Anda di halaman 1dari 26

Dalam kegiatan pembelajaran biasanya ditemukan peserta didik yang malas belajar.

Untuk
mengetahui akar kemalasan anak, pendidik harus mengetahui secara detail, apa yang menjadi
masalahnya sehingga peserta didik tersebut tidak mau belajar. Masalah anak yang malas belajar
bukan hanya dikeluhkan oleh pendidik tetapi juga orang tua, biasanya faktor kemalasan belajar pada
anak terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan sekitarnya, baik itu keluarga, sekolah, maupun
masyarakat, ketiga hal inilah yang membawa pengaruh besar dalam membentuk kepribadian anak.

1. menentukan metode dan model pembelajaran


1) Guntur Saleksa Utama (2020) Mempertimbangkan pentingnya media
pembelajaran sebagai sumber belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran, maka kita sebagai seorang guru harus bisa menentukan
sumber belajar yang tepat. Untungnya saat ini Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan melalui fitur Sumber Belajar di portal Rumah Belajar
telah menyediakan ribuan media pembelajaran baik berupa audio,
visual maupun audio visual, sehingga bisa kita jadikan sebagai bahan
sumber belajar dalam pembelajaran saat ini 
2) Dita Kharisma Febriani 2021 Adapun macam-macam metode
pembelajaran antara lain :
a. Metode ceramah
ini akan berhasil apabila peserta didik bisa memahami apa yang
pendidik sampaikan, kemudian guru menyampaikan secara
sistematis supaya runtut, rinci dan jelas. Hendaknya guru memiliki
taktik sendiri dengan membuat metode ceramah yang
menggairahkan dan menarik. Seperti diselingi dengan humor.
b. Metode Tanya Jawab
Cara pembelajaran dengan guru memberikan pertanyaan, dan harus
dijawab oleh siswa
c. Metode Demonstrasi
Cara pembelajaran dengan guru memperagakan atau
mempertunjukkan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
d. Metode Karyawisata
Cara pembelajaran dengan guru membawa siswa untuk melakukan
pembelajaran di luar kelas, seperti metode pengalaman lapangan.
Contohnya dengan memberi tugas observasi kepada peserta didik.
e. Metode Penugasan
Cara pembelajaran dengan guru memberikan tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui
sampai seberapa kemampuan peserta didik.
f. Metode Pemecahan Masalah
Cara pembelajaran dengan guru menyajikan suatu masalah untuk
dianalisis dan dicari cara penyelesaiannya oleh peserta didik.
g. Metode Diskusi
Cara pembelajaran dengan guru memberikan suatu permasalahan
untuk dipecahkan bersama oleh peserta didik.
h. Metode Simulasi
Cara pembelajaran dengan guru berpura-pura atau bermain peran
untuk menjelaskan suatu materi yang diajarkan guna untuk diambil
suatu pemahaman oleh peserta didik.
i. . Metode Eksperimen
Cara pembelajaran dengan guru memberikan tugas peserta didik
melakukan percobaan. Hal itu bisa dilakukan di laboratorium.
j. Metode Penemuan
Cara pembelajaran supaya siswa menemukan sesuatu yang
bersangkutan dengan materi yang diajarkan. Hal ini bisa
mengembangkan dan meningkatkan cara berpikir, pengetahuan
serta kekreatifan peserta didik juga menambah  pengalamannya.
k. Metode Proyek atau Unit
Cara pembelajaran yang titik tolaknya pada suatu masalah yang
nantinya dicari pemecahannya secara kesuluruhan.
Lalu,  jika kalian menjadi seorang guru serta melihat kondisi pendidikan
Indonesia sekarang ini, metode pembelajaran apa yang akan kalian
gunakan?

2. (Nini Subini, dkk. , 2012;106) Pendidik sebagai pengajar merupakan


pencipta kondisi belajar peserta didik yang didesain secara sengaja,
sistematis dan berkesinambungan, sedangkan peserta didik sebagai
subyek pembelajaran yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan
oleh pendidik. Oleh karena itu, menjadi tugas pendidik untuk
menjadikan proses pembelajaran menjadi sesuatu yang menarik, tidak
sekadar mengajarkan, mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta
didiknya, namun juga harus dapat mendidik peserta didiknya menjadi
lebih baik Baik dalam mencari ilmu dan maksimal dalam mencapai
hasilnya. Dalam hal pemberian pendidikan kepada anak-anak harusnya
orang tua dan Guru bekerjasama dalam menghadapi anak yang malas
belajar. Dengan menggunakan metode dan strategi psikologis yaitu
dengan mengenal sifat dan tingkah laku anak agar lebih mudah
membina, membimbing dan mengarahkan anak untuk belajar dengan
baik.Karena belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman
agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat
kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan, sebagaimana Firman Allah SWT
dalam surat Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :
Terjemahannya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Departemen Agama RI, 2002;
793)

Jurnal Tarbawi| Volume 4|No 1| p-ISSN(2019) dengan melakukan observasi, interview,


dan dokumentasi. 1. Observasi Dalam melakukan observasi perlu mempergunakan panca
indera secara keseluruhan, sehingga dapat menjiwai obyek penelitian. Observasi terbagi
dua bahagian, yaitu: a. Tehknik observasi langsung yaitu pengumpulan data yang
dilaksanakan secara langsung tanpa menggunakan alat khusus baik dilakukan dalam
situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi yang dibuat-buat. b. Teknik observasi
tak langsung, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan sebuah alat, baik alat yang
sengaja dibuat untuk keperluan yang khusus itu, maupun alat yang sudah ada (yang
semula tidak khusus dibuat untuk keperluan tersebut). Adapun hal-hal yang diobservasi
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah strategi guru dalam proses pembelajaran, dan
siswa yang malas belajar. 2. Interview/wawancara Dalam melaksanakan interview perlu
dilakukan secara langsung antara penyelidik dengan informan sehingga dapat lebih
terbuka dalam berkomunikasi dalam rangka
solusi
strategi adalah pencapaian tujuan sehingga langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan
berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam mencapai tujuan. Ada
empat strategi dasar belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut: 1. Mengidentifikasi
serta menetapkan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan
sesuai tuntutan dan perubahan zaman. 2. Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar
mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat. 3. Memilih dan menetapkan
prosedur, metode dan tehnik belajar mengajar dan dianggap paling tepat dijadikan
pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar. . 4. Menetapkan norma-norma dan
batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang penting dan harus
dijadikan pedoman untuk pelaksaan kegiatan belajar agar berhasil sesuai dengan yang
diharapkan. Empat masalah pokok adalah sebagai berikut: a. Spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang
dilakukan itu. b. Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat
dan efektif untuk mencapai sasaran. . Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan
tehnik belajar mengajar yang paling tepat dan efektif, d. Menerapkan norma-norma
kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran
untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukan.

3.

  Melakukan pelatihan kepada Pendidik dan Meningkatan Manajeman dalam


Pemanfaatan Media Pembelajaran.

