Anda di halaman 1dari 65

PENGERTIAN BENCANA

Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.

JENIS DAN
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

PENANGGULANGAN
BENCANA ALAM
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan
tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi
bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung
sebagai satu kejadian.

Pembahasan pada topik ini akan fokus pada kajian bencana alam. Bumi kita adalah planet
yang sangat dinamis. Sifat dinamis ini dapat dikenali mulai dari rotasi bumi pada porosnya,
revolusi bumi mengelilingi matahari, pergerakan lempeng-lempeng tektonik bumi, arus laut
di samudera, serta berbagai fenomena cuaca di atmosfer. Berbagai fenomena dan
lingkungan alam dibumi juga saling berinteraksi dan hasilnya dapat memengaruhi kehidupan
mahluk hidup dibumi, termasuk manusia. Interaksi antarfenomena pada listosfer, atmosfer,
dan hidrosfer dengan menghasilkan akibat yang merugikan dan / atau mengancam
kehidupan manusia sehingga dikategorikan sebagai bencana alam. Pengelompokan jenis
bencana alam dibagi menjadi asal dinamika litosfer, hidrosfer, atmosfer dan ekstra
terestrial. Sedangkan pada kajian ini akan dibahas fokus pada bencana alam
meteorologi/hidrometeorologi yang merupakan bencana alam yang berhubungan dengan
iklim. Bencana alam ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus.

Bencana alam bersifat meteorologis paling banyak terjadi diseluruh dunia seperti banjir dan
kekeringan. Kekhawatiran terbesar pada masa modernisasi sekarang ini adalah terjadinya
pemanasan global.

BENCANA ASAL DINAMIKA


LITOSFER

A. JENIS-JENIS BENCANA ALAM


Berdasarkan penyebabnya bencana alam dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut :
1. Bencana alam geologi yaitu bencana yang disebabkan oleh aktivitas bumi, seperti
gempa bumi, gunung meletus, Tsunami, abrasi, dan gerakan tanah
2. Bencana alam klimatologi yaitu bencana yang disebabkan oleh pengaruh iklim
seperti banjir, angin topan, dan kekeringan.
3. Bencana alam ekstrateristrial yaitu bencana yang disebabkan oleh benda-benda dari
luar angkasa seperti jatuhnya meteor.
Berikut ini beberapa bencana alam geologi yang terjadi di indonesia
1. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan getaran pada permukaan bumi yang diakibatkan oleh
pergerakan dan/atau interaksi lempeng tektonik serta aktivitas vulkanik.
Gambar 1. Bangunan roboh akibat gempa bumi

2. Letusan Gunung Berapi


Letusan gunung api merupakan proses keluarnya magma yang berada di perut
bumi ke permukaan bumi berupa material padat seperti bom, lavili dan debu
vulkanik, material cair berupa lahar dan material gas berupa awan panas.

Gambar 2. Erupsi gunung api

3. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan gerakan masa batuan atau tanah menuruni lereng atau
tebing.
Gambar 3. Longsor

B. Karakteristik Bencana Alam


1. Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi adalah bukaan, atau rekahan, pada permukaan atau kerak
bumi yang mengeluarkanmaterial berupa gas, abu, batu dan lava cair yang panas
bebas jauh di dalam bawah permukaan bumi. Aktivitas gunung meletus biasanya
dapat diprediksi kejadiannya, sehingga korban jiwa, harta, dan benda dapat
diminimalisir. Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa
tanda, antara lain:
a. Suhu di sekitar gunung naik
b. Mata air menjadi kering
c. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
d. Tumbuhan di sekitar gunung layu
e. Binatang di sekitar gunung bermigrasi
Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
a. Gas Vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut
antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida(CO2), Hidrogen Sulfida
(H2S), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan
manusia.
b. Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam
Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran
sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava
yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
c. Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material
lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
d. Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi
letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan
sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
e. Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam
gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat
dengan suhu lebih besar dari 600°C. Awan panas dapat mengakibatkan luka
bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan dapat
menyebabkan sesak napas.
2. Gempa Bumi
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di
dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada
kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari
pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala
arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke
permukaan bumi.
a. Karakteristik gempa bumi sebagai berikut :
1) Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
2) Lokasi kejadian tertentu
3) Akibatnya dapat menimbulkan bencana
4) Berpotensi terulang lagi
5) Belum dapat diprediksi
6) Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
b. Tipe gempa bumi sebagai berikut :
1) Gempa bumi vulkanik (Gunung Api); Gempa bumi ini terjadi akibat adanya
aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
2) Gempa bumi tektonik; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di
bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
bumi.
3) Gempa bumi tumbukan; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan
meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang
terjadi.
4) Gempa bumi runtuhan; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur
ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi jarang terjadi dan bersifat
lokal.
5) Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas
dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan
ke permukaan bumi.
Berdasarkan jenis gempa tersebut, gempa yang sering terjadi adalah gempa
tektonik. Gempa bumi terjadi karena adanya aktivitas lempeng tektonik. Lempeng
yang tidak seimbang akan mencari keseimbangan yang sesuai. Gempa bumi tektonik
di Indonesia tidak lepas dari pengaruh letak indonesia yang berada di pertemuan
lempeng dunia. Indonesia diapit oleh tiga lempeng tektonik yaitu Lempeng Eurasia
yang bergerak kearah Selatan, Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah Utara,
dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat.
3. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng.
a. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada
kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan,
vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara
garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alam dan faktor manusia:
1) Faktor Alam
a) Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu
lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, dan gunung berapi.
b) Iklim: curah hujan yang tinggi.
c) Keadaan topografi: lereng yang curam.
d) Keadaan air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e) Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
f) Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalu lintas kendaraan.
2) Faktor manusia
a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c) Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d) Penggundulan hutan.
e) Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f) Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g) Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.
h) Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
b. Ciri-Ciri Tanah Longsor Sebagai Berikut :
1) Lapisan tanah yang searah kemiringan lereng
2) Curah hujan tidak tinggi tetapi terus-menerus dalam waktu lama
3) Susunan tanah atau batuan yang lolos air di atas yang kompak dan relatif
kedap air
4) Rembesan air pada lereng atau munculnya mata air baru secara tiba-tiba
5) Munculnya tetakan pada lereng dan retakan-retakan di lereng yang sejajar
dengan arah tebing.
6) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
Ada enam jenis longsor, yaitu: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran
translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia sedangkan longsoran
yangpaling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
DAMPAK BENCANA TERHADAP
KEHIDUPAN

A. DAMPAK POSITIF BENCANA ALAM


1. Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi juga sebenarnya membawa berkah meski hanya bagi
penduduk yang ada di sekitar. Berikut uraiannya:
a. Tanah yang dilalui oleh hasil abu vulkanis gunung berapi sangat baik bagi
pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa
menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk
sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
b. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah
meletus, yaitu penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki
nilai ekonomis.
c. Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat
meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga
sekitar gunung.
d. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi
pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
e. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas
yang keluar dri dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini baik
bagi kesehatan kulit.
f. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan
mineral yang sangat melimpah.
g. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial
terjadi sebab gunung adalah penangkap hujan terbaik.
h. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan
pembangkit listrik.
2. Tanah Longsor
Dampak positif dari tanah longsor adalah:
a. Tanah kembali menjadi gembur
b. Perubahan tekstur dan bentuk gunung.
c. Mempercepat dan memperbanyak proses peleburan batu dalam tanah
3. Gempa Bumi
Dampak positif dari gempa bumi adalah:
a. Menciptakan alat-alat teknologi pendeteksi gempa
b. Menjadikan kita peduli pada sesama
c. Meningkatkan kewaspadaan manusia
d.   Menjadi tempat pariwisata
e.   Menjadi sumber berita
f. Mengurangi kepadatan penduduk
B. DAMPAK NEGATIF BENCANA ALAM
1. Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi
organisme yang dilaluinya. Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Hal negatif
yang terjadi saat gunung meletus sebagai berikut :
a. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-
macam gas mulai dari Sulfur Dioksida (SO 2), gas Hidrogen sulfida (H2S),
Nitrogen Dioksida (NO2) serta beberapa partikel debu yang berpotensial
meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
b. Dengan meletusnya gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di
sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan ekonomi.
c. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik
panas akan merusak pemukiman warga.
d. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar
dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
e. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan
sejumlah penyakit misalnya ISPA.
f. Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kesulitan dengan adanya
letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan Gunung Merapi, kedua
gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu destinasi wisata terbaik
bagi mereka wisatawan pecinta alam.
2. Tanah Longsor
Dampak negatif dari tanah longsor adalah:
a. Korban jiwa
b. Rusaknya infrastruktur
c. Rusaknya sumber mata pencaharian warga
d. Buruknya sanitasi lingkungan
3. Gempa Bumi
Dampak negatif dari gempa bumi adalah:
a. Membuat banyak orang meninggal
b. Merusak fasilitas umum
c.   Wilayah menjadi rusak
d.  Banyaknya pengangguran karena kantornya hancur
e. Berkurangnya sumber daya alam dan sumber daya manusia
f. Jaringan transportasi dan komunikasi terganggu.

BENCANA ALAM ASAL


DINAMIKA HIDROSFER

1. Tsunami

Gambar 4. Gelombang Tsunami

a. Pengertian
Tsunami (“tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang) merupakan
gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif
dari dasar laut. Gangguan tersebut berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik,
atau longsoran.

b. Penyebab
1) Gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan massa tanah/batuan
yang sangat besar dibawah air laut/danau.
2) Tanah longsor dibawah tubuh air/laut
3) Letusan gunung api dibawah laut dan gunung api pulau.

c. Mekanisme Perusakan
Tsunami mempunyai kecepatan yang berbanding lurus dengan kedalaman laut.
Jika kedalaman laut semakin dalam, maka kecepatan tsunami semakin besar.
Kecepatan tsunami akan semakin berkurang karena gesekan dengan dasar laut yang
semakin dangkal. Hal tersebut menjadikan tinggi yang semakin besar. Berkurangnya
kecepatan menyebabkan adanya penumpukan massa air.

Kecepatan Tsunami saat mencapai pantai berkurang menjadi 25-100 km/jam.


Gelombang ini bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai. Tsunami akan
kembali akan laut setalah mencapai puncak gelombang (run-down). Meski berhenti,
gelombang ini akan menyeret segala sesuatu ke laut.

d. Kajian bahaya
1) Kejadian-kejadian tsunami didata dan dijadikan database untuk mengetahui
karakteristik tsunami.
2) Identifikasi sistem tektonik, struktur geologi dan morfologi daerah dasar laut
khususnya didaerah sekitar zona tumbukan (subduction zone).
3) Pemetaan resiko bencana tsunami

e. Gejala dan Peringatan Dini


1) Gelombang air laut datang secara mendadak
2) Pada umumnya didahului dengan gempa bumi besar dan susut laut.
3) Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi dengan waktu
tsunami di pantai.
f. Parameter
1) Ketinggian tsunami yang naik ke daratan (run-up).
2) Panjang sapuan tsunami ke daratan (m atau km).
3) Luas daerah yang terkena sapuan gelombang (km2).

