Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu Soekartawi
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Analisis Sistem Agroindustri Terpadu Soekartawi
Soekartawi1
1
Guru Besar Universitas Brawijaya,
Pengamat dan Penulis masalah-masalah pertanian dan agro-industri
(soekartawi@yahoo.com)
ABSTRACT
The term of agro-industry has widely used as an umbrella to describe the business of food
producers, processors, sellers, and services. Briefly, the definitions of agro-industry can be
grouped into two different approaches. The first is an industry using agricultural products as its
main input material, thus, agro-industrial studies emphasize the food processing management
within agro-based enterprises that process mainly agricultural products. The second relates to a
development stage, placing agro-industry between agricultural and industrial development where
it is often used for sustainable agricultural development, sustainable agro-industrial development,
and sustainable development.
In order to gain maximum outcome effectively and efficiently, the implementation of the above
concepts is named ‘Integrated Agro-industry System’ (IAS), i.e. the integration of the function and
role of agro-industry components for making better outcome in the relatively long period. IAS is
expected to contribute more significantly in (a) enhancing income and profitability for producers
or processors and ultimately increasing the welfare of society and (b) strengthening national
economy. Furthermore, IAS shall consider the following unfinished agendas, i.e. (a) rising
agricultural population and the declining role of agriculture; (b) rising of urban drift of rural
workers may affect the agro/rural industries; (c) if point (b) happened then accelerating growth
of the agro-industrial sector will face lack of un-trained personnel; (d) growing the negative
impacts of using natural and agricultural resources for industry; and (e) shrinking subsistence
farming versus increased cash cropping, coinciding with the depletion of forests, soil and a rise in
plant and animal diseases.
dikaitkan dengan pembangunan pertanian dan Oleh karena itulah maka dalam penetapan
juga pembangunan nasional secara kebijakan pembangunan agribisnis yang
berkelanjutan (sustainable development). dilaksanakan oleh Departemen Pertanian
Karena itulah muncul istilah sustainable agro- (Saragih, 2003), dirumuskan bahwa
industry development yang dikaitkan dengan pembangunan agro-industri tidak bisa terlepas
sustainable agriculture development dan dari perkembangan pendukung pembangunan
sustainable development. Keterkaitan antara pertanian yang lain. Menurut Saragih (2003)
agro-industri, pertanian dan pembangunan kebijakan pembangunan agribisnis (di mana
nasional memang tidak bisa dihindari, karena agro-industri ada didalamnya) adalah
pengembangan agro-industri berkaitan dengan melibatkan instrumen kebijakan sebagai
kegiatan di sektor lain, khususnya kegiatan di berikut:
sektor ekonomi yang lain.
Gambar 1. Diagram Pohon Industri dari Tebu (dimodifikasi dari Soekarto, 1997)
a. Kebijakan makro (moneter dan fiskal), Soekartawi (1996) dalam bukunya yang
b. Kebijakan pengembangan industri (agro- berjudul ‘Pembangunan Agro-industri yang
industri), Berkelanjutan’ berpendapat bahwa agro-
c. Kebijakan perdagangan/pemasaran dan industri perlu dibangun dan dikembangkan
kerjasama internasional, dengan memperhatikan aspek-aspek
d. Kebijakan pengembangan infrastruktur, manajemen dan konservasi sumberdaya alam
e. Kebijakan pengembangan kelembagaan (SDA), karena pada dasarnya bahan baku agro-
(keuangan, riset, SDM pertanian, industri adalah berasal dari pertanian. Dalam
organisasi petani), perkembangan lebih lanjut, Soekartawi
f. Kebijakan pendayagunaan Sumber Daya (1994b), Soekartawi dan Manalili (1996),
Alam (SDA) dan lingkungan, Pasicolan and Soekartawi (2000) mengusulkan
g. Kebijakan pengembangan pusat-pusat konsep pembangunan agro-industri yang ber-
pertumbuhan agribisnis daerah, dan kelanjutan seperti yang tersirat di Gambar 2.
