Sumber Hukum Ekonomi Islam Fijar
Sumber Hukum Ekonomi Islam Fijar
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta nikmat-Nya
kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
Shalawat serta salam senantiasa kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah.
Terkait dengan referensi dan penulisan makalah ini, kemungkinan saja ada kesalahan
dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya
harapkan. Kiranya cukup sekian, semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Cover
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................2
C. Tujuan pembahasan..................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
a. Kesimpulan..............................................................................................................8
b. Saran.........................................................................................................................8
Daftar Pustaka......................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi islam dibangun untuk tujuan suci dituntun oleh ajaran islamdan
dicapai dengan cara cara yang ditintunkan pula 0leh ajaran islam. Oleh karena itu, kesemua
hal tersebut saling terkait dan terstruktur secara hierarkis, dalam arti bahwa spirit ekonomi
islam tercermin dari tujuannya, dan ditopang oleh pilarnya. Tujuan untuk mencapai falah
hanya bisa (Islamic values) dan pilar operasional yang tercermin prinsip – prinsip ekonomi
(Islam principles). Dari sinilah akan tampak suatu bangunan ekonomi islam dalam suatu
paradigma, baik paradigma dalam berpikir dan berperilaku maupun dalam bentuk
perekonomiannya. Pilar ekonomi islam adalah moral. Hanya dengan molar inilah bangunan
ekonomi islam dapat tegak dan hanya dengan ekonomi islamlah falh dapat dicapai. Moralitas
islam berdiri atas suatu ponsulat keimanan dan ponsulat ibadah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Hukum Ekonomi?
2. Bagaimana peran Al Qur’an dalam Hukum Ekonomi Islam?
3. Bagaimana peran Al Hadist dalam Hukum Ekonomi Islam?
4. Apa yang dimaksud Ijma’ dalam Hukum Ekonomi Islam?
5. Apa yang dimaksud Qiyas dalam Hukum Eonomi islam?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Hakikat Hukum Ekonomi Islam.
2. Untuk mengetahui peran Al Qur’an dalam Hukum Ekonomi Islam.
3. Untuk mengetahui peran Al Hadist dalam Hukum Ekonomi Islam.
4. Untuk mengetahui pengertian Ijma’
5. Untuk mengetahui pengertian Qiyas.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dalam surat al-Maidah : 90-91 : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum
khamr,berjudi,berkorban untuk berhala,mengundi nasib dengan panah,adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu hendak bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu
lantaran khamr dan judi,dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang,maka berhentilah
kamu dari perbuatan itu.”
Perjudian tidak harus berupa permainan, tetapi semua aktifitas yang didalamnya
mengandung pengaduan nasib termasuk dalam kategori judi. Misalnya, seseorang
yang bertransaksi jual beli terhadap ikan yang masih ada di lautan atau burung yang
ada di angkasa.
b. Riba
Riba adalah tambahan keuntungan dari pokok pinjaman. Riba termasuk
perilaku yang tidak terpuji karena merugikan orang lain. Pelaku riba di gambarkan al
qur’an sebagai orang yang kerasukan syaitan.2
Riba dilarang oleh islam karena pelaku riba mendapatkan keuntungan dari
orang lain tanpa bekerja. Sementara teori muamalah islam disebutkan al-ghunmu bi
al-ghurmi keuntungan atau pendapatan itu hadir bersama resiko.3
c. Menafkahkan Harta
Infaq adalah memberikan harta tanpa kompetensi apa-pun Al-Qur’an agar orang
yang mampu menginfakkan sebagian hartanya .4 Dalam islam, pemilik harta
bukanlah pemilik mutlak harta tersebut. Tetapi didalamnya terselip hak para fakir
miskin dan para peminta.5 Prinsip ini ditekankan agar kaum aghniya’ tidak sewenang-
wenag dengan kekayaannya.
d. Menunaikan zakat
Walaupun taklifnya sama dengan infaq, yaitu orang-orang yang mampu, tetapi
zakat lebih ditekankan pada penunaiannya. Karena zakat merupakan rukun Islam. Ia
harus dilaksanakan setiap tahun dari penghasilan yang kita peroleh. Secara detail al-
Quran memperinci dengan kedelapan golongan mustahiq zakat.6 Dari kedelapan
2
Lihat al baqoroh: 275: ‘’ orang-orang yang makan atau mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syeitan lantaran (tekanan) penyakit gila....”
3
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (jakarta: EIT, 2003), hlm. Vii.
4
Lihat al baqoroh : 3: ‘’ mereka yang beriman kepada tang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebagian rizqi yang kami anugrahkan kepada mereka. ‘’ instrusi yang sama juga di temukan dalam al baqoroh:
195 dan al thalaq:7.
5
”Di dalam harta mereka terdapat hak para pengemis yang meminta-minta dan para fakir miskin yang tidak
mendapat bagian”.