2. Banjir

Gambar 5. Banjir yang merendam pemukiman warga


a. Pengertian
Tahukah anda apa yang dimaksud dengan banjir? Banjir jika diartikan adalah
aliran air yang tingginya melebihi muka air normal. Hal itu menyebabkan genangan
pada lahan rendah di sisinya. Jika kita perhatikan berita-berita di media massa maka,
negara kita termasuk negara yang sering dilanda banjir. Tahukah anda mengapa hal
tersebut bisa terjadi ?
Jika kita kaji kondisi geografis indonesia, maka wilayah Indonesia termasuk
daerah iklim tropis. Wilayah yang termasuk iklim ini memiliki dua musim, yaitu
musim kemarau dan musim hujan. Ciri dari negara tropis adalah adanya perubahan
cuaca, suhu, dan arah angin yang cukup ekstrem. Pantaslah jika Indonesia
menyimpan ancaman bersifat menyimpan ancaman bersifat hidrometeorologis
seperti banjir dan kekeringan. Hampir seluruh wilayah Indonesia berpotensi tinggi
mengalami banjir.
Sekarang coba kita identifikasi jenis-jenis banjir menurut sumber airnya.
Berikutnya ini adalah jenis-jenisnya.
1) Banjir akibat hujan lebat. Hal ini menyebabkan kapasitas penyaluran sistem
pengaliran air tidak mampu bekerja dengan baik. Sistem penyaluran air dapat
kita bagi menjadi sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia.
2) Banjir akibat pasang laut. Pasang laut menyebabkan meningkatnya muka air di
sungai.
3) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia. Setiap buatan manusia
pasti mengalami kerusakan. Bangunan air buatan manusia diantaranya adalah
bendungan, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.
4) Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat
longsornya tebing sungai. Hal ini menyebabkan bendungan tidak dapat menahan
tekanan air.

b. Penyebab
Pada pembahasan sebelumnya kita sudah membahas beberapa penyebab
banjir. Secara umum banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan. Akibatnya sistem
pengaliran air, saluran drainase, dan kanal penampung banjir tidak mampu
akumulasi air hujan. Hasilnya air akan meluap dan menyebabkan banjir.
Daya tampung sistem pengaliran air tidak selamanya sama. Sistem ini akan
berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai, tersumbat sampah, serta masih
banyak faktor lainya. Satu hal yang juga harus menjadi perhatian kita adalah
penggundulan hutan didaerah tangkapan air hujan. Penggundulan hutan
menyebabkan debit air yang masuk ke sistem aliran meningkat. Akibat lainya adalah
tingginya tingkat erosi serta sedimentasi. Berkurangnya resapan air juga terjadi
didaerah permukiman. Padatnya bangunan menyebabkan berkurangnya tingkat
resapan air. Kurang resapan membuat air langsung masuk ke sistem pengaliran yang
kapasitasnya terbatas.
c. Mekanisme perusakan
Pernahkah anda melihat atau bahkan mengalami wilayah anda tergenang
banjir? Coba anda lihat apakah ada kerusakan yang terjadi, baik pada bangunan atau
fasilitas lainya?
Banjir umumnya mempunyai sifat merusak, baik yang menggenang maupun
banjir bandang. Sifat ini didapatkan kerena arus air yang cepat dan bergolak dapat
menghanyutkan berbagai benda disekitarnya. Kerusakan akan semakin tinggi ketika
aliran air membawa material tanah. Air banjir dapat merusak pondasi bangunan,
baik rumah maupun jembatan. Material yang hanyut bersama banjir akan
diendapkan setelah surut. Endapan tersbeut dapat merusak tanaman, perumahan,
perumahan, dan menimbulkan penyakit.

d. Kajian bahaya
Kajian mengenai bahaya banjir dapat kita pelajari melalui data-data yang tepat. Hal
ini kita butuhkan untuk menentukan tingkat kerawanan serta upaya antisipasi banjir.
Data yang kita butuhkan berasal dari hal-hal sebagai berikut.
1) Rekaman kejadian bencana yang terjadi. Data ini berfungsi sebagai indikasi awal
akan datangnya banjir di masa yang akan datang. Melalui data ini kita dapat
menentukan pola mterjadinya banjir periodik( tahunan, lima tahunan, sepuluh
tahunan, atau seratus tahunan).
2) Pemetaan topografis. Peta topografi dapat menunjukan kontur ketinggian sekitar
daerah aliran sungai. Melalui data ini kita dapat menentukan kemampuan
kapasitas sistem hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan.
3) Data curah hujan. Data ini dipergunakan untuk menghitung kapasitas penyaluran
sistem pengaliran.

e. Gejala dan Peringatan Dini


Tahukah anda apa saja gejala-gejala banjir? Kita dapat mengenalinya dengan tanda-
tanda berikut :
1) Curah hujan yang tinggi
2) Tinggi pasang laut dan terjadinya badai.
3) Dilampauinya ketinggian muka banjir.
f. Parameter
Parameter ancaman banjir dapat ditentukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut.
1) Luas genangan
2) Kedalaman atau ketinggian air banjir
3) Kecepatan aliran
4) Material yang dihanyutkan aliran banjir
5) Tingkat kepekatan air atau tebal endapan lumpur.
6) Lamanya waktu genangan

3. Kekeringan

Gambar 6. Kekeringan
a. Pengertian

Kekeringan merupakan ketidakseimbangan ketersediaan air dengan kebutuhan air


manusia dan lingkungan. Menurut BNPB, kekeringan dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.

1) Kekeringan Alamiah
a) Kekeringan Meteorologis akibat tingkat curah hujan dibawah normal adalm satu
musim.
b) Kekeringan hidrologis akibat kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah.
Kita dapat mengkur kekeringan ini berdasarkan elevasi muka air tanah.
c) Kekeringan. Pertanian merupakan kekurangan lengas tanah (kandungan air
dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman.
d) Kekeringan sosial ekonomi merupakan kekurangan pasokan komiditi ekonomi
akbiat kekeringan meteorologi,

2) Kekeringan Antropogenik
Kekeringan antropogenik disebabkan ketidaktaatan manusia pada aturan. Kita dapat
melihat kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan. Kekeringan
disebabkan pula oleh kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air
akibat perbuatan manusia.

b. Penyebab
Kekeringan di Indonesia berkaitan erat dengan fenomena ENSO (El Nino Southren
Oscillation). Dampak El-Nino sangat kuat pada wilayah yang dipengaruhi sistem
monsoon. Sedangkan pada wilayah dengan sistem equatorial kuat, dampak El Nino
cukup lemah. Pengaruh El Nino juga lebih kuat pada musim kemarau. Pengaruh El
Nino dapat kita lihat dari pola-pola pada keragaman hujan sebagai berikut.
1) Akhir musim kemarau mundur dari normal
2) Awal masuk musim hujan mundur dari normal
3) Curah hujan musim kemarau turun tajam dibanding normal
4) Deret hari kering semakin panjang

c. Mekanisme Perusakan
Kekeringan dapat menimbulkan banyak masalah. Manusia, tumbuhan, dan hewan
akan menerima banyak dampak baik langsung maupun tidak. Kurangnya pasokan air
menyebabkan menurunya kesehatan manusia. Kekeringan dapat juga menyebabkan
pepohonan mati dan tanah menjadi gundul. Jikat tidak segera ditanggulangi akan
mengakibatkan hilangnya bahan pangan.
d. Kajian Indikator Kekeringan
1) Alamiah
a) Kekeringan meteorologis/klimatologis.

Tabel 1. Indikator intensitas kekeringan meteorologis


Intensitas Kekeringan Meteorologis Curah Hujan

Kering (curah hujan dibawah normal) 70% - 85% dari normal

Sangat Kering (curah hujan jauh dibawah 50% - 70% dari normal
normal)

Amat sangat kering (curah hujan amat jauh < 50% dari normal
dibawah normal)

Sumber : bnpb.go.id

b) Kekeringan hidrologis

Tabel 2. Indikator intensitas kekeringan hidrologis


Intensitas Kekeringan Debit Air Sungai
Hidrologis

Kering Mencapai periode ulang aliran periode 5 tahunan

Mencapai periode ulang aliran jauh dibawah periode


Sangat Kering
25 tahunan

Mencapai periode ulang aliran amat jauh dibawah


Amat sangat kering
periode 50 tahunan

Sumber : bnpb.go.id

c) Kekeringan pertanian
Tabel 3. Indikator intensitas kekeringan pertanian
Intensitas Kekeringan Pertanian Persentase Daun Kering

Kering (terkena ringan s/d sedang) M daun kering dimulai pada bagian ujung daun

M - % daun kering dimulai pada bagian ujung


Sangat Kering (terkena berat)
daun

Amat sangat kering (Puso) Semua bagian daun kering


Sumber : bnpb.go.id

Apabila dinilai dari segi penurunan produksi, terkena ringan s/d berat
diperkirakan kehilangan hasil bisa mencapai 75% dengan rata-rata sekitar 50%.
Dan puso apabila hasil diatas 95%. Untuk kekeringan ditinjau dari kehutanan
dinilai dari Keetch Byram Drough Index (KBDI):

● Kering (kekeringan rendah): 0 – 999


● Sangat kering : 1.000 – 1.499
● Amat sangat kering > 1.500

d) Kekeringan sosial ekonomi


Tabel 4. Kategori kekeringan sosial ekonomi
No. Kategori Ketersediaan Air Pemenuhan Jarak ke
(Lt/Orang/hari) Kebutuhan Sumber Air
Untuk (km)

1 Kering (Langka >30 Minum, Masak, 0,1-0,5


Terbatas) Cuci alat
>60
makan/masak,
mandi terbatas

2 Sangat Kering >10 Minum, Masak, 0,5-3


(Langka) Cuci alat
<30
makan/masak

3 Amat Sangat Kering <30 Minum, Masak, >3

e) Antropogenik
Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi apabila:
(1) Rawan: apabila tingkat penutupan tajuk (crown cover) 40%-50%.
(2) Sangat rawan: Apabila tingkat penutupan tajuk (crown cover) 20%-40%.
(3) Amat sangat rawan: apabila tingkat penutupan tajuk (crwon cover) di
DAS <20%

f) Gejala terjadinya kekeringan


Untuk mengantisipasi dampak negatif kekeringan, kita harus mengenali
gejala-gejala terjadinya kekeringan.
(1) Menurunya tingkat curah hujan dalam satu musim
(2) Terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah
(3) Kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah) sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan tanaman.

4. Angin Badai

Gambar 7. Badai
a. Pengertian
Angin badai adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam
atau lebih. Peristiwa ini sering terjadi di wilayah tropis.

b. Penyebab
Angin badai disebabkan perbedaan tekanan udara yang ekstrem. Ketika terjadi,
angin dapat bergerak dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Kita mengenal angin ini
sebagai badai, di samudera pasifik sebagai angin taifun, di samudera hindia disebut
siklon, dan di Amerika dinamakan hurricane.

c. Mekanisme perusakan
Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan bangunan atau menyebabkan kapal
tenggelam. Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan deras. Paduan keduanya
dapat menimbulkan bencana tanah longsor dan banjir.

d. Kajian Bahaya
Kajian bahaya angin badai dapat kita pantau dari data kecepatan dan arah angin.
Lembaga yang mengawasinya adalah stasiun dan satelit meteorologi. Angin badai
dipengaruhi oleh faktor topografi, vegetasi dan permukiman. Kita juga dapat
mempelajari kejadian angin badai di masa lalu. Data ini digunakan untuk mengetahui
pola umum kejadian angin badai.

e. Gejala dan Peringatan Dini


Tahukah anda bagaimana cara kita untuk memprediksi terjadinya angin badai? Angin
badai tidak selamanya terjadi secara mendadak. Sebagian besar badai, terbentuk
melalui suatu proses. Kita dapat memantaunya melalui satelite cuaca. Monitoring
menggunakan satelite ini dapat membantu kita memberikan peringatan dini.

f. Parameter
Skala kecepatan angin diusulkan oleh Hebert Saffir yang dikenal dengan skala Saffir-
Simpson. Berikut ini adalah skalanya.
Tabel 5. Skala Saffir-Simpson

Tingkat/Level Kecepatan angin Km/jam Tingkat Kerusakan


1 120 – 153 Sedikit
2 154 - 177 Sedang
3 178 – 209 Luas
4 210 - 249 Hebat
5 >250 Sangat Hebat