h. Kebijakan pengembangan ketahanan Selanjutnya Soekartawi juga mengusulkan
pangan. agar agro-industri dipakai sebagai instrumen
CGIAR (Anonymous, 2002b) dalam kebijakan yang fokal sehingga mampu
laporannya yang berjudul ‘The Context for mendorong bukan saja pembangunan pertanian
Agro-industrial Development in Latin America’ yang berkelanjutan, tetapi juga pembangunan
dan juga ahli yang lain seperti Annevelink dkk ekonomi baik di tingkat nasional maupun
(2003), Anonymous (2002b) menyatakan bahwa pedesaan. Soekartawi menyarankan visi
potensi pengembangan agro-industri sangat pembangunan agro-industri yang berkelanjutan
ditentukan oleh berkembangnya konsumen dan sebagai berikut: : ‘…agro-industri yang tumbuh
produsen baru. Karena itu peran kaitan dan berkembang secara berkelanjutan, mampu
kedepan (forward linkages) dan kaitan berkompetisi, mampu merespon dinamika
kebelakang (backward linkages) suatu agro- perubahan pasar dan pesaing, baik di pasar
industri menjadi tidak bisa dihindarkan. Karena domestik maupun di pasar internasional serta
itu perkembangan agro-industri menjadi lebih mampu meningkatkan kontribusinya terhadap
kompleks lagi dan sangat dipengaruhi oleh perekonomian nasional, dan seterusnya
lingkungan bisnis di bidang agro-industri mampu ikut meningkatkan kesejahteraan
seperti pengaruh politik, kelembagaan dan masyarakat ..’.
kondisi infrastruktur.
Untuk mencapai visi tersebut Soekartawi industri berperan besar dalam membantu
(1996) menyarankan upaya-upaya yang perlu golongan lemah di pedesaan. Karenanya, Hicks
ditempuh dan dipakai sebagai instrumen (1997, 2001), FAO (1998) and Hasler (2002),
kebijakan agar agro-industri mempunyai menyarankan perlunya memperhatikan
kemampuan untuk: kendala-kendala pengembangan agro-industri
1. Melakukan penyesuaian terhadap untuk golongan lemah ini, yaitu:
perubahan global, 1. Masalah pasar dari produk agro-industri
2. Meningkatkan pertumbuhan melalui tersebut,
inovasi, investasi dan perdagangan, 2. Dukungan kelembagaan,
3. Menghilangkan faktor-faktor yang 3. SDM yang memadai,
menghambat pertumbuhan, 4. Dukungan khusus kepada para pengusaha
4. Meningkatkan efisiensi di semua sektor dan manajer,
yang mempunyai kemampuan untuk 5. Investasi untuk golongan lemah di
mempengaruhi perkembangan agro- pedesaan, serta
industri lebih lanjut, 6. Bimbingan dalam pengembangan agro-
5. Meningkatkan kualitas manajerial melalui industri.
peningkatan kualitas SDM, dan Sedangkan evaluasi terhadap
6. Mampu mandiri dengan tidak begitu pengembangan agro-industri atau juga
menggantungkan diri pada pihak lain. ‘Integrated Agro-industry System’ (IAS), bisa
Karena begitu strategisnya program dilakukan secara parsial misalnya dengan alat
pengembangan agro-industri, maka banyak analisa Benefit/Cost ratio, Incremenet
program-program aksi dikaitkan dengan Benefit/Cost Ratio, Net Present Value, Input-
masalah yang ada di masyarakat, khususnya Output (I/0) Table atau bahkan dengan alat
masyarakat pedesaan. Soekartawi (2004) analisa optimalisasi seperti Linear
menilai bahwa pengembangan agro-industri Programming, Integer Linear Programming,
pada masa sekarang ini sangat erat dengan Multi-Objective Linear Programming, dan
pembangunan di pedesaan dan karenanya sebagainya (Soekartawi, 1995,1996b, 1999,
untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja 2000a,b). Sementara itu The World Business
yang dipakai oleh agro-industri di pedesaan Council for Sustainable Development (dalam
tersebut, diperlukan pendidikan tambahan, Sai’d, 2002) menyarankan perlunya
seperti pelatihan-pelatihan. FAO (1998) menggunakan empat cara yang perlu
menggunakan strategi pengembangan agro- dipertimbangkan dalam evaluasi, yaitu:
industri dengan tujuan khusus untuk • Analisa finansial,
memberdayakan mereka yang tidak atau • Analisa dampak lingkungan,
kurang mampu. Dalam laporan Hicks (1997) • Gabungan analisa finansial dan
dalam artikelnya yang berjudul ‘The ‘Midas lingkungan, dan
Touch’: Food and Agro-industries for Income • Independent evaluation yang dilakukan
Generation by Disabled People’, laporan FAO pihak ketiga.
(1998) yang berjudul ‘Strategies for the Rural Berdasarkan uraian singkat diatas, maka
Disable’ dan Hasler dalam laporannya yang tidaklah keliru kalau ‘Integrated Agro-industry
berjudul ‘Scenarios for Rural Areas’ System’ (IAS) didefinisikan sebagai
Development’, dikemukakan bahwa agro- ‘…perpaduan atau pengintegrasian komponen-
secara terpadu (integrated) antara sektor hulu Kalau diperhatikan, maka program
dan hilir melalui usaha komersial (commercial pengembangan GERINDA 2020 ini, sejalan
business) dari kegiatan IAS tersebut, yaitu dengan program Usaha Kecil Menengah (UKM),
mulai dari mengusahakan produksi benih dan karena sinergitas kedua program tersebut
unggul dan bersertifikat, proses produksi memang diperlukan.
pertanian, penggunaan teknologi dan kegiatan
pasca panen, seperti pengolahan dan BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
pemasaran. Banyak seminar dan penelitian tentang
Karena pelaksanaan GERINDA 2020 agro-industri yang telah dilakukan, baik di
diramalkan memerlukan dana yang cukup Indonesia maupun di negara-negara lain.
besar, maka ada baiknya program ini dikaitkan Laporan tentang keunggulan, kelemahan,
dengan program yang lainnya, misalnya kesempatan dan tantangan (SWOT analysis)
program UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang tentang agro-industri juga telah banyak
kini sedang digalakkan oleh pemerintah (Hicks, dilakukan. Namun karena sifatnya pertanian
2001; Anonymous, 1997, 2002a; Soekartawi dan dan agro-industri yang ‘local specific’, maka
Hanani, 2003). Apalagi kalau GERINDA 2020 penelitian dan kajian soal agro-industri tidak
tidak memperoleh dukungan dana khusus. Oleh ada habis-habisnya. Tahun 1991 penulis
karena itu, program-program yang telah (Soekartawi, 1991) bersama ahli-ahli ekonomi
dirancang dalam program aksi GERINDA 2020 pertanian yang tergabung dalam Perhimpunan
ini harus segera dikaitkan dengan program Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) se-
UKM. Dalam konsepsinya, pengembangan Indonesia khususnya dari Jawa Timur
Program GERINDA 2020 yang telah dirancang, membahas masalah pembangunan agro-
antara lain: industri. Saat itu, sampai tahun 1991, masalah
1. Program Unit Pelayanan Pengembangan pengembangan agro-industri adalah masalah
Pengolahan Hasil Pertanian, yang mendasar seperti lemahnya dukungan
2. Pembangunan dan Pengembangan Sistem kebijakan yang konduksif, kurangnya penelitian
Informasi Pasar, soal-soal agro-industri, kurang mampunya
3. Pembangunan Infrastruktur dan Jaringan bersaing. Soekarto (1997) juga melaporkan
Pemasaran, keunggulan dan kelemahan pendekatan
4. Promosi Produk Pertanian, pembangunan agro-industri melalui konsep
5. Pengembangan Pusat-Pusat Pertumbuhan Bapak-Anak Angkat atau petani plasma dan
Agro-industri di Daerah, perusahaan inti dalam konsep Perkebunan Inti
6. Pengembangan Laboratorium Pengujian Rakyat (PIR), Turpin dan MacDonald (1995) dan
dan Standarisasi Mutu, Soekartawi (2003) melaporkan inkubator
7. Penguatan dan Pemberdayaan teknologi untuk pengembangan agro-industri
Kelembagaan dan SDM Pertanian, dimana ditemukan pentingnya research and
8. Pengembangan Sistem Kemitraan development (R&D). Ahli-ahli agro-industri di
Terpadu, dan Asia Tenggara dan beberapa ahli dari negara
9. Pengembangan Kelembagaan (yang bisa lain juga pernah melaksanakan ‘Seminar cum
menghasilkan alat-alat pengolahan, atau Workshop on Development of Agro-industrial
komponen pendukung agro-industri yang in Rural Areas’ yang disponsori oleh Asian
lain). Productivity Organization (APO) di Manila