Meningkatkan kualitas dan kecakapan guru dalam memenfaatkan media


pembelajaran, selain juga membentuk  sistem mental bagi semua guru untuk
memanfaatkan media pembelajaran secara profesioanal dan sadar. Yang terpenting
menurut penulis adalah membentuk mindset berfikir untuk secara sadar menggunakan
media pembelajaran dalam mengajar, setelah itu baru mengadakan pelatihan
pemanfaatan media pembelajaran. Fungsi pelatihan adalah membantu pendidik dalam
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi dan mengembangkan
media pembelajaranm. Karena kesadaran untuk memanfaatkan media jauh lebih
penting dari pada pelatihan memanfaatkan media tertentu, apa faedanya jika guru mahir
memanfaatkan media tetapi tetap malas menggunakannya atau memanfaatkan media
hanya untuk menggantikan posisi kehadirannya. Pelatihan  bisa dilakukan dengan
membentuk sebuah forum nonformal yang mengundang ahli media pembelajaran.

b.      Manajeman Pengelolaan Media Pembelajaran


Manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu Management yang artinya
kepemimpinan, proses pengaturan, pemimpin dan menjamin kelancaran jalannya
pekerjaan dalam mencapai tujuan dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya.
Organisasi apapun, senantiasa membutuhkan manajemen yang baik. Di lembaga
sekolah, manajemen yang dilaksanakan harus bersifat sosial dan memperhatikan faktor
psikologis, karena yang dihadapi adalah sejumlah individu yang terdiri dari latar
belakang berbeda, baik ditinjau dari latar belakang sosial, latar belakang ekonomi, dan
latar belakang agama.
Bentuk manajeman pengelolaan media pembelajaran (terutama media modern
atau media yang jumlahnya terbatas di sekolah) dapat dilakukan dengan membuat
daftar jumlah media pembelajaran yang tersedia di sekolah, membuat jadwal pengguna
media pembelajaran, membentuk tim pengelola pemeliharaan media, dan membuat
catatan-catatan lain yang relevan untuk manajeman pengelolaan media pembelajaran.

2.      Mengkomunikasikan Rencana Pemanfaatan Media Pembelajaran kepada Peserta


Didik.
Ujung tombak dari kesuksesan pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri.
Maka mengkomunikasikan rencana pemanfaatan media tertentu kepada peserta didik
sangat penting. Karena pada hakikatnya tujuan pemanfaatan media adalah untuk
memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran sebagai subjek
pembelajaran. Bukan semata hanya untuk memudahkan guru dalam mengajar. Serta
terdapat kecenderungan pada siswa untuk menyukai atau tidak menyukai pada media
pembelajaran tertentu sangat mungkin terjadi.
Setidak-tidaknya ada dua alasan mengapa dinilai penting mengkomunikasikan
rencana pemanfaatan media pembelajaran kepada peserta didik adalah agar peserta
didik dapat mempersiapkan dirinya untuk memanfaatkan media pembelajaran (a)
dengan mempelajari materi pelajaran yang akan disajikan melalui media pembelajaran
dan mempersiapkan fasilitas yang diperlukan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
melalui media tersebut. Dari sisi guru sendiri, ada tuntutan agar guru lebih
mempersiapkan dirinya mengenai materi pelajaran yang akan dibahas serta
mempersiapkan fasilitas yang dibutuhkan (dalam kondisi baik) agar tidak menjadi
hambatan sewaktu pemanfaatan media pembelajaran dilaksanakan, dan
mempersiapkan setting tempat/lokasi yang akan menjadi tempat pemanfaatan media
pembelajaran.[8]

3.      Mengkomunikasikan Rencana Pemanfaatan Media Pembelajaran (Khususnya


Media Modern) kepada Pengelola Fasilitas Media Pembelajaran Modern Sekolah.
Tidak adanya komunikasi tentang rencana pemanfaatan media kepada pengelola
fasilitas media dapat mengakibatkan terganggunya pelaksanaan pemanfaatan media
pembelajaran atau lebih fatal lagi adalah tertundanya rencana pelaksanaan
pemanfaatan media pembelajaran modern untuk kepentingan pembelajaran.
Komunikasi dengan pengelola fasilitas media pembelajaran modern ini akan menuntut
aktivitas pengelola untuk memeriksa berbagai fasilitas media pembelajaran modern
yang dibutuhkan guru sehingga pada saat pelaksanaan pemanfaatan, semua fasilitas
media pembelajaran modern yang dibutuhkan guru dalam keadaan siap dan baik.
[9] Apalagi untuk guru yang telah pegawai negeri diwajibkan mengajar selama 18 jam
per minggu dan guru yang telah mendapat sertifikasi diwajibkan menajara selama 24
jam per minggunya. Hal inilah yang menyebabkan minimnya waktu guru untuk
mempersiapkan dan memastikan media pembelajaran keadaan baik khsusunya media
modern, maka perlulah para pengelola khusus untuk menangani permasalah dan
kerusakan yang terjadi pada media dan hal ini tidak menutup kemungkinan untuk media-
media yang tidak modern.

Ciri-ciri Metode Pembelajaran Studi Kasus Menurut Robert K.Yin (2015:70) menjelaskan beberapa
ciri metode pembelajaran studi kasus diantaranya yaitu : a. Seseorang harus mampu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan menginterpretasikan jawaban-jawabannya. b. Seseorang harus menjadi
pendengar yang baik dan tak terperangkap oleh ideologi atau prakonsepsinya sendiri. c. Seseorang
hendaknya mampu menyesuaikan diri dan fleksibel agar situasi yang baru dialami dapat dipandang
sebagai peluang dan bukan ancaman. d. Seseorang harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap
isu-isu yang akan diteliti, apakah hal ini berupa orientasi teoritis atau kebijakan, ataupun bahkan
berbentuk eksploratoris. Daya tangkap seperti itu mengurangi peristiwa-peristiwa yang relevan dan
informasi yang harus dipilih ke arah proporsi yang bisa dikelola. e. Seseorang harus tidak bias oleh
anggapan-anggapan yang sudah ada sebelumnya, termasuk anggapan-anggapan yang diturunkan
dari teori. Karena itu, seseorang harus peka dan responsif terhadap bukti-bukti yang kontradiktif.