5. Gelombang Pasang/Badai

Gambar 8. Gelombang Pasang


a. Pengertian
Gelombang laut merupakan pergerakan naik turunya muka air laut. Gerakan ini
akan membentuk lembah dan bukit mengikuti gerak sinusoidal. Apa yang kita bahas
tadi merupakan gelombang periode singkat (wave of short period). Gelombang jenis
ini dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut. Jenis gelombang lainya adalah
gelombang periode panjang (wave of long periode). Terbentuknya gelombang ini
disebabkan oleh beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan.
Contohnya adalah gelombang pasang surut, gelombang tsunami, dan gelombang
badai.
Gelombang pasang surut (pasut) merupakan gelombang yang ditimbulkan oleh
gaya tarik menarik antara Bumi dengan planet-planet lain terutama dengan Bulan
dan Matahari. Menurut faktor pembangkitnya, pasang surut dibagi menjadi pasang
purnama dan pasang perbani.
Perhatikan oleh anda kondisi laut sekitar tanggal 1 dan 15 (saat bulan mati dan
bulan purnama). Apakah yang terjadi? Pada saat itu, posisi Bulan-Bumi-Matahari
berada pada satu garis lurus. Hal ini menyebabkan gaya tarik Bulan dan Matahari
terhadap Bumi saling memperkuat. Kondisi ini menyebabkan terjadinya pasang
purnama. Tinggi pasang sangat besar dibanding pasang pada hari-hari lain.
Kondisi laut juga dapat anda pelajari sekitar tanggal 7 dan 21. Pada waktu ini,
Bulan dan Matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi saling mengurangi.
Hasilnya terjadilah pasang perbani, dimana tinggi pasang lebih kecil dibanding hari-
hari yang lain.
Tabel 6. Perbandingan Antara Swell dan Tinggi Gelombang

Tinggi Swell Tinggi Gelombang


¼m Setinggi paha 2-3’
½m Setinggi pinggang 3-4’
1m Setinggi pinggang hingga kepala 5-6’
1¼m Hingga 1K kali diatas kepala 6-8’
1½m Lebih dari 1K kali tinggi kepala 8-10’
2m Lebih dari 2 kali tinggi kepala 10-12’
2½m Lebih dari 2K kali tinggi kepala 12-15’
3m Sekitar 3 kali tinggi kepala 15-18’
3-4 m 3-4 kali tinggi kepala 18-24’
4-5 m 4-5 kali tinggi kepala 24-32’
5-6 m 5-6 kali tinggi kepala 32-40’
6-7 m 6-7 kali tinggi kepala 40-48’
8-9 m 8-9 kali tinggi kepala 50-60’
Sumber :www.bnpb.go.id

Gelombang badai (Storm Wave) merupakan gelombang tinggi yang ditimbulkan


karena efek terjadinya siklon tropis. Kondisi ini berpotensi kuat menimbulkan
bencana alam. Meski Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis, namun siklon
tropis memengaruhi terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan
deras. Siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah yang mempunyai angin
berputar (siklonik) yang berasal dari daerah tropis dengan kecepatan rata-rata (34-
64) knots disekitar pusatnya. Siklon tropis tumbuh aktif di daerah lintang bumi (10-
20) LU/LS.
b. Penyebab
Angin dengan kecepatan besar diatas permukaan laut bisa membangkitkan fluktuasi
muka air laut yang besar disepanjang pantai. Kita akan sulit memperkirakan elevasi
muka air selama terjadinya badai. Penyebabnya adalah badai melibatkan banyak
variabel seperti interaksi antara angin dan air, perbedaan tekanan atmosfer dan lain-
lain.
Perubahan elevasi muka air tergantung pada kecepatan angin, fetch, kedalaman air,
dan kemiringan dasar. Fetch merupakan panjang daerah tempat angin berhembus
dengan kecepatan dan arah konstan.
Gelombang angin di lokasi pembangkitanya masih relatif curam. Gelombang ini
disebut seas. Setelah menjalar gelombang menjadi lebih landai dan berpuncak
panjang. Gelombang ini disebut swell.

c. Mekanisme Perusakan
1) Gelombang pasang/badai dalam periode yang cukup lama (dapat
merusak/menghancurkan) kehidupan dan bangunan di daerah pantai.
2) Gelombang badai dapat memutar air dan menimbulkan gelombang yang tinggi.
Hal ini dapat mengganggu pelayaran dan berpotensi menenggalamkan kapal.

d. Kajian Bahaya
Siklon tropis dapat menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrem. Daerah lintasan siklon
tropis adalah wilayah perairan Indonesia, sebalah utara Australia dan Pasifik Barat
dan sampai Laut Cina Selatan.

e. Gejala dan Peringatan Dini


Pemantauan Gejala sistem konvergensi tekanan rendah dapat berkembang menjadu
Tropical Depresi dan tumbuh menjadi Tropical Siklon.

f. Parameter
1) Tinggi gelombang (meter)
2) Panjang sapuan gelombang pasang ke daratan (m atau km)
3) Luas daerah yang terkena sapuan gelombang (km2).
SIKLUS PENANGGULANGAN
BENCANA

A. Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan


kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Sebagai suatu proses yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan
untuk meningkatlan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan penanganan, merupakan
rangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat,
rehabilitasi dan pembangunan kembali.

Dampak yang ditimbulkan oleh bencana sebagai peristiwa yang luar biasa dan dapat
menimbulkan penderitaan luar biasa bagi yang mengalaminya. Bahkan bencana alam tertentu
menimbulkan banyak korban cedera maupun meninggal dunia. Selain menimbulkan luka atau
cedera fisik, bencana alam juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan. Mengingat
dampak yang luar biasa tersebut, perlu dilakukan penanggulangan bencana dengan prinsip dan
cara yang tepat.

Tujuan penanggulangan bencana yang dilakukan dengan tepat adalah:

1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana

2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada

3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,


terkoordinasi, dan menyeluruh.

4. Menghargai budaya lokal.

5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan.

7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam Undang-undang No, 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,


disebutkan beberapa prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana:

1. Cepat dan Tepat


Prinsip cepat dan tepat berarti bahwa penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara
cepat dan tepat sesuai tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penanggulangan akan
berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.

2. Prioritas

Prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

3. Koordinasi keterpaduan

Prinsip koordinasi dalam penanggulangan bencana berarti didasarkan pada koordinasi yang
bauk dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan
pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.

4. Berdaya guna dan berhasil guna

Enanggulangan bencana dengan “prinisip berdaya guna” adalah mengatasi kesulitan


masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
Sedangan “prinsip berhasil guna” adalah penanggulangan bencana harus berhasil guna,
khususnya dalam mengatasi kesulita masyrakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan
biaya yang berlebihan.

5. Transparansi dan akuntabilitas

Prinsip transparansi dalam penanggulangan bencana dilakuakn secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara
etik dan hukum.

6. Kemitraan

Penanggulangan bencana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kemitraan dalam


penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat secara luas,
termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun dengan organisasi-organisasi
kemasyarakatan lainnya. Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga
di luar negeri termasuk dengan pemerintahnya.

7. Pemberdayaan

Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengetahui,


memahami dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan
bencana. Negara memiliki kewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar dapat
mengurangi dampak dari bencana.
8. Nondiskriminatif

Prinsip nondiskriminatif dalam penanggulangan bencana berarti memberikan perlakuan


yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apapun.

9. Nonproletisi

Yang dimaksud dengan “prinsip nonproletisi” adalah bahwa negara dalam penanggulangan
bencana dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana,
terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

B. Langkah-langkah Penanggulangan Bencana

Gambar 9. Siklus Manajemen Bencana

Penanggulangan bencana tidak hanya dilakukan pada saat dan setelah terjadinya
bencana, tetapi upaya pencegahan juga termasuk ke dalam kegiatan penanggulangan bencana.
Penanggulangan bencana dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahap pencegahan/Mitigasi

Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari
bencana alam. Contoh kegiatan pada tahap ini adalah:

a. Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan.

b. Penanaman pohon bakau/mangrove di sepsnjang pantai untuk menghambat gelombang


tsunami.

c. Pembuatan tanggul untuk menghindari banjir.

d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak masuk ke wilayah pemukiman.

e. Reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan dan banjir.

f. Identifikasi secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana.


g. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

h. Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi


menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana.

2. Tahap Tanggap Darurat

Pada tahap tanggap darurat hal paling pokok yang sebaiknya dilakukan adalah
penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapa tanggap darurat. Selain itu,
tehap tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung
untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal.

Para korban juga perlu dibawa ke tempat sementara yang dianggap aman dan ditampung
di tempat penampungan sementara yang layak. Pada tahap ini dilakukan pua pengaturan dan
pembagian logistik atau bahan makanan yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban
bencana. Secara operasional, pada tahap tanggap darurat ini diarahkan pada kegiatan:

a. Dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya, untuk mengidentifikasi cakupan
lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana, gangguan terhadap
fungsi pelayanan umum serta pemerintahan, dan kemampuan sumberdaya alam maupun
buatan.Pengkajian secara cepat

b. Penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal dan menangani


korban yang luka-luka.

c. Penanganan pengungsi.

d. Pemberian bantuan darurat.

e. Pelayanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih.

f. Penyiapan penampungan sementara.

g. Pembangunan fasilitias sosial dan fasilitas umum sementara serta memperbaiki sarana
dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan yang memadai untuk para
korban.

3. Tahap Rehabilitasi

Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah perbaikan fisik dan non fisik serta
pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini bertujuan mengembalikan dan
memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk
menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan
sekolah, infrastruktur sosial dasar, serta prasaranan dan sarana perekonomian yang sangat
diperlukan.
Sasaran utama dari tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki pelayanan masyarakat
atau publik sampai pada tungkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga
diupayakan penyeesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek
kejiwaan/psikologis melalui penanganan trauma korban bencana.

4. Tahap Rekonstruksi

Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah pembangunan kembali sarana,
prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan agar kehidupan masyarakat
kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga
swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya
kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini sedapat mungkin juga
melibatkan masyarakat dalam setiap proses.

C. Penanggulangan Beberapa Bencana Alam

Secara umum tahapan penanggulangan bencana relatif sama, namun perbedaan biasanya
terletak pada car pencegahan bencana. Berikut cara penanggulangan beberapa bencana alam:

1. Penanggulangan Bencana Banjir

Bencana banjir disebabkan oleh banyak faktor, yang paling utama adalah alih fungsi
lahan berupa hutan menjadi lahan pertanian maupun pemukiman. Padahal hutan berfungsi
dalam meningkatkan cadangan air tanah dan meresapkan air ke dalam tanah, sehingga
mengurangi aliran air permukaan yang menyebabkan banjir. Selain itu, banjir juga bisa
disebabkan karena ulah manusia yang kurang bijak terhadap alam.

Gambar 10. Penanggulangan Bencana Banjir

Untuk menanggulangi bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan, di antaranya sebagai
berikut:

a. Sebelum kejadian banjir


- Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat air, sehingga
menyebabkan terjadinya banjir.

- Mengeruk sungai untuk menambah daya tampung air.

- Membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistem-sistem pipa),


sehingga dapat mencehag beban yang berlebihan terhadap sungai.

- Tidak mendirikan bangunan pada area yng menjadi daerah penyerapan air atu daerah
tangkapan hujan, terutama di daerah hulu sungai.

- Tidak menebangi pohon-pohon di hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan


keberlangsungan kelestarian alam. Dampak lanjutannya adalah terjadi longsor.

- Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggu di sepanjang sungai untuk


mnejaga tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam daratan.

b. Pada saat kejadian banjir

- Mengerahkan tim penyelamat beserta bahan dan peralatan pendukung, seperti perahu
karet, tambang, pelampung, dan obat-obatan.

- Membawa korban ke tempat yang aman atau penampungan sementara.

