajaran ceramah, antara lain:
Mudah dilaksanakan.
Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru
bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya
hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.
Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.
Siswa merasa takut bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani dengan
menciptakan suasana yang tidak tegang.
Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami
siswa.
Metode demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab
membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.
Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses
terjadinya sesuatu.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang cukup efektif sebab membantu para siswa
untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu.
a. Kelebihan Metode Pembelajaran Demonstrasi
Berikut kelebihan metode demonstrasi, antara lain:
Menghindari verbalisme.
Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan
mencoba melakukannya sendiri.
Kurangnya fasilitas.
Metode diskusi merupakan metode pengajaran yang erat hubungannya dengan belajar pemecahan
masalah. Metode ini juga biasa dilakukan secara berkelompok atau diskusi kelompok.
Metode Diskusi berbentuk tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarya dan terobosan baru
dalam pemecahan masalah.
Memperluas wawasan.
Macam metode pembelajaran yang juga kerap digunakan adalah metode pembelajaran karyawisata.
Metode karyawisata (Field-trip), karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas. Jadi karyawisata
di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
Kurangnya fasilitas.
Terlepas dari model pembelajaran mana yang akan digunakan, berikut ini
adalah berbagai macam model pembelajaran yang wajib diketahui oleh guru.
1. Model Pembelajaran Inquiry
Model pembelajaran ini untuk mendorong siswa untuk menemukan jawaban
dari masalah yang dihadapi. Sehingga dalam proses pembelajaran, siswa
dituntut untuk mau berpikir secara kritis dan analitis.
2. Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual ini adalah upaya guru untuk mengaitkan
materi dengan dunia nyata. Sehingga konsep yang diajarkan di dalam kelas
tidak hanya sebagai bayangan saja, namun bisa diterapkan dan digunakan
dalam kehidupan nyata.
3. Model Pembelajaran Ekspositori
Ekspositori berarti sebuah penjelasan yang dilakukan oleh seorang guru
mengenai sebuah teori atau konsep. Dengan model pembelajaran ini,
diharapkan para siswa memahami materi pelajaran secara maksimal melalui
penjelasan verbal yang dilakukan oleh guru.
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran ini menekankan pada penyelesaian masalah secara
ilmiah. Dalam bahasa Inggris model pembelajaran ini biasa disebut dengan
Problem based learning.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
Dengan model pembelajaran ini, siswa akan belajar secara berkelompok
untuk mencapai tujuan dari sebuah pembelajaran tertentu.
6. Model Pembelajaran Project Based Learning
Sementara itu, model pembelajaran berbasis proyek ini menjadi sebuah
proyek atau kegiatan nyata sebagai kegiatan inti dalam sebuah
pembelajaran.
7. Model Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM berarti Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Penerapan model pembelajaran ini membutuhkan rancangan yang disiapkan
oleh guru sementara siswa akan belajar secara aktif dan dengan hati
senang.
8. Model Pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran ini menggunakan kerangka TANDUR (Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Biasanya dalam
pembelajaran dengan model ini terdapat yel-yel sebagai perayaan atau
meningkatkan motivasi belajar.
9. Model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran dengan melibatkan atau
menggabungkan antara beberapa mata pelajaran sekaligus. Dengan
demikian, pembelajaran yang dilakukan diharapkan akan lebih bermakna
untuk peserta didik.
10. Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Seperti namanya, model pembelajaran ini biasanya dilakukan oleh dua kelas
menjadi satu sesi pelajaran. Ini dapat dilakukan efektivitas belajar.
11. Model Pembelajaran Tugas Terstruktur
Pembelajaran dengan model tugas terstruktur ini siswa diberikan tugas-tugas
tertentu oleh guru. Tujuannya adalah memperdalam kepada materi yang telah
diberikan.
12. Model Pembelajaran Portofolio
Model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan pengumpulan karya terpilih
dari satu kelas. Prinsip dari model ini adalh membuat peserta didik aktif dan
dapat menjalin koorporasi untuk menghasilkan sebuah karya.
13 Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran ini memberikan pembelajaran tematik yang diambil dari
beberapa pelajaran menjadi satu topik atau tema. Materi yang disampaikan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan harapannya akan menjadi bekal
untuk menghadapi kehidupan nyata.
