Anda di halaman 1dari 4

1.

Peristiwa Lokal Dengan Sumber Primer

Sumber primer yaitu sumber yang berkaitan langsung dengan peristiwa yang
diceritakan. Mona Lohanda dalam Membaca Sumber Menulis Sejarah (2011:3) menerangkan,
berdasar disiplin metodologi sejarah, sumber primer yang paling tinggi posisinya adalah arsip.
Hal ini dikarenakan arsip tercipta pada waktu yang bersamaan dengan kejadian. Dengan kata
lain, informasi apa pun yang terdapat di dalam arsip dapat menggambarkan suasana dan
situasi kontekstual yang menyebabkan lahirnya dokumen tersebut.
Berikut contoh-contoh sumber sejarah primer:
- Arsip tertulis periode VOC dan Pemerintah Kolonial Belanda.
- Arsip tertulis periode Pemerintahan Inggris di Jawa dan Sumatra.
- Arsip pada masa revolusi kemerdekaan RI.
- Koleksi foto-foto proklamasi Kemerdekaan RI.
- Rekaman suara proklamasi Kemerdekaan RI.
- Prasasti Ciareteun dari abad 5 M tentang Raja Purnawarman.
- Kesaksian dari veteran perang kemerdekaan 1945.

Sumber Primer dibuat selama periode masa waktu masa lampau menurut sudut
pandang pelaku selaku pengamat langsung peristiwa sejarah pada masa lampau. Oleh karena
itu, sumber primer harus sezaman dengan peristiwa sejarah pada masa lampau. Dalam
konteks penelitian historis, sumber primer adalah sumber yang dibuat selama periode waktu
tertentu yang sedang dipelajari. Sumber primer memungkinkan peneliti sedekat mungkin
dengan peristiwa yang sebenarnya terjadi selama peristiwa sejarah atau periode waktu
tertentu.
Dalam buku Metode Sejarah (2020) Karya Nina Herlina bahwa ada 2 Jenis Sumber
Primer :
1. Strictly Primary Resources yang berarti sumber primer yang kuat
Artinya adalah bahwa sumber sejarah ini berasal dari pelaku peristiwa atau saksi mata
yang menyaksikan secara langsung jalannya suatu peristiwa di masa lampau.
Contohnya :
- Mantan Soeharto menjadi saksi mata dalam peristiwa Supersemar atau Surat Perintah
Sebelas Maret.
- Prasasti Batutulis Bogor yang diciptakan oleh Prabu Surawisesa pada tahun 1522 adalah
sebuah sumber primer kuat yang menceritakan tentang adanya pembangunan yang dilakukan
oleh Raja Sunda bersnama Sri Baduga Maharaja

2. Less-Strictly Primary Sources yang berarti sumber primer yang kurang kuat
Artinya bahwa sumber primer ini berasal dari suatu Zaman peristiwa, namun tidak
memiliki hubungan secara langsung dengan peristiwa tersebut.
Contohnya :
- Seorang wartawan yang melaporkan peristiwa Sumpah Pemuda pada tahun 1928 di harian
Prieanger Bode pada awal bulan November 1928. Laporannya adalah sumber primer yang
kurang kuat karena ia tidak menyaksikan langsung peristiwa Sumpah Pemuda tersebut.
- Pengawal Mantan presiden Soekarno yang waktu itu berada di luar istana Bogor saat
peristiwa Supersemar.
Sumber primer ini dapat berupa kesaksian langsung dari pelaku sejarah (sumber
lisan). Dokumen-dokumen, naskah perjanjian, arsip, (sumber tertulis), dan benda-benda arkeologi
(sumber benda).
A. Sumber Lisan
Sumber lisan adalah keterangan langsung dari orang-orang yang mengalami peristiwa
sejarah tersebut. Selain diperoleh dari orang-orang yang mengalami langsung peristiwa
tersebut, sumber lisan juga bisa diperoleh dari kerabat atau orang lain yang mengetahui
peristiwa tersebut secara rinci. Dengan kata lain sumber sejarah ini bisa digunakan untuk
sumber primer dan sumber sekunder.
Contohnya :
- Wawancara pada dasarnya informasi yang didapatkan tidak langsung dijadikan acuan
karena tidak semua pelaku sejarah ingat dengan peristiwa sejarah secara detail. Sehingga
pemakaian sumber lisan ini harus dibarengi dengan sumber tulisan sebagai penunjang.
- keterangan yang diberikan oleh orang-orang yang menjadi pelaku/saksi terjadinya
G30S/PKI

B. Sumber Tulisan
Sumber tulisan adalah keterangan tentang peristiwa pada masa lampau yang
diperoleh melalui prasasti, dokumen naskah, dan rekaman suatu kejadian. Sumber tertulis
merupakan sumber sejarah yang paling baik.
Contohnya :
- Prasasti
- Dokumen
- Piagam
- Naskah
- Surat kabar
- Laporan.

C. Sumber Benda
Sumber Benda adalah Keterangan tentang peristiwa pada lampau yang diperoleh
melalui benda-benda peninggalan. Fosil, alat-alat atau benda-benda budaya (kapak,
tombak, gerabah, perhiasan, manik-manik, dan sebagainya), tugu peringatan, bangunan,
dan sebagainya merupakan peninggalan sejarah yang sangat penting terutama bagi
masyarakat pra-aksara.
Contohnya :
- Bangunan
- Senjata
- Perkakas dari batu
- Patung
- Perhiasan
- Candi.

2. Peristiwa Lokal Dengan Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapa pun yang bukan merupakan pelaku/saksi
langsung, yakni orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Dalam ilmu sejarah, uraian
berdasarkan sumber p mempunyai nilai lebih tinggi. Penggunaan sumber sekund dan seterusnya
hanya untuk koreksi atau komparasi pendap pendapat mengenai interpretasi sumber primer.
Penggolong sumber-sumber primer lebih menjamin timbulnya uraian yang original. Begitu
pula dengan Sejarah Lokal, kata Lokal disini telah pula member sifat pengehususan dari sumber
sejarah, sehingga sumber-sumber tersebut dibatasi menurut lingkup areal yang dimaksud. Karena tiap
daerah Lokal mempunyai sifat yang berbeda dengan yang lain, maka sumber-sumber tersebut sudah
semestinya dicarai atau "digali dari daerah setempat. Sumber-sumber ini dapat berupa surat-surat
resmi daerah setempat, catatan-catatan pribadi (pejabat atau tokoh), sumber-sumber adat kebiasaan
setempat dan tradisi tertulis maupun lisan. Di samping sumber-sumber dari "dalam", perlu pula
perbandingan dengan sumber-sumber "luar",
Dokumen-dokumen dalam bentuk arsip catatan-catatan, laporan-laporan, peraturan-peraturan,
maupun uraian-uraian dari jaman kolonial yang dibuat oleh Pemerintah atau pejabat- pejabat
perseorangan merupakan sumber yang tak dapat Gabaikan. Adalah keuntungan bagi ilmu sejarah,
karena pejabat-pejabat pemerintah tersebut untuk kepentingan konduite berusaha mengenal daerah
tempat kerjanya dengan baik dan melaporkan dengan teliti kejadian-kejadian ataupun perkembangan
daerahnya secara mendetail kepada atasannya. Sumber-sumber ini berguna untuk menjaring sumber-
sumber "dalam yang kebanyakan tidak tertulis dan berupa cerita-cerita rakyat, peribahasa, dongeng,
hikayat, pelipur lara dan lain-lain. Sumber-sumber "dalam" yang berupa tradisi tertulis seperti babad,
kronik, hikayat, tambo perlu pula diperbandingkan.
Sudah terang bahwa sumber "luar" maupun "dalam" masing-masing mempunyai kekuatan
maupun kelemahannya Kekuatan sumber "luar" terletak pada ketelitian penyususnan kronologis tiap-
tiap peristiwa dan rasonil. Kelemahannya adalah karena keterangan-keterangan dari luar kurang
menyentuh "isinya" dari kejadian-kejadian dan persoalan-persoalan yang terdapat dalam masyarakat
bumiputera. Penghampiran yang hanya menyentuh "kulit" sering melupakan factor-faktor kejiwaan,
seperti kegemaran penduduk, pandangan hidup, adat kebiasaan, yang mendasari semua tindakan dan
perbuatan. Faktor-faktor kejiwaan ini hanya dapat diungkap dari sumber- sumber "dalam", karena
sumber-sumber itu "dicipta oleh masyarakat itu sendiri, yang hidup dan menghayati sendiri tiap- tiap
kejadian daerahnya. Kelemahan sumber-sumber dalam terletak pada susunan yang kurang teratur,
anachronis, dan mencampuradukan hal-hal yang idiil dengan kenyataan Penggunaan kedua macam
sumber tersebut secara hati-hati dengan menyadari kekuatan dan kelemahan masing-masing dan
subjektifitas yang terdapat di dalamnya, dapat melahirkan uraian Sejarah Lokal yang baik

Sumber :
Abdullah, Taufik. 1985. Ilmu Sejarah Dan Historiografi: Arah dan Perspektif. Gramedia. Jakarta.

Aditjondro, G.J. 1991. Kurikulum Tersembunyi Sistem Pendidikan Kita. Makalah (Disampaikan
dalam Temu Wicara Tentang Peta Masalah Pendidikan, Surabaya).

Asrori, M.H.,2013.Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Hartono, Rudi, 2013.
Ragam Model Mengajar yang Jokyakarta:DIVA Press. Murid

Hamalik, Umar. 2001. Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta Bumi Aksara) Harjanto. 1997.
Perencanaan Pengajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta)

Hamid Hasan, (2012). "Pendidikan Sejarah untuk Memperkuat Pendidikan Karakter". PARAMITA.
Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah UNNES Semarang. Vol.22 No.1 - Januari
2012, hal. 81-95 diunduh, 1 Oktober 2013. Henri Nurcahyo. (2012). "Tradisi Lisan
yang Terabaikan". Jawa Pos. Surabaya, 10Juni 2012.
KESIMPULAN
Sudah diketahui, bahwa dalam Ilmu sejarah dibedakan macam-macam tingkat sumber dengan
kategori sumber primer, sekunder, tersier dan sebagainya. Pembedaan ini ditinjau dari segi
authentisitasnya sebagai sumber, orisinalitasnya dan seberapa jauh sumber itu dipengaruhi oleh
subjektivitas manusia (dalam hal ini si "pembuat sumber). Dalam Ilmu sejarah, urin berdasarkan
sumber primer mempunyai nilai lebih tinggi. Penggunaan sumber sekunder dan seterusnya hany untuk
koreksi atau perbandingan pendapat-pendapat mengenal interpretasi sumber primer. Penggolongan
sumber-sumber primer lebih menjamin pembuatan deskripsi yang original.
Kata Lokal disini telah pula member sifat pengehususan dari sumber sejarah sehingga
sumber-sumber tersebut dibatasi menurut lingkup areal yang dimaksud. Karena tiap daerah Lokal
memiliki sifat yang berbeda dengan yang lain, maka sumber- sumber tersebut seharusnya sudah ada
dicarol atau digal dar daerah setempat. Sumber-sumber ini dapat berupa surat-surat resmi daerah
setempat catatan pribadi (pejabat atau tokoh) sumber-sumber adat kebiasaan setempat dan tradisi
tertulis maupun lisan. Di samping sumber-sumber dari dalam perlu pula dibandingkan dengan
sumber-sumber luar.
Dokumen-dokumen dalam bentuk arsip catatan-catatan laporan-laporan peraturan-peraturan
maupun penjelasan uraian dari kolonial yang dibuat oleh pemerintah atau pejabat-pejabat merupakan
sumber yang dapat diabaikan itu merupakan keuntungan bagi ilmu sejarah pejabat-pejabat pemerintah
tersebut untuk kepentingan konduite berusaha mengenal daerah tempat kerja dengan baik dan
melaporkan kejadian-kejadian atau perkembangan daerahnya secara mendetail kepada atasannya.
Sudah terangkan bahwa sumber "luar" maupun "dalam" masing-masing memiliki kekuatan
maupun kelemahannya. Kekuatan sumber "luar" terletak pada ketelitian penyususnan kronologis tiap-
tiap peristiwa dan rasonil. Kelemahannya adalah karena keterangan-keterangan dari luar kurang
"isinya dari kejadian-kejadian dan permasalahan-persoalan yang terdapat dalam masyarakat
bumiputera. Penghampiran yang hanya menyentuh kulit sering melupakan faktor-faktor kejiwaan,
seperti kegemaran penduduk, pandangan hidup, kebiasaan, yang tindakan dan tindakan: Factor-faktor
kejiwaan ini hanya dapat diungkapkan dari sumber-sumber dalam", karena sumber-sumber itu
"diciptakan oleh masyarakat itu sendiri, yang hidup dan menghayati sendir setiap kejadian daerahnya.
Kelemahan sumber-sumber dalam terletak pada susunan yang tidak teratur, anakronis dan
mencampuradukan hal-hal yang sesuai dengan kenyataan. dapat menjelaskan Sejarah Lokal yang baik

Anda mungkin juga menyukai