- Memantau perkembangan keadaan banjir dan menyebarluaskan informasinya kepada


masyarakat.

c. Pasca kejadian banjir

- Memberikan pertolongan medis bagi yang memerlukan

- Memberikan bantuan obat-obatan dan makanan serta bantuan lainnya.

- Memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak karena banjir.

- Membersihkan sarana dan prasarana yang kotor karena banjir.

2. Penanggulangan Bencana Kekeringan

Bencana kekeringan terjadi karena adanya kesenjangan antara air yang tersedia dengan air
yang diperlukan. Di Indonesia, bencanan ini terkait dengan musim kemarau yang terjadi selama
beberapa bulan dalam setahun. Selama musim kemarau, jumlah curah hujan sangat sedikit,
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan air untuk manusia dan makhluk hidup lainnya.
Gambar 11. Penanggulangan Bencana Kekeringan

Kekeringan tidak hanya terjadi karena faktor alam, ulah manusia yang merusak lingkungan
juga berpengaruh terhadap potensi kekeringan. Bebrapa cara yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi kekeringan adalah sebagai berikut:
a. Membuat waduk (bendungan) yang berfungsi sebagai persediaan air di musim kemarau.
Selain itu, waduk dapat mencegah terjadinya banjir pada musim hujan.
b. Membuat hujan buatan untuk daerah-daerah yang sangat kering.
c. Reboisasi atau penghijauan kebali daerah-daerah yang sudah gundul agar tanah lebih mudah
menyerap air pada musim kemarau.
d. Melakukan diversifikasi dalam bercocok tanam bagi para petani, misalnya mengganti
tanaman padi dengan tanaman palawija pada saat musim kemarau karena palawija dapat
cepat dipanen dan tidak membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya.
e. Penentuan teknologi pencegahan kekeringan (pembuatan embung, penyesuaian pola tanam
dan teknologi budidaya tanaman, dll) dan sistem pengaliran air irigasi yang disesuaikan
dengan hasil prakiraan iklim.
f. Pengembangan sistem penghargaan (reward) bagi masyarakat yang melakukan upaya
konservasi dan rehabilitasi sumberdaya air dan lahan serta memberikan hukuman
(punishment) bagi yang merusak lingkungan.
3. Penanggulangan Bencana Longsor

Bencana longsor dipicu banyak hal, misalnya aktivitas gempa. Goncangan membuat tanah
menjadi labil dan menimbulkan longsor. Selain itu, longsor juga terjadi karena tanah yang berada
pada bidang gelincir (lapisan kedap air) mendapat guyuran hujan setelah sekian lama mengalami
kekeringan. Tanah yang kering dan kemudian terisi air hujan dapat meningkatkan berat
(masanya) dan akhirnya terjadi longsor.
Gambar 12. Penanggulangan Bencana Longsor

Bencana longsor yang menimpa pemukiman dapat menimbulkan korban jiwa. Korban
biasanya terkubur oleh tanah karena tidak sempat menyelamatkan diri. Penanggulangan bencana
longsor dapat dilakukan dengan cara:

a. Pencegahan
Bencana longsor dapat dicegah melalui cara berikut:
- Melarang pembangunan rumah pada lokasi yang rawan longsor, terutama pada lereng
dan kaki bukit.
- Memperkuat kestabilan tanah dengan pohon-pohon yang akarnya dapat mengikat tanah
secara kuat.
- Pembangunan tembok-tembok penahan untuk memperkuat lereng pada lokasi rawan
longsor.
- Memberikan penyuluhan pada masyarakat yang tinggal di wilayah longsor tentang cara
menghindari bencana longsor.
b. Pasca bencana longsor
- Mengerahkan tim dan masyarakat untuk bersama-sama memberikan pertolongan jikalau
ada warga yang masih bisa diselamatkan.
- Mengumpulkan informasi dari warga tentang lokasi rumah yang terkena longsor, jumlah
rumah dan jumlah anggota keluarganya.
- Memberikan pertolongan medis bagi warga yang masih hidup dan terkena longsor.
- Membangun kembali rumah warga dan infrastruktur yang terkena longsor.
- Merelokasi warga pada lokasi baru yang lebih aman dari longsor jika masih ada
kemungkinan longsor pada masa yang akan datang.
4. Penanggulangan Bencana Tsunami
Gambar 13. Penanggulangan Bencana Tsunami

Tsunami adalah ombak besar yang terjadi setelah peristiwa gempa bumi, gempa laut, gunung
berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi
seismologi sehingga dapat diterapkan sistem peringatan dini (early warning system).
a. Sebelum terjadi tsunami
- Memasang peralatan sistem peringatan dini di wilayah-wilayah laut yang berpotensi
mengalami tsunami.
- Melakukan pemetaan tingkat kerawanan bencana tsunami dan mensosialisasikan kepad
amasyarakat.
- Menentukan jalur-jalur evakuasi bagi penduduk yang tinggal di wilayah-wilayah rawan
tsunami.
- Menanam dan memelihara hutan mangrove di sepanjang pantai untuk menahan laju
ombak.
b. Pada saat terjadinya tsunami
- Memberikan tanda peringatan dan informasi untuk memandu penduduk mencapai
tempat yang aman.
- Mengerahkan tim penyelamat beserta perlatan pendukung untuk membantu penduduk
mencapai tempat evakuasi.
- Memantau perkembangan keadaan untuk menentukan langkah-langkah berikutnya.

c. Setelah terjadinya tsunami

- Mencari korban untuk dievakuasi ke tempat yang aman


- Memberikan pertolongan bagi para korban bencana
- Menyiapkan tenda-tenda darurat untuk menampung para korban bencana
- Memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.
- Mengidentifikasi kerusakan yang terjadi
- Memperbaiki sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan.
5. Penanggulangan bencana letusan gunungapi

Di Indonesia sering terjadi bencana yang disebabkan oleh meletusnya gunungapi. Ada sekitar
130 gungapi aktif terdapat di Indonesia. Selain membawa bencana, gunungapi merupakan
sumber pembawa kemakmuran melalui tanah yang subur. Oleh karena itu penduduk selalu
tertarik untuk menetap dan mendekati gunungapi walaupun tempat tersebut berbahaya.

Gambar 14. Bencana Letusan Gunungapi di Indonesia

Penanggulangan bencana meletusnya gunungapi mencakup aspek sosial dan budaya. Selain
itu penanganannya bervariasi tergantung pada karakteristik gunungapi itu sendiri:

a. Sebelum terjadi letusan

- Melakukan pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunungapi aktif


- Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan bencana dan Peta Zona Resiko
Bahaya Gunungapi yang didukung dengan Peta Geologi Gunungapi.
- Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunungapi.
- Melakukan peningkatan pembimbingan dan pemberian informasi gunungapi kepada
sumberdaya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan sarana dan prasarananya.
b. Saat terjadi letusan

- Membentuk tim gerak cepat penanggulangan bencana


- Meningkatkan pemantauan, pengamatan, dan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur
penanggulangan bencana sesuai dengan kebutuhan.
- Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur.
- Menyediakan tempat pengungsian atau penampungan sementara.
c. Setelah terjadi letusan

- Menginventarisir data, mencakup sebaran dan colume hasil letusan.


- Mengidentifikasi daerah yang terancam dan terkena bencana.
- Memberikan saran penanggulangan bahaya
- Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang
- Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak dan juga sarana serta prasarana yang
rusak.
6. Penanggulangan bencana gempa bumi
Gempa bumi adalah gejala pelepasan energi dari dalam bumi. Sampai saat ini manusia belum
dapat meramalkan kapan suatu gempa akan terjadi. Gempa bumi merupakan bencana alam yang
juga sering melanda wilayah Indonesia. Penanggulangan bencana gempa bumi dapat dilakukan
dengan cara:

a. Sebelum terjadi gempa


- Melakukan sosialisasi gempa di wilayah yang rawan gempa
- Mengembangkan bangunan yang relatif tahan gempa, dengan memperkuat atau
memperdalam fondasi bangunan, penggunaan material yang ringan supaya bengaunan
dapat mengikuti getaran gempa.
- Pendidikan pada masyarakat tentang cara menyelamatkan diri dari gempa, mulai dari
anak-anak hingga orang dewasa.
- Monitoring, dengan mengukut gerakan tanah menggunakan skala Richter.
- Persiapan menghadapi gempa di rumah dengan menyiapkan air, makanan, lampu senter,
selimut dan pertolongan pertama.
- Menentukan titik berkumpul dan jalur evakuasi.
b. Pada saat gempa dan setelah terjadinya gempa
- Memberikan peringatan terjadinya gempa kepada masyarakat.
- Memantau perkembangan gempa dan menyebarluaskannya kepada masyarakat.
- Mengerahkan regu atau tim penyelamat tanggap darurat ke lapangan untuk memberikan
pertolongan.
- Memperbaiki berbagai fasilitas yang merusak terutama jalan agar bantuan tidak
terhambat datang ke lokasi dan masyrakat dapat melakukan mobilitas.
- Mempersiapkan diri terhadap ancaman gempa susulan.

D. Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal

1. Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal

Pengetahuan yang dibagi turun temurun dalam suatu masyarakat berjasa besar dalam
penanggulangan bencana sebuah daerah. Sebab, pengetahuan yang biasa disebut kearifan lokal
ini membuat masyarakat tanggap saat suatu bencana menerjang wilayahnya.
Kearifan lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan dan lokal. Kearifan adalah suatu
pemahaman dan kesadaran yang mendalam tentang orang, benda, peristiwa atau situasi sehingga
persepsi, penilaian, dan tindakan yang dilakukan berdasarkan pemahaman dan kesadaran
tersebut.
Menurut Goyah (2013) yang dituliskan dalam aartikel online, mengatakan bahwa kearifan
lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal adalah
produk masa lalu yang terus menerus dijadikan pegangan hidup. Walaupun lokal namun nilai-
nilai yang terkandung didalamnya bersifat universal.
Bencana menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehingga
mereka mempunya tanda-tanda sebagai pesan budaya datangnya bencaa. Pesan budaya itu
merupakan pengetahuan yang terbentuk dari hasil adaptasi panjangsekelompok manusia dengan
lingkungannya. Pengetahuan tentang tanda-tanda bencana disebut kearifan lokal.
Setiap masyarakat mempunyai pesan budaya menghadapi bencana yang secara empirik
terbukti mampu mengurangi jumlah korban yang sejatinya merupakan pengetahuan yang berlaku
dalam dunia ilmu pengetahuan.
Beberapa bentuk kearifan lokal masyaraat Indonesia dalam menanggapi dan
menanggulangi bencana alam:
a. Masyarakat pesisir Maluku Utara mengenali gejala alam berupa naiknya ikan-ikan dalam
jumlah di perairan. Fenomena ini diyakini sebagai tanda datangnya gempa.
b. Masyarakat Dayak meyakini munculnya bintang-bintang tertentu secara periodik merupakan
pertanda air pasang maupun surut.
c. Masyarakat sekitar Merapi mengenal tanda gunung itu akan meletus ketika harimau dan kera
mulai turun ke perkampungan.
d. Masih banyak kearifan lokal yang dimiliki masyarakat di wilayah lain. Kearifan lokal dalam
menghadapi bencana sebaiknya disepakati sebagai cara dini mendeteksi bencana.

PERSEBARAN WILAYAH RAWAN


BENCANA ALAM DI INDONESIA

Posisi geografis dan geodinamik Indonesia menjadikanya salah satu wilayah yang
rawan bencana alam. Sebagai Negara kepulauan yang menjadi pertemuan tiga lempeng besar
dunia, yaitu lempeng Indo-australia, Lempeung Eurasia, dan lempeng Pasifik. Aktivitas
ketiga lempeng tersebut membuat Indonesia memiliki aktivutas kegunungapian dan
kegempaan yang tinggi. Dinamika lempeng juga membentuk relief permukaan bumi yang
khas dan sangat berfariasi. Negara kita juga memiliki banyak pegunungan dengan lereng-
lereng yang curam. Kondisi ini tentu membuat Negara kita juga rawan terhadap bahaya tanah
longsor yang tinggi. Selain longsor, wilayah landau menyimpan potensi ancaman banjir,
penurunan lahan, dan tsunami.