3) Media pembelajaran :
a. Ayu Rifka Sitoresmi (2022) Secara umum, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Sedangkan media pembelajaran adalah segala sarana, alat dan
media yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Macam-macam Media Pembelajaran
1. Media Audio
Macam-macam media pembelajaran audio berfungsi untuk
menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan.
Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran. Dilihat dari
sifat pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan
verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-
bunyian dan vokalisasi). Contoh media seperti radio, tape recorder,
telepon, laboratorium bahasa, dan lain-lain.
2. Media Visual
Macam-macam media pembelajaran visual adalah media yang hanya
mengandalkan indera penglihatan. Jenis media pembelajaran visual
menampilan materialnya dengan menggunakan alat proyeksi atau
proyektor. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam
bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi media visual juga berfungsi
untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan
fakta yang mungkin dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika
disajikan dalam bentuk visual. Macam-macam media pembelajaran
visual ini dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media
visual gerak. Berikut penjelasannya :
a. Media visual diam
Berupa foto, ilustrasi, flashcard, gambar pilihan dan potongan
gambar, film bingkai, film rngkai, OHP, grafik, bagan, diagram,
poster, peta, dan lain-lain.
b. Media visual gerak
Berupa gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan
sebagainya.
3. Media Audio Visual
Macam-macam media pembelajaran audio visual merupakan media
yang mampu menampilkan suara dan gambar. Ditinjau dari
karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi 2 yaitu
madia audio visual diam, dan media audio visual gerak. Berikut
penjelasannya:
a. Media audiovisual diam
Berupa TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, buku
bersuara.
b. Media audio visual gerak
Berupa film TV, TV, film bersuara, gambar bersuara, dan lain-lain.
4. Media Serbaneka
Macam-macam media pembelajaran serbaneka merupakan suatu
media yang disesuaikan dengan potensi di suatu daerah, di sekitar
sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contoh macam-macam
media pembelajaran serbaneka di antaranya adalah papan tulis,
media tiga dimensi, realita, dan sumber belajar pada masyarakat.
Berikut penjelasannya :
a. Papan (board) yang termasuk dalam media ini di antaranya papan
tulis, papan buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik,
dan papan paku.
c. Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau
aslinya. Contoh pemanfaatan realit misalnya guru membawa kelinci,
burung, ikan atau dengan mengajak siswanya langsung ke kebun
sekolah atau ke peternakan sekolah.
d. Sumber belajar pada masyarakat di antaranya dengan karya
wisata dan berkemah.
5. Gambar fotografi
Gambar fotografi diperoleh dari beberapa sumber, misalnya dari
surat kabar, lukisan, kartun, ilustrasi, foto yang diperoleh dari
berbagai sumber tersebut dapat digunakan oleh guru secara efektif
dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan tertentu. Terdapat
lima macam gambar fotografi yang harus diperhatikan antara lain:
a. Gambar fotografi itu harus cukup memadai.
b. Gambar-gambar harus memenuhi persyaratan artistik yang
bermutu.
c. Gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan
jelas.
d. Validitas gambar, yaitu apakah gambar itu benar atau tidak.
e. Memikat perhatian anak, ini cenderung kepada hal-hal yang
diamatinya, misalnya, binatang, kereta api, kapal terbang dan
sebagainya.
6. Peta dan Globe
Macam-macam media pembelajaran berikutnya adalah peta dan
globe ini berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi. Seperti
keadaan permukaan (bumi, daratan, sungai sungai, gunung-
gunung), dan tempat- tempat serta arah dan jarak. Kelebihan lain
dari peta dan globe, dalam kegiatan belajar mengajar adalah:
a. Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik,
daerah kepulauan dan lain lain.
b. Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh-
pengaruh geografis.
c.Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan
distribusi penduduk, tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewan,
serta bentuk bumi yang sebenarnya.
ika Anda ingin melakukan evaluasi pembelajaran, tentu saja Anda harus memiliki
beberapa hal yang harus direncanakan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam melakukan evaluasi
menurut Zinal Airifin dalam buku yang berjudul Evaluasi Pembelajaran: Prinsip,
Teknik, dan Prosedur.
Dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa prinsip yang menjadi pegangan untuk
seorang guru dalam evaluasi pembelajaran. Berikut penjelasannya.