Selain itu, Purwanto (Sri Anggarini, 2010:30) mengemukakan bahwa studi kasus yang baik
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan
kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional. b. Batas-batasnya dapat ditentukan
dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali
peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya dengan baik dan tepat meskipun
dihadang oleh berbagai keterbatasan. c. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan
sudut pandang yang berbeda-beda. d. Studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling
penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan prinsip
selektifitas. e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada
pembaca. Sesuai dengan pendapat para ahli diatas maka secara umum ciri-ciri metode studi kasus
antara lain: (a) membangun rasa ingin tahu dalam diri siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan untuk memperoleh jawaban tertentu, (b) siswa memiliki respon yang kuat terhadap kasus-
kasus yang ingin di teliti, (c) keseriusan dalam mengkaji suatu kasus dengan jelas sehinnga kasus
tersebut dapat diselesaikan dengan baik, (d) memiliki beberapa pandangan dan alternatif jawaban
dalam penyelesaian suatu kasus

Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Studi Kasus Menurut Abdul Majid (2013:100)
ada beberapa cara mengajar menggunakan metode studi kasus yaitu sebagai berikut : (a) kasus
dapat berbentuk bacaan atau visual; (b) berikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang
kealamiahan masalah tersebut, dan jawab pertanyaan siswa tentang proses yang boleh siswa
lakukan dalam menyelesaikan masalah tersebut; (c) ketika kasus didiskusikan, peran guru adalah
sebagai fasilitator yang mau mendengarkan, memberi pertanyaan, memberi semangat, menganalisa
dan menilai; (d) guru mampu memfasilitasi diskusi produktif tentang suatu kasus (masalah) yang
memang pernah terjadi : dimulai dari awal, proses dan bagaimana masalah itu diselesaikan. Menurut
depdikbud Dirjen Dikdas dan Umum (1997: 15) langkahlangkah pembelajaran menggunakan metode
studi kasus diantaranya sebagai berikut: a. Mengenali gejala. b. Membuat suatu deskripsi kasus
secara obyektif, sederhana dan jelas. c. Mempelajari lebih lanjut aspek yang ditemukan untuk
menentukan jenis masalahnya. d. Jenis masalah yang sudah dikelompokan, dijabarkan dengan cara
menyumbangkan ide-ide yang lebih rinci. e. Membuat perkiraan kemungkinan penyebab masalah.
26 f. Membuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul dan jenis bantuan yang diberikan baik
bantuan langsung guru pembimbing atau perlu konferensi kasus atau alih tangan kasus (referal
case). g. Kerangka berpikir untuk menentukan langka-langka menangani dan mengungkap kasus. h.
Perkiraan penyebab masalah itu membantu untuk mempelajari jenis informasih yang dikumpulkan
dalam teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi atau data. i. Langkah
pengumpulan data terutama melihat jenis informasi atau data yang diperlukan seperti antara lain
kemampuan akademik,sikap,bakat dan minat, baik melalui teknik tes maupun teknik non tes.
Dengan kata lain pembelajaran menggunakan metode studi kasus perlu diperhatikan terutama
pemahaman pada kasusnya perlu dilihat secara menyeluruh, mendalam dan obyektif. Menyeluruh
artinya meliputi semua jenis informasi yang diperlukan,baik kemampuan akademik, keadaan sosial,
psikologi, termasuk bakat, minat, keadaan keluarga maupun keadaan fisik. Informasi itu dipelajari
melalui berbagai cara termasuk wawancara, kunjungan rumah, observasi, dan catatan komulatif.
Pengumpulan informasi melalui cara-cara tersebut tidak hanya menambah wawasan yang lebih luas
saja,akan tetapi melatih diri untuk berpikir kritis dan bertindak dalam menyelesaikan suatu
persoalan.

Sebelum seorang dosen menggunakan suatu metode dalam proses pembelajaran, maka
seorang guru harus mengetahui dahulu beberapa faktor yang harus dijadikan dasar
pertimbangan dalam pemilihan sebuah metode pembelajaran, yaitu:

 Berpedoman Pada Tujuan Perbedaan Individual Anak Didik


 Kemampuan Guru
 Sifat Bahan Pelajaran
 Situasi Kelas
 Kelebihan dan Kelemahan Metode
 Kelengkapan Fasilitas

Kekurangan Metode Pembelajaran Konvensional


Berikut adalah kekurangan metode pembelajaran ceramah, yaitu:

 Siswa menjadi pasif.

 Proses belajar membosankan dan siswa mengantuk.

 Terdapat unsur paksaan untuk mendengarkan.

 Siswa dengan gaya belajar visual akan bosan dan tidak dapat menerima informasi atau
pengetahuan, pada anak dengan gaya belajar auditori hal ini mungkin cukup menarik.

 Evaluasi proses belajar sulit dikontrol, karena tidak ada poin pencapaian yang jelas.

 Proses pengajaran menjadi verbalisme atau berfokus pada pengertian kata- kata saja.
b. Kelebihan Metode Pembelajaran Konvensional
Sementara, kelebihan dari metode pembelajaran ceramah, antara lain:

 Mendorong siswa untuk menjadi lebih fokus.

 Guru dapat mengendalikan kelas secara penuh.

 Guru dapat menyampaikan pelajaran yang luas.

 Dapat diikuti oleh jumlah anak didik yang banyak.

 Mudah dilaksanakan.

2. Metode Pembelajaran Tanya Jawab

Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru
bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya
hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.

a. Kelebihan Metode Pembelajaran Tanya Jawab


Berikut kelebihan metode tanya jawab, antara lain:

 Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

 Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.

 Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan


pendapat.

b. Kelemahan Metode Pembelajaran Tanya Jawab


Berikut kekurangan metode tanya jawab, antara lain:

 Siswa merasa takut bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani dengan
menciptakan suasana yang tidak tegang.

 Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami
siswa.

 Sering membuang banyak waktu.

 Kurangnya waktu untuk memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa.

3. Metode Pembelajaran Demonstrasi

Metode demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab
membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.
Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses
terjadinya sesuatu.

Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang cukup efektif sebab membantu para siswa
untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu.
a. Kelebihan Metode Pembelajaran Demonstrasi
Berikut kelebihan metode demonstrasi, antara lain:

 Menghindari verbalisme.

 Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.

 Proses pengajaran lebih menarik.

 Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan
mencoba melakukannya sendiri.

b. Kelemahan Metode Pembelajaran Demonstrasi


Berikut kekurangan metode demonstrasi, antara lain:

 Memerlukan keterampilan guru secara khusus.

 Kurangnya fasilitas.

 Membutuhkan waktu yang lama.

4. Metode Pembelajaran Diskusi

Metode diskusi merupakan metode pengajaran yang erat hubungannya dengan belajar pemecahan
masalah. Metode ini juga biasa dilakukan secara berkelompok atau diskusi kelompok.

Metode Diskusi berbentuk tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.

a. Kelebihan Metode Pembelajaran Konvensional Diskusi


Berikut kelebihan metode diskusi, antara lain:

 Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarya dan terobosan baru
dalam pemecahan masalah.

 Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.

 Memperluas wawasan.

 Membina untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah.

b. Kelemahan Metode Pembelajaran Diskusi


Berikut kekurangan metode diskusi, antara lain:

 Membutuhkan waktu yang panjang.

 Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar.

 Peserta mendapat informasi yang terbatas.

 Dikuasai orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.


Baca juga: Ingin Kreatif dalam Menulis Karya, Berikut Cara dan Prosesnya!

5. Metode Pembelajaran Karyawisata

Macam metode pembelajaran yang juga kerap digunakan adalah metode pembelajaran karyawisata.
Metode karyawisata (Field-trip), karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas. Jadi karyawisata
di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.

a. Kelebihan Metode Pembelajaran Karyawisata


Berikut kelebihan metode karyawisata:

 Memiliki prinsip pengajaran modern dengan memanfaatkan lingkungan nyata.

 Membuat relevansi antara apa yang dipelajari dengan kebutuhan di masyarakat.