Berdasarkan UU No 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa Bencana alam adalah bencana


yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor. Pengurangan terhadap dampak bencana salah satunya dapat dilakukan dengan
mengetahui sebaran daerah rawan bencana alam di Indonesia.Hal tersebut bertujuan untuk
meminimalisir risiko bencana pada suatu daerah.

Untuk meminimalisir banyaknya korban, Badan Nasional Penanggulangan Bencana


(BNPB) membuat peta rawan bencana di Indonesia bertujuan untuk menyajikan informasi
mengenani penyebaran lokasi-lokasi yang berpotensi bencana agar masyarakat disekitar
daerah rawan bencana sudah memiliki sikap siap siaga apabila terjadi bencana. Berikut ini
kita akan melihat sebaran wilayah rawan bencana yang berada di Indonesia.

A. GEMPA BUMI
1. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi di Indonesia
Gempa bumi mungkin adalah ancaman bencana alam terbesar di Indonesia
karena terjadi tiba-tiba dan bisa menyerang wilayah padat penduduk, seperti kota-
kota besar. Gempa bumi dengan kekuatan sekitar 5 atau 6 skala Richter terjadi
hampir setiap hari di Indonesia namun biasanya tidak menyebabkan atau hanya
sedikit menyebabkan kerugian. Kalau kekuatan gempa melewati 7 skala Richter,
sebuah gempa bisa menyebabkan banyak kerusakan. Setiap tahunnya, dua atau tiga
gempa bumi dengan 7 skala Richter (atau lebih) terjadi di Indonesia dan lingkungan
hidup.
Gambar 15. Sebaran gempa bumi di Indonesia (Sumber:

http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2010/02/201002-
10_hazard_gempa_bumi_kabupaten_bnpb-585x413.jpg )

Berdasarkan peta indeks ancaman bencana gempa bumi di Indonesia di atas


menunjukan bahwa hampir semua wilayah Indonesia memiliki risiko gempa bumi.
Bagian selatan Indonesia tepatnya di pulau Sumatera, Jawa, Nusa tenggara memiliki
risiko bencan gempa bumi yang tinggi. Ancaman gempa bumi yang tinggi juga
ditunjukan di wilayah Papua bagian utara dan wilayah ambon dan Sulawesi bagian
utara. Ancaman sedang ditunjukan pada wiayah sumatera bagian tengah jawa bagian
tengah dan daerah Maluku. Sementara pulau Kalimantan menunjukan bahwa miliki
ancaman yang paling rendah dari gempa bumi.

2. Alasan Kongkrit Daerah Tersebut Mendapatkan Risiko Bencana Gempa Bumi


Tinggi
Hampir seluruh kejadian gempa berkaitan dengan suatu patahan, yaitu satu
tahapan deformasi batuan atau aktivitas tektonik dan dikenal sebagai gempa
tektonik. Sebaran pusat-pusat gempa (epicenter) di dunia terbesar di sepanjang
batas-batas lempeng (divergent, konvergent, maupun transform), oleh karena itu
terjadinya gempa bumi sangat berkaitan teori tektonik lempeng. Indonesia
merupakan salah satu negara yang berada pada batas lempeng. Hal tersebut
membuat Indonesia memiliki jumlah patahan yang sangat banyak sehingga
menjadikan Indonesia rawan bencana gempa bumi. Potensi gempa bumi di
Indonesia dapat dijumpai di pulau sumatera, jawa, nusa tenggara, papua yang berada
di dsebelah utara, dan Sulawesi bagian utara.
Di pulau sumatera terdapat sesar semangko yang membentang dari banda aceh
sampai teluk semangko di selatan lampung. Membentang pararel dengan zona
subduksi sebagai pengaruh konvergensi lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-
Australia. Gempa-gempa yang berfariasi dengan zonapatahan Sumatera merupakan
gempa-gempa berkuatan sedang hingga kuat dengan potensi kedalaman dangkal,
kurang dari 20 km. Kuat gempa dengan kedalaman yang yang dangkal dapat
mengakibatkan kerusakan yang parah. Di pulau jawa juga banyak dijumpai sesar
yang aktif, beberapa sesar tersebut adalah sesar opak, cimandiri, dan grindulu.

3. Gempa Bumi Yang Pernah Terjadi Di Indonesia


GEMPA BUMI DI INDONESIA TAHUN 2004- 2016

Gambar 16. Data kejadian gempa bumi di Indonesia. Sumber:


http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/risiko/bencana-alam/item243
Sebagian sebab dari banyaknya jumlah korban jiwa maupun luka-luka di
Indonesia adalah karena konstruksi yang buruk dari rumah-rumah dan infrastruktur
yang ada. Itu sebabnya mengapa gempa yang sedang bisa saja menyebabkan
jatuhnya banyak korban, runtuhnya gedung-gedung, dan hilangnya tempat tinggal
bagi banyak orang. Sebuah publikasi dari Bank Dunia (dirilis pada Oktober 2010)
mengekspresikan kekuatiran akan kemungkinan terjadinya dampak yang
mengerikan apabila sebuah gempa dengan kekuatan 8,5 skala Richter terjadi di
sebuah megapolitan seperti Jakarta.
4. Dampak Yang Ditimbulkan Gempa Bumi
● Rekahan / patahan di permukaan bumi
Gempa bumi seringkali berdampak pada rekahan dan patahan permukaan
bumiyang secara regional dikenal debagai deformasi kerak bumi. Salah satu
conohnya yaitu pada tahun 2006 gempa bumi di jogja membuat bentukan yang
baru di sesar opak.
● Getaran/ guncangan
Bencana gempa bumi yang secara langsung terasa dan berdanpak sangat serius
yaitu adalah runtuhnya bangunan-bangunan yang disebabkan oleh getaran/
guncangan gempa yang merambat pada media batuan/tanah.
● Longsoran tanah
Berbagai tipe dan jenis luncuran dan longsoran tanah umumnya dapat terjadi
bersamaan dengan terjadinya gempa.
● Kebakaran
Kebakaran sering terjadi pada saat terjadinya gempa, hal tersebut disebabkan
oleh material yang mudah terbakar dan instalasi listrk pada saat terjadi
goncangan gempa bumi.
● Perubahan Air Bawah tanah
Reggim air baah tanah dapat mengalami perubahan oleh perpindahan yang
disebabkan oleh sesar atau oleh goncangan. Contoh kasus dari perubahan air
tanah adalah adanya beberapa sumber mata air yang hilang setelah gempa
terjadi.
● Tsunami
Gempa bumi dapat berasal dari gempa bumi yang berada di wilayah laut yang
dangkal. Salah satu contoh tsunami di Indonesia yaitu di Aceh dan di
pangandaran.

B. LETUSAN GUNUNG BERAPI


1. Persebaran Gunung Berapi di Indonesia

Gambar 17. Sebaran Gunung Api di Indonesia


Berdasarkan persebaran peta di atas dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki
banyak sekali gunung berapi. Daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan
daerah subduksi seperti di pulau Sumatera, Jawa , Nusa tenggara, Maluku, dan
Sulawesi utara terdapat gunung berapi. Pulau Kalimantan dan Papua adalah pulau
besar di Indonesia yang tidak dijumpai gunung berapi.
2. Daerah Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi di Indonesia
Setiap wilayah yang berdekatan dengan gunung berapi memiliki risiko
terhadap erupsi gunung berapi. Bahaya gunung berapi adalah bahaya yang
ditimbulkan oleh letusan / kegiatan gunung berapi, berupa benda padat, cair, dan gas
serta campuran diantaranya yang mengancam atau cenderung merusak dan
menimbulkan korban jiwa serta kerugian harta benda dalam tatan (lingkungan)
kehudupan manusia. Wilayah di Indonesia yang relatif aman dari bahaya letusan
gunung berapi yaitu berada di pulau Papua dan di pulau Kalimantan.
3. Erupsi Gunung Berapi yang Terjadi di Indonesia Tahun
Berdasarkan data dari kementrian ESDM pada tahun 2017 aktifitas gunung
berapi di Indonesia adalah sebagai berikut:
● G. Sinabung pada Tingkat Aktivitas Level IV (AWAS) kondisi visual dan
kegempaan masih tinggi, sehingga potensi ancaman bahaya erupsi G. Sinabung
masih tinggi khususnya Awan Panas dan Guguran yang umumnya mengarah ke
tenggara – timur, erupsi-erupsi masih berlangsung tiap hari. Tidak tercatat
adanya korban harta maupun jiwa.
● Gunungapi pada Tingkat Aktivitas Level II (WASPADA) sebanyak 15
gunungapi secara visual maupun kegempaan masih relatif tinggi, tidak ada
kejadian bencana yang mengakibatkan korban harta dan jiwa. Gunung berapi
yang masih memperlihatkan aktivitas erupsi adalah G. Kerinci di Kabupaten
Jambi Provinsi Sumatera Barat, G. Semeru di Kabupaten Lumajang, Provinsi
Jawa Timur dan G. Dukono di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku
Utara, sedangkan gunungapi lainnya belum menunjukan aktivitas peningkatan
atau penurunan adalah G. Bromo, G. Rinjani, G. Lokon, G. Soputan, G.
Karangetang, G. Gamalama, G. Sangeangapi, G. Rokatenda, G. Ibu, G.
Gamkonora, G. Anak Krakatau, dan G. Marapi, dalam bulan Januari 2017
tingkat aktivitasnya masih Level II (WASPADA), tidak ada tanda peningkatan
atau penurunan tingkat aktivitas serta tidak ada kejadian bencana yang
mengakibatkan korban harta dan jiwa
● Gunungapi pada Tingkat Aktivitas Level I (NORMAL) kondisinya belum
menunjukan adanya peningkatan aktivitas, tidak ada kejadian korban dari
pengunjung maupun wisatawan.

C. TSUNAMI
1. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia
Gambar 18. Sebaran rawan bencana tsunami di indonesia
Berdasarkan peta indeks ancaman tsunami di Indonesia kepulauan Maluku,
papua bagian utara dan sumatera bagian selatan memiliki risiko tsunami yang tinggi.
Bagian pegunungan di Sumatera dan di jawa relatif mempunyai risiko tsunami yang
rendah. Bagian Barat di pulau Kalimantan juga menunjukan risiko tsunami yang
rendah.
2. Tsunami yang Berada di Indonesia
Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU
dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota
Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang
(Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan
Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand.
Korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut
Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor
berita Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan
korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005).
Sedangkan total luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000
diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera Utara.
Pada tanggal 17 juli 2006 telah terjadi gempa di sebelah selatan pantai
Pangandaran. Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan Geofisika atau PGN
BMG menyatakan gempa bumi yang terjadi di kawasan pantai Pangandaran tersebut
terjadi pada pukul 15.19 berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR), dengan pusat gempa
tektonik pada kedalaman kurang dari 30 km di titik 9,4 Lintang Selatan, dan 107,2
Bujur Timur. Pusat gempa tepatnya berada di sebelah selatan Pameungpeuk dengan
jarak sekitar 150 km, dan merupakan zona pertemuan dua lempeng benua Indo-
Australia dan Eurasia pada kedalaman kurang dari 30 km.
Gempa bumi yang terjadi tersebut juga menyebabkan terjadinya gelombang
tsunami yang menerjang pantai selatan Jawa Barat seperti Cilauteureun, Kab. Garut,
Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, Pangandaran, Kab. Ciamis, pantai selatan Cianjur dan
Sukabumi. Bahkan, gelombang tsunami juga menerjang Pantai Cilacap dan
Kebumen, Jawa Tengah, serta pantai selatan Kab. Bantul, Yogyakarta. Gempa yang
diiringi tsunami ini telah menelan korban jiwa hingga mencapai ratusan orang dan
ratusan lainnya mengalami cedera, dan puluhan jiwa dinyatakan hilang. Ratusan
rumah mulai dari sepanjang pantai Krapyak, Kalipucang, Parigi, Cipatujah, Kab.
Tasikmalaya, hancur. Demikian pula, hotel-hotel di sepanjang objek wisata pantai
barat Pangandaran.