1. Kontinuitas
Evaluasi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan
saat ujian tengah semester atau ketika akhir semester saja. Evaluasi pembelajaran
yang dilakukan guru bertujuan untuk melihat perubahan nilai yang didapatkan siswa
secara berkesinambungan. Sehingga, bisa dikatakan guru harus memastikan secara
seksama dan detail dalam menganalisis kemampuan siswa.
2. Komprehensif
Selain itu, guru juga harus memerhatikan aspek kognitif dan aspek afektif siswa. Jika
diperhatikan secara seksama, tidak jarang beberapa guru hanya fokus memerhatikan
aspek kognitif siswa saja, padahal kedua aspek tersebut sama penting dan berperan
besar dalam proses evaluasi pembelajaran siswa. Dalam hal ini, guru tidak hanya
dituntut untuk mengajarkan siswa untuk memahami suatu materi pembelajaran saja,
tetapi guru juga dituntut dalam membentuk karakter siswa, terutama dalam
mengajak siswa untuk bisa berpikir positif dan memiliki perilaku positif dalam proses
belajar. Bahkan, akan sangat bagus jika bisa bermanfaat dalam kehidupannya sehari-
hari. Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran yang baik akan dilakukan guru dari
proses belajar siswa hingga hasil belajar.
3. Kooperatif
Proses evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru memiliki beberapa elemen yang
berperan penting dalam perkembangan siswa, seperti dari kepala sekolah, guru wali
kelas, guru mata pelajaran, dan orangtua. Dengan sikap kooperatif yang ditunjukkan
oleh beberapa pihak tersebut, perkembangan siswa akan jauh lebih baik lagi.
Sehingga, bisa dikatakan bahwa komunikasi dan kerjasama merupakan unsur penting
dalam evaluasi pembelajaran siswa.
4. Objektif
Selain itu, penilaian hasil dalam evaluasi belajar siswa harus bersifat objektif. Bersifat
objektif berarti guru tidak memerhatikan faktor-faktor subjektif yang dapat
mempengaruhi hasil belajar, seperti guru memiliki hubungan khusus terhadap siswa,
ada faktor perasaan tidak tega atau hal-hal lain yang dapat mengubah pandangan
dan penilaian guru terhadap kemampuan siswa. Apabila siswa mendapatkan nilai
yang kurang baik, Anda harus memasukkan nilai tersebut dan memberikan catatan
yang dapat memotivasi siswa serta pemberitahuan kepada orangtua.
5. Praktis
Hal terakhir yaitu evaluasi pembelajaran bersifat praktis, berarti kegiatan tersebut
harus bisa menghemat biaya, waktu, dan tenaga guru. Praktis yang dimaksud seperti
dalam membuat instrumen penilaian. Dengan adanya prinsip tersebut, guru akan
lebih mudah dalam menyusun instrumen penilaian, dengan catatan instrumen
tersebut juga dapat digunakan oleh guru lain, tanpa menghilangkan esensi evaluasi
pembelajaran itu sendiri, terutama dalam mencapai tujuan kegiatan belajar.
Jika Anda ingin melakukan evaluasi pembelajaran, tentu saja Anda harus memiliki
beberapa hal yang harus direncanakan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam melakukan evaluasi
menurut Zinal Airifin dalam buku yang berjudul Evaluasi Pembelajaran: Prinsip,
Teknik, dan Prosedur
1. Analisis Kebutuhan
Dalam hal ini, analisis yang dilakukan guru untuk membantu mereka dalam
mengidentifikasi kebutuhan dan mempermudah mereka dalam menentukan skala
prioritas pemecahannya. Analisis yang akan dilakukan guru seperti dalam
menentukan kebutuhan siswa, baik secara individu maupun kelompok.
Selain itu, guru juga harus menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian tersebut
harus dirumuskan secara jelas dan tegas, karena berperan penting dalam
menentukan arah, ruang lingkup materi ajar, model pembelajaran yang akan
digunakan, serta karakter alat penilaian. Tujuan penilaian harus dirumuskan sesuai
dengan jenis penilaian yang akan dilakukan guru, seperti penilaian formatif, sumatif,
penempatan, atau diagnostik. Adapun rumusan dalam tujuan penilaian harus
memerhatikan domain hasil belajar siswa.