 Merangsang kreatifitas siswa.

 Bahan pelajaran lebih luas dan aktual.

b. Kelemahan Metode Pembelajaran Karyawisata


Berikut kelemahan metode karyawisata, antara lain:

 Kurangnya fasilitas.

 Perlu perencanaan yang matang.

 Perlu koordinasi agar tidak tumpah tindih waktu.

 Mengabaikan unsur studi.

 Kesulitan mengatur siswa yang banyak.

 Terlepas dari model pembelajaran mana yang akan digunakan, berikut ini
adalah berbagai macam model pembelajaran yang wajib diketahui oleh guru. 
 1. Model Pembelajaran Inquiry
 Model pembelajaran ini untuk mendorong siswa untuk menemukan jawaban
dari masalah yang dihadapi. Sehingga dalam proses pembelajaran, siswa
dituntut untuk mau berpikir secara kritis dan analitis. 
 2. Model Pembelajaran Kontekstual
 Model pembelajaran kontekstual ini adalah upaya guru untuk mengaitkan
materi dengan dunia nyata. Sehingga konsep yang diajarkan di dalam kelas
tidak hanya sebagai bayangan saja, namun bisa diterapkan dan digunakan
dalam kehidupan nyata. 
 3. Model Pembelajaran Ekspositori
 Ekspositori berarti sebuah penjelasan yang dilakukan oleh seorang guru
mengenai sebuah teori atau konsep. Dengan model pembelajaran ini,
diharapkan para siswa memahami materi pelajaran secara maksimal melalui
penjelasan verbal yang dilakukan oleh guru. 
 4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
 Model pembelajaran ini menekankan pada penyelesaian masalah secara
ilmiah. Dalam bahasa Inggris model pembelajaran ini biasa disebut dengan
Problem based learning. 
 5. Model Pembelajaran Kooperatif
 Dengan model pembelajaran ini, siswa akan belajar secara berkelompok
untuk mencapai tujuan dari sebuah pembelajaran tertentu. 
 6. Model Pembelajaran Project Based Learning
 Sementara itu, model pembelajaran berbasis proyek ini menjadi sebuah
proyek atau kegiatan nyata sebagai kegiatan inti dalam sebuah
pembelajaran. 
 7. Model Pembelajaran PAIKEM
 PAIKEM berarti Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Penerapan model pembelajaran ini membutuhkan rancangan yang disiapkan
oleh guru sementara siswa akan belajar secara aktif dan dengan hati
senang. 
 8. Model Pembelajaran Kuantum
 Model pembelajaran ini menggunakan kerangka  TANDUR (Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Biasanya dalam
pembelajaran dengan model ini terdapat yel-yel sebagai perayaan atau
meningkatkan motivasi belajar. 
 9. Model Pembelajaran Terpadu
 Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran dengan melibatkan atau
menggabungkan antara beberapa mata pelajaran sekaligus. Dengan
demikian, pembelajaran yang dilakukan diharapkan akan lebih bermakna
untuk peserta didik. 
 10. Model Pembelajaran Kelas Rangkap
 Seperti namanya, model pembelajaran ini biasanya dilakukan oleh dua kelas
menjadi satu sesi pelajaran. Ini dapat dilakukan efektivitas belajar. 
 11. Model Pembelajaran Tugas Terstruktur
 Pembelajaran dengan model tugas terstruktur ini siswa diberikan tugas-tugas
tertentu oleh guru. Tujuannya adalah memperdalam kepada materi yang telah
diberikan. 
 12. Model Pembelajaran Portofolio
 Model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan pengumpulan karya terpilih
dari satu kelas. Prinsip dari model ini adalh membuat peserta didik aktif dan
dapat menjalin koorporasi untuk menghasilkan sebuah karya. 
 13 Model Pembelajaran Tematik
 Model pembelajaran ini memberikan pembelajaran tematik yang diambil dari
beberapa pelajaran menjadi satu topik atau tema. Materi yang disampaikan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan harapannya akan menjadi bekal
untuk menghadapi kehidupan nyata. 

3) Media pembelajaran :
a. Ayu Rifka Sitoresmi (2022) Secara umum, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Sedangkan media pembelajaran adalah segala sarana, alat dan
media yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Macam-macam Media Pembelajaran
1. Media Audio
Macam-macam media pembelajaran audio berfungsi untuk
menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan.
Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran. Dilihat dari
sifat pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan
verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-
bunyian dan vokalisasi). Contoh media seperti radio, tape recorder,
telepon, laboratorium bahasa, dan lain-lain.
2. Media Visual
Macam-macam media pembelajaran visual adalah media yang hanya
mengandalkan indera penglihatan. Jenis media pembelajaran visual
menampilan materialnya dengan menggunakan alat proyeksi atau
proyektor.  Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam
bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi media visual juga berfungsi
untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan
fakta yang mungkin dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika
disajikan dalam bentuk visual. Macam-macam media pembelajaran
visual ini dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media
visual gerak. Berikut penjelasannya :
a. Media visual diam 
Berupa foto, ilustrasi, flashcard, gambar pilihan dan potongan
gambar, film bingkai, film rngkai, OHP, grafik, bagan, diagram,
poster, peta, dan lain-lain.
b. Media visual gerak
Berupa gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan
sebagainya.
3. Media Audio Visual
Macam-macam media pembelajaran audio visual merupakan media
yang mampu menampilkan suara dan gambar. Ditinjau dari
karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi 2 yaitu
madia audio visual diam, dan media audio visual gerak. Berikut
penjelasannya:
a. Media audiovisual diam
Berupa TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, buku
bersuara.
b. Media audio visual gerak
Berupa film TV, TV, film bersuara, gambar bersuara, dan lain-lain.
4. Media Serbaneka
Macam-macam media pembelajaran serbaneka merupakan suatu
media yang disesuaikan dengan potensi di suatu daerah, di sekitar
sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contoh macam-macam
media pembelajaran serbaneka di antaranya adalah papan tulis,
media tiga dimensi, realita, dan sumber belajar pada masyarakat.
Berikut penjelasannya :
a. Papan (board) yang termasuk dalam media ini di antaranya papan
tulis, papan buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik,
dan papan paku.
c. Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau
aslinya. Contoh pemanfaatan realit misalnya guru membawa kelinci,
burung, ikan atau dengan mengajak siswanya langsung ke kebun
sekolah atau ke peternakan sekolah.
d. Sumber belajar pada masyarakat di antaranya dengan karya
wisata dan berkemah.
5. Gambar fotografi
Gambar fotografi diperoleh dari beberapa sumber, misalnya dari
surat kabar, lukisan, kartun, ilustrasi, foto yang diperoleh dari
berbagai sumber tersebut dapat digunakan oleh guru secara efektif
dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan tertentu. Terdapat
lima macam gambar fotografi yang harus diperhatikan antara lain:
a. Gambar fotografi itu harus cukup memadai.
b. Gambar-gambar harus memenuhi persyaratan artistik yang
bermutu.
c. Gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan
jelas.
d. Validitas gambar, yaitu apakah gambar itu benar atau tidak.
e. Memikat perhatian anak, ini cenderung kepada hal-hal yang
diamatinya, misalnya, binatang, kereta api, kapal terbang dan
sebagainya.
6. Peta dan Globe
Macam-macam media pembelajaran berikutnya adalah peta dan
globe ini berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi. Seperti
keadaan permukaan (bumi, daratan, sungai sungai, gunung-
gunung), dan tempat- tempat serta arah dan jarak. Kelebihan lain
dari peta dan globe, dalam kegiatan belajar mengajar adalah:
a. Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik,
daerah kepulauan dan lain lain.
b. Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh-
pengaruh geografis.
c.Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan
distribusi penduduk, tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewan,
serta bentuk bumi yang sebenarnya.
ika Anda ingin melakukan evaluasi pembelajaran, tentu saja Anda harus memiliki
beberapa hal yang harus direncanakan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam melakukan evaluasi
menurut Zinal Airifin dalam buku yang berjudul Evaluasi Pembelajaran: Prinsip,
Teknik, dan Prosedur.

Dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa prinsip yang menjadi pegangan untuk
seorang guru dalam evaluasi pembelajaran. Berikut penjelasannya.

1. Kontinuitas

Evaluasi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan
saat ujian tengah semester atau ketika akhir semester saja. Evaluasi pembelajaran
yang dilakukan guru bertujuan untuk melihat perubahan nilai yang didapatkan siswa
secara berkesinambungan. Sehingga, bisa dikatakan guru harus memastikan secara
seksama dan detail dalam menganalisis kemampuan siswa.

2. Komprehensif

Selain itu, guru juga harus memerhatikan aspek kognitif dan aspek afektif siswa. Jika
diperhatikan secara seksama, tidak jarang beberapa guru hanya fokus memerhatikan
aspek kognitif siswa saja, padahal kedua aspek tersebut sama penting dan berperan
besar dalam proses evaluasi pembelajaran siswa. Dalam hal ini, guru tidak hanya
dituntut untuk mengajarkan siswa untuk memahami suatu materi pembelajaran saja,
tetapi guru juga dituntut dalam membentuk karakter siswa, terutama dalam
mengajak siswa untuk bisa berpikir positif dan memiliki perilaku positif dalam proses
belajar. Bahkan, akan sangat bagus jika bisa bermanfaat dalam kehidupannya sehari-
hari. Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran yang baik akan dilakukan guru dari
proses belajar siswa hingga hasil belajar.

3. Kooperatif
Proses evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru memiliki beberapa elemen yang
berperan penting dalam perkembangan siswa, seperti dari kepala sekolah, guru wali
kelas, guru mata pelajaran, dan orangtua. Dengan sikap kooperatif yang ditunjukkan
oleh beberapa pihak tersebut, perkembangan siswa akan jauh lebih baik lagi.
Sehingga, bisa dikatakan bahwa komunikasi dan kerjasama merupakan unsur penting
dalam evaluasi pembelajaran siswa.

4. Objektif

Selain itu, penilaian hasil dalam evaluasi belajar siswa harus bersifat objektif. Bersifat
objektif berarti guru tidak memerhatikan faktor-faktor subjektif yang dapat
mempengaruhi hasil belajar, seperti guru memiliki hubungan khusus terhadap siswa,
ada faktor perasaan tidak tega atau hal-hal lain yang dapat mengubah pandangan
dan penilaian guru terhadap kemampuan siswa. Apabila siswa mendapatkan nilai
yang kurang baik, Anda harus memasukkan nilai tersebut dan memberikan catatan
yang dapat memotivasi siswa serta pemberitahuan kepada orangtua.

5. Praktis

Hal terakhir yaitu evaluasi pembelajaran bersifat praktis, berarti kegiatan tersebut
harus bisa menghemat biaya, waktu, dan tenaga guru. Praktis yang dimaksud seperti
dalam membuat instrumen penilaian. Dengan adanya prinsip tersebut, guru akan
lebih mudah dalam menyusun instrumen penilaian, dengan catatan instrumen
tersebut juga dapat digunakan oleh guru lain, tanpa menghilangkan esensi evaluasi
pembelajaran itu sendiri, terutama dalam mencapai tujuan kegiatan belajar.

7 Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Melakukan Evaluasi Program


Pembelajaran

Jika Anda ingin melakukan evaluasi pembelajaran, tentu saja Anda harus memiliki
beberapa hal yang harus direncanakan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam melakukan evaluasi
menurut Zinal Airifin dalam buku yang berjudul Evaluasi Pembelajaran: Prinsip,
Teknik, dan Prosedur

1. Analisis Kebutuhan

Dalam hal ini, analisis yang dilakukan guru untuk membantu mereka dalam
mengidentifikasi kebutuhan dan mempermudah mereka dalam menentukan skala
prioritas pemecahannya. Analisis yang akan dilakukan guru seperti dalam
menentukan kebutuhan siswa, baik secara individu maupun kelompok.

2. Menentukan Tujuan Penilaian

Selain itu, guru juga harus menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian tersebut
harus dirumuskan secara jelas dan tegas, karena berperan penting dalam
menentukan arah, ruang lingkup materi ajar, model pembelajaran yang akan
digunakan, serta karakter alat penilaian. Tujuan penilaian harus dirumuskan sesuai
dengan jenis penilaian yang akan dilakukan guru, seperti penilaian formatif, sumatif,
penempatan, atau diagnostik. Adapun rumusan dalam tujuan penilaian harus
memerhatikan domain hasil belajar siswa.

3. Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar

Guru harus mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar siswa sesuai dengan
kompetensi yang ada dalam kurikulum yang berlaku, yang dimulai dari standar
kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar siswa hingga indikator pembelajaran.

4. Menyusun Kisi-Kisi

Dalam hal ini, penyusunan kisi-kisi yang dipersiapkan guru yaitu terkait penilaian
yang relevan dengan materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru kepada
siswa. Fungsi dari kisi-kisi tersebut yaitu sebagai pedoman untuk menulis soal atau
merakit soal dalam tes siswa. Kisi-kisi tersebut juga harus disusun berdasarkan
silabus, sehingga guru terlebih dulu harus menganalisis silabus sebelum menyusun
kisi-kisi.

5. Mengembangkan Draf Instrumen


Draf instrumen penilaian yang disusun guru bisa berupa tes maupun non-tes. Dalam
bentuk tes, berarti guru harus membuat soal dengan pertanyaan yang jelas dan
terfokus. Sedangkan dalam bentuk non-tes, guru dapat membuatnya dalam bentuk
angket, lembar observasi, kegiatan wawancara, dan studi dokumentasi.

6. Uji Coba dan Analisis Soal

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang perlu diubah, diperbaiki,
bahkan soal yang harus dibuang, serta soal mana yang baik untuk digunakan
selanjutnya. Soal yang baik merupakan soal yang sudah mengalami uji coba dan
revisi yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional.

7. Revisi dan Merakit Soal

Jika soal telah diuji dan dianalisis, maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi
yang sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan
demikian, akan terdapat soal yang bisa diperbaiki dari penyampaian bahasa, pokok
soal, ataupun harus direvisi total.

Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan ketika sedang melakukan evaluasi
program pembelajaran. Untuk menyusun evaluasi pembelajaran, Anda harus
memastikan bahwa hasil belajar yang dimiliki siswa sesuai dengan proses belajarnya
selama ini.

Proses Pengumpulan Data 


Dalam teknik pengumpulan data, tentu saja ada proses yang harus
dilakukan. Prosesnya harus terlaksana secara sistematis dan terarah agar
data yang dikumpulkan bisa dibuktikan kebenarannya. Karena pada
dasarnya, proses pengumpulan data dalam teknik mengumpulkan data ini
nanti harus bisa membuktikan hipotesis dari data yang hasilnya sudah
dikumpulkan oleh peneliti.

Berikut ini, ada 8 tahap atau proses yang harus dilakukan sebagai tahapan
pengumpulan data.

1. Tinjau literatur dan konsultasi dengan ahli


Proses atau tahap pertama yang harus dilakukan untuk mengumpulkan data
yakni mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Informasi ini diperoleh melalui tinjauan literatur dan
konsultasi dengan para ahli sehingga peneliti benar-benar mengerti isu,
konsep, dan variabel yang ada di dalam penelitian.

2. Mempelajari dan melakukan pendekatan terhadap kelompok


masyarakat di mana data akan dikumpulkan
Tahap kedua atau proses yang dilakukan setelah tinjauan literatur adalah
peneliti harus mempelajari dan melakukan pendekatan terhadap kelompok
masyarakat yang kemudian penelitiannya bisa diterima dan juga berkaitan
dengan tokoh-tokoh yang bersangkutan.

3. Membina dan memanfaatkan hubungan yang baik dengan


responden dan lingkungannya
Tahap selanjutnya adalah membina hubungan baik dengan responden dan
lingkungannya. Ini termasuk pada mempelajari bagaimana kebiasaan yang
dilakukan responden dan cara berpikir mereka, melakukan sesuatu, bahasa
yang digunakan, dan lain sebagainya untuk mendukung berlangsungnya
penelitian.

4. Uji coba atau pilot study


Selanjutnya, tahapan yang harus dilakukan adalah melakukan uji coba
instrumen penelitian pada kelompok masyarakat yang merupakan bagian
dari populasi, bukan sampel. Maksudnya untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan cukup dipahami, bisa digunakan, komunikatif
atau tidak, dan lain sebagainya.

5. Merumuskan dan menyusun pertanyaan


Setelah itu, instrumen yang sudah didapatkan disusun dalam bentuk
pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Pertanyaan yang
dirumuskan harus mengandung makna yang signifikan dan substantif.

6. Mencatat dan memberi kode (recording and coding)


Setelah instrumen penelitian disiapkan, dilakukan pencatatan terhadap data
yang dibutuhkan dari setiap responden. Berbagai informasi yang diperoleh
ini perlu dicatat guna memudahkan proses analisis.

7. Cross checking, validitas, dan reliabilitas


Setelah itu, dilakukan metode cross checking terhadap data yang
didapatkan untuk menguji lagi kebenarannya dan memeriksa sehingga tidak
ada keraguan terhadap validitas dan reliabilitasnya.
8. Pengorganisasian dan kode ulang data yang telah terkumpul
supaya dapat dianalisis
Terakhir, setelah data terkumpul, penulis harus melakukan koordinasi
terhadap berbagai data yang sudah dikumpulkan, dan Anda bisa mulai
menganalisis data tersebut sehingga tidak ada data yang kurang valid.

Teknik Pengumpulan Data


Setelah memahami pengertian dan juga proses pengumpulan data,
selanjutnya akan dijelaskan mengenai berbagai teknik pengumpulan data.
Setidaknya ada empat teknik pengumpulan data. Berikut ini merupakan
teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2017).

1. Observasi (Pengamatan)
Teknik observasi artinya melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis mengenai gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi
ini tergolong teknik  pengumpulan data yang paling mudah dilakukan dan
biasanya juga banyak digunakan untuk statistika survei, misalnya meneliti
sikap dan perilaku suatu kelompok masyarakat.

Dengan teknik observasi, peneliti biasanya terjun ke lokasi yang


bersangkutan untuk memutuskan alat ukur yang tepat untuk digunakan.

2. Kuestioner (Kuesioner/Angket)
Teknik yang kedua adalah kuestioner atau kuesioner yang artinya teknik
pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan kepada orang lain yang berperan sebagai responden agar dapat
menjawab pertanyaan dari peneliti. Meski terlihat mudah, teknik ini cukup
sulit dilakukan jika jumlah respondennya besar dan tersebar di berbagai
wilayah.

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan saat memilih teknik


pengumpulan data kuesioner, yaitu:

– Isi dan tujuan pertanyaannya ditujukan untuk mengukur mana yang harus
ada dalam skala yang jelas dan dalam pilihan jawaban.

– Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan responden,


sehingga tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh dengan istilah
asing atau bahasa asing yang tidak dimengerti responden.

– Tipe dan bentuk pertanyaannya bisa terbuka atau tertutup. Terbuka


artinya jawaban yang diberikan bebas, dan tertutup artinya responden
hanya boleh memilih jawaban yang sudah disediakan.
3. Interview (Wawancara)
Teknik wawancara atau interview ini dilakukan secara tatap muka melalui
tanya jawab antara peneliti atau pengumpul data dengan responden atau
narasumber atau sumber data. Teknik pengumpulan data dengan
wawancara biasanya dilakukan sebagai studi pendahuluan, karena teknik ini
tidak mungkin dilakukan jika respondennya dalam jumlah besar.
4. Document (Dokumen)
Teknik pengumpulan data yang terakhir adalah dokumen yang mana
peneliti mengambil sumber penelitian atau objek dari dokumen atau catatan
dari peristiwa yang sudah berlalu, baik dalam bentuk tulisan, gambar, atau
karya monumental dari seseorang. Bisa diambil dari catatan harian, sejarah
kehidupan, biografi, peraturan, dan lain sebagainya.

Baca Juga:

Pengertian Observasi dan Jenis-Jenisnya(Lengkap)

10 Contoh Karya Ilmiah yang Baik dan Benar 

Contoh Variabel Kontrol Lengkap Dengan Pengertian dan Ciri-Cirinya

Contoh Variabel Terkait yang Baik dan Benar 

Instrumen Penelitian:Pengertian,Jenis-Jenis,dan Contoh Lengkap

Jenis Angket Penelitian yang Wajib Diketahui  

Desain Penelitian: Pengertian,Jenis,dan Contoh Lengkap

Jenis-Jenis Data
Dalam teknik pengumpulan data, tentu saja dibutuhkan data yang berupa
fakta yang valid sebagai informasi. Sehingga ada beberapa jenis data yang
bisa dipilih dan dikategorikan. Pembagian data ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
(a) berdasarkan tipe penelitian, (b) berdasarkan sumber, dan (c)
berdasarkan cara memperoleh.

A. Berdasarkan Tipe Penelitian 

1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berbentuk narasi atau deskripsi yang
bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena atau kualitas sebuah
fenomena yang tidak bisa diukur secara numerik.