6
Surat at-Taubah60: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang
berhutang untuk jalan Allah dan orang-orang Yng sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.
golongan yang diprioritaskan adalah golongan yang paling membutuhkan. Zakat
dikenakan pula kepada para pengusaha yang bekerja dibidang profesi dan jasa.
a. Penipuan (Ghabn)
Ghabn adalah memebeli sesuatu dengan harga yang lebih tinggi dari harga rata-rata,
atau dengan haerga yang lebih rendahdari rata-rata. Dalam hadist ditegaskan “Apabila
kamu menjual, maka katakanlah : “Tidak ada penipuan”. 7Hadist ini jelas
mengharamkan praktik Ghabn. Namun jika penipuan itu tidak dalam jumlah besar
dan bernuansa penawaran, maka diperbolehkan. Hal tersebut tidak termasuk Ghabn,
melainkan ketangkasan dalam berjual beli.8
Tadlis adalah penipuan dalam jual beli yang dilakukan oleh penjual ataupun oleh
pembeli. Penipuan penjual seperti menyembunyikan cacat barang padahal dia
mengetahuinya, atau menjadi dengan cara mengelabui agar pembeli tidak
mengetahuinya. Sedangkan penipuan pembeli seperti memanipulasi alat
pembayarannya dengan uang palsu atau uang yang rusak. 9 Atau dapat pula pembeli
menipu dengan xara merendahkan harga barang yang ia beli sebelumnya atau dengan
membandingkan bahwa ditempat lain harga barang tersebut lebih murah. Padahal
sejatinya pembeli tahu bahwa itu bohong.
7
Dikutip dalam Taqiyuddin al-Nabhani, Membangun Sistem EkonomiAlternatif, Perspektif Islam, (trj.)(Surabaya;
Risalah Gusti, 1996), hlm. 203-204
8
Dikutip dalam Taqiyuddin al-Nabhani, Membangun Sistem EkonomiAlternatif, Perspektif Islam, (trj.)(Surabaya;
Risalah Gusti, 1996), hlm. 203-204
9
Dikutip dalam Taqiyuddin al-Nabhani, Membangun Sistem EkonomiAlternatif, Perspektif Islam, (trj.)(Surabaya;
Risalah Gusti, 1996), hlm. 206
c. Penimbunan (Ihtikar)
Penimbunan secara mutlak dilarang dan hukumnya haram. Dalam Hadist yang
diriwayatkan Muslim dari Sa’ad bin al-Musaib dari Ma’mar bin Abdullah al-Adawi,
bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak akan melakukan penimbunan
kecuali orang yang salah.” Penimbunan adalah mengumpulkan barang-barang untuk
suatu masa dimana barang menjadi langka sehingga harga barang melonjak tinggi.
Tindakan ini tentu saja merupakan kesengajaan dan merupakan tindakan sangat
merugikan orang lain.
d. Pematokan Harga
E. Qiyas
Qiyas adalah menyamakan hal yang hukumnya tidak terdapat ketentuannya dalam
al-Qur’an dan sunah rasul dengan hal yang hukumnya terdapat ketentuannya dalam al-
Qur’an dan sunnah rasulkarena adanya persamaan ‘illat hukumnya.11
Misalnya , QS. Al-Maidah:90 melarang minum khamr (yang dibuat dari anggur.
‘illat (alasan yang melatar belakangi) hukum tersebut adalah karena minuman tersebut
memabukkan. Oleh sebab itu segala minuman yang memabukkan yang bukan dibuat dari
anggur, misalnya tuak yang dibuat dari bunga enau dan sebagainya, dapat diqiyaskan
dengan khamr sebagai haram hukumnya.
Contoh lain adalah dalam al-Qur’an diharamkan riba adalah karena didalamnya
tersirat unsur eksploitasi(dzulm). Bunga bank dalam banyak hal terkandung unsur
eksploitasi. Oleh karena itu bunga bank termasuk haram.
BAB III
10
Amad Azhar Basyir, asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam) (Yogyakarta: UH Press, 1982), hlm.3
11
Amad Azhar Basyir, asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam) (Yogyakarta: UH Press, 1982), hlm.4
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan Ekonomi Islam yaitu untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat
(falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah toyyibah). Dalam
konteks ekonomi, tujuan fallah dijabarkan dalam beberapa tujuan antara lain : (1)
mewujudkan kemashlahatan umat, (2) mewujudkan keadilan dan kemerataan pendapatan, (3)
membangun peradaban yang luhur, dan (4) menciptakan kehidupan yang seimbang dan
harmonis.
Pilar ekonomi islam adalah moral. Hanya dengan moral islam inilah bangunan
ekonomi islam dapat tegak dan hanya dengan ekonomi islam lah falh dapat dicapai. Moralitas
islam berdiri diatas suatu ponstulat keimanan dan ponstulat ibadah. Esensi moral islam adalah
tauhid. Implikasi dari tauhid, bahwa ekonomi islam memiliki sifat transcendental (bukan
sekuler), dimana peran Allah dalam seluruh aspek ekonomi menjadi mutlak.
Saran
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat Hukum Perdata Islam). Yogyakarta: UH
Press,1982.
Nurohhman, Dede. 2011. Memahami Dasar Dasar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Teras
http://juniskaefendi.blogspot.co.id/2015/04/dasar-dasar-ekonomi-islam-tentang_24.html?m=1