D. BANJIR
1. Persebaran Wilayah yang Sering Terjadi Banjir di Indonesia

Gambar 19. Peta Sebaran wilayah resiko banjir di Indonesia


Berdasarkan peta risiko bencana banjir di Indonesia dapat dilihat bahwa
hampIr semua wilayah di Indonesia mempunyai potensi terkena bencana banjir.
Bencara banjir tersebut dari yang tinggi sampai yang rendah banyak sekali faktor
yang mempengaruhinya. Wilayah papua bagian selatan yang daerhnya berupa rawa-
rawa sangan rentan terhadap bencan abanjir. Banjir juga dapat ditimbulkan dari Curah
hujan yang tinggi yang datang dalam intensitas yang tinggi pula.
2. Daerah di Indonesia yang Sering Terjadi Banjir
Jakarta adalah salah satu daerah di Indonesia yang sering mengalami banjir.
Berdasarkan Nirwono joga ahli tata kota yang dikutip dari kompas.com
mengemukakan 4 faktor yang membuat banjir terjadi di Jakarta:
a. berubahnya ruang terbuka hijau di Jakarta menjadi kawasan pembangunan,
seperti permukiman, gedung, dan jalan. Resapan air hujan menjadi berkurang
dan akhirnya air mengalir ke jalanan.
b. sistem drainase yang buruk di Jakarta. Menurut Joga, seharusnya saluran air
berujung ke sungai atau laut, melainkan ke daerah resapan atau ke dalam tanah.
Pemerintah harus melakukan revitalisasi terhadap sistem drainase di seluruh
Jakarta dan jalan-jalan protokol seperti Sarinah, Thamrin, Sudirman, dan
lainnya. Pemerintah juga perlu membuat sistem drainase eco-drainase yang
mengalirkan air ke sumber resapan.
c. tidak optimalnya fungsi waduk maupun situ. Dalam catatannya, pada tahun
1990-an, Jakarta memiliki 70 waduk dan 50 situ. Namun, kini hanya tersisa 42
waduk dan 16 situ. Sebanyak 50 persen di antaranya pun tidak berjalan optimal.
Waduk-waduk di Jakarta dipenuhi tumbuhan enceng gondok, limbah, dan
sampah. Pendangkalan pun terjadi akibat sedimentasi lumpur. Waduk yang
akhirnya mengering kemudian dijadikan daerah hunian.
d. belum dilakukannya normalisasi di semua sungai. Menurut pengamat dari
Universitas Trisakti ini, pemerintah harus melakukan normalisasi kali sekaligus
merelokasi permukiman di bantaran sungai ke tempat yang layak huni.

E. KEKERINGAN
1. Persebaran Wilayah Indonesia yang Sering Mengalami Bencana Kekeringan
Gambar 20. Peta sebaran bencana kekeringan di Indonesia
Berdasarkan peta di atas menunjukan bahwa ancaman bencana kekeringan
yang tigggi di Indonesia tedapat di pulau sumatera, jawa, Kalimantan, dan
papua.kondisi curah hujan sangat mempengaruhi kekeringan suatu daerah. Selain itu
el nino juga berpengaruh terhadap kekeringan di Indonesia.
2. Penyebab Wilayah Tersebut Mengalami Risiko Kekeringan
Penyebab kekeringan pada suatu wilayah disebabkan oleh beberapa hal , dari
wilahya sendiri beriklim kering, lahan yang mampu meloloskan air, atau akibat dari
fenomen el nino. Selain itu Kekeringan di Indonesia biasanya terjadi di wilayah
pertanian tadah hujan, wilayah irigasi golongan, wilayah gardu liar dan juga titik
endemic kekeringan.
Musim kemarau yang panjang dan kekeringan di sejumlah wilayah Pulau Jawa
menyebabkan sebagian besar petambak mengalami kerugian sedikitnya mencapai
Rp 10.000.000-15.000.000, karena para petambak tergantung pada air tawar, hal ini
disampaikan oleh Organisasi tani dan nelayan, Kontak Tani dan Nelayan Andalan
KTNA (BBC 15/09/2012). Akibat dari kemarau panjang yang terjadi di sejumlah
daerah di Indonesia saat ini, berdampak pada menyusutnya cadangan air waduk,
dimana berdasarkan pemantauan Kementerian PU terhadap 71 waduk yang tersebar
di Indonesia, hingga akhir Agustus 2012 terdapat 19 waduk normal, 42 waspada,
dan 10 kering (Inilah.com 07/09/2012).
Kekeringan yang baru terjadi disejumlah daerah di Indonesia, merupakan
salah satu dampak akibat perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Indikasi utama
perubahan tersebut adalah adanya anomali cuaca, dimana pada bulan September ini,
seharusnya sudah mengalami musim penghujan, akan tetapi menurut laporan dari
BMKG bahwa musim kemarau diperkirakan sampai pada bulan Oktober atau
Desember. Selain akibat dari perubahan iklim, kelangkaan air juga disebabkan oleh
aktivitas manusia. Dimana aktivitas manusia juga berkontribusi terhadap
permasalahan ini akibat aktivitasnya yang melakukan pembalakan hutan besar-
besaran, memperbesar sumbangan gas CO2 ke atmosfer melalui emisi gas rumah
kaca, serta aktivitas pertambangan yang tidak mengindahkan kaidah lingkungan.
Akibatnya seperti yang kita rasakan saat ini, beberapa waduk di Pulau Jawa telah
mengalami penurunan debit simpanan air yang berdampak pada defisit air untuk
kebutuhan irigasi pertanian, serta mengeringnya sumur-sumur penduduk dibeberapa
daerah.
Faktor lain yang berpengaruh adalah tingginya intensitas pembangunan
gedung di kota-kota besar, yang berdampak pada semakin meningkatnya aliran
permukaan saat musim penghujan karena sebagian besar lapisan tanahnya sudah
terkover oleh aspal dan beton, sehingga air hujan tidak mampu berinfiltrasi ke dalam
tanah sebagai simpanan air tanah di dalam akuifer. Selain itu, tingginya aktivitas
perubahan penggunaan lahan didaerah pegunungan dan perbukitan dari hutan ke
permukiman, juga memperbesar debit aliran sungai dan juga menimbulkan
peningkatan volume sedimentasi waduk dan sungai, akibatnya waduk dan sungai
tersebut sudah mengalami pendangkalan dini, dan selanjutnya mengakibatkan
volume simpanan air dalam waduk menjadi semakin menurun dari kondisi
sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan lahan sawah disejumlah daerah
mengalami kekeringan akibat suplay air dari waduk sangat sedikit.

F. ANGIN PUTTING BELIUNG


1. Wilayah Rawan Bencana Angin Puting Beliung di Indonesia
Gambar 21. Peta sebaran ancaman bencana angin puting beliung
Mayoritas ancaman angina putting putting beliung di Indonesia relative
rendah. Akan tetapi di wilayah pulau jawa terdapat ancaman putting beliung dari
sekala sedang hingga tinggi. Hal tersebut membuat pulau jawa harus mendapatkan
perhatian khusus dari ancaman bencana putting beliung.
2. Penyebab
Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung disebabkan karena Udara panas
dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung. Selain
itu juga karen Dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat. Hujan belum
turun, titik-titik air maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke
atas puncak awan. Puting beliung merupakan dampak ikutan awan Cumulonimbus
(Cb) yang biasa tumbuh selama periode musim hujan, tetapi tidak semua
pertumbuhan awan CB akan menimbulkan angin puting beliung. Berikut ini adalah
ciri-ciri angin puting beliung:
a. Kehadirannya belum dapat diprediksi.
b. Terjadi secara tiba-tiba (5-10 menit) pada area skala sangat lokal.
c. Pusaran puting beliung mirip belalai gajah/selang vacuum cleaner.
d. Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur kerusakan.
e. Lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di daerah dataran rendah
G. TANAH LONGSOR

Gambar 22. Peta sebaran tanah longsor di Indonesia Tahun 2015-2017


Berdasarkan peta yang dikeluarkan oleh PNPB menunjukan bahwa wilayah
Indonesia mempunyai potensi rawan tanah longsor. Hal tersebut diperkuat dengan
kejadian longsor yang belum lama terjadi seperti yang ada di purworejo dan
ponorogo.
Longsor adalah salah satu bencana yang paling sering terjadi sepanjang 2016.
Data BNPB menunjukkan longsor terjadi sebanyak 612 kali tahun lalu. Pada Juni
2016, misalnya, longsor berlangsung di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sehingga
menyebabkan puluhan orang meninggal dunia. Pada tahun 2017 ini juga terjadi tanah
longsor di wilayah ponorogo yang mengakibatkan korban jiwa. Sebagian masyarakat
berhasil menyelamatkan diri. 17 orang luka-luka, namun 28 orang dicemaskan
tertimbun, plus 15 orang pekerja panen jahe.

Gambar 23. Foto tanah longsor di Ponorogo. Sumber: bbc Indonesia


H. KEBAKARAN HUTAN
1. Daerah yang Sering Terjadi Kebakaran Hutan

Gambar 24. Peta sebaran titik api di Indonesia


Berdasarkan peta tersebut dapat dilihat bahwa titik api yang disinyalir
sebagai kebakaran hutan dapat dijumpai pada pulau sumatera dan pulau Kalimantan.
Hal tersebut ditunjukan dengan jumlahya titik api di kedua wilayah tersebut.
2. Penyebab Kebakaran Hutan Di Sumatera Dan Kalimantan
Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain.
Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan.
Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam skala besar,
kebakaran tersebut sulit terkendali. Hal inilah yang menjadi faktor utama kebakaran
hutan di pulau sumatera dan Kalimantan.
LEMBAGA KEBENCANAAN

A. BNPB (BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA)


1. Kedudukan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah lembaga pemerintah non-
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
penanggulangan bencana. BNPB berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden.
2. Tugas dan Fungsi BNPB
a. Tugas BNPB
1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;
2) Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
3) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat;
4) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden
setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi
darurat bencana;
5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional
dan internasional;
6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
dan
8) Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
b. Fungsi BNPB
Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan
Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
3. Susunan Organisasi BNPB
BNPB terdiri atas :
a. Kepala
Kepala mempunyai tugas memimpin BNPB dalam menjalankan tugas dan fungsi
BNPB.
b. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana
Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana mempunyai tugas memberikan
masukan dan saran kepada Kepala BNPB dalam penanggulangan bencana.
c. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana.
Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana mempunyai tugas melaksanakan
penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi prabencana, saat
tanggap darurat, dan pascabencana.
4. Pembiayaan
Pembiayaan untuk mendukung kegiatan BNPB dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau sumber anggaran lainnya yang sah
serta tidak mengikat.