Contoh data kualitatif misalnya:


– deskripsi suatu daerah yang diteliti

– biografi narasumber yang dijadikan referensi di dalam penelitian

– sejarah berdirinya suatu tempat yang diteliti

2. Data Kuantitatif
Sementara itu, data yang didapatkan pada teknik pengumpulan data berupa
data kuantitatif maksudnya jenis data yang dapat diukur
atau measurable dan bisa dihitung langsung sebagai variabel angka atau
suatu bilangan. Variabel ini menjadi atribut atau karakteristik untuk
mengukur dan mendeskripsikan suatu kasus atau objek pada penelitian
tersebut.
Contoh data kuantitatif misalnya:

– data jumlah karyawan setiap tahun pada suatu perusahaan yang akan
dijadikan objek penelitian

– data penjualan barang pada suatu toko tiap harinya

– data mengenai usia siswa dalam suatu kelas

B. Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumbernya, data dalam teknik pengumpulan data dibagi
menjadi dua yakni data primer dan data sekunder.

1. Data Primer
Data primer pada teknik pengumpulan data adalah data utama atau data
pokok yang digunakan di dalam penelitian. Biasanya, data primer ini bisa
dideskripsikan sebagai jenis data yang diperoleh langsung dari tangan
pertama subjek penelitian atau responden atau narasumber, dan lain
sebagainya, kecuali pada riset kuantitatif.

Contoh data primer misalnya:

Pada sensus ibu dan anak-anak di salah satu kelurahan, karyawan di


kelurahan tersebut akan mengambil data dari ketua RT atau RW yang mana
data tersebut didapatkan dari berapa jumlah ibu dan anak dalam suatu KK
di wilayah tersebut. Kemudian data tersebut dijadikan data primer.

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dalam teknik pengumpulan data yang
menjadi data pelengkap. Artinya data tersebut diperoleh tidak melalui
tangan pertama responden atau narasumber, melainkan dari tangan kedua,
tangan ketiga, dan seterusnya. Sama halnya dengan data primer,
perkecualian ini berlaku pada riset kuantitatif.

Biasanya, peneliti akan mencontohkan berbagai dokumen, misalnya seperti


literatur atau naskah akademik, koran, majalah, pamflet, dan lain
sebagainya sebagai media yang tepat mendapatkan data sekunder.

Contoh data sekunder misalnya:

Adanya catatan atau dokumentasi pada sebuah perusahaan berupa


presensi, besaran gaji, laporan keuangan, publikasi perusahaan, laporan
pajak perusahaan, dan lain sebagainya yang diperoleh melalui pembukuan
atau majalah dan lain sebagainya.

C. Berdasarkan Cara Memperoleh


Berdasarkan cara memperolehnya, teknik pengumpulan data dibagi menjadi
tiga.

1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
pengamatan langsung. Peneliti biasanya terjun ke lapangan untuk
melakukan pengamatan terhadap objek penelitian dan diamati
menggunakan pancaindera. Dalam teknik ini, peneliti biasanya berperan
sebagai orang asing yang mengamati secara langsung.

Setelah itu, data atau hasil yang didapat dan dikumpulkan dicatat baik
dalam bentuk tulisan, rekaman suara, foto, video, dan lain sebagainya. Sifat
penelitian observasi ini partisipatoris yang mana peneliti langsung
bergabung dan juga melakukan pengamatan objeknya bersama-sama.

Cara pengambilan data pada teknik observasi ada dua, yaitu observasi
partisipasi dan non partisipan.

2. Observasi Partisipasi
Observasi partisipasi ini dilakukan dengan cara peneliti turut langsung untuk
berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan kelompok yang diteliti. Peneliti
kemudian melakukan aktivitas yang dilakukan oleh kelompok yang diteliti,
sehingga meski hanya melakukan pengamatan, peneliti ikut membaur
dalam kegiatan tersebut.

Metode ini sangat cocok untuk penelitian yang sifatnya memuat aspek
psikis, misalnya kesan, pemaknaan, apa yang dirasakan, dan lain-lain. Akan
tetapi, penelitian ini dirasa kurang objektif karena peneliti hanya mengetahui
orang yang diteliti atau partisipan umumnya mengetahui bahwa mereka
sedang diteliti.

Contoh observasi partisipasi adalah ketika peneliti ikut terjun bermain gobak
sodor dengan anak-anak di kampung yang diteliti ketika ia meneliti
mengenai permainan tradisional anak di wilayah tersebut.

3. Observasi Non Partisipan


Observasi ini dilakukan dengan cara tidak berpartisipasi atau mengikuti
aktivitas yang dilakukan kelompok yang diteliti. Ia hanya menempatkan diri
sebagai penonton. Teknik pengumpulan data ini biasanya dilakukan secara
diam-diam, agar partisipan tidak menyadari bahwa mereka sedang diamati.
Sehingga akurasi data bisa terjamin.

Akan tetapi, peneliti harus memiliki pengetahuan yang lebih dan sudah lebih
dulu membaca teori-teori penelitian yang dilakukan karena teknik
pengumpulan data ini akan sulit jika dilakukan hanya dengan cara
mengamati saja.

Contoh observasi non partisipasi adalah misalnya peneliti meneliti tradisi


atau adat Pasang Kembar Mayang pada upacara pernikahan adat Jawa.
Peneliti hanya melihat dan mengamati apa yang dilakukan saat
berlangsungnya kegiatan tersebut.

4. Wawancara
Teknik pengumpulan data berupa wawancara ini dilakukan dengan cara
tanya jawab antara peneliti dengan responden agar mendapat informasi
atau persepsi subjektif dari informan terkait topik yang ingin diteliti. Peneliti
sebelumnya harus menyiapkan pertanyaan-pertanyaan wawancara terlebih
dahulu.

5. Eksperimental
Terakhir yakni teknik pengumpulan data dengan metode eksperimental.
Artinya penelitian ini dilakukan dengan sengaja dan peneliti melakukan
manipulasi terhadap satu atau lebih variabel tertentu yang kemudian akan
berpengaruh pada variabel lain yang diukur.

Teknik ini dilakukan dengan tujuan meneliti berbagai kemungkinan sebab


akibat dengan menggunakan satu atau lebih kondisi perlakuan pada satu
atau lebih kelompok eksperimen dan kemudian membandingkan hasilnya
sebagai kontrol.
 Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di Sekolah
Leave a Comment / All / By Global Prestasi School

Kesulitan belajar seringkali dihadapi oleh siswa saat menuntut ilmu di sekolah.
Masalah ini biasanya terlihat dari ketidakmampuan siswa dalam mempelajari
kemampuan dasar seperti membaca, berhitung, mengeja atau menyerap pelajaran
lain. Bagi seorang tenaga pendidik atau guru diperlukan cara khusus mengatasi
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa tersebut.

Seperti yang kita tahu, guru adalah sosok orang tua kedua bagi para siswa. Tentu
peran guru sangat penting dalam memberikan pendidikan baik secara akademik
maupun moral yang membentuk perilaku dan karakter. Sangat disayangkan apabila
pesan atau pelajaran yang disampaikan guru tidak bisa diterima dengan maksimal
oleh siswa tersebut. Berikut ada beberapa cara mengatasi kesulitan belajar bagi
siswa yang bisa menjadi pertimbangan.

1. Gunakan Prior Knowledge

Prior knowledge dapat diartikan sebagai pengetahuan awal yang sudah dimiliki oleh
siswa dari pengalaman atau pengetahuan yang didapat sebelumnya. Prior
knowledge bisa menjadi sebuah metode pendekatan oleh guru agar dapat
mengatasi kesulitan belajar siswa di sekolah. Cara ini sangat bermanfaat sehingga
siswa dapat mudah menerima materi baru selanjutnya.
Metode prior knowledge dapat didahului dengan mempelajari suatu materi. Sebagai
contoh, siswa dapat diberikan tugas untuk membaca lebih dulu materi yang akan
disampaikan di pertemuan selanjutnya.

2. Selalu Evaluasi

Cara mengatasi kesulitan belajar siswa bisa dilakukan dengan metode evaluasi
atau self-monitoring. Di sini, guru dapat melihat perkembangan siswanya sekaligus
mengambil langkah-langkah yang harus dilakukan kepada siswa tersebut.
Sebagai contoh, guru dapat memberikan kunci jawaban yang benar, ketika siswa
telah menyelesaikan suatu tugas. Dari sini, siswa dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan dia dalam menyelesaikan tugas dengan melihat jawaban yang benar
dan salah. Bagi guru sendiri tentu akan mengetahui seberapa jauh perkembangan
kemampuan siswa mengerjakan suatu tugas dan mengetahui konsep-konsep yang
masih sulit dipahami dari jawaban yang salah.

3. Hindari Memberikan Tugas Yang Sangat Panjang

Setiap siswa memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda, seperti halnya
dalam kecepatan mengerjakan tugas yang diberikan. Umumnya, kesulitan belajar
yang dialami siswa adalah ketidaksanggupan mereka mengerjakan tugas dalam
jangka waktu panjang. Oleh karena itu, sebaiknya siswa diberikan tugas yang
singkat. Sebagai contoh, guru dapat memberikan tugas yang mudah dengan
pertanyaan dan jawaban yang singkat dan bisa langsung memberikan nilai di saat
yang sama.

4. Ajak Siswa Aktif Berpartisipasi

Cara mengatasi kesulitan belajar selanjutnya adalah dengan mengajak siswa lebih
aktif dalam pelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan siswa berdiskusi
saat menerangkan pelajaran. Caranya adalah dengan membiarkan siswa
menyampaikan apa saja yang mereka ingin tahu tentang pelajaran tersebut. Metode
ini memang membutuhkan kesabaran dan keuletan dari guru.

Sebagai contoh, dapat mengajak siswa supaya mereka mau bertanya. Namun, perlu
diingat, guru mesti menghindari sikap marah ataupun menyalahkan secara
berlebihan apabila ada pendapat dari mereka yang salah. Sikap tersebut sangat
mungkin akan menurunkan mental siswa atau menjadi tidak tertarik dengan
pelajaran yang disampaikan.

Siswa butuh diarahkan agar siswa menyadari potensinya. Minat dan bakat anak
nantinya akan menjadi life skill, yaitu kemampuan khusus untuk dapat bertahan
hidup dan menjadi berhasil. Ini menjadi bekal yang sangat bermanfaat hingga
mereka dewasa nanti.
Metode ini merupakan salah satu yang ditanamkan oleh semua guru yang mengajar
di Global Prestasi School. GPS mendorong partisipasi siswa dalam semua
kegiatan di kelas. Hal ini akan membuat siswa lebih aktif, bersemangat, dan lebih
mudah menyerap semua pelajaran yang disampaikan.
Sebagai sekolah berstandar internasional, GPS memiliki visi dan misi dalam
mendidik siswa-siswi menjadi individu holistik dengan karakter, fondasi dan
keterampilan akademik yang kuat. Untuk membangun hal tersebut maka diperlukan
bimbingan dan pendekatan yang tepat melalui peran guru. Pengalaman serta
inovasi metode pembelajaran dalam membimbing siswa-siswi terus dikembangkan
oleh GPS untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak sebagai generasi
penerus bangsa.
GPS terdiri dari Montessori Pra-sekolah, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang dikelola dan dioperasikan
oleh Yayasan Harapan Global Mandiri. Global Prestasi SMP & SMA didirikan pada
2005 sementara Global Prestasi SD didirikan pada 2007. Global Prestasi Montessori
diluncurkan pada 2016. GPS telah dianugerahi nilai akreditasi “A” sejak 2007 dan
secara resmi diakui sebagai “model school” oleh dinas pendidikan Bekasi. GPS
menggunakan kurikulum 2013 dan berafiliasi dengan kurikulum Cambridge.

5. Ajarkan Membuat Catatan

Membuat catatan atau mind mapping bisa menjadi cara mengatasi kesulitan belajar


yang dialami oleh siswa. Terkadang, banyak siswa memang tidak memiliki strategi
belajar yang cukup baik sehingga bingung dalam merangkum atau mencerna isi
pelajaran. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh guru adalah mengajarkan mereka
membuat catatan. Hal ini dapat memudahkan siswa untuk mempelajari dan
mengulang suatu materi.

6. Pendekatan Personal

Menangani kesulitan belajar selanjutnya adalah dengan melakukan pendekatan


personal antara guru dan siswa. Pendekatan personal meliputi dialog atau
komunikasi langsung dan terbuka antara guru dengan murid. Guru dapat
menanyakan banyak hal terkait proses pembelajaran dan apa saja yang
menghambat penerimaan materi. Dari sini, guru dapat memberikan solusi
penyelesaian masalah kesulitan belajar yang dialami siswa tersebut.

7. Metode Resiprokal

Reciprocal teaching atau pengajaran resiprokal adalah bentuk dialog interaktif antara
guru dan siswa. Cara baru ini bertujuan untuk membangun pemahaman siswa
terhadap sebuah materi atau tugas. Siswa dibebaskan menjawab sebuah
pertanyaan sesuai yang dia tahu. Pengajaran resiprokal diharapkan dapat
meningkatkan kedekatan antara guru dengan siswa.

8. Bentuk Kelompok Belajar

Menyelesaikan masalah kesulitan belajar bisa dengan cara membentuk kelompok


belajar. Guru dapat membentuk sebuah kelompok di dalam kelas untuk
menyelesaikan suatu tugas. Selain itu, diusahakan setiap kelompok harus diisi
dengan siswa yang tergolong cerdas dan siswa yang kurang mampu menyerap
pelajaran dengan baik. Hal ini bertujuan meningkatkan kerjasama siswa,
mempengaruhi siswa yang kurang mampu menyerap pelajaran, dan mendorong
aktif semua siswa dalam menyelesaikan tugas. Melalui kelompok belajar ini siswa
juga mesti dibebaskan menyampaikan materi sesuai dengan pemikiran mereka
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Anda mungkin juga menyukai