Guru harus mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar siswa sesuai dengan
kompetensi yang ada dalam kurikulum yang berlaku, yang dimulai dari standar
kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar siswa hingga indikator pembelajaran.
4. Menyusun Kisi-Kisi
Dalam hal ini, penyusunan kisi-kisi yang dipersiapkan guru yaitu terkait penilaian
yang relevan dengan materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru kepada
siswa. Fungsi dari kisi-kisi tersebut yaitu sebagai pedoman untuk menulis soal atau
merakit soal dalam tes siswa. Kisi-kisi tersebut juga harus disusun berdasarkan
silabus, sehingga guru terlebih dulu harus menganalisis silabus sebelum menyusun
kisi-kisi.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang perlu diubah, diperbaiki,
bahkan soal yang harus dibuang, serta soal mana yang baik untuk digunakan
selanjutnya. Soal yang baik merupakan soal yang sudah mengalami uji coba dan
revisi yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional.
Jika soal telah diuji dan dianalisis, maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi
yang sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan
demikian, akan terdapat soal yang bisa diperbaiki dari penyampaian bahasa, pokok
soal, ataupun harus direvisi total.
Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan ketika sedang melakukan evaluasi
program pembelajaran. Untuk menyusun evaluasi pembelajaran, Anda harus
memastikan bahwa hasil belajar yang dimiliki siswa sesuai dengan proses belajarnya
selama ini.
Berikut ini, ada 8 tahap atau proses yang harus dilakukan sebagai tahapan
pengumpulan data.
1. Observasi (Pengamatan)
Teknik observasi artinya melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis mengenai gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi
ini tergolong teknik pengumpulan data yang paling mudah dilakukan dan
biasanya juga banyak digunakan untuk statistika survei, misalnya meneliti
sikap dan perilaku suatu kelompok masyarakat.
2. Kuestioner (Kuesioner/Angket)
Teknik yang kedua adalah kuestioner atau kuesioner yang artinya teknik
pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan kepada orang lain yang berperan sebagai responden agar dapat
menjawab pertanyaan dari peneliti. Meski terlihat mudah, teknik ini cukup
sulit dilakukan jika jumlah respondennya besar dan tersebar di berbagai
wilayah.
– Isi dan tujuan pertanyaannya ditujukan untuk mengukur mana yang harus
ada dalam skala yang jelas dan dalam pilihan jawaban.
Baca Juga:
Jenis-Jenis Data
Dalam teknik pengumpulan data, tentu saja dibutuhkan data yang berupa
fakta yang valid sebagai informasi. Sehingga ada beberapa jenis data yang
bisa dipilih dan dikategorikan. Pembagian data ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
(a) berdasarkan tipe penelitian, (b) berdasarkan sumber, dan (c)
berdasarkan cara memperoleh.
1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berbentuk narasi atau deskripsi yang
bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena atau kualitas sebuah
fenomena yang tidak bisa diukur secara numerik.
2. Data Kuantitatif
Sementara itu, data yang didapatkan pada teknik pengumpulan data berupa
data kuantitatif maksudnya jenis data yang dapat diukur
atau measurable dan bisa dihitung langsung sebagai variabel angka atau
suatu bilangan. Variabel ini menjadi atribut atau karakteristik untuk
mengukur dan mendeskripsikan suatu kasus atau objek pada penelitian
tersebut.
Contoh data kuantitatif misalnya:
– data jumlah karyawan setiap tahun pada suatu perusahaan yang akan
dijadikan objek penelitian
B. Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumbernya, data dalam teknik pengumpulan data dibagi
menjadi dua yakni data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer pada teknik pengumpulan data adalah data utama atau data
pokok yang digunakan di dalam penelitian. Biasanya, data primer ini bisa
dideskripsikan sebagai jenis data yang diperoleh langsung dari tangan
pertama subjek penelitian atau responden atau narasumber, dan lain
sebagainya, kecuali pada riset kuantitatif.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dalam teknik pengumpulan data yang
menjadi data pelengkap. Artinya data tersebut diperoleh tidak melalui
tangan pertama responden atau narasumber, melainkan dari tangan kedua,
tangan ketiga, dan seterusnya. Sama halnya dengan data primer,
perkecualian ini berlaku pada riset kuantitatif.
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
pengamatan langsung. Peneliti biasanya terjun ke lapangan untuk
melakukan pengamatan terhadap objek penelitian dan diamati
menggunakan pancaindera. Dalam teknik ini, peneliti biasanya berperan
sebagai orang asing yang mengamati secara langsung.
Setelah itu, data atau hasil yang didapat dan dikumpulkan dicatat baik
dalam bentuk tulisan, rekaman suara, foto, video, dan lain sebagainya. Sifat
penelitian observasi ini partisipatoris yang mana peneliti langsung
bergabung dan juga melakukan pengamatan objeknya bersama-sama.
Cara pengambilan data pada teknik observasi ada dua, yaitu observasi
partisipasi dan non partisipan.
2. Observasi Partisipasi
Observasi partisipasi ini dilakukan dengan cara peneliti turut langsung untuk
berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan kelompok yang diteliti. Peneliti
kemudian melakukan aktivitas yang dilakukan oleh kelompok yang diteliti,
sehingga meski hanya melakukan pengamatan, peneliti ikut membaur
dalam kegiatan tersebut.
Metode ini sangat cocok untuk penelitian yang sifatnya memuat aspek
psikis, misalnya kesan, pemaknaan, apa yang dirasakan, dan lain-lain. Akan
tetapi, penelitian ini dirasa kurang objektif karena peneliti hanya mengetahui
orang yang diteliti atau partisipan umumnya mengetahui bahwa mereka
sedang diteliti.
Contoh observasi partisipasi adalah ketika peneliti ikut terjun bermain gobak
sodor dengan anak-anak di kampung yang diteliti ketika ia meneliti
mengenai permainan tradisional anak di wilayah tersebut.
Akan tetapi, peneliti harus memiliki pengetahuan yang lebih dan sudah lebih
dulu membaca teori-teori penelitian yang dilakukan karena teknik
pengumpulan data ini akan sulit jika dilakukan hanya dengan cara
mengamati saja.
4. Wawancara
Teknik pengumpulan data berupa wawancara ini dilakukan dengan cara
tanya jawab antara peneliti dengan responden agar mendapat informasi
atau persepsi subjektif dari informan terkait topik yang ingin diteliti. Peneliti
sebelumnya harus menyiapkan pertanyaan-pertanyaan wawancara terlebih
dahulu.
5. Eksperimental
Terakhir yakni teknik pengumpulan data dengan metode eksperimental.
Artinya penelitian ini dilakukan dengan sengaja dan peneliti melakukan
manipulasi terhadap satu atau lebih variabel tertentu yang kemudian akan
berpengaruh pada variabel lain yang diukur.
Kesulitan belajar seringkali dihadapi oleh siswa saat menuntut ilmu di sekolah.
Masalah ini biasanya terlihat dari ketidakmampuan siswa dalam mempelajari
kemampuan dasar seperti membaca, berhitung, mengeja atau menyerap pelajaran
lain. Bagi seorang tenaga pendidik atau guru diperlukan cara khusus mengatasi
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa tersebut.
Seperti yang kita tahu, guru adalah sosok orang tua kedua bagi para siswa. Tentu
peran guru sangat penting dalam memberikan pendidikan baik secara akademik
maupun moral yang membentuk perilaku dan karakter. Sangat disayangkan apabila
pesan atau pelajaran yang disampaikan guru tidak bisa diterima dengan maksimal
oleh siswa tersebut. Berikut ada beberapa cara mengatasi kesulitan belajar bagi
siswa yang bisa menjadi pertimbangan.
Prior knowledge dapat diartikan sebagai pengetahuan awal yang sudah dimiliki oleh
siswa dari pengalaman atau pengetahuan yang didapat sebelumnya. Prior
knowledge bisa menjadi sebuah metode pendekatan oleh guru agar dapat
mengatasi kesulitan belajar siswa di sekolah. Cara ini sangat bermanfaat sehingga
siswa dapat mudah menerima materi baru selanjutnya.
Metode prior knowledge dapat didahului dengan mempelajari suatu materi. Sebagai
contoh, siswa dapat diberikan tugas untuk membaca lebih dulu materi yang akan
disampaikan di pertemuan selanjutnya.
2. Selalu Evaluasi
Cara mengatasi kesulitan belajar siswa bisa dilakukan dengan metode evaluasi
atau self-monitoring. Di sini, guru dapat melihat perkembangan siswanya sekaligus
mengambil langkah-langkah yang harus dilakukan kepada siswa tersebut.
Sebagai contoh, guru dapat memberikan kunci jawaban yang benar, ketika siswa
telah menyelesaikan suatu tugas. Dari sini, siswa dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan dia dalam menyelesaikan tugas dengan melihat jawaban yang benar
dan salah. Bagi guru sendiri tentu akan mengetahui seberapa jauh perkembangan
kemampuan siswa mengerjakan suatu tugas dan mengetahui konsep-konsep yang
masih sulit dipahami dari jawaban yang salah.
Setiap siswa memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda, seperti halnya
dalam kecepatan mengerjakan tugas yang diberikan. Umumnya, kesulitan belajar
yang dialami siswa adalah ketidaksanggupan mereka mengerjakan tugas dalam
jangka waktu panjang. Oleh karena itu, sebaiknya siswa diberikan tugas yang
singkat. Sebagai contoh, guru dapat memberikan tugas yang mudah dengan
pertanyaan dan jawaban yang singkat dan bisa langsung memberikan nilai di saat
yang sama.
Cara mengatasi kesulitan belajar selanjutnya adalah dengan mengajak siswa lebih
aktif dalam pelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan siswa berdiskusi
saat menerangkan pelajaran. Caranya adalah dengan membiarkan siswa
menyampaikan apa saja yang mereka ingin tahu tentang pelajaran tersebut. Metode
ini memang membutuhkan kesabaran dan keuletan dari guru.
Sebagai contoh, dapat mengajak siswa supaya mereka mau bertanya. Namun, perlu
diingat, guru mesti menghindari sikap marah ataupun menyalahkan secara
berlebihan apabila ada pendapat dari mereka yang salah. Sikap tersebut sangat
mungkin akan menurunkan mental siswa atau menjadi tidak tertarik dengan
pelajaran yang disampaikan.
Siswa butuh diarahkan agar siswa menyadari potensinya. Minat dan bakat anak
nantinya akan menjadi life skill, yaitu kemampuan khusus untuk dapat bertahan
hidup dan menjadi berhasil. Ini menjadi bekal yang sangat bermanfaat hingga
mereka dewasa nanti.
Metode ini merupakan salah satu yang ditanamkan oleh semua guru yang mengajar
di Global Prestasi School. GPS mendorong partisipasi siswa dalam semua
kegiatan di kelas. Hal ini akan membuat siswa lebih aktif, bersemangat, dan lebih
mudah menyerap semua pelajaran yang disampaikan.
Sebagai sekolah berstandar internasional, GPS memiliki visi dan misi dalam
mendidik siswa-siswi menjadi individu holistik dengan karakter, fondasi dan
keterampilan akademik yang kuat. Untuk membangun hal tersebut maka diperlukan
bimbingan dan pendekatan yang tepat melalui peran guru. Pengalaman serta
inovasi metode pembelajaran dalam membimbing siswa-siswi terus dikembangkan
oleh GPS untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak sebagai generasi
penerus bangsa.
GPS terdiri dari Montessori Pra-sekolah, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang dikelola dan dioperasikan
oleh Yayasan Harapan Global Mandiri. Global Prestasi SMP & SMA didirikan pada
2005 sementara Global Prestasi SD didirikan pada 2007. Global Prestasi Montessori
diluncurkan pada 2016. GPS telah dianugerahi nilai akreditasi “A” sejak 2007 dan
secara resmi diakui sebagai “model school” oleh dinas pendidikan Bekasi. GPS
menggunakan kurikulum 2013 dan berafiliasi dengan kurikulum Cambridge.
6. Pendekatan Personal
7. Metode Resiprokal
Reciprocal teaching atau pengajaran resiprokal adalah bentuk dialog interaktif antara
guru dan siswa. Cara baru ini bertujuan untuk membangun pemahaman siswa
terhadap sebuah materi atau tugas. Siswa dibebaskan menjawab sebuah
pertanyaan sesuai yang dia tahu. Pengajaran resiprokal diharapkan dapat
meningkatkan kedekatan antara guru dengan siswa.