B. BASARNAS
1. Kedudukan
Badan SAR Nasional (BASARNAS) adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
2. Tugas dan Fungsi
a. Tugas
Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan
(search and rescue).
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Badan SAR Nasional
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang SAR;
2) perumusan kebijakan teknis di bidang SAR;
3) koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang SAR;
4) pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR;
5) pelaksanaan siaga SAR;
6) pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR;
7) pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR;
8) pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang
SAR;
9) penelitian dan pengembangan di bidang SAR;
10) pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang SAR;
11) pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR;
12) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabBadan SAR Nasional;
13) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum;
14) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan SAR Nasional; dan
15) penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR.
3. Susunan Organisasi BASARNAS
BASARNAS terdiri dari :
a. Kepala
Kepala mempunyai tugas memimpin BASARNAS dalam menjalankan tugas dan
fungsi BASARNAS.
b. Sekretariat Utama
Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan,
pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya
di lingkungan BASARNAS.
c. Deputi Bidang Operasi SAR
Deputi Bidang Operasi SAR mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan
siaga SAR, tindak awal dan operasi SAR.
d. Deputi Bidang Potensi SAR
Deputi Bidang Potensi SAR mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan
kebijakan di bidang potensi SAR.
e. Inspektorat
Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap
pelaksanaan tugas di lingkungan BASARNAS.
f. Pusat
Pusat yang dimaksud disini adalah pusat data dan informasi. Pusat data dan
informasi bertugas menyediakan data dan informasi berkaitan dengan
BASARNAS.
g. Unit Pelaksana Teknis
Unit Pelaksana Teknis melaksanakan tugas SAR dan administratif Badan SAR
Nasional di daerah.
4. Pembiayaan
Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi BASARNAS,
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber anggaran
lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

C. PVMBG
1. Kedudukan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah salah satu unit di
lingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
2. Tugas dan Fungsi
a. Tugas
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mempunyai tugas melaksanakan
penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan
mitigasi bencana geologi.
b. Fungsi
1) penyiapan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta rencana dan program di bidang vulkanologi dan mitigasi
bencana geologi;
2) pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemetaan tematik dan
analisis risiko bencana geologi, serta peringatan dini aktivitas gunungapi dan
potensi gerakan tanah dan pemberian rekomendasi teknis mitigasi bencana
geologi;
3) pembinaan jabatan fungsional pengamat gunungapi;
4) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, penyelidikan,
perekayasaan, pemetaan tematik dan analisis risiko bencana geologi, serta
peringatan dini aktivitas gunungapi dan potensi gerakan tanah dan
pemberian rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi; dan
5) pelaksanaan administrasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
3. Susunan Organisasi PVMBG
a. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana kerja
dan anggaran, urusan keuangan, kerja sama, umum, kepegawaian, hukum, dan
pengelolaan informasi.
b. Bidang Mitigasi Gunungapi
Bidang Mitigasi Gunungapi mempunyai tugas penyiapan penyusunan kebijakan
teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, rencana, pelaporan, pengamatan, dan
penetapan status, peringatan dini, rekomendasi teknis mitigasi bencana
gunungapi, pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemantauan,
pemetaan tematik, pemodelan bahaya dan penyebaran informasi gunungapi.
c. Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami
Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami mempunyai tugas penyiapan
penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, rencana,
pelaporan, pemetaan dan rekomendasi teknis mitigasi gempa bumi dan tsunami,
penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemodelan bahaya serta penyebaran
informasi gempa bumi dan tsunami.
d. Bidang Mitigasi Gerakan Tanah
Bidang Mitigasi Gerakan Tanah mempunyai tugas penyiapan penyusunan
kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, rencana, pelaporan,
pemetaan dan rekomendasi teknis mitigasi gerakan tanah, penelitian,
penyelidikan, perekayasaan, serta pelaksanaan pemantauan dan peringatan dini
potensi gerakan tanah, pemodelan bahaya, penyebaran informasi gerakan tanah.
4. Pembiayaan
Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi PVMBG,
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber anggaran
lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM MITIGASI BENCANA

A. Partisipasi Masyarakat
Masyarakat terdiri dari individu-individu dan kelompok-kelompok. Di dalam UU 24/2007
tidak ada definisi khusus tentang masyarakat, tapi pengertian masyarakat itu secara umum
terdapat dalam  pengertian “setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau
badan hukum.”
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan secara spontan dengan kesadaran dan tanggung
jawab dengan dilatarbelakangi untuk kemajuan pribadi maupun kelompok. Jenis-jenis partisipasi
dibagi menjadi lima yaitu:
a. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam anjang sono, pertemuan atau rapat,
b. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau
pembangunan desa, pertolongan dari orang lain, dan sebagainya
c. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau
pembangunan desa, dan sebagainya
d. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong aneka ragam
bentuk usaha dan industry
e. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.
Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung pembangunan berkelanjutan,
dengan ikut berpartisipasi aktif, masyarakat dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
mendukung program yang direncanakan oleh pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam berbagai
tindakan yang dilakukan masyarakat didalamnya terdapat proses pembelajaran. Oleh karena itu,
partisiapasi masyarakat sangat penting untuk ditingkatkan. Dalam mitigasi bencana, unsur-unsur
masyarakat diharapakan ikut berpartispasi secara aktif disertai rasa tanggung jawab sehingga
dapat meminimalisir korban bencana.
Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang tidak terduga dan diluar jangkauan
manusia sehingga peristiwa tersebut dapat menimbulkan banyak kerugian, baik kerugian jiwa-
raga, harta benda, maupun kerusakan lingkungan.Oleh karena itu, pelaksanaan penanggulangan
bencana dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat yang di daerah tempat tinggalnya
berpotensi terjadi suatu bencana, bukan hanya upaya penanggulangan bencana yang dilakukan
oleh pemerintah.
Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama melakukan penanggulangan bencana
sehingga penanggulangan bencana alam dapat dilakukan secara efektif dan efisien.Pemerintah
melakukan penanggulangan bencana melalui tahap response, recovery dan development dimana
didalamnya terdapat tindakan evakuasi, penyediaan kebutuhan dasar korban, upaya rekonstruksi
dan rehabilitasi, serta perbaikan-perbaikan lain yang juga dimaksudkan sebagai langkah mitigasi
bencana.Masyarakat dapat berpartisipasi dalam penanggulangan bencana alam melalui partisipasi
buah pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan dan kemahiran, serta partisipasi sosial.

B. Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat


Penanganan bencana sesuai dengan UU No. 25 tahun 2007, menitikberatkan pada
partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana.Jadi masyarakat bukan hanya
sekedar menjadi korban/objek dari bencana namun juga sebagai pelaku dari
penanggulangan bencana. Metode yang tepat dalam penanganan bencana sekarang ini
(dan sekarang yang sedang dikembangkan oleh PMI) adalah Kesiapsiagaan Bencana
berbasis masyarakat (KBBM/CBDP = Community Base Disaster Preparedness). KBBM
adalah program berbasis masyarakat yang mendorong pemberdayaan kapasitas
masyarakat untuk menyiagakan diri dalam mencegah serta mengurangi dampak dan
resiko bencana yang terjadi lingkungannya.KBBM diterapkan karena masyarakat sebagai
pihak yang terkena dampak bencana, harus diberdayakan dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai, sehingga mampu melakukan upaya upaya penanganan
dampak bencana dan pengurangan resiko.KBBM diterapkan di daerah rawan bencana
seperti banjir, longsor, gempa bumi, gunung meletus, gelombang pasang/tsunami dan
dimana masyarakatnya mudah bekerjasama (bergotong royong) untuk melaksanakan
upaya mitigasi atau pengurangan resiko.KBBM bermanfaat bagi masyarakat yang paling
rentan yang secara langsung terancam kondisi kesehatan, kehidupan ekonomi dan
lingkungan hidupnya.
Mengembangkan kebijakan-kebijakan mitigasi lewat konsultasi dengan kelompok-
kelompok masyarakat setempat dengan menggunakan teknik-teknik dan tindakan-tindakan di
mana mereka dapat mengorganisir diri mereka sendiri dan mampu mandiri dengan bantuan teknis
terbatas dari luar. Program-program mitigasi berbasis masyarakat seperti itu dianggap lebih
mungkin menghasilkan tindakan-tindakan yang merespon kebutuhan riil penduduk, dan untuk
mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat, kesadarannya akan bahaya-bahaya yang
mereka hadapi dan kemampuan masyarakat untuk melindungi diri di masa mendatang, walaupun
secara teknis sarana-sarana mungkin kurang efektif dibandingkan dengan program-program
mitigasi berskala lebih besar. Pendekatan ini juga cenderung memaksimalkan penggunaan
sumber-sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja, material dan organisasi.
Menerapkan kebijakan-kebijakan berbasis masyarakat seperti itu tergantung pada beberapa
factor seperti, adanya lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok masyarakat setempat yang aktif
dan berkepentingan yang dapat menyediakan bantuan dan dukungan teknis pada tingkat yang
memadai.Meskipun demikian, peluang-peluang untuk aksi-aksi mitigasi berbasis masyarakat
harus selalu diupayakan di dalam mengembangkan satu strategi mitigas.Mitigasi bencana
berbasisi masyarakat tentu jauh lebih murah dan mungkin lebih berhasil dibandingkan dengan
program-program mitigasi bencana berskala lebih besar.

C. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Mitigasi Bencana


1. Bencana Banjir
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana banjir yang
akan diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Ikut serta dan aktif dalam latihan‐latihan (gladi) upaya mitigasi bencana banjir misalnya
kampanye peduli bencana, latihan kesiapan penanggulangan banjir dan evakuasi, latihan
peringatan dini banjir dan sebagainya.
b. Ikut serta dan aktif dalam program desain & pembangunan rumah tahan banjir antara lain
rumah tingkat, penggunaan material yang tahan air dan gerusan air.
c. Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan pembangunan
prasarana pengendalian banjir dan upaya mitigasi bencana banjir.
d. Membuang sampah di tempat yang sudah disediakan
e. Melakukan pembersihan terhadap got, saluran air, dan juga parit yang berada di sekitar
rumah sehingga aliran air lancar bebas dari tumpukan sampah.
f. Melakukan reboisasi (penghijauan kembali tanah yang gundul)
g. Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan kondisi banjir
setempat untuk mengurangi kerugian usaha dan lahan pertanian dari banjir
h. Melakukan penanaman pohon di lahan lahan yang kosong agar daerah tersebut bisa
menjadi daerah resapan air.
2. Bencana Erupsi Gunung Berapi
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana erupsi gunung
berapi yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-ancamannya.
b. Memahami daerah ancaman dan daerah aman melalui peta kawasan rawan gunung
berapi.
c. Membuat sistem peringatan dini.
d. Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api.
e. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh
instansi berwenang untuk mengetahui daerah ancaman dan daerah aman.
f. Memahami jalur evakuasi dan lokasi pengungsian.
g. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.
h. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api
biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.
3. Bencana Gempa Bumi
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana gempa
bumi yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Mengikuti sosialisasi tentang gempabumi dan mempelajari penyebab gempabumi.
b. Membuat konstruksi rumah tahan gempa.
c. Memperhatikan sistem peringatan dini dan membuat sistem peringatan dini mandiri,
seperti mengikat benda-benda yang tergantung dengan kuat.
d. Melaksanakan dan mengikuti simulasi gempabumi.
e. Mengetahui dimana informasi gempa bisa didapatkan yaitu: BMKG, TV, Radio, ORARI,
dll.
f. Menyiapkan “tas siaga bencana”.
4. Bencana Tanah Longsor
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana tanah
longsor yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Waspada ketika curah hujan tinggi.
b. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.
c. Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah.
d. Memberi tanda khusus pada daerah rawan longsor lahan.
e. Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang miring.
f. Tidak melakukan pemotongan lereng.
g. Membatasi lahan untuk pertanian
h. Menggunakan teknik penanaman dengan sistem kontur tanah
i. Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah).
j. Tidak Membuat Kolam atau Sawah diatas Lereng
Membuat kolam atau sawah diatas lereng adalah perbuatan yang bisa menimbulkan
tingginya peluang terjadinya tanah longsor. Jika dibuat sawah diatas lereng maka akan
tercipta kolam air yang bisa menimbulkan daya hidrostatika sehingga bisa menimbulkan
potensi gerakan tanah yang bisa tergeser dan bisa menimbulkan terjadinya longsor.
k. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil
(tanah gerak).
Pilihlah tempat yang aman saat membangun rumah, apabila lokasi pembuatan rumah
letaknya di perbukitan, maka pilihlah lokasi yang aman sehingga daerah rumah yang
akan dibangun jauh dari potensi bongkahan longsor.
l. Tidak Menebang Pohon di Sekitar Lereng
Menebang pohon di sekitar lereng atau tebing bisa menyebabkan terjadinya tanah
longsor. Semakin banyak pohon akan semakin kuat dan stabil tanah yang ditanami. Akar
akar pohon tersebut bisa menyebar dan bersinggungan.
m. Menghindari atau mengurangi penebangan pohon yang tidak terkendali dan tidak
terencana (over cutting, penebangan cuci mangkuk, dan penjarahan).
n. Melakukan penanaman vegetasi tanaman keras yang ringan dengan perakaran intensif
dan didalam  kawasan yang curam yang memiliki potensi terjadi tanah longsor.
o. Mengembangkan usaha tani ramah longsor lahan seperti penanaman hijauan makanan
ternak (HMT) melalui sistem panen pangkas.
5. Bencana Tsunami
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana tsunami
yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10 meter dari
permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini merupakan daerah yang mengalami
kerusakan terparah akibat bencana tsunami, badai dan angin ribut.
b. Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti bakau,
palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya.
c. Menaati peraturan tentang tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
setempat.
d. Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atasbagian dinding yang lebar
usahakan tidak sejajar dengan garis pantai.
6. Bencana Angin Ribut
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana angin puting
beliung yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, karena sifatnya yang terjadi secara
mendadak dan dalam waktu yang sangat singkat , maka yang dapat dilakukan dalam upaya
pengurangan risiko di antaranya adalah:
a. Mengikuti sosialisasi tentang mitigasi bencana alam anginputing beliung.
b. Selalu mengikuti informasi prakiraan cuaca.
c. Jika tidak penting sekali, hindari bepergian apabila langit tampak awan gelap dan
menggantung.
d. Membuat kontruksi bangunan yang memenuhi syarat teknis mampu bertahan terhadap
gaya angin.
e. Pengamanan pada bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang dapat
membahayakan diri atau orang lain pada saat terjadi puting beliung.
f. Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya.
g. Memangkas dahan pohon yang terlalu besar dari  pohon yang terlalu rimbun dan rapuh
untuk mengurangi  beban.
h. Memperhatikan atap rumah sekitar. Jika ada atap dari rumah yang tidak permanen,
usahakan untuk menhindari melewatinya di kala hujan dan cuaca berangin karena atap
rumah seperti ini mudah terhempas saat angin kencang.
i. Waspada saat keadaan langit cerah namun terdapat awan yang tiba-tiba gelap.
j. Segera berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa fenomena tersebut
sangat cepat.
7. Bencana Kebakaran Hutan
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
kebakaran hutan yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan
mencakup :
a. Jangan melakukan pembakaran untuk melakukan pembukaan lahan.
b. Melakukan tatacara pembukaan lahan tanpa bakar, dengan cara berikut ini:
1) Menebang pohon dan semak belukar pada lahan yang akan gunakan untuk
berkebun,
2) memotong/mencacah pohon, ranting, semak dan disebarkan kesekeliling
lahan.
3) Tidak menggunakan bahan kimia untuk mematikan pohon/semak.
4) Membiarkan sisa semak dan pepohonan yang telah dicacah mengering
selama lebih kurang sebulan. Bila memungkinkan menyiram air kesegala
penjuru lahan untuk membantu mempercepat proses pembusukan.
c. Membuat sumur di lahan anda sehingga tidak akan kesulitan mencari air seandainya
terjadi kebakaran yang tidak terkendali di lahan ataupun diluar lahan anda.
d. Membuat parit disekeliling lahan, minimal disekeliling rumah dengan dalam/lebar
minimal 30/30 centimeter. Melakukan pengecekan menjelang musim kemarau agar
tidak terjadi pendangkalan. Parit ini sangat berguna untuk mencegah api memasuki
lahan/daerah rumah anda.
e. Membuat sistem peringatan sederhana apabila terjadi kebakaran, seperti kentongan.

D. Potensi Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana


Masyarakat Indonesia diwarisi dengan pengetahuan dari berbagai peristiwa alam
yang kerap terjadi.Karena posisi geografis dan geologisnya yang tepat di atas
pertemuan tiga lempeng samudra yang terus bergerak dan sering bertumbukan,
menyebabkan gempa dan tsunami kerap terjadi. Kondisi wilayah Indonesia dengan
banyaknya gunung api, memberikan banyak pengalaman empiris kejadian letusan
yang membawa korban. Dari pengalaman ini masyarakat lokal umumnya memiliki
pengetahuan lokal dan kearifan ekologi dalam memprediksi dan melakukan mitigasi
bencana alam di daerahnya.Pengetahuan lokal tersebut diperoleh dari pengalaman
yang kaya akibat berinteraksi dengan ekosistemnya. Berbagai contoh bentuk kearifan
lokal dalam mitigasi bencana alam antara lain:
1. Masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Merapi, di Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta, telah mempunyai kemampuan untuk memprediksi kemungkinan
terjadinya letusan. Selain masih kuatnya keyakinan spiritual, masyarakat
disana biasanya membaca tanda-tanda alam melalui perilaku hewan, seperti
turunnya hewan-hewan dari puncak atau keluar dari rimbun hutan, burung-
burung atau hewan lainnya mengeluarkan bunyi suara yang tidak biasa, atau
adanya pohon-pohon di sekeliling kawah yang kering dan mati layu.
2. Semong adalah kearifan lokal masyarakat di Pulau Simeulue dalam membaca
fenomena alam pantai telah menyelamatkan banyak masyarakat dari bencana
tsunami. Teriakan semong merupakan peringatan dini yang diartikan adanya
situasi dimana air laut surut dan masyarakat harus lari ke bukit. Ini adalah
pengetahuan yang diperoleh dari leluhur belajar dari kejadian bencana yang
pernah terjadi puluhan tahun lalu. Semong ini yang menyelamatkan
masyarakat di pulau Simeulue, padahal secara geografis letaknya sangat dekat
dengan pusat gempa. Semong bagi masyarakat pulau Simeulue
disosialisasikan turun temurun melalui dongeng dan legenda oleh tokoh
masyarakat sehingga istilah ini jadi melekat dan membudaya di hati
masyarakat pulau itu. Dengan pengetahuan ini yang dimiliki orang Simeulue
banyak masyarakat pesisir pantai lainnya di Aceh terselamatkan saat tsunami
terjadi. Mereka memaksa orang untuk lari ke gunung. yang lebih besar yang
sulit diprediksi terjadi kapan dan dimana.
3. Konstruksi bangunan tradisional yang menggunakan bahan material yang ringan
seperti kayu dan bambu memungkinkan bangunan tradisional tidak mudah roboh
karena memiliki kelenturan terhadap gempa. Selain itu struktur bangunan yang
dikaitkan satu sama lain menggunakan pasak bisa lebih dinamis dan kokoh sehingga
tahan terhadap guncangan gempa. Beberapa contoh rumah tradisional yang tahan
terhadap gempa antara lain:
a. Rumah Gadang
Pasti sudah banyak yang mengenal bangunan adat yang berasal dari
Minangkabau, Sumatera Barat ini.Yang paling dikenal, rumah Gadang
memiliki konstruksi atap berbahan ijuk yang melengkung ke dalam.Pada
2009 lalu saat terjadi gempa, rumah Gadang ini banyak yang tetap kokoh
bertahan kala itu.
b. Rumah Tua Bali Utara
Rumah-rumah yang berada di kawasan Bali Utara ini dianggap tahan akan
gempa, karena memiliki konstruksi yang memanfaatkan saka atau tiang
kayu dan lambang serta sineb sebagai balok. Hal ini bertujuan untuk
melindungi penghuninya dari reruntuhan bangunan akibat gempa.Arsitek
lokal sejak peradaban Bali Kuno sudah melakukan ujicoba yang panjang
untuk membangun rumah tahan gempa yang dapat diwariskan ke generasi
selanjutnya.Bangunan adat di Bali Utara ini menjadi salah satu temuan
penting dalam kesejarahan gempa di Indonesia.
c. Rumah Woloan
Bangunan adat dari Tomohon, Sulawesi Utara ini sudah sejak dulu dikenal
sebagai rumah yang tahan guncangan gempa.
d. Rumah Omo Hada
Kehebatan konstruksi bangunan adat Nias ini terlihat pada 2010 silam, saat
itu Nias dilanda gempa berskala cukup besar.Bangunan adat ini masih
kokoh berdiri dan posisinya hanya sedikit bergeser.Konstruksi rumah Omo
Hada menggunakan pasak dari kayu untuk menyatukan antarbagian, tidak
memiliki jendela namun diganti dengan semacam model teralis untuk
ventilasi dan memiliki atap yang oval.Uniknya bangunan adat ini memiliki
tiang-tiang penyangga yang tidak beraturan arahnya.Ada yang ke atas, ke
samping maupun ke bawah.Konon hal itulah yang menjadikan bangunan
ini tahan gempa.Rumah adat Omo Hada ini banyak dijumpai di desa
Tumori dan desa Bawomataulo.
e. Rumah Lahei
Hampir sama dengan rumah Omo Hada, bangunan adat yang berasal dari
Kerinci, Riau ini juga tersusun dari kayu yang saling disatukan dengan
menggunakan pasak kayu dan ikatan tambang yang terbuat dari ijuk.

Daftar Pustaka

Aji Arifin. 2016. Buku Siswa Geografi kelas XI. Surakarta: Mediatama.
Coburn, dkk. 1994. Mitigasi Bencana Edisi Kedua. Cambridge: Cambridge
Agricultural Research Limited.
Djauhari Noor.2006. Geologi Lingkungan.Yogyakarta: Grahailmu.
Farichatun Nisa .2014. Manajemen Penanggulangan Bencana Banjir, Putting
Beliung, dan Tanah Longsor di Kabupaten Jombang. Surabaya: FISIPOL
Univ. Airlangga.
Gatot Hermanto. 2013. Geografi Untuk SMA/MA Kelas X Peminatan. Bandung:
Yrama Widya.
I D Sobandi. 2014. Mandiri Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
K Wardiyatmoko, P. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Lili Somantri dan Nurul Huda. 2015. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar
Geografi. Bandung: Grafindo.
Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor Pk. 6 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Badan SAR Nasional Tahun 2015 – 2019.
Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian ESDM.
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional.
Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2008 tentangBadan
Nasional Penanggulangan Bencana.
Tim BNPB. 2012. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana.
Jakarta: BNPB.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
https://www.researchgate.net/publication/
264309395_Pemahaman_karakteristik_bencana_Aspek_fundamental_dalam_upay
a_mitigasi_dan_penanganan_tanggap_darurat_bencana
https://www.bnpb.go.id/home/definisi diakses tanggal 16 April 2017
https://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/13/bencana-alam-dan-
antisipasinya/diakses tanggal 16 April 2017
http://masirul.com/pengertian-macam-macam-bencana-alam/ diakses tanggal 16
April 2017
http://www.vsi.esdm.go.id/
https://www.bnpb.go.id/home/siagab diakses pada tanggal 15 April 2017 pukul
10.00 WIB
http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/mitigasi-bencana-angin-topandiakses
pada tanggal 15 April 2017 pukul 13.00 WIB.
http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/category/tips-siaga-bencanadiakses
pada tanggal 16 April 2017 pukul 11.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai